Anda di halaman 1dari 32

Kerangka Acuan Kerja

KERANGKA ACUAN KERJA


PERENCANAAN TEKNIS JALAN

BAB I
UMUM

1. Latar Belakang

Jalan merupakan prasarana vital transportasi yang menghubungkan antara daerah satu
dengan yang lainnya. Dengan adanya kondisi jalan yang memadai diharapkan dapat
memacu pertumbuhan ekonomi daerah-daerah yang dilaluinya khususnya di wilayah
kabupaten Mukomuko.
Dalam hal ini, Instansi yang sangat berkepentingan yang mengelola masalah prasarana
jalan tersebut adalah Pemerintah Kabupaten Mukomuko melalui Dinas Pekerjaan Umum
Bidang Bina Marga adalah institusi pemerintah yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab dalam pembinaan transportasi jalan.

Direktorat Jenderal Bina Marga adalah institusi pemerintah yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab dalam pembinaan transportasi jalan. Kebutuhan akan prasarana jalan yang
baik merupakan sesuatu yang diharapkan oleh masyarakat dan merupakan faktor
penunjang lancarnya perekonomian Mengingat kondisi sarana jalan yang ada saat ini
banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam, maupun faktor manusia dalam
hal ini kendaraan sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna memenuhi
kebutuhan traffic yang makin tinggi, didalam proses perencanaan sebagai dasar untuk
pelaksanaan perlu diperhatikan faktor-faktor diantaranya kenyamanan, keamanan,
lingkungan serta faktor lain yang yang mendukung perencanaan yang matang dan
terencana

2. Tujuan

Tujuan pekerjaan ini adalah melaksanakan pekerjaan pembuatan rencana teknik jalan
sampai dengan penyiapan desain dan dokumen pelelangan dengan lokasi :

NO Nama Ruas Panjang


1. Perancanaan Teknis Jalan Wilayah Kabupaten . km
Mukomuko

3. Lingkup Pekerjaan

a) Melaksanakan perencanaan teknis lengkap (Full Design) jalan


sebagaimana tersebut pada uraian proyek

b) Tahapan kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan ini adalah :

i. Tahap pengumpulan data

Tahap analisa data lapangan, perencanaan dan penggambaran


1. Pelaporan

Semua kegiatan harus dibuat laporan lengkap sesuai dengan Matrik kegiatan serta Matrik
Tenaga Ahli.

BAB II

P ERSIAPAN D E S A I N.

1. Tujuan

Pekerjaan Persiapan desain bertujuan mempersiapkan bahan-dasar perencanaan


sebelum kelapangan melaksanaan survey Pendahuluan antara lain ;

a. Mempersiapkan data-data awal.


b. Membuat Desain Sementara dari data-data awal untuk dipakai sebagai panduan Survey
Pendahuluan / Recon dilapangan.

2. Lingkup pekerjaan.

Secara Team kegiatan pekerjaan ini dipandu oleh seorang Highway Engineer, yang meliputi
pekerjaan antara lain:

a. Mengumpulkan data kelas, fungsi dan status jalan yang akan didesain.
b. Mempersiapan peta-peta dasar berupa :
- Peta link
- Peta tata guna lahan
c. Menetapkan awal dan akhir rencana pekerjaan dengan berkoordinasi dengan dinas
PU. Setempat.
d. Membuat Estimasi panjang jalan, jumlah dan panjang jembatan, box culvert / gorong
gorong dan bangunan pelengkap jalan lainnya yang mungkin akan terdapat pada route
jalan tersebut.
e. Melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait baik dipusat maupun didaerah
termasuk juga mengumpulkan informasi harga satuan / upah untuk disekitar lokasi proyek
terutama pada proyek yang sedang berjalan.
f. Mengumpulkan dan mempelajari laporan laporan yang berkaitan dengan wilayah yang
dipengaruhi atau mempengaruhi jalan/jembatan yang akan direncanakan.

3. Persyaratan

Hasil Persiapan Desain harus dipresentasikan untuk mendapat Persetujuan [ dari team
asistensi ] dan bila perlu mengadakan perbaikan perbaikan / saran saran yang nantinya
akan dipakai sebagai panduan kegiatan selanjutnya.

BAB III
SURVEY PENDAHULUAN

1. Tujuan
Survey Pendahuluan atau Reconnaissance Survey adalah survey yang dilakukan pada awal
pekerjaan di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai bagian
penting bahan kajian kelayakan teknis dan untuk bahan pekerjaaan selanjutnya.

Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadap survey
detail lanjutan diantaranya, survey topografi, survey geologi dan geoteknik, survey bahan
quarry, survey hidrologi / hidrolik, jenis konstruksi serta metode pelaksanaan sehingga
diperoleh suatu perencanaan detail desain yang matang, semua kegiatan recon survey
harus dibuatkan laporan sebagai data awal perencanaan.

2. Lingkup Pekerjaan
Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang sudah
disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey recon dilapangan yang meliputi kegiatan.

2.1 Studi literatur


Pada tahapan ini Team harus mengumpulkan data pendukung perencanaan baik data
sekunder

2.2 Koordinasi dengan instansi terkait


Team melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi / unsur-unsur terkait
didaerah sehubungan dengan dilaksanakanya survey pendahuluan.

2.3 Diskusi perencanaan di lapangan


Team bersama sama melaksanakan survey dan mendiskusikanya dan membuat usul
perencanaan dilapangan bagian demi bagian sesuai dengan bidang keahlianya masing-
masing serta membuat sketsa dilengkapi catatan-catatan dan kalau perlu membuat tanda
dilapangan berupa patok dan dilengkapi foto-foto penting dan identitasnya masing-masing
yang akan difinalkan dikantor sebagai bahan penyusunan laporan setelah kembali .

2.4. Recon Survey / desain Geometrik


1. Menentukan awal proyek ( Sta. 0 + 000 ) dan akhir proyek yang tepat untuk mendapatkan
overlaping yang baik dan memenuhi syarat geometrik.

Pada peninjauan titik awal dan titik akhir pekerjaan, diwajibkan mengambil data sejauh 200
m sebelum titik awal dan 200 m setelah titik akhir pekerjaan seperti disajikan dalam Gambar
1 berikut:
Gambar 1. Koridor Pengambilan Data

2. Mengidentifikasi medan secara stationing / urutan jarak dengan mengkelompokan kondisi


: medan datar, rolling, perbukitan, pegunungan / bukit curam dalam bentuk tabelaris.

3. Mengidentifikasi / memperkirakan secara tepat penerapan desain geometrik ( alinemen


horizontaal dan vertikal ) berdasarkan pengalaman dan keahlian yang harus dikuasai
sepenuhnya oleh Highway Engineer yang melaksanakan pekerjaan ini dengan melakukan
pengukuran-pengukuran secara sederhana dan benar ( jarak , azimut, kemiringan
dengan helling meter ) dan membuat sketsa desain alinemen horizontal maupun vertikal
secara khusus untuk lokasi - lokasi yang dianggap sulit untuk memastikan trase yang dipilih
akan dapat memenuhi persyaratan geometrik yang dibuktikan dengan sketsa horizontal dan
penampang memanjang rencana trase jalan.

