PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyuluhan pertanian merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
kemampuan petani baik pengetahuan sikap dan keterampilan sehingga mereka mampu dan
berdaya serta menetapkan keputusan sendiri terkait dengan usaha tani yang dilaksanakannya.
Salahsatu kegiatan yang dilakukan dalam penyuluhan adalah mengadakan pelatihan teknis bagi
petani. Kegiatan tersebut bertujuan agar petani belajar dengan melibatkan seluruh panca
inderanya, dengan harapan mau dan mampu mengadopsi suatu teknologi untuk kemajuan dan
perubahan usaha taninya.
Pelatihan yang baik, harus memenuhi beberapa kriteria, seperti tersusunnya kegiatan pra
perencanaan, terwujudnya perencanaan yang baik, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi yang
memenuhi syarat sebuah pelatihan yang baik. Berdasarkan hal tersebut, sebuah pelatihan
hendaknya harus mengadopsi unsur-unsur manajemen agar terlaksana sesuai harapan.
Kegiatan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik, yang dilaksanakan di Kelompok Tani Lembur
Warung, Desa Batu Lawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat, juga telah
menerapkan berbagai prinsip pelatihan tersebut, sehingga pelatihan berjalan dengan baik dan
lancar, namun meski begitu, tetap saja memiliki berbagai kekurangan dalam beberapa segi dan
akan diuraikan dalam laporan akhir pelaksanaan pelatihan ini.
Tujuan
Tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai berikut:
Sebagai bentuk pertanggung jawaban atau akuntabilitas dari kegiatan pelatihan yang telah
dilaksanakan.
Memenuhi persyaratan pelaksanaan ujian akhir semester tujuh di Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian Bogor.
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Pelatihan pembuatan pupuk organik dengan Promi dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 30
November 2013, pukul 13.300 sd 16.30. wib, di kelompok tani Lembur Warung, desa Batu
Lawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan adalah anggota dan pengurus kelompok tani Desa Lembur Warung, tokoh
masyarakat, dan penyuluh pertanian setempat, rincian peserta yang hadir adalah sebagai berikut:
anggota kelompok tani berjumlah 15 orang, tokoh masyarakat sebanyak 3 orang, dan penyuluh
pertanian setempat sebanyak 2 orang (keterangan lebih lanjut ada dalam lampiran).
Materi Pelatihan
Materi pelatihan yang diberikan adalah Pembuatan Pupuk Organik (Kompos Jerami) dengan
Promi.
Alat
Alat yang digunakan adalah: Laptop, alat Tulis (ball point, pinsil dan spidol), Printer dan Kamera
Digital.
Bahan
Sedangkan bahan yang digunakan dalam pelatihan adalah: Kertas karton, Kertas HVS A4,
Spanduk, Bambu dan paku (oleh petani), Promi, Rafia, dan Plastik Pembungkus Jerami warna
Hitam.
Sumber Dana
Dana bersumber dari anggaran APBN Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor sebesar Rp.
700.000
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan kegiatan pelatihan didasarkan pada beberap aspek yaitu: tahapan kegiatan,
jumlah kehadiran peserta, ketepatan waktu, partisipasi peserta, penyampaian materi dalam
kegiatan, pengololaan anggaran dan sikap dan pengetahuan peserta pasca pelatihan
Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan terkait dengan beberapa kegiatan yaitu: penetapan waktu dan
tempat kegiatan, jumlah peserta, susunan panitia pelatihan, pembuatan undangan, materi, metode
penyampaian materi, jumlah materi dalam satuan mata pelatihan, kebutuhan alat dan bahan serta
penentuan jumlah anggaran yang dibutuhkan. Selain itu juga dipertimbangkan penggunaan
kendaraan dan waktu berangkat ke tempat pelatihan tersebut dilaksanakan.
Pelaksanaan
Tutor (Mahasiswa STPP Bogor) hadir di lokasi pada pukul 12.30, setelah sebelumnya
bersilaturahmi dengan ketua kelompok, langsung membantu pembuatan tempat cetak dari bambu
yang dibuat oleh petani, karena bahan tersebut belum selesai dibuat. Anggota tim lain dibagi
tugas, untuk memasang spanduk, menentukan tempat yang pas dan memasang peta singkap yang
telah disiapkan serta menentukan lokasi praktek pembuatan pupuk kompos jerami dan membantu
mengumpulkan bahan pupuk (jerami).
