Anda di halaman 1dari 34

Laporan Lengkap Kristalografi & Mineralogi :

Landasan teori Kristal & Mineral


08:03:00 NANDA RIFKY NO COMMENTS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur
dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika
mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua
atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara
umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.
Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.

Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya
sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur
kristalin dikenal sebagai kristalisasi.

Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu
cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya.Suatu
bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas.Terkadang bahan seperti ini juga
disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses
pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena
alasan ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan.Topik ini
kontroversial, silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.Meskipun istilah "kristal" memiliki
makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari
"kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali
sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini
bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga
keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh
kristal.

Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek
feroelektrik atau efek piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal.
Dalam struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang
dijelaskan dalam kristal fotonik.

B. Maksud dan tujuan


Adapun maksud dan tujuan diadakan praktikum Kristalografi dan Mineralogi adalah sebagai
berikut :

1. Mempelajari dan menentukan sistem Kristalografi dan Mineralogi dari bermacam-macam bentuk
Kristal baik bentuk dasar maupun bentuk kombinasi dan letak posisi dan panjang sumbu
Kristalografi.

2. Mempelajari dan menentukan kelas simetri dari bermacam-macam bentuk Kristal berdasarkan
jumlah unsur-unsur simetri yang dimilikinya.

3. Mencari hubungan dalam proyeksi stereogram.

4. Mengetahui sfat dari mineral itu sendiri.

5. Menentukan hubungan antara Kristal dan mineral.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 KRISTLOGRAFI
kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dan kristal terutama
perkembangan, pertumbuhan,kenampakan ,bentuk luar ,struktur dalam dan sifat-sifat fisis lainya.

- sifat geometri ,memberikan pengertian letak,panjang dan jumlah sumbu kristal yag menyusun suatu
bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang membatasiya.

- perkembangan dan pertmbuhan kenampakan bentuk luar , bahwa disampig mempelajari bentuk-
bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan , juga mempelajri kombinasi ataraa satubetuk
kristal dengan bentuk kristal lainya yang masih dalam suatu sistem kristalografi , ataupun dalm arti
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

- struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbuh-sumbuh kristal juga menghitung
parameter dan parameter rasio.

- sifat fisis kristal , sangat tergantung pada struktur ( susunan atom-atomnya) , besar kecilnya kristal
tidak mempengaruhi , yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang kristal, sehinga akan dikenal dua
zat zaitu kristalin dan non kristalin.

2.1.1 MATERI DARI KE-7 SISTEM KRISTAL

Sistem kristal di kelompokkan menjadi 7 sistem, antara lain:

1. Isometrik
Ciri-cirinya sebagai berikut:

jumlah sumbu ada 3


Axial ratio a=b=c
sudut alfa=beta=gamma=90
Beberapa kelas kristalnya yaitu:

tetoidal
gyroidal
diploida
hextetrahedral
hexoctahedral
Contoh mineralnya antara lain: emas, pirit, galena, halite, fluorite.

2. Tetragonal

Ciri-cirinya sebagai berikut:

jumlah sumbu ada 3


Axial ratio a=b (tidak = c)
sudut alfa=beta=gamma=90
Beberapa kelas kristalnya yaitu:

piramid
Bipiramid
Ditetragonal Piramid
Ditetragonal Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Skalenohedral
Contoh mineralnya antara lain: rutile, autunite, pyrolusite, leusite, scapolite.

3. Hexagonal

Ciri-cirinya sebagai berikut:

Jumlah sumbu ada 4


a=b=d (tidak = c)
sudut alfa=beta=90 dan gama=120
Beberapa kelas kristalnya yaitu:

Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipiramid
Dihexagonal piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
Hexagonal Trapezohedral
Contoh mineralnya antara lain: dolomite, apatite.

4. Trigonal

Ciri-cirinya sebagai berikut:

Jumlah sumbu ada 4


a=b=d (tidak = c)
sudut alfa=beta=90 dan gama=120
Beberapa kelas kristalnya yaitu:

Trigonal Piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
Contoh mineralnya antara lain: tourmaline, cinnabar.

5. Orthorombik
Ciri-cirinya sebagai berikut:

Jumlah sumbu ada 3


a tidak sama dengan b tidak sama dengan c
sudut alfa=beta=gama=90
Beberapa kelas kristalnya yaitu:

Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
Contoh mineralnya antara lain: stibnite, chrysoberyl, aragonite, witherite.

