Kerangkaacuankerjaperencanaanjalan 150603012321 Lva1 App6891
Kerangkaacuankerjaperencanaanjalan 150603012321 Lva1 App6891
BAB I
UMUM
1. Latar Belakang
Jalan merupakan prasarana vital transportasi yang menghubungkan antara daerah satu
dengan yang lainnya. Dengan adanya kondisi jalan yang memadai diharapkan dapat
memacu pertumbuhan ekonomi daerah-daerah yang dilaluinya khususnya di wilayah
kabupaten Mukomuko.
Dalam hal ini, Instansi yang sangat berkepentingan yang mengelola masalah prasarana
jalan tersebut adalah Pemerintah Kabupaten Mukomuko melalui Dinas Pekerjaan Umum
Bidang Bina Marga adalah institusi pemerintah yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab dalam pembinaan transportasi jalan.
Direktorat Jenderal Bina Marga adalah institusi pemerintah yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab dalam pembinaan transportasi jalan. Kebutuhan akan prasarana jalan yang
baik merupakan sesuatu yang diharapkan oleh masyarakat dan merupakan faktor
penunjang lancarnya perekonomian Mengingat kondisi sarana jalan yang ada saat ini
banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam, maupun faktor manusia dalam
hal ini kendaraan sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna memenuhi
kebutuhan traffic yang makin tinggi, didalam proses perencanaan sebagai dasar untuk
pelaksanaan perlu diperhatikan faktor-faktor diantaranya kenyamanan, keamanan,
lingkungan serta faktor lain yang yang mendukung perencanaan yang matang dan
terencana
2. Tujuan
Tujuan pekerjaan ini adalah melaksanakan pekerjaan pembuatan rencana teknik jalan
sampai dengan penyiapan desain dan dokumen pelelangan dengan lokasi :
3. Lingkup Pekerjaan
Semua kegiatan harus dibuat laporan lengkap sesuai dengan Matrik kegiatan serta Matrik
Tenaga Ahli.
BAB II
P ERSIAPAN D E S A I N.
1. Tujuan
2. Lingkup pekerjaan.
Secara Team kegiatan pekerjaan ini dipandu oleh seorang Highway Engineer, yang meliputi
pekerjaan antara lain:
a. Mengumpulkan data kelas, fungsi dan status jalan yang akan didesain.
b. Mempersiapan peta-peta dasar berupa :
- Peta link
- Peta tata guna lahan
c. Menetapkan awal dan akhir rencana pekerjaan dengan berkoordinasi dengan dinas
PU. Setempat.
d. Membuat Estimasi panjang jalan, jumlah dan panjang jembatan, box culvert / gorong
gorong dan bangunan pelengkap jalan lainnya yang mungkin akan terdapat pada route
jalan tersebut.
e. Melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait baik dipusat maupun didaerah
termasuk juga mengumpulkan informasi harga satuan / upah untuk disekitar lokasi proyek
terutama pada proyek yang sedang berjalan.
f. Mengumpulkan dan mempelajari laporan laporan yang berkaitan dengan wilayah yang
dipengaruhi atau mempengaruhi jalan/jembatan yang akan direncanakan.
3. Persyaratan
Hasil Persiapan Desain harus dipresentasikan untuk mendapat Persetujuan [ dari team
asistensi ] dan bila perlu mengadakan perbaikan perbaikan / saran saran yang nantinya
akan dipakai sebagai panduan kegiatan selanjutnya.
BAB III
SURVEY PENDAHULUAN
1. Tujuan
Survey Pendahuluan atau Reconnaissance Survey adalah survey yang dilakukan pada awal
pekerjaan di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai bagian
penting bahan kajian kelayakan teknis dan untuk bahan pekerjaaan selanjutnya.
Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadap survey
detail lanjutan diantaranya, survey topografi, survey geologi dan geoteknik, survey bahan
quarry, survey hidrologi / hidrolik, jenis konstruksi serta metode pelaksanaan sehingga
diperoleh suatu perencanaan detail desain yang matang, semua kegiatan recon survey
harus dibuatkan laporan sebagai data awal perencanaan.
2. Lingkup Pekerjaan
Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang sudah
disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey recon dilapangan yang meliputi kegiatan.