Dalam pelaksanaan kegiatan tim mendapat tugas masing-masing yang telah sesuai dengan
kesepakatan yang dibuat dalam proses perencanaan, rincian tugas anggota tim dalam
pelaksanaan pelatihan pupuk kompos jerami dengan Promi adalah sebagai mana tertuand dalam
tabel 1 berikut:
Anggota
Bertanggung jawab terhadap pemberian materi teori pembuatan pupuk kompos jerami termasuk
media yang digunakan yaitu peta singkap, dan membuat spanduk kegiatan.
Bertanggung jawab terhadap alat dan baha praktek serta memimpin kegiatan praktek pembuatan
pupuk kompos.
Bertanggung jawab terhadap dokumentasi kegiatan dan membantu administrasi dan pelaporan
kegiatan
Kelebihan
Kelebihan dari pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan pupuk kompos jerami dengan Promi
ini adalah:
Pembagian tugas terperinci dan jelas
Anggota tim kompak
Alat dan bahan yang digunakan memadai
Pemateri memiliki kemampuan dan pengalaman dalam menyampaikan metaeri pelatihan
Kemampuan pengelolaan keuangan yang baik
Kekurangan
Karakter inti tani belum terlalu dikenal
Lokasi terlalu jauh
Adanya kegiatan pembuatan pupuk organik sebelumnya (menggunakan EM 4 ) dan gagal,
membuat antusiasme petani kurang
Permasalahan
Survey pendahuluan yang dilakukan oleh ketua tim, tidak langsung menyentuh keseluruhan atau
representasi anggota kelompok, tapi hanya kunjungan ke ketua kelompok, sehingga karakter
anggotan secara umum tidak diketahui akbiatnya, saat pelatihan dilaksanakan, terlihat
antusiasme petani kurang, terutama dalam kegiatan praktek, petani lebih banyak melihat dan
kurang berpartisipasi. Selain itu, jadwal kegiatan mundur beberapa jam karena banyak petani
belum mengetahui atau memiliki acara lain.
Jadwal pelaksanaan pendek, membuat tim tidak mampu berbuat banyak terutama dalam
melaksanakan kegiatan dinamika kelompok, padahal kegiatan ini sangat penting untuk
membangun suasana dan bridging menuju acara inti (preparation of learner circumstance) yang
bisa menyebabkan suasana dan antusiame peserta lebih baik.
Saran
Beberapa saran yang disampaikan baik bagi anggotan tim adalah sebagai berikut:
Survey pendahuluan yang dilakukan sebaiknya dilakukan lebih komperhensif, terutama terkait
dengan karakter anggota kelompok sebenarnya.
Penggunaan waktu yang disediakan lebih baik, sehingga beberapa kegiatan penting tidak
terabaikan
LAPORAN KEGIATAN
A. NAMA KEGIATAN
Seminar Nasional Bedah Kurikulum 2013 dalam rangka Dies Natalis ke-48 Universitas Negeri
Semarang (UNNES) 2013
B. WAKTU PELAKSANAAN
8 April 2013
C. TEMPAT
Graha Perhutani Solo
Jl. Slamet Riyadi No. 473 Solo
D. TUJUAN
Setelah mengikuti seminar nasional Bedah Kurikulum 2013 dengan tema: Mampukah
Kurikulum 2013 menjawab tantangan peningkatan kompetensi guru, diharapkan peserta
mampu:
1. Memahami ihwal Kurikulum 2013
2. Memahami cara mengembangkan Kurikulum 2013
3. Memahami cara merancang strategi pembelajaran pada implementasi Kurikulum 2013
4. Mengevaluai kurikulum 2013
5. Mengimplementasikan kurikulum 2013 pada semua jenjang dan jenis pendidikan.
E. MATERI SEMINAR
Secara umum, materi seminar adalah mengenai ihwal Kurikulum 2013 yang disampaikan oleh
Prof. Dr. Rustono, M.Hum (TIM PUSKUR Kemendiknas RI).
Materi seminar secara rinci adalah sebagai berikut.