6. Monoklin

Ciri-cirinya sebagai berikut:

Jumlah sumbu ada 3


a tidak sama dengan b tidak sama dengan c
sudut alfa=beta=90 tidak = gama
Beberapa kelas kristalnya yaitu:

Sfenoid
Doma
Prisma
Contoh mineralnya antara lain: azurite, mlachite, colemanit, gypsum, epidot.

7. Triklin

Ciri-cirinya sebagai berikut:

Jumlah sumbu ada 3


a tidak sama dengan b tidak sama dengan c
sudut alfa tidak sama dengan beta tidak sama dengan gama tidak sama dengan 90
Beberapa kelas kristalnya yaitu:

Pediol
Pinakoidal
Contoh mineralnya antara lain: albite, anortite, labradorite, kaolinite, microcline, anorthoclase
2.1.2 GAMBAR DAN MODEL PEMBAGIAN KRISTAL

1. Sistem Isometrik

Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal
kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya sehingga


sumbu-sumbu tersebut sering diberi nama a1, a2, a3 dan juga memiliki sudut kristalografi = = =
90. Hal ini menunjukkan bahwa system ini semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu
sama lain (90).

gambar sistem isometric

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas, yaitu :

Tetaoidal

Kelas : ke-28

Simetri : 2 3

Elemen Simetri : terdapat 4 sumbu putar tiga dan tiga sumbu putar dua

Gyroida

Kelas : ke-30

Simetri : 4 3 2

Elemen Simetri : terdapat 3 sumbu putar empat, 4 sumbu putar tiga, dan 6 sumbu putar dua

Diploida
Kelas : ke-29

Simetri : 2/m 3bar

Elemen Simetri : ada 4 sumbu putar tiga, 3 sumbu putardua, 3 bidang kaca dan satu pusat

Hextetrahedral

Kelas : ke-31

Simetri : 4bar 3 m

Elemen Simetri : ada 4 sumbu putar tiga, 3 sumbu putaempat, dan 6 bidang kaca.

Hexoctahedral

Kelas : ke-32

Simetri : 4/m 3bar 2/m

Elemen Simetri : merupakan klas yang paling simetri untuk bidang tiga dimensi dengan 4
sumbu putar tiga, 3
sumbu putar dua, dan sumbu putar dua. Dengan 9 bidang
utama dan 1 pusat

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite,
Fluorite (Pellant, chris: 1992).

2. Sistem Tetragonal

Sistem tetragonal sama dengan system Isometrik, karena pada system kristal ini mempunyai 3
sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
sama, sehingga penamaan sumbu-sumbu tersebut sering menjadi sumbu a2sebagai sumbu b dan
a1 sebagai sumbu a. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada
umumnya lebih panjang. System tetragonal juga memiliki sudut kristalografi = = = 90.

gambar sistem tetragonal


Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

Piramid

Kelas : ke-21

Simetri : 4

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat

Bipiramid

Kelas : ke-23

Simetri : 4/m

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat dan 1 bidang simetri

Bisfenoid

Kelas : ke-22

Simetri : 4bar

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat

Trapezohedral

Kelas : ke-26

Simetri : 4 2 2

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat, 2 sumbu putar dua, semuanya berpotongan
tegak lurus ke sumbu putar lain.

Ditetragonal Piramid

Kelas : ke-25

Simetri : 4 m m

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat dan 4 bidang simetri

Skalenohedral

Kelas : ke-24

Simetri : 4bar 2 m

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat, 2 sumbu putar dua, dan 2 bidang simetri

Ditetragonal Bipiramid
Kelas : ke-27

Simetri : 4/m 2/m 2/m

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar empat, 4 sumbu putar dua, 5 sumbu simetri

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite,
Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

3. Sistem Hexagonal

Sistem hexagonal ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga
sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120 terhadap satu sama lain.
Sumbu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau
lebih pendek (umumnya lebih panjang). System hexagonal memiliki sudut kristalografi = = 90 ;
= 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120
terhadap sumbu .

gambar sistem hexagonal

Sistem ini dibagi menjadi 7:

Hexagonal Piramid

Kelas : ke-14

Simetri : 6

Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu putar enam.