4. Didalam penarikan perkiraan desain alinemen horizontal dan vertikal harus sudah
diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk lokasi-lokasi :
galian / timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong gorong dan jembatan (oprit jembatan
), persimpangan yang bisa terlihat dengan dibuatnya sketsa sketsa serta tabelaris
dilapangan dari identifikasi kondisi lapangan secara stasioning dari awal s/d akhir proyek
yang nantinya akan diasistensikan dan mendapatkan persetujuan dari team asistensi recon.

5. Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu mengambil keputusan dalam
pemilihan trase dengan anggota team yang saling terkait dalam pekerjaan ini.

6. Dilapangan harus diberi / dibuat tanda tanda berupa patok dan tanda anjir dengan diberi
tanda bendera sepanjang daerah rencana dengan interval 50 m untuk memudahkan tim
pengukuran, serta pembuatan foto foto penting untuk pelaporan dan panduan dalam
melakukan survey detail selanjutnya.

7. Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung perkirakan volume
pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana
dan diharapkan dapat mendekati final desain.

2.5. Recon Survey Topografi.


Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan adalah :
1. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton Bench Mark di awal
dan akhir Proyek
2. Mengamati kondisi topografi
3. Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus serta , morpologi dan
lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor
4. Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran.
5. Menyarankan posisi patok Bench Mark pada lokasi/titik yang akan dijadikan referensi.

2.6. Recon Bangunan Pelengkap Jalan


1. Untuk perencanaan jalan baru perlu dicatat data lokasi / Sta. , perkiraan lokasinya apa
sudah sesuai dengan geometrik dengan rencana jenis konstruksi, dimensi yang diperlukan.
2. Untuk lokasi yang sudah ada existing perlu dibuatkan infentarisasinya dengan lengkap
antara lain Sta. , jenis konstruksi, dimensi, kondisi serta mengusulkan penanganan yang
diperlukan.
3. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu dicatat tinggi muka air normal, muka air banjir dan
muka air banjir tertinggi pernah terjadi serta adanya tanda-tanda / gejala gejala erosi yang
dilengkapi dengan sket lokasi , morfologi serta karakter aliran sungai dan di lengkapi foto
foto jika diperlukan.
4. Mendiskusikan dengan anggota team yang menguasai bidang geometrik, geologi, amdal dan
hidrologi apakah data-data dan usul penempatan lokasi serta usul perencanaan /
penanganan sudah sesuai secara teknis.
5. Membuat sket dan kalau perlu foto-foto beserta catatan-catatan khusus serta saran - saran
yang sangat berguna dijadikan panduan dalam pengambilan data untuk perencanaaan
pada waktu melakukan survey detail nanti dan pengaruhnya terhadap keamanan /
kestabilan.

2.7. Recon Survey Lalu Lintas.


Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan lalu lintas adalah :
1. Menentukan lokasi (tempat) yang akan diambil data kendaraan, baik untuk 40 jam, 24 jam,
12 jam, 6 jam dan 3 jam.
2. Mengamati kondisi jalan serta bangunan pelengkap lainnya.
3. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi yang penting
4. Memperkirakan lebar perkerasan yang akan diterapkan dalam disain berikutnya pada kondisi
tertentu yang perlu untuk diadakan pelebran
5. Membuat rencana kerja untuk tim survey.

2.8. Recon Survey Geologi dan Geoteknik.


Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan geologi dan geoteknik adalah :
1. Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan karakteristik dan sipat
tanah dan batuan.
2. Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang lokasi pekerjaan
3. Memberikan rekomendasi pada Higway Enggineer berkaitan dengan rencana trase jalan
yang akan dipilih.
4. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus.(rawan longsor, gambut, dll)
5. Mencatat lokasi yang akan dlakukan pengeboran maupun lokasi untuk test pit.
6. Membuat rencana kerja untuk tim survey detail

2.9. Recon Survey Hidrologi/Hidraulik.


Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan hidrologi/Hidraulik adalah:

1. Mengumpulkan data curah hujan.


2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment Area).
3. Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan dengan bentuk dan
kemirngan yang akan mempengaruhi pola aliran.
4. Mengamati tata guna lahan
5. Menginventarisasi bangunan drainase existing.
6. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.
7. Membuat rencana kerja untuk survey detail.
8. Mengamati karakter aliran sungai / morfologi yang mungkin berpengaruh terhadap
konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan dalam
perencanaan berikut

2.10. Recon Survey Upah dan Harga Satuan.


Mengumpulkan harga satuan dan upah, dengan cara koordinasi dengan instansi terkait.
3 Persyaratan

Seluruh kegiatan survey pendahuluan dalam proses pengambilan data harus menggunakan
format yang telah disediakan seperti yang tercantum dalam data lampiran Survey
Pendahuluan.

BAB IV
PENGUKURAN TOPOGRAFI

1. Tujuan

Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan jembatan didalam koridor
yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1:1000, yang akan digunakan
untuk perencanaan geometrik jalan, serta 1:500 untuk perencanaan jembatan dan
penanggulangan longsoran.

1. Lingkup Pekerjaan

2.1 Pemasangan patok-patok

- Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm atau pipa pralon
ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan diatasnya dipasang neut dari baut,
ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km
dan pada setiap lokasi rencana jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu)
pasang di setiap sisi sungai/alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang posisinya aman dari
gerusan air sungai.

- Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas tanah setinggi 20 cm,
dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana Wilayah, notasi dan nomor BM dengan warna
hitam. Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai dokumentasi yang
dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.

- Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang cukup keras,
lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya
diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih
nampak diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan
patok bantu.

- Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi tanda-
tanda khusus.

- Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok, misalnya diatas permukaan
jalan beraspal atau diatas permukaan batu, maka titik-titik poligon dan sipat datar ditandai
dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
2.2. Pengukuran titik kontrol horizontal

- Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dan semua titik ikat
(BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
- Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur dengan meteran atau
dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian baca dalam
detik. Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2 atau yang setingkat.
- Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran dan untuk setiap
interval + 5 km di sepanjang trase yang diukur. Apabila pengamatan matahari tidak bisa
dilakukan, disarankan menggunakan alat GPS Portable (Global Positioning System). Setiap
pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar biasa).

2.3. Pengukuran titik kontrol vertikal

- Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri / pembacaan pergi- pulang.
- Pengukuran sipat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon, sipat datar, dan
potongan melintang) dan titik BM.
- Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar, jelas dan
sama.
- Pada setiap pengukuran sipat datar harus dilakukan pembacaan ketiga benangnya, yaitu
Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), dalam satuan
milimiter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi: 2 BT = BA + BB.
- Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag (pengamatan) yang
genap.