Pada peninjauan titik awal dan titik akhir pekerjaan, diwajibkan mengambil data sejauh 200
m sebelum titik awal dan 200 m setelah titik akhir pekerjaan seperti disajikan dalam Gambar
1 berikut:
Gambar 1. Koridor Pengambilan Data
4. Didalam penarikan perkiraan desain alinemen horizontal dan vertikal harus sudah
diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk lokasi-lokasi :
galian / timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong gorong dan jembatan (oprit jembatan
), persimpangan yang bisa terlihat dengan dibuatnya sketsa sketsa serta tabelaris
dilapangan dari identifikasi kondisi lapangan secara stasioning dari awal s/d akhir proyek
yang nantinya akan diasistensikan dan mendapatkan persetujuan dari team asistensi recon.
5. Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu mengambil keputusan dalam
pemilihan trase dengan anggota team yang saling terkait dalam pekerjaan ini.
6. Dilapangan harus diberi / dibuat tanda tanda berupa patok dan tanda anjir dengan diberi
tanda bendera sepanjang daerah rencana dengan interval 50 m untuk memudahkan tim
pengukuran, serta pembuatan foto foto penting untuk pelaporan dan panduan dalam
melakukan survey detail selanjutnya.
7. Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung perkirakan volume
pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana
dan diharapkan dapat mendekati final desain.
Seluruh kegiatan survey pendahuluan dalam proses pengambilan data harus menggunakan
format yang telah disediakan seperti yang tercantum dalam data lampiran Survey
Pendahuluan.
BAB IV
PENGUKURAN TOPOGRAFI
1. Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan jembatan didalam koridor
yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1:1000, yang akan digunakan
untuk perencanaan geometrik jalan, serta 1:500 untuk perencanaan jembatan dan
penanggulangan longsoran.
1. Lingkup Pekerjaan
- Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm atau pipa pralon
ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan diatasnya dipasang neut dari baut,
ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km
dan pada setiap lokasi rencana jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu)
pasang di setiap sisi sungai/alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang posisinya aman dari
gerusan air sungai.
- Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas tanah setinggi 20 cm,
dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana Wilayah, notasi dan nomor BM dengan warna
hitam. Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai dokumentasi yang
dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
- Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang cukup keras,
lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya
diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih
nampak diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan
patok bantu.
- Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi tanda-
tanda khusus.
- Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok, misalnya diatas permukaan
jalan beraspal atau diatas permukaan batu, maka titik-titik poligon dan sipat datar ditandai
dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
2.2. Pengukuran titik kontrol horizontal
- Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dan semua titik ikat
(BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
- Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur dengan meteran atau
dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian baca dalam
detik. Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2 atau yang setingkat.
- Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran dan untuk setiap
interval + 5 km di sepanjang trase yang diukur. Apabila pengamatan matahari tidak bisa
dilakukan, disarankan menggunakan alat GPS Portable (Global Positioning System). Setiap
pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar biasa).
- Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri / pembacaan pergi- pulang.
- Pengukuran sipat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon, sipat datar, dan
potongan melintang) dan titik BM.
- Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar, jelas dan
sama.
- Pada setiap pengukuran sipat datar harus dilakukan pembacaan ketiga benangnya, yaitu
Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), dalam satuan
milimiter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi: 2 BT = BA + BB.
- Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag (pengamatan) yang
genap.
- Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup semua obyek yang
dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada disepanjang jalur pengukuran, seperti alur,
sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan sebagainya.
- Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan kerapatan titik
yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar. Pada lokasi-lokasi khusus
(misalnya: sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah ada) pengukuran harus
dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
- Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
2.5. Pengukuran Penampang Melintang.
- Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing 200 m dari perkiraan titik
perpotongan atau daerah sekitar sungai yang masih berpengaruh terhadap keamanan
jembatan dengan interval pengukuran penampang melintang sungai sebesar 25 meter.
- Koridor pengukuran searah rencana trase jalan masing-masing 100 m dari kedua tepi sungai
dengan interval pengukuran penampang melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter.
- Koridor pengukuran ke setiap arah kaki perpotongan masing-masing 100 m dari perkiraan
titik perpotongan dengan interval pengukuran penampang melintang sebesar 25 meter.