Hexagonal Bipramid

Kelas : ke-16

Simetri : 6/m

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri


Dihexagonal Piramid

Kelas : ke-18

Simetri : 6 m m

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 bidang simetri

Dihexagonal Bipiramid

Kelas : ke-20

Simetri : 6/m 2/m 2/m

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang simetri masing-
masing berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi dan satu pusat

Trigonal Bipiramid

Kelas : ke-1

Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri

Ditrigonal Bipiramid

Kelas : ke-17

Simetri : 6bar 2m

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3 sumbuputar dua, dan 4 bidang
simetri

Hexagonal Trapezohedral

Kelas : ke-19

Simetri : 6 2 2

Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite,
calcite, dolomite, apatite.(Mondadori, Arlondo. 1977).

4. Sistem Trigonal

Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral,
selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula
cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk
bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua
titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
System Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan
juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120.

gambar sistem trigonal

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

Trigonal piramid

Trigonal Trapezohedral

Kelas : ke-12

Simetri : 3 2

Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua.

Ditrigonal Piramid

Kelas : ke-11

Simetri : 3m

Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri

Ditrigonal Skalenohedral

Kelas : ke-13

Simetri : 3bar 2/m

Elemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang simetri

Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan
cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)

5. Sistem Orthorhombik

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a b c , sehingga panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga
sudutnya saling tegak lurus (90).

Kesimetrisan dari sitem orthorombik memiliki 3 elemen simetri seperti :

3 bidang simetri : bidang-bidang sumbu

3 sumbu simetri diagonal : sumbu-sumbu kristalografi pusat simetri

gambar sistem orthorombik

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

Bisfenoid

Kelas : ke-7

Simetri : 2 2 2

Elemen Simetri : ada 3 sumbu putar

Piramid

Kelas : ke-6

Simetri : 2 m
Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar dua dan 2 bidang

Bipiramid

Kelas : ke-8

Simetri : 2/m 2/m 2/m

Elemen Simetri : ada 3 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan
tegak lurus dengan ketiga sumbu dan sebuah pusat.

ketiga sumbu dan sebuah pusat

Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)

6. Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak
lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya
sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c dan memiliki sudut kristalografi = = 90 . Hal ini berarti, pada
ancer ini, sudut dan saling tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus (miring).

gmabar sistem monoklin

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

Sfenoid

Kelas : ke-4
Simetri : 2

Elemen Simetri : 1 sumbu putar

Doma

Kelas : ke-3

Simetri : m

Elemen Simetri : 1 bidang simetri

Prisma

Kelas : ke-5

Simetri : 2/m

Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuahbidang simetri yang berpotongan tegak
lurus

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

7. Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. System kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = 90. Hal ini
berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya
gambar sistem triklin

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

Pedial

Kelas : ke-1

Simetri : 1

Elemen Simetri : hanya sebuah pusat

Pinakoidal

Kelas : ke-2

Simetri : 1bar

Elemen Simetri : hanya sebuah pusat

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992).

2.1.3 HUBUNGAN KRISTALOGRAFI DENGAN PERTAMBANGAN

Kristal adalah suatu benda padat yang terkemas secara teratur dan polanya (atom atau
molekul) berulang (melebar) secara tigas dimensi. Kristalografi adalahilmu yang mengkaji kristal yang
meliputi pertumbuhan, bangun, sifat fisik dan klasifikasi berdasarkan bentuknya. Sistem kristal ada 7
dan dibagi menjadi 32
kelas. Yaitu Sistem Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombik, Monoklin dan
Triklin.

Dalam dunia pertambangan kita harus mengetahui asal jadi dari pada batuan/bijih
yang akan kita tambang dan juga komposisi mineralnya apa saja, maka pada tahap eksplorasi kita
dapat menemukan apa yang kita cari.

BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dan kristal terutama
perkembangan, pertumbuhan,kenampakan ,bentuk luar ,struktur dalam dan sifat-sifat fisis lainya.
Kristal digolongkan kedalam 7 Sistem Kristal , Antara Lain :

1. Reguler / Isometrik

2. Tetragonal

3. Orthorombik

4. Triklin

5. Monoklin

6. Heksagonal

7. Trigonal

Dalam dunia pertambangan kita harus mengetahui asal jadi dari pada batuan/bijih yang
akan kita tambang dan juga komposisi mineralnya apa saja, maka pada tahap eksplorasi kita dapat
menemukan apa yang kita cari.