1. Hasil Evaluasi BSNP
2. Arah perubahan Kurikulum
3. Penyederhanaan mapel
4. Pokok-pokok kurikulum 2013
5. Kompetensi inti
6. Kompetensi dasar
7. Struktur kurikulum
8. Beban belajar
9. Pembelajaran tematik integrative
10. Mata pelajaran dan alokasi waktunya
11. Mapel peminatan
12. Standar isi
13. Tabel kompetensi inti
14. Tabel kompetensi dasar
F. TINDAK LANJUT
1. Terselenggaranya kegiatan/ workshop/ IHT dalam rangka merancang dan mengembangkan
strategi pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh sekolah.
2. Mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan baik dan benar
G. DAMPAK
Dampak dari kegiatan ini terhadap peningkatan kompetensi peserta selaku pendidik antara lain
sebagai berikut.
1. Secara umum seminar nasional ini berdampak pada meningkatnya kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan, khususnya kompetensi paedagogik dan kompetensi professional.
2. Secara khusus seminar nasional ini berdampak pada meningkatnya pemahaman peserta tentang
kurikulum 2013 dan peserta bisa membagikan pemahaman itu kepada pendidik dan tenaga
kependidikan di lingkungan bekerja (sekolah).
H. PENUTUP
Demikian laporan ini kami buat sebagai wujud pertanggungjawaban kami atas tugas yang
diberikan. Mohon maaf atas segala kekurangan dan terimakasih atas semua dukungan. Semoga
bermanfaat.
BAB I
BAGIAN AWAL
A. Nama Kegiatan
Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Guru SD
B. Waktu Pelaksanaan
14 September 2015 s/d 18 September 2015
C. Tempat Pelaksanaan
Hotel Royal Jelita, Jl. A. Yani Km. 4,5 Komplek Kencana No. 2 Banjarmasin
D. Tujuan Pelaksanaan
Setelah mengikuti Bimtek Implementasi Kurikulum 2013 di harapkan peserta mampu:
1. Memahami konsep kurikulum 2013
2. Memahami cara mengembangkan Kurikulum 2013
3. Memahami cara merancang strategi pembelajaran pada implementasi Kurikulum 2013
4. Mengevaluasi Kurikulum 2013
5. Mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan
E. Lama Pelaksanaan
Bimtek Implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan selama 5 hari atau 88 jam pelajaran.
F. Surat Penugasan
Surat Penugasan dari Dinas Pendidikan kabupaten Hulu Sungai Tengah terlampir
G. Penyelenggaraan Bimtek
Bimtek diselenggarakan Oleh Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan Bekerja Sama
dengan LPMP Provinsi Kalimantan selatan.
BAB II
BAGIAN ISI
B. Isi materi
Adapun materi yang disampaikan dalam Bimtek Implementasi Kurikulum 2013 yaitu:
1. Pengarahan program
2. Konsep Kurikulum 2013
3. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
4. Karakteristik Kurikulum 2013
5. Pembelajaran Tematik Terpadu
6. Pembelajaran Saintifik
7. Analisis Buku Guru dan Buku Siswa
8. Perancangan Pembelajaran dan Penilaian
9. Praktek Pembelajaran Terbimbing
C. Tindak Lanjut
1. Terselenggaranya kegiatan Bimtek Kurikulum 2013 dalam rangka merancang dan
mengembangkan strategi pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh
sekolah.
2. Mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan baik dan benar
D. Dampak
Dampak dari kegiatan ini terhadap peningkatan kompetensi peserta selaku pendidik antara lain
sebagai berikut:
1. Secara umum Bimtek Implementasi Kurikulum 2103 ini berdampak pada meningkatnya
kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya kompetensi paedagogik dan
kompetensi professional. 2. Secara khusus Bimtek Implementasi Kurikulum 2013 ini
berdampak pada meningkatnya pemahaman peserta tentang kurikulum 2013 dan peserta bisa
membagikan pemahaman itu kepada pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan bekerja
(sekolah).
E.Penutup
Demikian laporan ini kami buat sebagai wujud pertanggungjawaban kami atas tugas yang
diberikan. Mohon maaf atas segala kekurangan dan terimakasih atas semua dukungan. Semoga
bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendayagunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam pendidikan
adalah untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pendidikan yang optimal, Suatu
keharusan, karena TIK memiliki potensi dan fungsi yang sangat besar suka atau tidak
suka arus TIK telah mengalir pada setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu diperlukan
perubahan paradigm dalam pendidikan guna peningkatan kualitas pendidikan.