1. Persyaratan
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa dan
dikoreksi sebagai berikut :
a. Pemeriksaaan theodolit:
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
- Sumbu II tegak lurus sumbu I.
- Garis bidik tegak lurus sumbu II
- Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
- Kesalahan indeks vertikal = 0.
b. Pemeriksaan alat sipat datar:
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
- Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
3.3. Perhitungan
- Pengamatan matahari.
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada tabel almanak matahari yang
diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD untuk tahun yang sedang berjalan dan harus
dilakukan di lokasi pekerjaan.
- Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan matahari yang satu
dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-
rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
3.2. Penggambaran .
- Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk
jembatan .
- Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm
- Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)-nya.
- Pada setiap lembar gambar dan/atau setiap 1 meter panjang gambar harus dicantumkan
petunjuk arah Utara.
- Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan
secara grafis.
- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang melintang harus
digambarkan pada gambar poligon, sehingga membentuk gambar situasi dengan interval
garis ketinggian (contour) 1 meter.
BAB V
INVENTARISASI JALAN DAN JEMBATAN
1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data secara umum mengenai kondisi
perkerasan maupun kondisi jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
2. Lingkup pekerjaan
3. Persyaratan
Proses pengambilan data atau inventarisasi harus menggunakan format standar seperti
terlihat pada lampiran invebtarisasi jalan dan untuk jembatan mengacu pada BMS.
BAB VI
1. TUJUAN
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi jalan yang ada, kecepatan kendaraan
rata-rata, menginventarisasi jalan yang ada, serta menginventarisasi jumlah setiap jenis
kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung
lalulintas harian rata-rata sebagai dasar perencanaan jalan dan jembatan.
2. Lingkup pekerjaan
Survey lalulintas meliputi kegiatan:
Seluruh jenis kendaraan yang lewat baik dari arah depan maupun dari arah belakang harus
dicatat selama 24 jam pada daerah padat, serta 12 jam pada daerah yang tidak padat,
dengan interval waktu 3 jam
Setiap lajur minimal 2 orang dengan peralatan yang digunakan 1 orang 1 counter serta
format survey yang telah ditentukan
2.1.1. Pos-pos Perhitungan Lalu Lintas yang terbagi dalam beberapa tipe pos :
a. Pos Kelas A : yaitu pos perhitungan lalau lintas yang terletak pada ruas jalan dengan jumlah
lalu lintas yang tinggi dan mempunyai LHR >10.000 kendaraan.
b. Pos Kelas B : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas jalan dengan jumlah
lalu lintas yang sedang dan mempunyai 5.000 < LHR< 10.000 kendaaan.
c. Pos Kelas C : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak padda ruas jalan dengan jumlah
lalu lintas yang rendah dan mempunyai LHR <5.000 kendaraan.
a. Lokasi pos harus mewakili jumlah lalu lintas harian rata-rata dari ruas jalan tidak terpengaruh
oleh angkutan ulang alik yang tidak mewakili ruas (commuter traffic).
b. Lokasi pos harus mempunyai jarak pandang yang cukup untuk kedua arah, sehingga
memungkinkan pencatatan kendaraan dengan mudah dan jelas,
c. Lokasi pos tidak dapat ditempatakan pada persilangan jalan.
Setiap pos perhitungan lalu lintas rutin mempunyai nomor pengenal, terdiri dari satu huruf
besar dan diikuti oleh tiga digit angka. Huruf besar A,B,dan C memberikan identitas
mengenai tipe kelas pos perhitungan.
Tiga digit angka berikutnya identik dengan nomor ruas jalan dimana pos-pos tersebut
tergeletak.
Apabila pada suatu ruas jalan mempunyai pos perhitungan lebih dari satu, maka kode
untuk pos kedua, digit pertama diganti dengan 4 dan seterusnya. Urutan pos hendaknya
dimulai dari kilometer kecil kearah kilometer besar pada ruas jalan tersebut.
Contoh:
1. Di ruas jalan 002 ada beberapa pos kelas A penulisan nomor posnya : A002; A302; A402
sampai A902.
2. Di ruas jalan 157 ada beberapa pos kelas B, penulisan nomor posnya : B157; B357; B457;
sampai dengan B957.