4.2. Saran

- Untuk Lab. Kristalografi & Mineralogi , Terutama dalam percobaan bagian Kristal ,

Saya harap alat peraga nya lebih bagus lagi , dan alat peraga yang salib sumbu yang sumbu nya
terlepas tolong diganti .

-Untuk Asisten , Saya harap dalam setiap 1 kelompok ada 1 asisten yang mendampingi, kalau asisten
nya banyak sibuk kuliah, bisalah tambah asisten tahun depan supaya saat peraktikum bisa efisien ,
Terima Kasih.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral (menurut Barry and Masson) adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.
Di alam mineral dijumpai bermacam-macam dengan berbagai bentuk yang bervariasi, terkadang
hanya terdiri dari sebuah kristal atau gugusan kristal-kristal dalam rongga-rongga atau celah batuan,
tetapi umumnya mineral dijumpai sebagai kumpulan butiran kristal yang tumbuh bersama
membentuk batuan.

Bentuk kristal mineral merupakan suatu system tersendiri dimana setiap jenis mineral mempunyai
bentuk kristal sendiri. System ini di kelompokkan menjadi enam yaitu :

1. Isometrik
2. Tetragonal
3. Hexagonal/Trigonal
4. Orthorhombik
5. Monoklin
6. Triklin

Kristalisasi dapat terjadi dari larutan, hal ini merupakan hal yang umum yaitu bila larutan telah
jenuh, selain itu juga jika temeratur larutan di turunkan. Benda padat akan meleleh karena tigginya
temperature yang membeku, membentuk kristal-kristal bila mendingin.

Gas dengan unsur kimia tertentu akan dapat mengkristal, unsure tersebut misalnya belerang,
kristalisasi terjadi dari larutan peleburan, uap atau gas. Meskipun telah di definisiskan kristalin tetapi
di anggap sebagai mineral, tipe ini di kenal ada dua macam yaitu :

1. Metamic mineral, dimana asalnya adalah kristalin yang kemudian struktur kristalnya hancur.
Umumnya senyawa dari asm lemah seperti zirkon (ZrSiO4) dan Thorite (ThSiO4).

2. Mineral amorf, yang terjadi karena pedinginan yang ce[at sehingga tidak terbentuk kristal. Mineral
ini yang paling umum adalah opal, mineral lempung, hydrated iron dan alluminium oxides.

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Maksud dari pada praktikum mineralogi ini adalah untuk dapat memenuhi persyaratan mengikuti
ujian akhir praktikum mineralogi dan dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya sesuai
dengan kurikulum yang telah ditentukan pada jurusan Teknik Pertambangan Institut Teknologi
Bandung. Serta untuk mengetahui tata cara dalam melakukan pendeskripsian kristal.

1.2.2. Tujuan
Dalam kegiatan mempelajari dan melakukan praktikum Mineralogi, kita dituntut untuk dapat -
Mengetahui Apa Itu Mineral
-Mengetahui Sifat Fisik & Kimia Dari Mineral
- Mengetahui Reaksi Bowen Series & Skala Mhos
-Mengetahui Gambar-gambar Mineral Yang Nampak Bentuk Kristalnya Dari ke-7 Sistem Kristal

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Mineralogi
Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika
(termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral.

Pada awalnya, mineralogi lebih menitikberatkan pada sistem klasifikasi mineral pembentuk batuan.
International Mineralogical Association merupakan suatu organisasi yang beranggotakan organisasi-
organisasi yang mewakili para ahli mineralogi dari masing-masing negara. Aktivitasnya mencakup
mengelolaan penamaan mineral (melalui Komisi Mineral Baru dan Nama Mineral), lokasi mineral yang
telah diketahui, dsb. Sampai dengan 2004 telah terdapat lebih dari 4000 spesies mineral yang diakui oleh
IMA. Dari kesemua itu, 150 dapat digolongkan umum, 50 lainnya kadang-kadang, dan sisanya
jarang sampai sangat jarang

2.1.1. Mineral
Pengertian Mineral
Sedangkan mineral adalah suatu zat ( fasa ) padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia
yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika
tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai
struktur kristal.
Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya.
Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. Istilah mineral dalam arti
geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun
dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk
dari atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun
dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral
mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik. ( Murwanto,
Helmy, dkk. 1992 )
Maka pengertian yang jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun
dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik,
mempunyai komposisi kimia pada batas batas tertentu dan mempunyai atom atom yang tersusun
secara teratur.
D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara structural homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam
batas batas dan mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.

