Anda di halaman 1dari 19

Laporan Kasus Hipertensi dengan Pendekatan

Kedokteran Keluarga di Puskesmas Kelurahan


Jelambar I Kecamatan Grogol Petamburan

Laporan Disusun Oleh :


Andreas Anindito Hermawan
102013172
FF10

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2013
1
Pendahuluan
Segitiga Epidemiologi
Timbulnya penyakit merupakan suatu interaksi antara berbagai faktor penyebab. Ditinjau
dari sudut ekologis (ekologi: ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya), ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan,
ketidakmampuan dan kematian pada manusia yang disebut sebagai Trias Ekologi (Ecological
Triad) atau Trias Epidemiologi (Epidemiological Triad), yaitu: pejamu (host), kuman (agent), dan
lingkungan (environment), melalui suatu proses yang dikenal sebagai rantai penularan yang terdiri
dari 6 komponen, yaitu (1) penyebab, (2) sumber penularan, (3) cara keluar dari sumber penularan,
(4) cara penularan, (5) cara masuk ke pejamu, dan (6) pejamu. Dalam keadaan normal terjadi suatu
keseimbangan yang dinamis antara ketiga trias ekologi tersebut, atau dalam kata lain adalah sehat.
Pada suatu keadaan terjadinya gangguan pada keseimbangan dinamis ini, misalnya akibat
menurunnya kualitas lingkungan hidup sampai pada tingkat tertentu maka akan memudahkan agen
penyakit masuk ke dalam tubuh manusia dan keadaan tersebut disebut sakit. Dengan mengetahui
proses terjadinya infeksi atau rantai penularan penyakit maka intervensi yang sesuai dapat
dilakukan untuk memutuskan mata rantai penularan tersebut.1
Menurut Blum, derajat kesehatan seseorang di pengaruhi oleh 4 faktor diantaranya adalah
faktor genetik, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Faktor yang tidak dapat di intervensi
diantara ketiga faktor lainnya adalah faktor genetik, sedangkan sebaliknya adalah faktor perilaku
yang dapat diubah seiring dengan pengetahuan dan kemauan dari diri sendiri.

Tingkat Pencegahan Penyakit


Konsep yang paling penting mengenai pencegahan penyakit pertama kali dipopulerkan
oleh Leavell dan Clark, sehingga disebut Leavells levels. Berdasarkan konsep ini, semua kegiatan
yang dilakukan para klinisi dan profesional kesehatan lainnya berakhir dengan tujuan untuk
mencegah. Tingkat pencegahan penyakit terbagi dalam tiga tahap. Faktor yang akan dicegah
tergantung kepada tingkat kesehatan atau tingkat penyakit individu yang sedang mengalami
perawatan pencegahan.1
Pencegahan primer adalah untuk mencegah proses penyakit terjadi dengan mengeliminasi
penyebab dari suatu penyakit atau dengan meningkatkan pertahanan tubuh terhadap penyakit

2
tersebut, dengan kata lain mencegah awitan suatu penyakit atau cedera selama masa
prepatogenesis (sebelum suatu proses penyakit dimulai). Pencegahan sekunder adalah untuk
menginterupsi proses penyakit sebelum menjadi simptomatik, yaitu diagnosis dini dan pengobatan
segera suatu penyakit atau cedera untuk membatasi disabilitas dan mencegah patogenesis penyakit
lebih parah. Pencegahan tersier adalah untuk membatasi komplikasi fisik dan sosial pada penyakit
yang sudah simptomatik. Tingkat pencegahan mana yang akan dilakukan bergantung kepada
kondisi tertentu.1

Defenisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal yang di tunjukkan oleh angka sistolik dan diatolik pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa air raksa (sphygmomanometer) ataupun
alat digital lainnya. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas
sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara
umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat di waktu beraktivitas.
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood
Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of
Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan
sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang
memakai obat anti hipertensi.2,3

Epidemiologi
Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang
ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu faktor
risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan
gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan
secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di

3
masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18
tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2%
penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi.3,4

Etiologi
Penyakit darah tinggi digolongkan menjadi 2 yaitu :5

1. Hipertensi Primer, suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi akibat dampak
dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak
terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan
pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang
berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit
tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan
darah tinggi.
2. Hipertensi Sekunder, suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akiba
seseorang engalami atau menderita penyakit lainnya, seperti gagal jantung, gagal ginjal
atau kerusakan sistem hormon tubuh. sedangkan pada ibu hamil, tekanan darah secara
umum meningkat saat kehamilan usia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat
badannya diatas normal atau gemuk.