Kemajuan TIK dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran sekaligus sumber
belajar dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Selain itu peran
penting integrasi TIK dalam proses pembelajaran adalah untuk membangun
keterampilan masyarakat abad 21, yaitu : 1) keterampilan melek TIK dan media; 2)
keterampilan berpikir kritis; 3) keterampilan memecahkan masalah; 4) keterampilan
berkomunikasi efektif; dan 5) keterampilan bekerjasama secara kolaboratif. Untuk itu
diperlukan suatu gerakan budaya pemanfaatan dan pendayagunaan TIK untuk
pendidikan.
Indonesia merupakan negara yang luas dan memiliki kondisi geografis yang
terkadang terkendala dalam penyelenggraan system pembelajaran secara berkualitas.
Untuk mewujudkan ketersediaan sarana pembelajaran bermutu, merata dan dapat
dijangkau oleh masyarakat di wilayah terpencil sekalipun, maka kementrian pendidikan
dan kebudayaan mengembangkan akses pembelajaran secara elektronik dalam bentuk
Rumah Belajar. Sistem pembelajaran dalam Rumah Belajar ini memungkinkan
pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara virtual dan tidak selalu
membutuhkan interaksi langsung antara pembelajar dengan pendidik dan
memungkinkan pembelajar akan berinteraksi secara mandiri dengan sumber belajar.
Saat ini aplikasi rumah belajar memiliki beberapa memiliki beberapa vasilitas yang
dapat dimanfaatkan oleh guru, siswa maupun masyarakat dalam bentuk Kelas Maya,
Sumber Belajar, Bersosialisasi Kurikulum 2013, Profesi Berkelanjutan da Wahana
Jelajah Angkasa. Aplikasi Rumah Belajar saat ini memiliki konten-konten
pembelajaran yang merupakan kolaboratif hasil karya guru-guru di seluruh Indonesia,
selain konten-konten yang dikembangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Fasilitas yang ada dirumah belajar juga diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal
oleh guru-guru di daerah demi terwujudnya kualitas pendidikan yang merata di seluruh
wilayah Indonesia.
Untuk dapat mendayagunakan dan memanfaatkan TIK khususnya Rumah Belajar
baik sebagai media pembelajaran maupun sebagai sumber belajar perlu adanya
berbagai kesiapan baik infrastruktur maupun manusianya. Berdasarkan sejumlah
survey yang telah dilakukan, terdapat beberapa factor yang sering menjadi keluhan
para guru, antara lain; tidak tersedianya peralatan, mahalnya akses internet, kurangnya
pengetahuan dan kemampuan menggunakan TIK alias gaptek, kurangnya dukungan
kebijana, dll. Sekurang-kurangnya ada lima factor yang harus dipenuhi untuk terjasinya
optimalisasi pendayagunaan dan pemanfaatan TIK di sekolah, yaitu factor infrastruktur,
SDM, konten, kebijakan dan budaya.
Dalam rangka meningkatkan keterampilan masyarakat/guru abad 21 dan
mengoptimalkan pendayagunaan dan pemanfaatan TIK serta berdasarkan alas an-
alasan sebagaimana tersebut diatas, maka UPT Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
menganggap perlu untuk mengadakan kegiatan TOT Pengembangan Media
Pembelajaran Menggunakan TIK bagi guru SMP/MTs, SMA/MA/SMK.
B. Dasar Hukum
1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004
No. 125, Tambahan Lembar Negara RI No. 4437)
2. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Peraturan Pemerintah RI No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
4. Perda No. 1 Tahun 2013 tentang APBD Provinsi Riau Tahun 2013 (Lembaran Daerah
Provinsi Riau Tahun 2013 Nomor 1)
5. Peraturan Gubernur Riau No. 1 Tahun 2013 tentang Penjabaran APBD Provinsi Riau
Tahun 2013
6. DPA-SKPD UPT Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Riau
Tahun Anggaran 2013
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum kegiatan TOT Pengembangan Media Pembelajaran bertujuan untuk
menyiapkan master trainer dan meningkatkan kemampuan peserta dalam
mendayagunakan, mengembangkan, memanfaatkan TIK dengan baik, memanfaatkan
TIK dengan baik, khususnya memanfaatkan Rumah Belajar, sehungga guru dapat
meningkatkan efektifitas pembelajaran dan Profesional sebagai seorang guru.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan kegiatan ini adalah setelah mengikuti kegiatan peserta
diharapkan dapat:
1) Memiliki wawasan tentang keutamaan penggunaan media pembelajaran berbasis TIK
terhadap efektivitas pembelajaran di sekolah
2) Memahami kebijakan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran
3) Memahami konsep umum dan rancangan aplikasi rumah belajar
4) Memahami cara mengisi aplikasi rumah belajar yang meliputi kelas maya dan sumber
belajar
5) Melakukan pengisian aplikasi rumah belajar yang meliputi kelas maya dan sumber
belajar
6) Memahami strategi pemanfaatan aplikasi rumah belajar untuk kegiatan pembelajaran
7) Melakukan pelatihan lanjutan bagi guru lainnya.