Sebagian besar mineral mineral ini terdapat dalm keadaan padat, akan tetapi dapat juga berada
dalam keadaan setengah padat, gas, ataupun cair. Mineral mineral padat itu biasanya terdapat dalam
bentuk bentuk kristal, yang agak setangkup, dan yang pada banyak sisinya dibatasi oleh bidang
bidang datar. Bidang bidang geometric ini memberi bangunan yang tersendiri sifatnya pada mineral
yang bersangkutan. Minyak bumi misalnya adalah mineral dalam bentuk cair, sedangkan gas bumi
adalah mineral dalam bentuk gas. Sebagian dari mineral dapat juga dilihat dalam bentuk amorf,
artinya tidak mempunyai susunan dan bangunankristal sendiri. Pengenalan atau dterminasi mineral
mineral dapat didasarkan atas bebagai sifat dari mineral mineral tersebut.

III.3 Jenis Mineral


Mineral ada yang merupakan unsur bebas dan ada yang merupakan bentuk persenyawaan.

1. Silicates
Menyusun 95 % bagian litosfer dan mantel bumi bagian atas. Komposisi utamanya adalah Silicon ( Si
) dan Oksigen ( O ).

Framework silicates, yang paling berlimpah di alam adalah :


Quartz
Feldspars:
Orthoclase, Kaya akan Kalium ( K )
Plagioclase, Kaya akan Kalsium ( Ca ) dan Natrium ( Na )
Sheet silicates
Micas
Muscovite, kaya akan Alumunium ( Al ) dan berwarna cerah
Biotite, kaya akan Besi ( Fe ) dan berwarna gelap
Chain silicates
Pyroxenes, berantai tunggal
Amphiboles, berantai ganda
Single tetrahedron
Olivine

Oxides
Tersusun dari Oksigen ( O ) dan logam atau ion-ion lain.
Hematite (Fe2O3)
Magnetite (Fe3O4)
Corundum (Al2O3

3. Carbonates
Tersusun dari ion inti ( CO3 )2 , yang berkombinasi atau bergabung dengan Ca, Mg, Fe, Cu, dan lain-
lain. Terdapat kurang lebih 80 jenis mineral karbonat, tetapi yang paling umum adalah :
Calcite
Aragonite
Dolomite

4. Sulfides
Merupakan kombinasi atau gabungan satu atau lebih logam dengan sulfur ( S ). Contohnya adalah :
Galena (PbS)
Kalkopirit (CuFeO2)Pyrite (FeS2)

Sulfates
Penyusun utamanya adalah ion Sulfat ( SO4 ) yang berkombinasi atau bergabung dengan Ca, Ba, Mg,
Fe, Cu, dan lain-lain. Contohnya adalah :
Gypsum (Ca SO4 2 H2O )
Anhydrite (Ca SO4)
Barite (Ba SO4 )

6. Posphates
Penyusun utamanya adalah ion Fosfat ( PO4 ) yang berkombinasi atau bergabung dengan Ca, Ba, Mg,
Fe, Cu, dan lain-lain. Contohnya adalah :
Apatite (2(Ca5 PO4)3 F )

7. Native elements
Contoh mineralnya adalah :
Logam :
Gold (Au)
Silver (Ag)
Platinum (Pt)
Non-Logam :
Diamond (C)
Graphite (C)
Sulfur (S)

2.1.2. Sifat Fisik Dan Kimia Mineral


Sifat Fisik Mineral

1. Kilap ( Lustre )
Gejala ini terjadi apabila pada mineral dijatuhkan cahaya refleksi dan kilap suatu mineral sangat
penting untuk diketahui. Beberapa kilap yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
Kilap Logam ( Metallic Lustre ), kilap yang dihasilkan dari mineral-mineral logam, seperti Galena,
Grafit, Hematit, Kalkopirit, Magnetit, Pirit.
Kilap Sub Logam ( Sub Metallic Lustre ), kilap yang dihasilkan dari mineral hasil alterasi mineral
sebelumnya, seperti Ilmenit ( FeO. TiO2)
Kilap Non Logam (Non Metallic Lustre),
~ Kilap Intan (Adamantin Lustre), kilap sangat cemerlang seperti pada intan permata, seperti Intan.
~ Kilap Kaca (Vitreous Lustre), kilap seperti pada pecahan kaca, seperti Kalsit, Kwarsa.
~ Kilap Sutera (Silky Lustre), kilap seperti sutera, biasanya terlihat pada mineral-mineral yang
menyerat, seperti Aktinolit, Asbes, Gipsum
~ Kilap Damar (Resinous Lustre), kilap seperti damar, seperti Sphalerit, Monasit
~ Kilap Mutiara (Pearly Lustre), kilap seperti mutiara, biasanya terlihat pada bidang-bidang belah
dasar mineral, seperti Nefelin, Opal, Serpentin, Brukit.
~ Kilap Tanah (Limonit Lustre) atau kilap guram ( Dull ), biasanya terlihat pada mineral-mineral yang
kempal, seperti Bauxit, Kaolin, Limonit
~ Kilap Lemak ( Greasy Lustre ), kilap seperti lemak, seakan-akan terlapis oleh lemak, seperti
Nefelin.