Faktor Resiko
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta
faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan5
1. Genetik
Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.
2. Umur

4
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, sering terjadi pada
umur 40-60 tahun.
3. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal.
Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler.
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit
putih.
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obataan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar),
termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering)
dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang mengandung alkohol
juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah
tinggi
7. Preeklampsi pada kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan5
1. Stress
Meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
2. Obesitas
3. Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi
akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara
tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.

5
4. Merokok
5. Kurang olahraga

Manifestasi Klinis
Hipertensi sering kali tidak memberikan keluhan dan tanda klinis khusus, tetapi kadang
terdapat keluhan pusing, sakit kepala, migrain, rasa berat di tengkuk, susah tidur, kunang-kunang,
mudah marah, rasa lelah, palpitasi, nokturia, epistaksis, gelisah, muka merah. Diagnosis hipertensi
ditegakkan apabila kenaikan tekanan darah ini bersifat menetap pada pemeriksaan ulang dalam
waktu 1-2 minggu.6

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan mengukur tekanan darah kedua lengan sebanyak dua kali atau lebih
dengan interval waktu 1-2 minggu. Berdasarkan JNC VII (The Joint Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure) 6

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi JNC VII5

Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan tujuan untuk melihat target organ yang terkena dan untuk mencari kausa 24
jam pertama dapat dilakukan pemeriksaan EKG dapat dilihat adanya pembesaran ventrikel kiri,
pembesaran atrium kiri, adanya penyakit jantung korener atau arimia, dari pemeriksaan darah rutin
dapat diketahui kadar hemoglobin/ hematokrit untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (visikositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas dan anemia, sedangkan kadar kreatinin dan kalium memberikan informasi
tentang perfusi/ fungsi ginjal dan hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi deuretic dan pemeriksaan selanjutnya yaitu urinalisis
yaitu darah, protein, glukosa mengisyaratkan adanya disfungsi ginjal dan adanya diabetes.6
6
Patogenesis
Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh peningkatan kardiak output atau
peningkatan tahanan pembuluh darah perifer. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Dan
mengakibatkan 2 aksi, pada aksi pertama meningkatkan ADH, dan aksi kedua meningkatkan
aldosteron.6

Komplikasi
Komplikasi dari hipertensi antara lain pada otak dapat terjadi TIA atau stroke, mata dapat
menyebabkan retinopati, pada jantung dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, angina atau
AMI, gagal jantung dan yang terakhir pada ginjal dapat mengalami gagal ginjal kronik. 6

Penatalaksanaan
Non Farmakologis6
1. Menurunkan berat badan pada obesitas
2. Pembatasan konsumsi garam dapur
3. Hentikan konsumsi alkohol
4. Hentikan merokok dan olahraga teratur
5. Pola makan yang sehat
6. Istirahat cukup dan hindari stres
7. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)

Farmakologis6
1. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hr dosis tunggal pagi hari
2. Propanolol 2 x 20-40 mg sehari
3. Methyldopa
4. MgSO4
5. Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6. Nifedipin long acting 1 x 20-60 mg

7
7. Tensigard 3 x 1 tablet
8. Amlodipine 1 x 5-10 mg
9. Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari

Prognosis
Prognosis pasien sebenarnya tergantung pada kepatuhan pasien untuk mengikuti
pengobatan. Pada dasarnya pengobatan hipertensi berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu
komunikasi dokter-pasien harus terjalin dengan baik sehingga pasien mau patuh pada
pengobatan. Jika pasien mematuhi rencana pengobatan, kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi bisa dicegah sehingga dapat dikatakan prognosisnya baik.6

Laporan Kasus Hasil Kunjungan Rumah

Puskesmas : Puskesmas Tomang

Tanggal kunjungan : Rabu, 19 Juli 2017


8
A. Pasien Utama
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ibu Masinem
b. Umur : 78 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
e. Pendidikan : SMP (tamat)
f. Alamat : Jl. Tomang tinggi 1 RT. 001 RW. 06 No. 54, Jakarta Barat
g. No Telp : tidak ada