2.4. Pengukuran situasi

- Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup semua obyek yang
dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada disepanjang jalur pengukuran, seperti alur,
sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan sebagainya.
- Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan kerapatan titik
yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar. Pada lokasi-lokasi khusus
(misalnya: sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah ada) pengukuran harus
dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
- Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
2.5. Pengukuran Penampang Melintang.

Pengukuran penampang melintang harus dilakukan dengan


persyaratan:

Lebar Interval, Interval,


Kondisi koridor, (m) (m)
(m) Jalan Jembatan/
baru Longsoran
- Datar, landai, dan lurus 75 + 75 50 25
- Pegunungan 75 + 75 25 25
- Tikungan 50 (luar) + 25 25
100 (dalam)
Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat theodolit.

2.6. Pengukuran Khusus (untuk Jembatan)

Pengukuran khusus diperlukan pada beberapa kondisi khusus, misalnya : perpotongan


rencana trase jalan dengan sungai, dan/atau jalan yang sudah ada.

a. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jalan dengan sungai

- Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing 200 m dari perkiraan titik
perpotongan atau daerah sekitar sungai yang masih berpengaruh terhadap keamanan
jembatan dengan interval pengukuran penampang melintang sungai sebesar 25 meter.

- Koridor pengukuran searah rencana trase jalan masing-masing 100 m dari kedua tepi sungai
dengan interval pengukuran penampang melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter.

b. Pengukuran pada perpotongan dengan jalan yang ada .

- Koridor pengukuran ke setiap arah kaki perpotongan masing-masing 100 m dari perkiraan
titik perpotongan dengan interval pengukuran penampang melintang sebesar 25 meter.

- Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang


- dibentuk alam maupun manusia disekitar persilangan tersebut.

1. Persyaratan

3.1. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.

Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa dan
dikoreksi sebagai berikut :

a. Pemeriksaaan theodolit:
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
- Sumbu II tegak lurus sumbu I.
- Garis bidik tegak lurus sumbu II
- Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
- Kesalahan indeks vertikal = 0.
b. Pemeriksaan alat sipat datar:
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
- Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.

Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.

3.2. Ketelitian dalam pengukuran.

Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :


a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10 kali akar jumlah titik poligon.
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5.

3.3. Perhitungan

- Pengamatan matahari.
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada tabel almanak matahari yang
diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD untuk tahun yang sedang berjalan dan harus
dilakukan di lokasi pekerjaan.

- Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan matahari yang satu
dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-
rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.

- Perhitungan sipat datar.


Perhitungan sipat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan harus
dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda
tingginya.

- Perhitungan Ketinggian detail.


Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai titik
pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.

- Seluruh perhitungan harus menggunakan sistim komputerisasi

3.2. Penggambaran .

- Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk
jembatan .
- Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm
- Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)-nya.
- Pada setiap lembar gambar dan/atau setiap 1 meter panjang gambar harus dicantumkan
petunjuk arah Utara.
- Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan
secara grafis.
- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang melintang harus
digambarkan pada gambar poligon, sehingga membentuk gambar situasi dengan interval
garis ketinggian (contour) 1 meter.

BAB V
INVENTARISASI JALAN DAN JEMBATAN

1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data secara umum mengenai kondisi
perkerasan maupun kondisi jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.

2. Lingkup pekerjaan

2.1 Inventarisasi Kondisi Permukaan Jalan


Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata setiap 200 m yang tercatat
selama berkendaraan.
Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
1) Lebar perkerasan yang ada dalam meter.
2) Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Lasbutag, Penetrasi Macadam dll.
3) Nilai Kekasaran Jalan yang dapat diperoleh dari hasil survai NAASRA Roughness Meter
(IRI), atau ditentukan secara visual (RCI) dengan ketentuan skala sebagai berikut : (hanya
untuk peningkatan jalan)

RCI Kondisi Visual Tipe Permukaan Tipikal

8 10 Sangat rata Hotmix (AC dan HRS) yang halus,


baru dibuat/ditingkatkan dengan
beberapa lapisan aspal.

78 Sangat baik/rata Hotmix setelah dipakai beberapa


tahun atau lapisan tipis hotmix
diatas Penetrasi Macadam dipakai
untuk pelaksanaan pekerjaan
konstruksi disekitar ruas jalan yang
ditingkatkan.

67 Baik Hotmix lama, Nacas / Lasbutag baru.

56 Cukup, sedikit/ tak Penetrasi Macadam, Nacas baru atau


adalubang,permuka- Lasbutag berumur beberapa tahun.
an rata.

34 Jelek, kadang- Penetrasi Macadam berumur 4-5


kadang berlubang, tahun, jalan kerikil tak terawat.
tidak rata.

23 Rusak berat Semua type perkerasan yang sudah


lama tidak terpelihara.
12 Tak dapat dilalui ke-
cuali leh jeep 4 WD.
4) Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti saluran samping, gorong-
gorong, bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak pagar/ bangunan pendudung / tebing
kepinggi perkerasan.
5) Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yang ditentukan
untuk jenis pemeriksaan lainnya.
6) Data yang diperoleh dicatat di dalam format Inventarisasi Jalan (Highway Geometric
Inventory), per 200 meter.
7) Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik jalan minimal 1 (satu) buah foto per 200
meter.
8) Foto ditempel pada format yang standar . dengan mencantumkan hal-hal yang diperlukan
seperti nomor dan nama ruas jalan, arah pengambilan foto dan tinggi petugas yang
memegang nomor Sta.

2.2 Inventarisasi Jembatan


Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai existing jembatan
yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah sbb :
1) Nama, lokasi dan kondisi jembatan.
2) Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar, ruang bebas dan jenis lantai.
3) Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan.
4) Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang standar.
5) Foto dokumentasi minimum 2 (dua) lembar untuk setiap jembatan yang diambil dari arah
memanjang dan melintang. Foto ditempel pada format yang standar

3. Persyaratan

Proses pengambilan data atau inventarisasi harus menggunakan format standar seperti
terlihat pada lampiran invebtarisasi jalan dan untuk jembatan mengacu pada BMS.

BAB VI

SURVEY LALU LINTAS

1. TUJUAN

Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi jalan yang ada, kecepatan kendaraan
rata-rata, menginventarisasi jalan yang ada, serta menginventarisasi jumlah setiap jenis
kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung
lalulintas harian rata-rata sebagai dasar perencanaan jalan dan jembatan.

2. Lingkup pekerjaan
Survey lalulintas meliputi kegiatan:

2.1.Survey volume kendaraan dilakukan ditiga tempat yaitu:


1. Ruas jalan
2. Simpang tiga jalan
3. Simpang empat jalan

Seluruh jenis kendaraan yang lewat baik dari arah depan maupun dari arah belakang harus
dicatat selama 24 jam pada daerah padat, serta 12 jam pada daerah yang tidak padat,
dengan interval waktu 3 jam
Setiap lajur minimal 2 orang dengan peralatan yang digunakan 1 orang 1 counter serta
format survey yang telah ditentukan

2.1.1. Pos-pos Perhitungan Lalu Lintas yang terbagi dalam beberapa tipe pos :

a. Pos Kelas A : yaitu pos perhitungan lalau lintas yang terletak pada ruas jalan dengan jumlah
lalu lintas yang tinggi dan mempunyai LHR >10.000 kendaraan.
b. Pos Kelas B : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas jalan dengan jumlah
lalu lintas yang sedang dan mempunyai 5.000 < LHR< 10.000 kendaaan.
c. Pos Kelas C : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak padda ruas jalan dengan jumlah
lalu lintas yang rendah dan mempunyai LHR <5.000 kendaraan.

2.1.2. Pemilihan Lokasi Pos

a. Lokasi pos harus mewakili jumlah lalu lintas harian rata-rata dari ruas jalan tidak terpengaruh
oleh angkutan ulang alik yang tidak mewakili ruas (commuter traffic).
b. Lokasi pos harus mempunyai jarak pandang yang cukup untuk kedua arah, sehingga
memungkinkan pencatatan kendaraan dengan mudah dan jelas,
c. Lokasi pos tidak dapat ditempatakan pada persilangan jalan.

2.1.3. Tanda pengenal Pos

Setiap pos perhitungan lalu lintas rutin mempunyai nomor pengenal, terdiri dari satu huruf
besar dan diikuti oleh tiga digit angka. Huruf besar A,B,dan C memberikan identitas
mengenai tipe kelas pos perhitungan.

Tiga digit angka berikutnya identik dengan nomor ruas jalan dimana pos-pos tersebut
tergeletak.

Apabila pada suatu ruas jalan mempunyai pos perhitungan lebih dari satu, maka kode
untuk pos kedua, digit pertama diganti dengan 4 dan seterusnya. Urutan pos hendaknya
dimulai dari kilometer kecil kearah kilometer besar pada ruas jalan tersebut.

Contoh:

1. Di ruas jalan 002 ada beberapa pos kelas A penulisan nomor posnya : A002; A302; A402
sampai A902.

2. Di ruas jalan 157 ada beberapa pos kelas B, penulisan nomor posnya : B157; B357; B457;
sampai dengan B957.
3. Di ruas jalan 057 ada beberapa pos kelas C, penulisan nomor posnya: C057; C357; C457
samapai dengan C957.

2.1.4. Periode Perhitungan

a. Pos Kelas A
Untuk Pos Kelas A perhitungan dilakukan dengan periode 40 jam selama 2 hari, mul;ai pukul
06.00 pagi pada hari pertama dan berakhir pada 22.00 pada hari kedua. Perhitungan ini
diulang empat kali selama satu tahun sesuai jadual yang telah ditentukan

Pembina jalan akan menginformasikan jadual perhitungan pada awal tahun anggaran.
Apabila ada perubahan jadual, waktu survei akan ditentukan lebih lanjut oleh pembina jalan
yang bersangkutan.

b. Pos Kelas B
Untuk pos kelas B, pelaksanaan perhitungan seperti pada pos kelas A. Pelaksanaan
perhitungan pada pos-pos kelas B sesuai jadual yang telah ditentukan.

c. Pos Kelas C
Perhitungan dilakukan dengan periode 16 jam mulai pukul 06.00 pagi dan berakhir pada
pukul 22.00 pada hari yang sama yang ditetapkan untuk pelaksanaan perhitungan.
Perhitungan ini diulang empat kali selama satu tahun sesuai jadual yang telah ditentukan.
2.1.5. Pengelompokan Kendaraan (RTC-Manual)
Dalam perhitungan jumlah lalu lintas, kendaraan dibagi kedalam 8 kelompok mencakup
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.

Golongan Jenis Kendaraan yang masuk kelompok ini


/ Kelompok adalah
1 Sepeda motor, sekuter, sepeda kumbang
dan kendaraan bermotor roda 3
2 Sedan, Jeep, dan Station Wagon.
3 Opelet, Pick-up opelet, Suburban, Combi,
Minibus
4 Pick-up, Micro Truck dan Mobil hantaran
atau Pick-up Box
5a Bus Kecil
5b Bus Besar
6 Truk 2 sumbu
7a Truk 3 cumbu
Golongan Jenis Kendaraan yang masuk kelompok ini
/ Kelompok adalah
7b Truk Gandengan
7c Truk Semi Trailer
8 Kendaraan tidak bermotor, sepeda, becak,
andong/dokar, gerobak sapi

Pengenalan ciri kendaraan :

1. Sepeda Kumbang: sepeda yang ditempeli mesin 75 cc (max)


2. Kendaraan bermotor roda 3 antara lain: bemo dan bajaj.
3. Kecuali Combi, umumnya sebagai kendaran penumpang umum maximal 12 tempat duduk
seperti mikrolet, angkot, minibus, pick-up yang diberi penaung kanvas/pelat dengan rute
dalam kota dan sekitarnya atau angkutan pedesan.
4. Umumnya sebagai kendaraan barang maximal beban sumbu belakang 3,5 ton dengan bagian
belakang sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
5a. Bus Kecil adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk antara 16 s/d
26 buah, seperti kopaja, metromini, elf dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda
(STRG) dan panjang kendaraan maximal 9 m dengan sebutan bus .
5b. Bus Besar adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk antara 30 s/d
50 buah, sperti bus malam,bus kota, bus antar kota yang berukuran 12 m (+) dan STRG.
6. Truk 2 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan beban sumbu belakang antara 5-10
ton (MST 5,8,10 dan STRG)
7a. Truk 3 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan 3 sumbu yang letaknya STRT dan
SGRG (sumbu ganda roda ganda).
7b. Truk gandengan adalah sebagai kendaraan no. 6 dan 7 yang diberi gandengan bak truk dan
dihubungkan dengan batang segitiga. Disebut juga Full Trailer Truck.
7c. Truk semi trailer atau truk tempelan adalah sebagai kendaraan yang terdiri dari kepala truk
dengan sumbu 2-3 sumbu yang dihubungkan secara sendi dengan pelat dan rangka bak
yang beroda belakang yang mempunyai 2 atau 3 sumbu pula.

3. Persyaratan

Standar pengambilan dan perhitungan data harus mengacu pada buku Manual Kapasitas
Jalan Indonesia.

BAB VII

SURVEY KONDISI PERKERASAN JALAN

1. Tujuan

Survey Kondisi Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perkerasan yang
meliputi lendutan dari suatu konstruksi jalan, kekasaran jalan, daya dukung tanah
dasar dan susunan/lapisan perkerasan.