2 . Warna ( Colour )
Mineral seperti Magnetite dan Galena mempunyai warna tetap, tetapi ada beberapa mineral akan
mempunyai warna yang bervariasi. Warna-warna dari mineral antara lain :
Putih : Kaolin ( Al2O3.2SiO2.2H2O ), Gypsum ( CaSO4.H2O ), Milky Kwartz (Kwarsa Susu) ( SiO2
)
Kuning : Belerang ( S )
Emas : Pirit ( FeS2 ), Kalkopirit ( CuFeS2 ), Ema ( Au )
Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit ( Cu CO3Cu(OH)2 )
Biru : Azurit ( 2CuCO3 .Cu (OH)2), Beril ( Be3 Al2 (Si6O18))
Merah : Jasper, Hematit ( Fe2O3 )
Coklat : Garnet, Limonite ( Fe2O3)
Abu-abu : Galena ( PbS )
Hitam : Biotit ( K2 (MgFe)2 (OH)2 (AlSi3O10)), Grafit ( C ), Augit

3. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan relatif dari suatu mineral
tertentu dengan suatu urutan mineral yang dipakai sebagai standart kekerasan. Mineral yang
mempunyai kekerasan lebih kecil akan mempunyai bekas goresan pada tubuh mineral tersebut. Untuk
standart kekerasan biasa yang dipakai adalah skala kekerasan dari MOHS yang mempunyai 10
pembagian skala, dimulai dari skala untuk mineral yang terlunak dan skala 10 untuk mineral yang
terkeras.

Skala kekerasan Mineral MOHS


Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

Sebagai perbandingan dari skala tersebut diatas, maka dibawah ini akan disajikan beberapa alat
penguji standart kekerasan, yaitu :
Kuku jari tangan 2,5
Kawat tembaga 3
Pecahan kaca 5,5 - 6
Kikir Baja/ jarum baja 6,6 7

4. Cerat (Streak)
Cerat merupakan warna mineral dalam bentuk hancuran/ serbuk. Hal ini dapat diperoleh bila mineral
digoreskan pada keping porselin kasar, atau dengan membubuk mineral, kemudian warna bubuk itu
dilihat.
Cerat tersebut sama dengan warna mineralnya, tetapi dapat juga berbeda dengan dengan warna
mineralnya. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-
ubah. Contohnya :
Pirit : berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak
berwarna hitam.
Hematite : berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak
berwarna merah kecoklatan.
Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
Biotite : Ceratnya tidak berwarna
Orthoklase : Ceratnya putih

5. Belahan (Cleavage )
Belahan merupakan kecendrungan mineral untuk membelah diri pada suatu arah atau lebih yang
dikontrol oleh struktur atom.
Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan
merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal.
Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian kristal yang kecil, yang setiap
bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
Sempurna ( Perfect )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan
sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
Contoh : Calcite

Muscovite
Galena
Halite

Baik ( Good )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah.
Contoh : Apatite
Cassiterite
Native Sulphur
Jelas (Distinct)

Tidak Jelas (Indistinct)

Berdasarkan banyaknya belahan pada mineral, belahan dapat dibagi menjadi :


Belahan 1 arah, contohnya : Muskovit
Belahan 2 arah ( 60O/120O ), contohnya : Feldspar
Belahan 3 arah ( 90O ), contohnya : Halit, Galena
Belahan 3 arah ( 60O/90O ), contohnya : Kalsit
Belahan 4 arah, contohnya : Fluorit.