2. Menanyakan keluhan utama


Hipertensi sejak 2 tahun yang lalu

3. Keluhan tambahan
Jari kaki kadang terasa sakit terutama ketika digunakan untuk berjalan. Pesien mengaku
memiliki asam urat sejak 3 tahun yang lalu. Asam urat sudah sembuh karena berobat ke
dokter puskesmas namun terkadang masih sering agak sakit. Pasien juga merasa
penglihatan kurang jelas. Pasien mengaku sudah kedokter memeriksakan matanya dan
dokternya mengatakan bahwa pasien memiliki sedikit katarak.

4. Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengaku sudah mengalami hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, tetapi rutin minum obat.
Pasien mengaku hipertensi ini muncul ketika usianya sudah menginjak usia lanjut saja.

5. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengaku dahulu memiliki penyakit asam urat. Beliau mengaku dahulu di ibu jarinya
sering sakit dan periksa ke puskesmas ternyata asam uratnya meningkat.

6. Riwayat penyakit dalam keluarga


Ayah dan ibu dari pasien memiliki riwayat hipertensi namun tidak pernah berobat dan kini
sudah meninggal.
9
7. Riwayat kebiasaan sosial
Pola olahraga : sudah tidak pernah berolahraga, namun pasien mengaku dirumah selalu
bergerak untuk melakukan pekerjaan rumah
Pola jajan : pasien tidak pernah membeli makanan diluar rumah
Pola makan : pola makan pasien, 2 kali dalam sehari. Pada pagi hari lebih sering
minum teh manis. Siang dan sore hari pasien makan nasi dengan sayur,
telur, sayur hijau, dan terong.
Pola rekreasi : dalam 1 minggu 1 kali pergi dengan cucunya ketaman
Merokok : tidak merokok
Alkohol : tidak minum minuman beralkohol

8. Hubungan psikologis dengan keluarga


Pasien mengaku menjalin hubungan baik dengan keluarga maupun tetangga sekitar

9. Aktifitas sosial
Pasien mengaku rutin pergi ke arisan dengan tetangganya.

10. Kegiatan kerohanian


Pasien mengaku sering pergi ke pengajian

B. Keluarga
I. Riwayat Biologis Keluarga
Ibu Masinem tinggal bersama dengan 2 orang cucunya disebuah kontrakan padat
penduduk. Cucu pertamanya berusia 9 tahun yang bernama shefa dan cucu keduanya yang berusia
1 tahun bernama Irshad. Anak bernama ibu Rina beserta suaminya bapak Budi tinggal di kontrakan
yang berbeda dengan ibu masinem. Suami ibu masinem yang bernama pak Joko tinggal di
Tangerang dan berprofesi sebagai pengrajin bangku dan memiliki kolesterol yang tinggi.
a. Keadaan kesehatan sekarang
Keadaan kesehatan pasien dapat dikatakan baik karena pasien terlihat aktif, nafsu makan
baik dan pasien dapat bercakap-cakap dengan baik serta kesadarannya baik. Pasien juga
tidak tampak merasa kesakitan. Cucunya yang berusia 9 tahun sedang mengalami diare.
Suami ibu masinem memiliki penyakit kolesterol tinggi.
b. Kebersihan perorangan
Kebersihan pasien dapat dikatakan baik karena terlihat dari hygiene yaitu mandi 2 kali
sehari, rambut tidak terlihat lusuh, tangan dan kaki tidak kotor, pakaian yang dikenakan
tampak bersih, serta kuku tidak panjang begitupun kebersihan anggota keluarga lainnya.
c. Penyakit yang sedang diderita (oleh anggota keluarga):

10
Ibu Masinem memiliki seorang cucu yang bernama shefa, cucunya sedang menderita
diare. Suami ibu Masinem yang bernama pak Joko memiliki Kolesterol yang tinggi.
d. Penyakit keturunan: hipertensi
e. Penyakit kronis/ menular: tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga: tidak ada
g. Pola makan
Pola makan dapat dikatakan baik karena pasien sering mengkonsumsi makanan yang
bergizi, namun pasien mengaku suka mengkonsumsi sayuran hijau, sawi, terong, daun
singkong dan setiap pagi hari minum teh manis. Cucu pertama ibu Masinem akhir-akhir ini
makan-makanan di lingkungan sekolahnya.
h. Pola istirahat
Pola istirahat ibu Masinem cukup, ibu masinem biasa tidur dari jam 9 malam sampai
jam 4 pagi.
i. Jumlah anggota keluarga: 3 orang.

II. Psikologi Keluarga


a. Kebiasaan buruk: tidak ada
b. Pengambilan keputusan: musyawarah mufakat bersama dengan anggota keluarga
c. Ketergantungan obat: tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: puskesmas
e. Pola rekreasi
Pola rekreasi dapat dikatakan baik karena pasien mengaku sering berpergian bersama
cucunya setiap akhir pekan menuju ke taman.

III. Identifikasi keadaan rumah/lingkungan (beresiko/tidak)


a. Jenis bangunan:
Semi permanen yaitu bagian ruang tamu dindingnya dari tembok yang sudah diberi cat,
langit-langit terdiri dari kayu triplek, dapur dan jamban dari semen, kayu dan atapnya seng.
Rumah ini merupakan kontrakan yang dihuni oleh banyak orang.
b. Lantai rumah: sebagian dari keramik dan sebagian lainnya dari semen
c. Luas rumah: 3 x 16 m2
d. Penerangan
Penerangan dapat dikatakan kurang karena tidak memenuhi seluruh bagian rumah,
penerangan matahari hanya dapat masuk dari pintu utama rumah dan atap yang sedikit
terbuka. Jendela di kamar tidak dapat menerima cahaya karena berhadapan langsung dengan

11
dinding rumah tetangga. Penerangan yang digunakan lebih banyak dengan menggunakan
lampu listrik.
e. Kebersihan
Kurang sebab rumah ada serangga dan semut di bagian ruang tamu, ada beberapa barang
yang ditumpuk diatas lemari dan tempat tidur, panci kuali yang bertumpukan dan dibiarkan
begitu saja didapur, di dalam rumah tidak ada lalat, dan banyak barang-barang yang tidak
tertata dengan baik dan berdebu. Di halaman rumah terdapat tumpukan kayu serta jemuran
baju. Terdapat selokan yang keruh.
f. Ventilasi
Kurang sebab hanya mengandalkan dari pintu yang dibuka dan ventilasi yang berada di bagian
langit-langit pada bagian dapur.
g. Dapur:
Ada, tetapi untuk digunakan bersama-sama. Ventilasi didapur mengandalkan dari pintu
masuk dan atap yang sedikit terbuka. Lokasi dapur berdekatan dengan kamar mandi.
h. Jamban keluarga:
Ada, lantai jamban terbuat dari keramik dan tampak kotor, tetapi tempat buang air besar atau
kecil terlihat bersih.
i. Sumber air minum: air mineral/galon isi ulang.
j. Sumber pencemaran air: tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan: pekarangan difungsikan untuk tempat memarkirkan kendaraan
serta untuk menyimpan kayu-kayu.
l. Sistem pembuangan air limbah:
Ada, terdapat saluran pembuangan untuk air limbah.
m. Tempat pembuangan sampah:
Ada di depan rumah dekat dengan pintu masuk rumah dan dekat dengan dapur.
n. Sanitasi lingkungan: kurang, karena aliran pembuangan (got) didepan rumah masih terdapat
air yang keruh. Untuk jentik nyamuk ada pengontrolan dari ketua RT.

IV. Spiritual keluarga


a. Ketaatan beribadah: baik

12
b. Keyakinan tentang kesehatan: baik, pasien dan keluarga selalu berobat ke puskesmas / klinik
jika sakit.

V. Keadaan sosial keluarga


a. Tingkat pendidikan: sedang, Ibu Masinem tamat SMP, anak ibu masinem yaitu Ibu rina tamat
SMK.
b. Hubungan antar anggota keluarga: baik, anak perempuan sangat memperhatikan keadaan
ibunya
c. Hubungan dengan orang lain: baik
d. Kegiatan organisasi sosial: baik yaitu ikut arisan.
e. Keadaan ekonomi: Sedang, yang mencari nafkah suami ibu Masiem yaitu bapak Joko dan
anak dari ibu Masinem bersama dengan menantunya yaitu bapak budi, penghasilan mereka
untuk membiayai sekolah cucu pertamanya.

VI. Kultural keluarga


a. Adat yang berpengaruh: tidak ada
b. Lain-lain: tidak ada

VII. Daftar anggota keluarga


Keluarga pasien terdiri dari 3 orang , yaitu Ibu Masinem dan 2 orang cucunya.

No Nama Hub dgn Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan KB


KK kesehatan
1 Masinem Ibu 78 thn SMP IRT Islam Hipertensi -
grade 1
2 Shefa cucu 9 thn Saat ini SD Pelajar Islam Diare -

Pemeriksaan fisik
Ibu Marsinem:

Keadaan umum : Pasien tampak baik


Kesadaran umum : Compos Mentis
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC

13
Status Gizi : 25
TB : 155 cm

Pemeriksaan Penunjang yang dianjurkan


Diagnosis
Secara Biopsikososial

Biologi : Hipertensi Grade 1

Psikologi : tidak ada

Sosial : tidak ada

Penatalaksanaan Penyakit dan Edukasi


A. Health Promotion :
Tujuan dari health promotion untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
mengurangi peranan penyebab dan derajat resiko, dan meningkatkan lingkungan yang sehat secara
optimal. Penyediaan makanan sehat bernutrisi dan cukup (kualitas dan kuantitas).
- Menjaga higienitas alat makan.
- Menjaga higienitas pribadi seperti mandi, kebersihan pakaian, cuci tangan dengan sabun
sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar dan membersihkan kotoran.
- Perbaikan sanitasi lingkungan, seperti penyediaan air bersih, pembuangan limbah, ventilasi
rumah yang kurang baik, kebersihan rumah, sinar matahari yang cukup masuk ke dalam rumah.
- Pendidikan kesehatan kepada masyarakat, seperti penyuluhan
Menjelaskan tentang hipertensi itu penyakit seperti apa pada keluarga pasien, terutama
mengenai apa penyebabnya, apa akibatnya, bagaimana cara mengobati dan pencegahannya.
Edukasi kepada keluarga pasien mengenai masalah-masalah yang dapat memunculkan
hipertensi dan bagaimana cara mengatasinya.
Melakukan penyuluhan kepada keluarga di lingkungan sekitarnya mengenai pola hidup yang
sehat agar terhindari dari hipertensi dan bagaimana cara mengontrol hipertensi.
- Olahraga secara teratur.

14
- Dapat memiliki kesempatan untuk berekreasi dan istirahat.
- Mengikuti kegiatan di lingkungan sosial dan keagamaan.
- Tidak merokok dan minum-minuman alkohol.
- Memperhatikan pola hidup sehat dan teratur
- Lebih memperhatikan konsumsi garam yang baik
- Berusaha untuk tidak banyak pikiran, stress dan mengendalikan emosi.

B. Spesific Protection :
Pada specific protection bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, dan menghentikan
proses penularan penyakit.
- Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, dan bersifat membahayakan.
- Mengikuti program diet dan konsultasi gizi pada yang sudah mulai obesitas dan menopause
atau yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tertentu.
- Minum obat penambah daya tahan tubuh.
- Menggunakan insektisida untuk vector penyakit.
- Menghindari asap rokok dan polusi.
- Mengkonsumsi obat hipertensi.
- Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin sehingga dapat mengetahui tekanan darah
yang terkontrol.
- Menghindari makanan dapat memicu terjadinya hipertensi.

C. Early Diagnosis and Prompt Treatment :


Early diagnosis and prompt treatment bertujuan untuk menemukan penyakit sedini
mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat. Untuk mencegah
meluasnya penyakit dan mendeteksi dan menghentikan proses penyakit sejak dini.
- Untuk menemukan orang yang terduga memiliki penyakit dalam masyarakat dengan
menggunakan pemeriksaan. Misalnya mengikuti skrining, pemeriksaan darah, pemeriksaan
rotgen, dll.
- Berobat segera ke petugas medis begitu ada gejala walau sedikit

15
- Mengecek kesehatan jantung dan ginjal bila sudah terkena hipertensi atau peningkatan
kolesterol atau gula darah
- Penyaringan (screening) yakni pencarian penderita secara dini untuk penyakit yang secara
klinis belum tampak gejala pada penduduk secara umum atau pada kelompok risiko tinggi
- Diagnosis dini dari penyakit hipertensi biasanya akan timbul rasa sakit kepala, kelelahan
- Konsultasi ke dokter dan konsumsi obat anti hipertensi

D. Disability Limitation :
Disability Limitation bertujuan untuk melakukan penatalaksanaan terapi yang adekuat
pada pasien dengan penyakit yang telah lanjut, selain itu mencegah agar penyakit menjadi lebih
berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan
timbul.
- Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi,
dan mengecek kemungkinan komplikasi agar tidak berkembang lanjut, dengan cara kontrol
rutin ke petugas kesehatan
- Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan gerakan
gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki
- Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan
perawatan yang lebih intensif atau mengikuti saran untuk dirujuk ke tingkat yang lebih tinggi
dan lebih lengkap
- Saat sakit mematuhi perintah dokter untuk melakukan pengobatan dan kontrol teratur
- Memperbaiki nutrisi saat sakit
- Membantu memantau pengobatan penderita terutama penyakit kronis
- Melakukan pantangan makanan tertentu yang dapat memperparah penyakit secara disiplin

E. Rehabilitation :
Rehabilitation memiliki sasaran utama yaitu penderita penyakit tertentu yang sudah sembuh atau
terkontrol dalam usaha memulihkan fungsinya serta program rehabilitasi, untuk mengembalikan
pasien ke masyarakat dan berfungsi sebaik mungkin agar mereka dapat hidup dan bekerja secara
wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain

16
- Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan
moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan
- Ikut Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia
sembuh dari suatu penyakit.
- Memperbaiki nutrisi dan melakukan pencegahan faktor risiko penyakitnya atau komplikasinya
setelah sembuh dari sakit atau setelah terkontrol penyakitnya
- Ikut serta membantu menolong penderita yang baru sembuh dalam menjalankan rehabilitasi
atau membantunya memulihkan kemampuan bekerja dan menjalani kehidupan secara baik.

Prognosis
A. Penyakit Pasien: Ibu Marsinem mengkonsumsi obat hipertensi secara teratur, maka prognosis
penyakit pasien adalah baik (ad bonam).
B. Keluarga: Kondisi kesehatan anggota keluarga yang lain yaitu cucu pertamanya yaitu Shefa
sedang menderita diare dan sudah berobat ke puskesmas dengan demikian maka prognosis
untuk cucu ibu Marsinem baik (dubia ad bonam).
C. Masyarakat: Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, karena hipertensi yang diderita pasien
tidak menular, maka prognosisnya baik (ad bonam).

Resume
Dari hasil kunjungan rumah pada tanggal 19 Juli 2016, didapatkan bahwa pasien menderita
hipertensi. Pasien sudah mengalami hipertensi selama 2 tahun dan pasien teratur meminum obat.
Pasien pernah menderita asam urat tetapi sudah sembuh. Pasien memiliki tempat tinggal yang
tergolong kurang baik, lingkungan sekitar rumah kurang bersih, di halaman rumah banyak terdapat
kayu-kayu. Diatas lemari terdapat kotak kardus yang jarang dibersihkan sehingga berdebu dan
juga panci yang tergantung dengan alat dapur lainnya. Pasien disarankan untuk tetap menjaga
kesehatan dan melakukan tindakan pencegahan berupa pola hidup yang baik, serta rajin kontrol ke
puskesmas ataupun ke dokter agar bisa terkontrol dengan baik. Keluarga pasien juga diharapkan
dapat menjaga kesehatan dan pola hidup dengan lebih baik.

Daftar Pustaka

17
1. Azwar A. Perencanaan program kesehatan. Pengantar administrasi kesehatan. edisi ke-3.
Jakarta. Binarupa Aksara; 2007.h. 200-06.
2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's
Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.
3. Ghanie A, Manurung D. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi ke-5. Jakarta:
Internal publishing; 2009. h.1586-601.
4. Gunawan L. Hipertensi, tekanan darah tinggi. Yogyakarta. Kanisius; 2007.h.16.
5. http://www.depkes.go.id/article/view/1909/masalah-hipertensi-di-indonesia.html,
diunduh 27 Juli 2016
6. Irwan. Epidemiologi penyakit tidak menular. Yogyakarta. Deepublish; 2016.h.37-43.

18
Lampiran

19

Anda mungkin juga menyukai