2. Lingkup pekerjaan

2.1. Pemeriksaan Lendutan Balik dengan Benkelman Beam


Pemeriksaan harus dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Pengukuran beban gandar belakang harus dilakukan dengan menggunakan jembatan
timbang atau dengan alat lain yang telah terbukti dapat dipakai untuk pengukuran beban
gandar,dan hasil pengukuran beban gandar harus dicatat dengan jelas.

b. Alat Benkelman Beam yang dipakai harus mempunyai ukuran yang standar misalnya
,perbandingan batang 1:2.Dimensi geometrik dari Benkelman Beam harus dicatat dengan
jelas.

c. Alat pembacaan (dial gauge) lendutan harus pada kondisi yang baik dan skala ketelitian
pembacaan jarum penunjuk harus dicatat.
d. Pemeriksaan lendutan balik dilakukan dengan interval pemeriksaan setiap 200 m sepanjang
ruas jalan beraspal yang telah ditetapkan.

e. Hal-hal yang khusus yang dijumpai seperti kondisi drainase, nama daerah yang dilalui, cuaca,
waktu peninggian permukaan jalan dan sebagainya harus di catat.

f. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus dicatat dengan jelas (Patok Km/Sta).

2.2. Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer)
Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebaga berikut :
a. Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran yang ada.
b. Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan 200 m.
c. Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan pada permukaan lapisan tanah dasar.
d. Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti lapisan sirtu,
lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya.

e. Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan tanah dasar,


kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapis batuan).
f. Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan kondisi drainase, cuaca, waktu dan
sebagainya.
g. Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.

2.3. Analisa data lapangan, disain dan gambar-gambar.


Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, Konsultan harus mengadakan analisa data
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan sbb :

a. Analisa lendutan balik atau CBR


Perlu produk : Buku Laporan hasil komputer (seluruh paket menjadi satu buku laporan).
Lendutan balik rencana ataupun nilai CBR rencana, ditentukan dengan menggunakan
program komputer yang tersedia, dimana untuk :

Lendutan balik (D) ditentukan berdasarkan formula :

D = x + 1,64 s

Dimana :
D = lendutan balik rata-rata pasa section tertentu.
s = standar deviasi pada section tertentu.

Nilai CBR rencana ditentukan dengan formula :


CBR (disain) = CBR (rata-rata) 1,64 std. Deviasi.

b. Penentuan unique section, yaitu suatu seksi jalan yang mempunyai karakteristik seragam
dalam beberapa variabel desain seperti :

1. Lebar perkerasan yang ada / rencana.


2. Lendutan balik rencana atau
3. Nilai CBR rencana
4. Nilai beban lalu-lintas
5. Perubahan gambar.
c. Mempelajari kemungkinan pemakaian type bahan perkerasan yang sesuai untuk suatu
daerah tertentu.
Type perkerasan yang diijinkan dalam pekerjaan ini adalah type yang sekarang dipakai di
Bina Marga.

d. Melakukan desain tebal perkeasan tambahan menurut metoda yang telah ditetapkan .

3. Persyaratan

Untuk pelaksanaan kegiatan Benkelman Beam kendaraan Truk harus sesuai dengan muatan
gandar yang di syaratkan pada survey BB yaitu 8.2 ton dengan tekanan angin ban sebesar
80 Psi (harus sesuai dengan SNI. 03-2416-1991), sedangkan untuk kegiatan DCP (harus
sesuai dengan SNI 03 1743 1989), proses pengambilan data harus mengacu pada format
yang telah standar seperti terlihat dalam data lampiran.

BAB VIII

SURVEY HIDROLOGI DAN HIDRAULIK

1. Tujuan

Tujuan survey hidrologi dan hidrolika yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah untuk
mengumpulkan data hidrologi dan karakter/perilaku aliran air pada bangunan air yang ada (
sekitar jembatan maupun jalan), guna keperluan analisis hidrologi, penentuan debit banjir
rencana (elevasi muka air banjir), perencanaan drainase dan bangunan pengaman terhadap
gerusan, river training (pengarah arus) yang diperlukan.

2 Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan survey hidrologi dan hidrolika ini meliputi:

a. Mengumpulkan data curah hujan dan banjir tahunan pada daerah tangkapan (catchment
area) dari Badan Meteorologi dan Geofisika dan/atau instansi terkait di kota terdekat dari
lokasi perencanaan.

b. Mengumpulkan data bangunan pengaman yang ada seperti gorong-gorong, jembatan,


selokan yang meliputi: lokasi , dimensi, kondisi, tinggi muka air banjir.

c. Menganalisis data curah hujan dan menentukan curah hujan rencana, debit dan tinggi muka
air banjir rencana dengan metode yang sesuai.

d. Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana untuk memberikan masukan dalam proses
perencanaan yang aman.

e. Menghitung dimensi dan jenis bangunan pengaman yang diperlukan.

f. Menentukan rencana elevasi aman untuk jalan/jembatan termasuk pengaruhnya akibat


adanya bangunan air ( aflux).
g. Merencanakan bangunan pengaman jalan / jembatan terhadap gerusan samping atau
horisontal dan vertikal.

1. Persyaratan

Proses analisa perhitungan harus mengacu pada standar nasional Indonesia (SNI) No: 03-
3424-1994 atau Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1987
(Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai)
BAB IX
PERENCANAAN TEKNIS

1 Tujuan

Tujuan dari perencanan teknis ini adalah untuk merencanakan baik geometrik, perkerasan,
jembatan, struktur bangunan pelengkap,lansekap, sampai dengan penyiapan dokumen
pelelangan, sehingga menghasilkan suatu perencanaan yang sempurna, ekonomis, serta
ramah terhadap lingkungan.

2. Lingkup pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini :


a. Merencanakan geometrik jalan dan jembatan dengan memperhatikan stabilitas lereng.
b. Merencanakan jenis serta tebal perkerasan.
c. Merencanakan bangunan pelengkap dan pengaman jalan.
d. Merencanakan lansekap jalan.
e. Menyiapkan dokumen lelang.

3. Persyaratan

3.1 Perencanaan Geometrik

1. Standar
Standar geometrik jalan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997 dan Standar Perencanaan Geometrik Untuk
Jalan Perkotaan (Bina Marga - Maret 1992).

2. Perencanaan Drainase
Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada Standar Perencanaan Drainase
Permukaan Jalan SNI No. 03 3424 1994.

3. Keselamatan Lalu-lintas
Dalam perencanaan harus dipertimbangkan aspek keselamatan pengguna jalan, baik
selama pelaksanaan pekerjaan maupun paska konstruksi. Perencana harus menjamin bahwa
semua elemen yang direncanakan memenuhi persyaratan desain yang ditetapkan dan
sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.

4. Perangkat Lunak Perencanaan.


Dalam melaksanakan perencanaan bisa manual atau dengan menggunakan perangkat lunak
yang kompatibel seperti perangkat lunak MOSS atau AD-CAD.

Pada prinsipnya pekerjaan ini menggunakan metoda desain yang disederhanakan dengan
menggunakan program komputer yang sudah dikembangkan oleh Prasarana Wilayah dalam
Road Design System.
Untuk maksud tersebut diatas Perencana terikat kepada metoda yang telah ditetapkan yaitu
:

a. Petunjuk Pengambilan Data Lapangan untuk Program Peningkatan Jalan diterbitkan oleh
Subdit. Penyiapan Standar dan Pedoman, Dit. BINTEK .
b. Optimising of Overlay Design in Indonesia, Corne, 1983.
c. Bahan-bahan Overlay Design Course yang diselenggarakan oleh Central Design Course yang
diselenggarakan oleh Central Office BIPRAN pada bulan April 1987.

Untuk mendapat keseragaman metoda dan hasil desain, diwajibkan membuat desain
dengan paket program komputer yang telah disediakan oleh Prasarana Wilayah.

3.2. Stabilitas Lereng


Perhitungan stabilitas lereng dilakukan guna memberikan informasi tentang berapa tinggi
maksimum dan kemiringan lereng desain galian yang aman dari keruntuhan.

Perhitungan stabilitas lereng diperoleh dari beberapa parameter tentang sifat fisik tanah
setempat yang diperoleh dari contoh tabung (undisturbed sample) beberapa dari test triaxial
atau direct shear.

Parameter yang dihasilkan dari percobaan ini, yaitu C = kohesi tanah, = sudut geser tanah
dan w = berat isi tanah .
Perhitungan angka keamanan lereng (sudut lereng dan tinggi maksimum yang aman )
dilakukan dengan menggunakan rumus dan Grafik Taylor. Salah satu contoh rumus yang
dapat digunakan adalah :

Dimana : Na = Angka Stabilitas Taylor


C = Kohesi tanah (Ton/m2)
H = Tinggi lapisan tanah (m)
w = Berat isi tanah basah (Ton/m3)
Fk = Faktor keamanan ( FK > 1,251 (lereng aman )

Angka Stabilitas (Na) didapat dengan memplot nilai sudut geser dalam tanah () dengan
sudut lereng desain () kedalam grafik Taylor (terlampir).

Faktor lereng (F) digunakan asumsi :


FK > 1,251 lereng aman
FK = 1,251 lereng dalam keseimbangan
FK < 1,251 lereng tidak aman

3.3. Stabilitas badan jalan


Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang ada, jenis dan
karekteristik batuan, dan kondisi lereng.
Pengkajian stabilitas badan jalan harus mencakup 3 (tiga) hal, yaitu gerakan tanah atau
longsoran yang sudah ada di lapangan, perkiraan longsoran yang mungkin terjadi (hasil
analisis) akibat jenis, arah dan struktur lapisan batuan, dan longsoran yang dapat terjadi
akibat pembangunan jalan. Untuk ketiga hal diatas harus diidentifikasi jenis gerakan, faktor
penyebabnya, dan usaha-usaha penanggulangannya.

Lampiran; Grafik Taylor


0.3
0

0.2
5
0.2
0
0.1
5
0.1
0
0.0
5

ANGKA
KESTABILAN (No)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

KEMIRINGAN LERENG (
alpha )

3.4. Perencanaan Perkerasan

1. Standar
Rujukan yang dipakai untuk perhitungan kontruksi perkerasan jalan dalam pekerjaan ini
adalah:

a. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metoda Analisa
Komponen (SKBI-2.3.26.1987, UDC: 625.73(02)),
b. A guide to the structural design of bitumen-surfaced roads in tropical and sub-tropical
countries, Overseas Road Note 31, Overseas Centre, TRL, 1993.
c . AASTHO Guide for Design of Pavement Structures 1993.
d. Ausroads Pavement Design 2000

2. Analisis Lalu-lintas
Tim harus melakukan analisis data lalu-lintas (LHR yang dikonversi kedalam nilai ESA)
untuk penetapan konstruksi yang akan dipakai.

3. Pemilihan Jenis Bahan Material


Tim harus mengutamakan penggunaan bahan material setempat sesuai dengan masukan
dari laporan geoteknik. Bila bahan setempat tidak dapat digunakan langsung sebagai bahan
konstruksi, maka Tim harus mengusulkan usaha-usaha peningkatan sifat-sifat teknis bahan
sehingga dapat dipakai sebagai bahan konstruksi .

3.5. Perencanaan Struktur (Jembatan)


Rujukan yang dipakai untuk perencanaan struktur jembatan baik bangunan atas dan bawah
dalam pekerjaan ini adalah:
a. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya, SKBI No. 1.2.28, UDC: 624.042:
624.2,
b. Bridge Design Code and Manual (BMS92).

3.6. Perencanaan bangunan pelengkap dan pengaman jalan


Salah satu rujukan yang dipakai untuk perencanaan bangunan pelengkap dan pengaman
jalan dalam pekerjaan ini adalah :
a. Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan Undang Undang Lalulintas No.14
Tahun 1992.
b. Standar Box Culvert (Bipran 1992)
c. Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan (Subdit PSP 2002)

3.7. Penggambaran
1. Rancangan (Draft) Perencanaan Teknis
Tim harus membuat rancangan (draft) perencanaan teknis dari setiap detail perencanaan
dan mengajukannya kepada Tim Asistensi untuk diperiksa dan disetujui.

Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep perencanaannya antara lain :
a. Alinyemen Horizontal (Plan) digambar diatas peta situasi skala 1:1.000 untuk jalan dan 1:
500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1.0 meter dan dilengkapi dengan data yang
dibutuhkan.
b. Alinyemen Vertikal (Profile) digambar dengan skala horizontal 1:1.000 untuk jalan dan
1:500 untuk jembatan dan skala vertikal 1:100 yang mencakup data yang dibutuhkan.
c. Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (interval 50 meter),
namun pada segmen khusus harus dibuat dengan interval lebih rapat. Gambar potongan
melintang dibuat dengan skala horizontal 1:100 dan skala vertikal 1:50. Dalam gambar
potongan melintang harus mencakup:
- Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan
- Profil tanah asli dan profil/dimensi DAMIJA (ROW) rencana
- Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
- Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada).
d. Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala yang
pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain:
- Gambar konstruksi existing yang ada.
- Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-beda.
- Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
- Rincian konstruksi perkerasan
- Penampang bangunan pelengkap
- Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median
- Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)

e. Gambar standar yang mencakup antara lain: gambar bangunan pelengkap, drainase, rambu
jalan, marka jalan, dan sebagainya.
f. Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas Jembatan
g. Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.

2. Gambar Rencana Akhir (Final Design)


Pembuatan gambar rencana lengkap dilakukan setelah rancangan perencanaan disetujui
oleh Tim Asistensi dengan memperhatikan koreksi dan saran yang diberikan.
Gambar rencana akhir terdiri dari gambar-gambar rancangan yang telah diperbaiki dan
dilengkapi dengan :

a. Sampul luar (cover) dan sampul dalam.


b. Daftar isi
c. Peta lokasi proyek
c. Peta lokasi Sumber Bahan Material (Quarry).
d. Daftar simbol dan singkatan.
e. Daftar bangunan pelengkap dan volume
f. Daftar rangkuman volume pekerjaan.
3.8. Perhitungan kuantitas pekerjaan Pelaksanaan Fisik.

a. Penyusunan mata pembayaran pekerjaan (per item) harus sesuai dengan spesifikasi yang
dipakai,
b. Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan secara keseluruhan. Tabel perhitungan
harus mencakup lokasi dan semua jenis mata pembayaran (pay item)

3.9. Perkiraan Biaya Pelaksanaan Fisik .(Engineers Estimate)

1. Tim harus mengumpulkan harga satuan dasar upah, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan di lokasi pekerjaan
2. Tim harus menyiapkan laporan analisa harga satuan pekerjaan untuk semua mata
pembayaran yang mengacu pada Panduan Analisa Harga Satuan No. 028/T/BM/1995 yang
diterbitkan Direktorat Jenderal Bina Marga.
3. Tim harus menyiapkan laporan perkiraan kebutuhan biaya pekerjaan konstruksi.

3.10. Spesifikasi.

1. Spesifikasi harus mengacu pada spesifikasi yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal
Prasarana Wilayah.
2. Bila diperlukan, Tim harus menyusun spesifikasi khusus untuk mata pembayaran yang tidak
tercakup dalam spesifikasi tersebut diatas.
3. Penomoran untuk mata pembayaran yang baru harus disetujui oleh Proyek.

BAB X

KEAHLIAN YANG DIPERLUKAN

1. Tujuan

Tujuan dibuatnya ketentuan mengenai keahlian yang diperlukan, adalah untuk mendapatkan
hasil pekerjaan perencanaan yang optimal dan sesuai dengan standar yang berlaku di
lingkungan Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.

2. Tugas dan Fungsi Tenaga Ahli

2.1 Ketua Tim (Team Leader)


Tugas utama ketua tim adalah bertanggung jawab pada hal-hal berikut:
- Merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan semua kegiatan dan personil yang
terlibat dalam pekerjaan ini sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik serta
mencapai hasil yang diharapkan,
- Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik dalam tahap pengumpulan data,
pengolahan, dan penyajian akhir dari hasil keseluruhan pekerjaan.

2.2 Ahli Teknik Jalan Raya (Highway Engineer)


Tugas ahli teknik jalan raya adalah:

- merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan perencanaan teknis jalan
yang mencakup pelaksanaan survey, pemilihan trase, perencanaan geometrik, perkerasan
jalan dan bangunan pelengkap yang diperlukan, serta harus menjamin bahwa rencana jalan
yang dihasilkan adalah pilihan yang paling ekonomis dan sesuai dengan standar teknis yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.

- melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data lalu lintas, analisis dan
menyusun rencana mengenai hal-hal yang menyangkut lalu lintas didalam
perencanaan konstruksi jalan dan jembatan.

2.3 Ahli Teknik Pengukuran (Geodetic Engineer)

- merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan pengukuran yang


mencakup pelaksanaan survey pengukuran, pengolahan data pengukuran, dan
penggambaran data pengukuran, serta harus menjamin bahwa gambar pengukuran yang
dihasilkan adalah benar, akurat, dan siap digunakan untuk tahap perencanaan teknis jalan
dan jembatan.

2.4 Ahli Teknik Tanah dan Bahan (Soil & Material Engineer) / Ahli Teknik Hidrologi / Ahli
Lingkungan

Tugas ahli Teknik Tanah & Bahan/Ahli Teknik Hidrologi/Ahli Lingkungan adalah :

a. merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pelaksanaan penyelidikan


tanah di lapangan dan di laboratorium, pengolahan dan analisis data tanah, dan
perhitungan-perhitungan mekanika tanah, serta harus menjamin bahwa data, analisis dan
perhitungan mekanika tanah yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat
memberikan masukan yang rinci mengenai kondisi, sifat-sifat dan stabilitas badan jalan
untuk tahap perencanaan teknis jalan dan jembatan.

b. merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pelaksanaan


pengumpulan data hidrologi, pengolahan dan analisis data hidrologi, dan perhitungan-
perhitungan hidrologi untuk perencanaan bentuk dan dimensi bangunan hidrologi, serta
harus menjamin bahwa data, analisis dan perhitungan hidrologi yang dihasilkan adalah
benar, akurat, siap digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci mengenai curah
hujan dan pola aliran air permukaan untuk tahap perencanaan teknis jalan dan jembatan.

c. melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data, analisis dan menyusun
rekomendasi mengenai hal-hal yang menyangkut aspek lingkungan akibat pekerjaan
konstruksi jalan.

2.5 Ahli Kuantitas / Estimasi Biaya

Tugas ahli kuantitas / estimasi biaya adalah:

- melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data harga satuan bahan dan
upah, menyiapkan analisa harga satuan pekerjaan, membuat perhitungan kuantitas
pekerjaan jalan dan jembatan, membuat perkiraan biaya pekerjaan konstruksi, serta harus
menjamin bahwa data, perhitungan analisa harga satuan dan perhitungan kuantitas
pekerjaan yang dihasilkan adalah benar dan akurat.

3. Peryaratan
Persyaratan tenaga ahli S1 sesuai dengan bidang keahliannya dengan pengalaman minimal 3
tahun, untuk D3 minimal 5 tahun. Persyaratan tenaga asisten jika S1 minimal
berpengalaman minimal 3 tahun, jika D3 dengan pengalaman di bidangnya minimal 5
tahun, mempunyai sertifikat serta pernah menangani (ikut terlibat) dalam
proses perencanaan baik jalan maupun jembatan.

Khusus untuk Ketua Tim (Team Leader) minimal S1, juga harus memiliki pengalaman
dibidangnya minimal 5 tahun.
Setiap tenaga ahli harus dibantu dengan seorang asisten.
Rangkuman kriteria tenaga ahli yang diperlukan adalah sebagai berikut :

Jml Lama
Jabatan/ Pendidika Ke
No ygdibutuhka Pengalama Sertifikasi
Penugasan n t
n n Minimum

Profesional Staff
I. 1 S1 Teknik Ahli Perenc.
Team Leader 5 Tahun
Sipil Jbt./Trans.
S1 Teknik
3 Tahun Ahli Perenc.
Highway Engineer Sipil
1 Jbt./Trans.
D3 Teknik Ahli Perenc.
5 Tahun
Sipil Jbt./Trans

S1 Teknik
Geodetic/Geotechnica 3 Tahun Ahli Perenc.
Sipil
l Engineer 1 Jbt./Trans.
D3 Teknik Ahli Perenc.
5 Tahun
Sipil Jbt./Trans

S1 Teknik
3 Tahun Ahli Perenc.
Sipil
Soil & mat Engineer 1 Jbt./Trans.
D3 Teknik Ahli Perenc.
5 Tahun
Sipil Jbt./Trans
S1 Teknik Ahli Perenc.
3 Tahun
Sipil Jbt./Trans
Quantity dan Cost
1 Ahli
Estimator D3 Teknik
5 Tahun Perenc.Jbt./Tran
Sipil
s
II Sub Profesional
S1. Tek.Sipil 2 Tahun
Staff
Ass. Highway 1
S0/D3
Engineer 4 Tahun
Tek.Sipil

S1. Tek.Sipil 2 Tahun


Ass. Geodetic/ -
Geotechnical 1
Engineer S0/D3
4 Tahun -
Tek.Sipil
S1. Tek.Sipil 2 Tahun -
Ass. Soil & mat
1 S0/D3
Engineer 4 Tahun -
Tek.Sipil
Ass. Quantity dan S1. Tek.Sipil 2 Tahun -
Cost Estimator 1 S0/D3
4 Tahun -
Tek.Sipil
III Technician 3 S1. Tek.Sipil 0 Tahun -
. S0/D3
1,5 Tahun -
Surveyor Tek.Sipil
SLTA/D1/D2 4 Tahun
Lab. Technician S1. Tek.Sipil 0 Tahun -
1 S0/D3
1,5 Tahun
Tek.Sipil
SLTA/D1/D2 4 Tahun -
BAB XI
PELAPORAN

1. TUJUAN

Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi data perencanaan serta sebagai bahan pelaksanaan,
setiap tenaga ahli diwajibkan untuk membuat laporan secara detail dan lengkap

2. Laporan
Laporan yang harus dibuat :

A. Laporan Administrasi antara lain:

1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berupa ringkasan yang berisi metodologi dan rencana kerja, yang
dapat berfungsi sebagai umpan balik/feed back untuk perbaikan.

2. Laporan Survey Pendahuluan


Laporan dibuat selengkap-lengkapnya yang berisi seluruh kegiatan pada survey
pendahuluan yang memuat :
a. Foto dokumentasi
b. Data lapangan sebagai bahan untuk survey berikutnya
c. Analisa bahan perencanaan
d. Laporan teknis

3. Laporan Bulanan
Berupa ringkasan dari kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan setiap bulan, total kemajuan
kegiatan, dan keterlambatan yang terjadi serta sebab-sebabnya. Selanjutnya juga
memberikan saran-saran untuk mengatasinya dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan
untuk mengatasi keadaan tersebut diatas. Juga termasuk semua kajian ulang yang
diperlukan dan rencana kerja bulan berikutnya.

4. Laporan Akhir (Final Report)


Berupa rangkuman kegiatan yang telah dilakukan, berisi uraian pelaksanaan survey
pendahuluan, pengolahan data, perhitungan perencanaan beserta rumus-rumus dan asumsi
yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

B. Laporan Teknis yang dihasilkan

1. Laporan perencanaan
Laporan perencanaan ini dipisahkan berdasarkan paket pekerjaan masing-masing laporan berisi
:
- Daftar isi
- Peta lokasi proyek
- Daftar bangunan pelengkap
- Uraian yang berisi data perencanaan beserta perhitungan struktur bangunan bawah
beserta pondasinya, Drainase, jalan dan lain-lain.
- Gambar rencana yang dibuat di atas kertas kalkir ukuran A1, untuk kemudian diperkecil
menjadi A3.

2. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya


Laporan ini berisi perkiraan kuantitas dan biaya yang dihitung untuk tiap item pekerjaan yang
kemudian digabungkan sebagai kesimpulan perkiraan biaya. Laporan perkiraan kuantitas dan
biaya ini dipisahkan sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan dengan isi sebagai berikut:
- Daftar isi
- Peta lokasi proyek
- Daftar bangunan pelengkap/jembatan
- Perhitungan perkiraan kuantitas
- Analisa biaya
- Perkiraan biaya

3. Laporan penyelidikan tanah


Laporan Akhir Geologi dan Geoteknik harus mencakup sekurang-kurangnya pembahasan
mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar
terdekat.
- Kondisi morfologi sepanjang lokasi
- Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan
- Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran batuan
disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan
geologi dan diberi notasi sesuai dengan Lampiran 1-D
- Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan hasil diskripsi secara
visual.
- Penyebaran jenis tanah sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran tanah disiapkan
dalam kertas kalkir ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan
diberi notasi.
- Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng.
- Analisis longsoran sepanjang trase jalan
- Sumber bahan konstruksi jalan (jenisnya dan perkiraan volume cadangan).
- Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/patahan dsb.) beserta lokasinya.
- Rekomendasi

4. Laporan Topografi
Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar
terdekat.
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran
- Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal
- Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal
- Kegiatan pengukuran situasi
- Kegiatan pengukuran penampang melintang
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada)
- Perhitungan dan penggambaran
- Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya
- Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan pengukuran topografi termasuk kegiatan
pencetakan dan pemasangan BM, pengamatan matahari, dan semua obyek yang dianggap
penting untuk keperluan perencanaan jalan
- Deskripsi BM (sebagai lampiran)
- Data ukur hasil ploting dan negatip film harus diserahkan
5. Laporan Hidrologi
Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang meliputi :
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar
terdekat, pos pencatat curah hujan.
- Data curah hujan untuk setiap pos yang diambil
- Analisis/perhitungan
- Penentuan dimensi dan jenis bangunan air
- Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan

6. Laporan Inventarisasi Jalan dan Jembatan


Hasil dari survey inventarisasi dibuat dalam satu laporan inventarisasi yang memuat:
1. Foto dokumentasi
2. Data lapangan
3. Usulan penanganan
4. Laporan teknis

7. Laporan Survey Lalulintas


Hasil dari lapangan harus dibuat dalam bentuk laporan lengkap yang berisi:
1. Foto dokumentasi
2. Data lapangan
3. Perhitungan
4. Laporan teknis (hanya untuk peningkatan jalan)
8. Laporan Survey Kondisi Perkerasan Jalan
Hasil penyelidikan dibuat dalam satu laporan lengkap yang memuat :
1. Data lapangan
2. Perhitungan
3. Usulan penanganan sementara
4. Laporan teknis

DASAR ACUAN PERATURAN PERENCANAAN

1. Undang-undang No. 5 Tahun 1974, tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah.


2. Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1980, tentang Jalan.
3. Undang-undang No. 14 tahun 1992, tentang LLAJ.
4. Undang-undang No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang.
5. Undang-undang No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan.
7. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
8. Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
9. Keputusan Menteri KLH No. 02/MENKLH/6/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan.
10. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-12/MENLH/3/1994, tentang Pedoman
Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
11. Peraturan Daerah terkait (PERDA)

Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

.........., ....................20.....
Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten .....

...........................
NIP.

Anda mungkin juga menyukai