6 . Pecahan (Fracture)
Merupakan kecendrungan mineral untuk terpisah dalam arah yang tidak teratur. Tidak dikontrol kuat
oleh struktur atom. Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan
elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Pecahan dapat dibagi menjadi :
Choncoidal : Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang melengkung dipermukaannya, seperti
kenampakan pada botol pecah. Contohnya : Quartz ( Kwarsa )
Hackly : Pecahan dimana permukaannya tidak teratur dengan ujung-ujung yang runcing. Contohnya :
Native Metals ( Cu, Ag )
Even : Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung pecahan masih
mendekati bidang datar. Contohnya : Limonit, Muscovite, Talc, Biotite, Mineral Lempung.
Uneven : pecahan yang kasar dengan permukaan yang tidak teratur dengan ujung-ujung yang runcing.
Contohnya : Garnet, Hematite, Kalkopirit, Magnetit.
Splintery : pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai benang atau
berserabut. Contohnya : Augit, Hipersten, Anhydrite, Serpentine.
Earthy : pecahan mineral yang hancur seperti tanah. Contohnya : Kaoline,

7. Bentuk ( Form )
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan mempunyai
bentuk kristal yang sempurna. Tetapi bentuk sempurna ini jarang didapatkan karena di alam
gangguan-gangguan tersebut selalu ada. Mineral yang dijumpai di alam srering bentuknya tidak
berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokan mineral kedalam sistem
kristalografi.
Sebagai gantinya dipakai istilah perawakan kristal ( crystal habit ), bentuk khas mineral ditentukan
oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut.
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
Perawakan memanjang ( Elongated Habits )
Meniang ( Columnar )
Bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang. Contohnya : Tourmaline, Pyrolusite,
Wollastonite.
Menyerat ( Fibrous )
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil. Contohnya : Asbestos, Gypsum, Silimanite,
Tremolite, Pyrophillite.
Menjarum ( Acicular )
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil. Contohnya : Natrolite, Glaucophane.
Menjaring ( Reticulate )
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring. Contohnya : Rutile, Cerussite.
Membenang ( Filliform )
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang. Contohnya : Silver
Merabut ( Cappilery )
Bentuk kristal yang kecil-kecil menyerupai rambut. Contohnya : Cuprite, Bysolite.
Mondok ( Stout, Stubby, Equant )
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu c lebih pendek dari
sumbu lainnya. Contohnya : Zircon.
Membintang ( Stellated )
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang. Contohnya : Pirofilit.
Menjari ( Radiated )
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari. Contohnya : Markasit, Natrolit.

Perawakan Mendatar ( Flattened Habit )


Membilah ( Bladed )
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar
dengan tebal sangat jauh. Contohnya : Kyanite, Glaucophane, Kalaverit.
Memapan ( Tabular )
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.
Contohnya : Barite, Hematite, Hypersthene.
Membata ( Blocky )
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir
sama. Contohnya : Microline.
Mendaun ( Foliated )
Bentuk kristal pipih dengan melapis ( lamellar ) perlapisan yang nudah dikupas/dipisahkan.
Contohnya : Mica, Talk, Chlorite.

Memencar ( Divergent )
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuki kipas terbuka. Contohnya : Gypsum, Millerite.
Membulu ( Plumose )
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Contohnya : Mica

Perawakan Berkelompok ( Rounded Habits )


Mendada ( Mamillary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada ( breast like ). Contohnya : Malachite, Opal,
Hemimorphite.
Membulat ( Colloform )
Bentuk kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat. Contohnya : Glauconite, Cobaltite,
Bismuth, Geothite, Franklinite, Smallite.
Membulat jari ( Colloform Radial )
Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari. Contohnya :
Pyrolorphyte.
Membutir ( Granular )
Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran. Contohnya : Olivine, Anhydrite, Chromite, Sodalite,
Alunite.
Memisolit ( Pisolitin )
Kelompok kristal lonjong sebesar krikil, seperti kacang tanah. Contohnya : Gibbsite, Pisolitic
Limestone.
Stalaktit ( Stalactitic )
Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping. Contohnya : Geothite.
Mengginjal ( Reniform )
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal. Contohnya : Hematite.