E. Strategi Pelatihan
Strategi yang ditempuh dalam TOT ini adalah pemberian teori dan praktek, dengan
perbandingan 30:70. Untuk teori kepada para peserta akan disajikan materi-materi yang
mengarah pada petunjuk Bagaimana mengisi dan memanfaatkan aplikasi rumah belajar
kelas maya dan sumber belajar. Selain itu sebagai bahan pembekalan bagi peserta
TOT dalam melakukan pelatihan kepada guru-guru di daerah maka peserta pada akan
diberikan materi prinsip-prinsip pelatihan lanjutan bagi guru di daerah.
TOT ini terbagi dalam dua angkatan yakni angkatan pertama dan kedua masing-
masing dengan jumlah peserta 192 orang terdiri dari SMP 96 orang dan guru SMA/SMK
96 orang dan dibagi dalam 4 (empat) kelas.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
2. Pembimbina.g/Pendamping
Peserta mendapat bimbingan dalam praktek pembuatan media pembelajaran dari
para pembimbing/pendamping yang telah memiliki wawasan dan keahlian dalam
bidangnya.
2. Peserta
Peserta diikuti oleh guru SMP, SMA/SMK se Provinsi Riau Angkatan II yang
ditunjuk dari 12 Kabupaten/Kota masing-masing sebanyak 16 orang, 8 orang guru SMP
dan 8 orang guru SMA/SMK.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
a. Dalam pelaksanaan pelatihan kegiatan TOT Pengembangan Media Pembelajaran
Menggunakan TIK Bagi Guru SMP dan SMA/SMK Se Provinsi Riau Angkatan II tahun
2013 selama lima hari berjalan dengan baik, aman, lancar dan sukses.
b. Materi pelajaran yang diberikan dapat dijadikan wawasan dan pedoman dalam
mendukung pelaksanaan tugas.
B. Saran.
a. Perlu adanya pelatihan TOT Fasilitator Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis
Multimedia dan Web berkelanjutan bagi peserta masing-masing daerah yang mengikuti
Kegiatan TOT Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan TIK Bagi Guru SMP
dan SMA/SMK Se Provinsi Riau.
b. Perlu adanya tambahan tools kirim tiket pertanyaan untuk guru dan siswa dan jawaban
oleh tutor pada rumah belajar.
c. Perlu adanya materi pengembangan Multimedia pembelajaran yang lain pada guru
peserta TOT ini selain aplikasi Rumah Belajar agar tercapai hasil yang diharapkan dari
kegiatan TOT ini.
BAB IV
PENUTUP
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi
Keterampilan berkomunikasi
Aktivitas
MATERIAL
WAKTU KEGIATAN IKHTISAR
Fasilitator mengucapkan selamat datang di
pelatihan dan membuka pelatihan dengan doa
pembukaan.
Informasi PPT
5 menit Menginformasikan tata tertib pelatihan
pembukaan
Fasilitator menjelaskan tentang topik dan tujuan
dari sesi pertama
Bahan Bacaan
Pendahuluan
Komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki seorang pelatih. Ada beberapa hal
yang harus dipahami termasuk maksud dan tujuan dari komunikasi dan prinsip-prinsip yang tepat
atau komunikasi yang efektif. Hal yang sama juga diperlukan oleh pelatih Skenario
Pembangunan Rencana Kontinjensi menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan QGIS / InaSAFE.
Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang sangat penting, hal ini
dikarenakan komunikasi memiliki fungsi untuk menghubungkan keinginan seseorang kepada
orang lain. Secara spesifik komunikasi menjalankan empat fungsi, yaitu: fungsi kendali,
motivasi, pengungkapan emosional dan informasi.
Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide
yang disampaikan. Kepentingan pelatih dalam melatih tentu saja diperlukan komunikasi efektif
yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan gagasan dan memotivasi seseorang untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan pelatihan. Gagasan yang akan disampaikan dalam
pelatihan ini adalah tentang kebencanaan khususnya pada Pengembangan Skenario untuk
Rencana Kontijensi dengan menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan QGIS/InaSafe. Berkaitan
dengan hal tersebut yang harus dimiliki pelatih adalah keterampilan dasar mengajar atau melatih
karena pada prinsipnya melatih adalah mengajar kepada peserta untuk dapat melakukan sesuatu.
Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide
yang disampaikan. Dalam hal ini komunikasi diperlukan sekurang-kurangnya 4 komponen atau
unsur, yaitu: (1) Pengirim atau pembawa pesan/ komunikator, (2) Isi Pesan , (3) Penerima
pesan/komunikan, (4) Media/saluran . Pada proses komunikasi yang efektif, komunikator dan
komunikan tidak hanya berkomunikasi yang bersifat linier, tetapi diharapkan juga bersifat
sirkuler.
Model komunikasi linier adalah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana proses
komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Sedangkan komunikasi
model sirkuler adalah proses komunikasi yang tidak hanya berawal dari komunikator dan
berakhir pada komunikan, tetapi memperhatikan adanya feedback dari komunikan, sehingga
komunikasi sirkuler merupakan proses satu lingkaran penuh. Artinya suatu saat pelatih
berkedudukan sebagai sumber informasi tetapi pada saat yang lain sebagai penerima informasi,
begitu sebaliknya. Peserta bisa sebagai penerima informasi tetapi bisa juga sebagai sumber
informasi. Jadi komunikasi adalah sebuah pemberitahuan atau pertukaran.
Proses komunikasi di atas menunjukkan bahwa peserta pelatihan bisa berperan sebagai penerima
informasi/pesan dan bisa sebagai sumber informasi/pesan. Tetapi pelatih sebagai pelaku dalam
proses komunikasi, tetap harus mengendalikan proses pelatihan. Untuk itu pelatih tetap harus
memposisikan sebagai komunikator, karena komunikator memegang peranan yang sangat
penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi, sehingga pesan tersebut diterima
oleh penerima (komunikan) atau peserta pelatihan secara baik. Hal tersebut sesuai dengan fungsi
komunikasi.
Fungsi komunikasi menurut Gordon I Zinmmerman dalam Thomas M. Scheidel (1976) adalah
fungsi isi, yg melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas
kita, dan fungsi hubungan, yg melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan
kita dengan orang lain. Sedangkan fungsi komunikasi menurut Thomas M. Scheidel (1976)
adalah: Kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk
membangun kontak sosial, mempengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir dan bertindak seperti
yg kita inginkan.
Dua pendapat di atas menunjukkan bahwa tujuan komunikasi adalah penerima pesan dapat
mengerti dan memahami pesan yang disampaikan pemberi pesan. Pelatih diharapkan mampu
menjelaskan keinginan atau ide sesuai tujuan pelatihan kepada peserta dengan sederhana namun
tepat atau akurat. Berikut ini proses komunikasi yang diharapkan untuk memperhatikan kepada
masukan dari peserta.
Proses komunikasi di atas menunjukkan bahwa komunikasi merupakan pesan yang disampaikan
kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik
secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan
sesuai dengan yang diingikan komunikator. Proses komunikasi tersebut melalui 5 tahap, yaitu:
(1) Tahap pertama Penginterpretasian, (2) Tahap kedua Penyandian , (3) Tahap ketiga
Pengiriman , (4) Tahap keempat Penerimaan , dan (5) Tahap kelima Feedback/Umpan
balik . Untuk mencapai tujuan komunikasi diperlukan juga penggunaan prinsip-prinsip
komunikasi efektif. Supaya komunikasi berjalan dengan baik, maka diperlukan penggunaan
prinsip komunikasi efektif. Prinsip itu antara lain: Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble.
1. Respek.
Respect adalah perasaan positif atau penghormatan diri kepada lawan bicara. Semua
orang ingin dihargai dan dihormati dan menjadi kebutuhan setiap individu. Untuk itu
pelatih diharapkan menghargai lawan bicara atau dalam hal ini adalah peserta pelatihan.