3. Di ruas jalan 057 ada beberapa pos kelas C, penulisan nomor posnya: C057; C357; C457
samapai dengan C957.
a. Pos Kelas A
Untuk Pos Kelas A perhitungan dilakukan dengan periode 40 jam selama 2 hari, mul;ai pukul
06.00 pagi pada hari pertama dan berakhir pada 22.00 pada hari kedua. Perhitungan ini
diulang empat kali selama satu tahun sesuai jadual yang telah ditentukan
Pembina jalan akan menginformasikan jadual perhitungan pada awal tahun anggaran.
Apabila ada perubahan jadual, waktu survei akan ditentukan lebih lanjut oleh pembina jalan
yang bersangkutan.
b. Pos Kelas B
Untuk pos kelas B, pelaksanaan perhitungan seperti pada pos kelas A. Pelaksanaan
perhitungan pada pos-pos kelas B sesuai jadual yang telah ditentukan.
c. Pos Kelas C
Perhitungan dilakukan dengan periode 16 jam mulai pukul 06.00 pagi dan berakhir pada
pukul 22.00 pada hari yang sama yang ditetapkan untuk pelaksanaan perhitungan.
Perhitungan ini diulang empat kali selama satu tahun sesuai jadual yang telah ditentukan.
2.1.5. Pengelompokan Kendaraan (RTC-Manual)
Dalam perhitungan jumlah lalu lintas, kendaraan dibagi kedalam 8 kelompok mencakup
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.
3. Persyaratan
Standar pengambilan dan perhitungan data harus mengacu pada buku Manual Kapasitas
Jalan Indonesia.
BAB VII
1. Tujuan
Survey Kondisi Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perkerasan yang
meliputi lendutan dari suatu konstruksi jalan, kekasaran jalan, daya dukung tanah
dasar dan susunan/lapisan perkerasan.
2. Lingkup pekerjaan
b. Alat Benkelman Beam yang dipakai harus mempunyai ukuran yang standar misalnya
,perbandingan batang 1:2.Dimensi geometrik dari Benkelman Beam harus dicatat dengan
jelas.
c. Alat pembacaan (dial gauge) lendutan harus pada kondisi yang baik dan skala ketelitian
pembacaan jarum penunjuk harus dicatat.
d. Pemeriksaan lendutan balik dilakukan dengan interval pemeriksaan setiap 200 m sepanjang
ruas jalan beraspal yang telah ditetapkan.
e. Hal-hal yang khusus yang dijumpai seperti kondisi drainase, nama daerah yang dilalui, cuaca,
waktu peninggian permukaan jalan dan sebagainya harus di catat.
f. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus dicatat dengan jelas (Patok Km/Sta).
2.2. Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer)
Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebaga berikut :
a. Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran yang ada.
b. Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan 200 m.
c. Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan pada permukaan lapisan tanah dasar.
d. Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti lapisan sirtu,
lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya.
D = x + 1,64 s
Dimana :
D = lendutan balik rata-rata pasa section tertentu.
s = standar deviasi pada section tertentu.
b. Penentuan unique section, yaitu suatu seksi jalan yang mempunyai karakteristik seragam
dalam beberapa variabel desain seperti :
d. Melakukan desain tebal perkeasan tambahan menurut metoda yang telah ditetapkan .
3. Persyaratan
Untuk pelaksanaan kegiatan Benkelman Beam kendaraan Truk harus sesuai dengan muatan
gandar yang di syaratkan pada survey BB yaitu 8.2 ton dengan tekanan angin ban sebesar
80 Psi (harus sesuai dengan SNI. 03-2416-1991), sedangkan untuk kegiatan DCP (harus
sesuai dengan SNI 03 1743 1989), proses pengambilan data harus mengacu pada format
yang telah standar seperti terlihat dalam data lampiran.
BAB VIII
1. Tujuan
Tujuan survey hidrologi dan hidrolika yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah untuk
mengumpulkan data hidrologi dan karakter/perilaku aliran air pada bangunan air yang ada (
sekitar jembatan maupun jalan), guna keperluan analisis hidrologi, penentuan debit banjir
rencana (elevasi muka air banjir), perencanaan drainase dan bangunan pengaman terhadap
gerusan, river training (pengarah arus) yang diperlukan.
2 Lingkup Pekerjaan
a. Mengumpulkan data curah hujan dan banjir tahunan pada daerah tangkapan (catchment
area) dari Badan Meteorologi dan Geofisika dan/atau instansi terkait di kota terdekat dari
lokasi perencanaan.
c. Menganalisis data curah hujan dan menentukan curah hujan rencana, debit dan tinggi muka
air banjir rencana dengan metode yang sesuai.
d. Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana untuk memberikan masukan dalam proses
perencanaan yang aman.
1. Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada standar nasional Indonesia (SNI) No: 03-
3424-1994 atau Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1987
(Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai)
BAB IX
PERENCANAAN TEKNIS
1 Tujuan
Tujuan dari perencanan teknis ini adalah untuk merencanakan baik geometrik, perkerasan,
jembatan, struktur bangunan pelengkap,lansekap, sampai dengan penyiapan dokumen
pelelangan, sehingga menghasilkan suatu perencanaan yang sempurna, ekonomis, serta
ramah terhadap lingkungan.
2. Lingkup pekerjaan
3. Persyaratan
1. Standar
Standar geometrik jalan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997 dan Standar Perencanaan Geometrik Untuk
Jalan Perkotaan (Bina Marga - Maret 1992).
2. Perencanaan Drainase
Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada Standar Perencanaan Drainase
Permukaan Jalan SNI No. 03 3424 1994.
3. Keselamatan Lalu-lintas
Dalam perencanaan harus dipertimbangkan aspek keselamatan pengguna jalan, baik
selama pelaksanaan pekerjaan maupun paska konstruksi. Perencana harus menjamin bahwa
semua elemen yang direncanakan memenuhi persyaratan desain yang ditetapkan dan
sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
Pada prinsipnya pekerjaan ini menggunakan metoda desain yang disederhanakan dengan
menggunakan program komputer yang sudah dikembangkan oleh Prasarana Wilayah dalam
Road Design System.
Untuk maksud tersebut diatas Perencana terikat kepada metoda yang telah ditetapkan yaitu
:
a. Petunjuk Pengambilan Data Lapangan untuk Program Peningkatan Jalan diterbitkan oleh
Subdit. Penyiapan Standar dan Pedoman, Dit. BINTEK .
b. Optimising of Overlay Design in Indonesia, Corne, 1983.
c. Bahan-bahan Overlay Design Course yang diselenggarakan oleh Central Design Course yang
diselenggarakan oleh Central Office BIPRAN pada bulan April 1987.
Untuk mendapat keseragaman metoda dan hasil desain, diwajibkan membuat desain
dengan paket program komputer yang telah disediakan oleh Prasarana Wilayah.
Perhitungan stabilitas lereng diperoleh dari beberapa parameter tentang sifat fisik tanah
setempat yang diperoleh dari contoh tabung (undisturbed sample) beberapa dari test triaxial
atau direct shear.
Parameter yang dihasilkan dari percobaan ini, yaitu C = kohesi tanah, = sudut geser tanah
dan w = berat isi tanah .
Perhitungan angka keamanan lereng (sudut lereng dan tinggi maksimum yang aman )
dilakukan dengan menggunakan rumus dan Grafik Taylor. Salah satu contoh rumus yang
dapat digunakan adalah :
Angka Stabilitas (Na) didapat dengan memplot nilai sudut geser dalam tanah () dengan
sudut lereng desain () kedalam grafik Taylor (terlampir).
0.2
5
0.2
0
0.1
5
0.1
0
0.0
5
ANGKA
KESTABILAN (No)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KEMIRINGAN LERENG (
alpha )
1. Standar
Rujukan yang dipakai untuk perhitungan kontruksi perkerasan jalan dalam pekerjaan ini
adalah:
a. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metoda Analisa
Komponen (SKBI-2.3.26.1987, UDC: 625.73(02)),
b. A guide to the structural design of bitumen-surfaced roads in tropical and sub-tropical
countries, Overseas Road Note 31, Overseas Centre, TRL, 1993.
c . AASTHO Guide for Design of Pavement Structures 1993.
d. Ausroads Pavement Design 2000
2. Analisis Lalu-lintas
Tim harus melakukan analisis data lalu-lintas (LHR yang dikonversi kedalam nilai ESA)
untuk penetapan konstruksi yang akan dipakai.
3.7. Penggambaran
1. Rancangan (Draft) Perencanaan Teknis
Tim harus membuat rancangan (draft) perencanaan teknis dari setiap detail perencanaan
dan mengajukannya kepada Tim Asistensi untuk diperiksa dan disetujui.
Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep perencanaannya antara lain :
a. Alinyemen Horizontal (Plan) digambar diatas peta situasi skala 1:1.000 untuk jalan dan 1:
500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1.0 meter dan dilengkapi dengan data yang
dibutuhkan.
b. Alinyemen Vertikal (Profile) digambar dengan skala horizontal 1:1.000 untuk jalan dan
1:500 untuk jembatan dan skala vertikal 1:100 yang mencakup data yang dibutuhkan.
c. Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (interval 50 meter),
namun pada segmen khusus harus dibuat dengan interval lebih rapat. Gambar potongan
melintang dibuat dengan skala horizontal 1:100 dan skala vertikal 1:50. Dalam gambar
potongan melintang harus mencakup:
- Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan
- Profil tanah asli dan profil/dimensi DAMIJA (ROW) rencana
- Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
- Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada).
d. Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala yang
pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain:
- Gambar konstruksi existing yang ada.
- Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-beda.
- Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
- Rincian konstruksi perkerasan
- Penampang bangunan pelengkap
- Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median
- Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)
e. Gambar standar yang mencakup antara lain: gambar bangunan pelengkap, drainase, rambu
jalan, marka jalan, dan sebagainya.
f. Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas Jembatan
g. Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.
a. Penyusunan mata pembayaran pekerjaan (per item) harus sesuai dengan spesifikasi yang
dipakai,
b. Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan secara keseluruhan. Tabel perhitungan
harus mencakup lokasi dan semua jenis mata pembayaran (pay item)
1. Tim harus mengumpulkan harga satuan dasar upah, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan di lokasi pekerjaan
2. Tim harus menyiapkan laporan analisa harga satuan pekerjaan untuk semua mata
pembayaran yang mengacu pada Panduan Analisa Harga Satuan No. 028/T/BM/1995 yang
diterbitkan Direktorat Jenderal Bina Marga.
3. Tim harus menyiapkan laporan perkiraan kebutuhan biaya pekerjaan konstruksi.
3.10. Spesifikasi.
1. Spesifikasi harus mengacu pada spesifikasi yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal
Prasarana Wilayah.
2. Bila diperlukan, Tim harus menyusun spesifikasi khusus untuk mata pembayaran yang tidak
tercakup dalam spesifikasi tersebut diatas.
3. Penomoran untuk mata pembayaran yang baru harus disetujui oleh Proyek.
BAB X
1. Tujuan
Tujuan dibuatnya ketentuan mengenai keahlian yang diperlukan, adalah untuk mendapatkan
hasil pekerjaan perencanaan yang optimal dan sesuai dengan standar yang berlaku di
lingkungan Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.
- merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan perencanaan teknis jalan
yang mencakup pelaksanaan survey, pemilihan trase, perencanaan geometrik, perkerasan
jalan dan bangunan pelengkap yang diperlukan, serta harus menjamin bahwa rencana jalan
yang dihasilkan adalah pilihan yang paling ekonomis dan sesuai dengan standar teknis yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.
- melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data lalu lintas, analisis dan
menyusun rencana mengenai hal-hal yang menyangkut lalu lintas didalam
perencanaan konstruksi jalan dan jembatan.
2.4 Ahli Teknik Tanah dan Bahan (Soil & Material Engineer) / Ahli Teknik Hidrologi / Ahli
Lingkungan
Tugas ahli Teknik Tanah & Bahan/Ahli Teknik Hidrologi/Ahli Lingkungan adalah :
c. melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data, analisis dan menyusun
rekomendasi mengenai hal-hal yang menyangkut aspek lingkungan akibat pekerjaan
konstruksi jalan.
- melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data harga satuan bahan dan
upah, menyiapkan analisa harga satuan pekerjaan, membuat perhitungan kuantitas
pekerjaan jalan dan jembatan, membuat perkiraan biaya pekerjaan konstruksi, serta harus
menjamin bahwa data, perhitungan analisa harga satuan dan perhitungan kuantitas
pekerjaan yang dihasilkan adalah benar dan akurat.