8. Berat Jenis (Specific Gravity)


Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan dengan berat air pada
volume yang sama.
Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih
dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air,
misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi
dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut. Rumus perhitungan
berat jenis:

Berat Jenis = (Berat di Luar Air)/(Berat di Luar Air-Berat Dalam Air


2.1.3. R.B.S DAN SKALA MHOS

Pembagian Batuan Beku Pada Reaksi Bowen Series (R.B.S)

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma. Proses pembekuan akan
menghasilkan Kristal atau gelas tergantung waktu pembekuan. kecepatan pembekuan magma
mengakibatkan ukuran kristal yang berbeda-beda. bila pembekuan lambat maka mengakibatkan
kristal yang berukuran besar/kasar. semakin cepat pembekuan maka akan mengakibatkan ukuran
kristalnya semakin kecil dan bila pembekuannya sangat cepat makan tidak akan terbentuk kristal
tetapi gelas.

Proses pembentukan mineral dapat digambarkan dalam diagram seri bowen.


Diagram seri reaksi bowen:

seri bowen menunjukkan bahwa mineral yang berada di bagian atas terbentuk pada suhu paling
tinggi dan bersifat basa. Semakin ke bawah, suhu pembentukannya semakin rendah dan bersifat
semakin asam.

PEMBAGIAN BATUAN BEKU

Berdasar genesanya

batuan beku dibedakan menjadi batuan beku intrusif (membeku di bawah permukaan bumi) dan
batuan beku ekstrusif (membeku di permukaan bumi). Selain itu batuan beku juga dapat di bagi
manjadi 3 kelompok, yaitu:

a.Batuan beku vulkanik, yang merupakan hasil proses vulkanisme

b.Batuan beku plutonik, yang terbentuk jauh di dalam bumi

c.Hipabisal, yang merupakan produk intrusi minor.

Berdasarkan komposisi kimia

Penggolongan berdasarkan komposisi kimia yang paling sering digunakan adalah berdasarkan
kandungan silikanya

Contoh Batuan Beku


Berdasar genesa
Batuan beku ekstrusif / vulkanik : Granit, Diorit, Gabro
Batuan beku intrusif / plutonik : Riolit, andesit, basalt
Berdasarkan Komposisi kimia
Batuan beku asam : Granit, riolit
Batuan beku intermediet : Diorit, Andesit
Batuan beku basa : gabro, basalt
batuan beku ultra basa : Dunit, Peridotit, Komatit

Skala Mhos

Skala kekerasan Mineral MOHS


Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 .Talc / Talk H2Mg3 (SiO3)4
2 .Gypsum / GipsumCaSO4. 2H2O
3 .Calcite / Kalsit CaCO3
4 .Fluorite / Florit CaF2
5 .Apatite / Apatit CaF2Ca3 (PO4)2
6 .Orthoklase / Ortoklas K Al Si3 O8
7 .Quartz / Kuarsa SiO2
8 .Topaz Al2SiO3O8
9. Corundum / kurundumAl2O3
10. Diamond / Intan C

Sebagai perbandingan dari skala tersebut diatas, maka dibawah ini akan disajikan beberapa alat
penguji standart kekerasan, yaitu :
Kuku jari tangan 2,5
Kawat tembaga 3
Pecahan kaca 5,5 - 6
Kikir Baja/ jarum baja 6,6 7
2.1.4. Gambar-gambar Mineral Yang Nampak Bentuk Kristalnya Dari ke-7 Sistem Kristal
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Mineral (menurut Barry and Masson) adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.

Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika
(termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan
mineral

Skala kekerasan Mineral MOHS


Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 .Talc / Talk H2Mg3 (SiO3)4
2 .Gypsum / GipsumCaSO4. 2H2O
3 .Calcite / Kalsit CaCO3
4 .Fluorite / Florit CaF2
5 .Apatite / Apatit CaF2Ca3 (PO4)2
6 .Orthoklase / Ortoklas K Al Si3 O8
7 .Quartz / Kuarsa SiO2
8 .Topaz Al2SiO3O8
9. Corundum / kurundumAl2O3
10. Diamond / Intan C

4.2. SARAN

Untuk Lab.kristalografi dan mineralogi dalam percobaan Mineralogi

Kalau bisa Mineral yang dideterminasi agar di perbesar sedikit lagi

Agar saat kita mendeterminasi nya bisa sedikit gampang .

Dan untuk Mangnet yang digunakan untuk mengetest mineral yang mengandum logam , menurut
saya magnet itu sebaiknya tidak dipinjamkan ke praktikan , usahakan asisten yang pegang dan
setelah menunjukkan nya , langsung di kembalikan , agar tidak hilang . Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai