Oret@
Oret@
menyatakan Rumah Sakit Umum (RSU) mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk mencapai hal tersebut, RSU
memiliki 7 (tujuh) fungsi sebagai berikut :
Seluruh jenis pelayanan rumah sakit memiliki 7 (tujuh) standar yang secara berurutan
terdiri dari : falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas
dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, serta
evaluasi dan pengendalian mutu.
Standar pertama dari pelayanan farmasi menyatakan falsafah dan tujuan pelayanan farmasi
rumah sakit berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Standar ketiga menghendaki pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker
yang memiliki pengalaman memadai. Apoteker adalah sebagai pimpinan instalasi farmasi,
sedangkan stafnya adalah para asisten apoteker.
Standar keempat menghendaki tersedianya ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat
mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi sehingga
menjamin terlaksananya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek telah mensyaratkan apotek harus memiliki : ruang tunggu yang
nyaman bagi pasien, tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien (termasuk penempatan
brosur/materi informasi), ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi
dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien, keranjang
sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien, dan ruang racikan.
Standar kelima menghendaki semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan
dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada
harus mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir, yang sesuai dengan peraturan
dan tujuan dari pelayanan farmasi itu sendiri.
Secara umum, penilaian kinerja rumah sakit dapat dibagi ke dalam penilaian atas 3 (tiga)
kelompok kegiatan, yaitu : kegiatan administratif dan manajerial (ketata-usahaan,
kerumah-tanggaan, keuangan, akuntansi, dan lain-lain), kegiatan pelayanan medis dan
keperawatan, kegiatan pelayanan penunjang (farmasi, gizi, laundry, dan lain-lain).
Indikator-indikator lainnya untuk penilaian kinerja pelayanan farmasi dalam ruang lingkup
efektivitas pelayanan resep antara lain adalah : Angka Penyerahan Obat Jadi Lebih Dari 15
Menit, Angka Penyerahan Obat Racikan Lebih Dari 30 Menit, dan Angka Kesalahan
Penyerahan Obat.
Angka Penyerahan Obat Jadi Lebih Dari 15 Menit didefinisikan sebagai angka kejadian
keterlambatan penyerahan obat jadi ke pasien di mana waktu yang diperlukan lebih dari 15
menit . Persentasenya diperoleh dari jumlah lembar resep yang penyerahannya melebihi
waktu standar dibagi dengan jumlah seluruh lembar resep yang dilayani. Standar yang
berlaku adalah kurang dari 20 %. Keterlambatan penyerahan obat jadi ke pasien dapat
disebabkan oleh :
1. Persediaan obat di ruang peracikan habis sehingga harus mengambil di gudang farmasi.
A. Salah menghitung dosis, sehingga harus diulang
B. Kesalahan dokter menuliskan dosis, sehingga harus di konsultasikan dulu dengan
dokter yang bersangkutan.
C. Obat yang dimaksud tidak ada, sehingga untuk mengganti obat yang sejenis harus di
konsultasikan dulu dengan dokter yang bersangkutan
Angka Penyerahan Obat Racikan Lebih Dari 30 Menit didefinisikan sebagai angka kejadian
keterlambatan penyerahan obat racikan ke pasien di mana waktu yang diperlukan lebih dari
30 menit. Persentasenya diperoleh dari jumlah lembar resep yang penyerahannya melebihi
waktu standar dibagi dengan jumlah seluruh lembar resep yang dilayani. Standar yang
berlaku adalah kurang dari 20 %.
Untuk mengelola logistik farmasi dengan baik, perlu dilaksanakan 4 (empat) fungsi dasar
manajemen obat. Pertama seleksi obat, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Mencegah kehilangan
Mencegah over stock
Mencegah out of stock
Mencegah kerusakan
Mencegah pemborosan
Mengelola perbekalan farmasi dari sumber barang sampai ke user dengan seefisien
mungkin.
Pengelolaan yang buruk atas logistik farmasi akan menimbulkan masalah, di antaranya
adalah stock out dan over stock. Stock out dapat berakibat memburuknya kondisi pasien
karena treatment yang tertunda, meningkatnya biaya kesehatan pasien, kerugian
finansial, bahkan meninggalnya pasien karena tidak bisa memperoleh obat penyelamat
(lifesaving drug) tepat waktu. Over stock mengakibatkan terhentinya investasi obat, ruang
penyimpanan menjadi terbatas, kerusakan obat, obat kadaluarsa, risiko kehilangan
meningkat.
Berkaitan dengan pengelolaan logistik farmasi yang efektif dan efisien, ada beberapa
indikator kinerja atas pengendalian persediaan yang sebaiknya diperhatikan yaitu :