3. Peryaratan
Persyaratan tenaga ahli S1 sesuai dengan bidang keahliannya dengan pengalaman minimal 3
tahun, untuk D3 minimal 5 tahun. Persyaratan tenaga asisten jika S1 minimal
berpengalaman minimal 3 tahun, jika D3 dengan pengalaman di bidangnya minimal 5
tahun, mempunyai sertifikat serta pernah menangani (ikut terlibat) dalam
proses perencanaan baik jalan maupun jembatan.
Khusus untuk Ketua Tim (Team Leader) minimal S1, juga harus memiliki pengalaman
dibidangnya minimal 5 tahun.
Setiap tenaga ahli harus dibantu dengan seorang asisten.
Rangkuman kriteria tenaga ahli yang diperlukan adalah sebagai berikut :
Jml Lama
Jabatan/ Pendidika Ke
No ygdibutuhka Pengalama Sertifikasi
Penugasan n t
n n Minimum
Profesional Staff
I. 1 S1 Teknik Ahli Perenc.
Team Leader 5 Tahun
Sipil Jbt./Trans.
S1 Teknik
3 Tahun Ahli Perenc.
Highway Engineer Sipil
1 Jbt./Trans.
D3 Teknik Ahli Perenc.
5 Tahun
Sipil Jbt./Trans
S1 Teknik
Geodetic/Geotechnica 3 Tahun Ahli Perenc.
Sipil
l Engineer 1 Jbt./Trans.
D3 Teknik Ahli Perenc.
5 Tahun
Sipil Jbt./Trans
S1 Teknik
3 Tahun Ahli Perenc.
Sipil
Soil & mat Engineer 1 Jbt./Trans.
D3 Teknik Ahli Perenc.
5 Tahun
Sipil Jbt./Trans
S1 Teknik Ahli Perenc.
3 Tahun
Sipil Jbt./Trans
Quantity dan Cost
1 Ahli
Estimator D3 Teknik
5 Tahun Perenc.Jbt./Tran
Sipil
s
II Sub Profesional
S1. Tek.Sipil 2 Tahun
Staff
Ass. Highway 1
S0/D3
Engineer 4 Tahun
Tek.Sipil
1. TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi data perencanaan serta sebagai bahan pelaksanaan,
setiap tenaga ahli diwajibkan untuk membuat laporan secara detail dan lengkap
2. Laporan
Laporan yang harus dibuat :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berupa ringkasan yang berisi metodologi dan rencana kerja, yang
dapat berfungsi sebagai umpan balik/feed back untuk perbaikan.
3. Laporan Bulanan
Berupa ringkasan dari kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan setiap bulan, total kemajuan
kegiatan, dan keterlambatan yang terjadi serta sebab-sebabnya. Selanjutnya juga
memberikan saran-saran untuk mengatasinya dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan
untuk mengatasi keadaan tersebut diatas. Juga termasuk semua kajian ulang yang
diperlukan dan rencana kerja bulan berikutnya.
1. Laporan perencanaan
Laporan perencanaan ini dipisahkan berdasarkan paket pekerjaan masing-masing laporan berisi
:
- Daftar isi
- Peta lokasi proyek
- Daftar bangunan pelengkap
- Uraian yang berisi data perencanaan beserta perhitungan struktur bangunan bawah
beserta pondasinya, Drainase, jalan dan lain-lain.
- Gambar rencana yang dibuat di atas kertas kalkir ukuran A1, untuk kemudian diperkecil
menjadi A3.
4. Laporan Topografi
Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar
terdekat.
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran
- Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal
- Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal
- Kegiatan pengukuran situasi
- Kegiatan pengukuran penampang melintang
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada)
- Perhitungan dan penggambaran
- Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya
- Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan pengukuran topografi termasuk kegiatan
pencetakan dan pemasangan BM, pengamatan matahari, dan semua obyek yang dianggap
penting untuk keperluan perencanaan jalan
- Deskripsi BM (sebagai lampiran)
- Data ukur hasil ploting dan negatip film harus diserahkan
5. Laporan Hidrologi
Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang meliputi :
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar
terdekat, pos pencatat curah hujan.
- Data curah hujan untuk setiap pos yang diambil
- Analisis/perhitungan
- Penentuan dimensi dan jenis bangunan air
- Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
.........., ....................20.....
Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten .....
...........................
NIP.