2. Empati.
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
tengah dihadapi orang lain. Komunikasi akan terjalin dengan baik sesuai kondisi
psikologis lawan bicara. Ber-Empati artinya pelatih harus menempatkan diri sebagai
pendengar yang baik, bahkan sebelum orang lain mendengarkan kita. Dan pelatih harus
mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dalam hal ini peserta pelatihan.
3. Audible/Dapat Didengar
1. Audible mengandung makna bahwa pesan harus dapat didengarkan dan
dimengerti. Dalam kepentingan ini yang harus dilakukan pelatih adalah:
2. Pesan harus mudah dipahami, menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hindari
bahasa yang tidak dipahami oleh lawan bicara.
3. Pesan disampaikan yang penting, dengan cara menyederhanakan pesan, langsung
saja pada inti persoalan karena sebagian besar orang tidak suka mendengar yang
bertele-tele.
4. Menggunakan bahasa tubuh. Mimik wajah, kontak mata, gerakan tangan dan
posisi badan bisa dengan mudah terbaca oleh lawan bicara.
5. Menggunakan ilustrasi atau contoh. Analogi sangat membantu dalam
penyampaian pesan. Dapat digunakan Ilustrasi dan contoh nyata.
4. Clarity/Jelas.
Clarity adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Pada prinsip ini pelatih
menetapkan tujuan secara jelas sebelum pelaksanaan pelatihan dan menggunakan
intonasi suara yang baik.
5. Humble/Rendah Hati
Sikap rendah hati memberikan pamor positif pada komunikator. Dalam kepentingan ini
rendah hati dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbicara
terlebih dahulu dan pelatih menjadi pendengar yang baik. Sikap ini membangun rasa
hormat dan pada akhirnya mengembangkan respek kepada peserta.
Komunikasi dalam pelatihan adalah adalah proses penyampaian komunikasi yang dikondisikan
untuk tujuan pelatihan. Proses pelatihan pada hakekatnya adalah proses komunikasi yang
merupakan penyampaian pesan berisi materi-materi pelatihan. Berkaitan dengan hal tersebut
dalam pelatihan diharapkan menggunakan komunikasi model sirkuler, yaitu proses komunikasi
yang tidak hanya berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan, tetapi memperhatikan
adanya feedback dari komunikan, sehingga komunikasi bisa efektif.
Komunikasi efektif dalam pelatihan, diharapkan menggunakan komunikasi verbal dan non
verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol
verbal/dengan kata atau secara lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi
dengan tidak menggunakan kata-kata, tetapi menggunkan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi
wajah, kontak mata. Bisa juga dengan penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut dan
lain sebagainya.
Komunikasi non verbal akan membantu pelatih untuk menjadi pembicara yang menarik. Dalam
komunikas verbal atau lisan harus didukung dengan cara berbicara seperti intonasi, pemberian
tekanan, kualitas suara, gaya berbicara dan gaya emosi. Selain itu juga menggunakan gerak
isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata. Dan didukung juga dengan penggunaan
objek seperti pakaian, potongan rambut dan lain sebagainya.
Metode Pelatihan
Pelatihan pada hakikatnya adalah suatu proses belajar mengajar yang mengandung tiga unsur,
yaitu input (bahan mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah input) dan output
(hasil yang telah diolah). Input pelatihan adalah peserta sebelum mengikuti pelatihan, proses
pelatihan adalah interaksi antara komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan,
metode, peserta pelatihan, fasilitas dan penilaian. Output dari pelatihan adalah peserta setelah
menerima pelatihan.
Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih baik dari pada input. Proses belajar
atau pelatihan adalah suatu perubahan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini
berarti, hanya dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah laku
yang tidak sama. Jika ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau ia bisa
melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, proses belajar
menempatkan seseorang dari status kemampuan atau kecakapan yang satu kepada
kemampuan/kecakapan yang lain.
Model komunikasi pelatihan merupakan salah satu komponen proses dalam pelatihan karena
model komunikasi pelatihan sebenarnya merupakan penggunaan metode dalam pelatihan. Untuk
memaksimalkan output dalam pelatihan diharapkan metode yang dipilih dalam pelatihanpun
sesuai dengan komponen yang lain, yaitu tujuan, bahan, peserta pelatihan, fasilitas dan penilaian.
Jadi untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu pelatihan, metode pelatihan
dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pelatihan.
Pelatih yang baik seharusnya memahami karakteristik peserta pelatihan agar ia sukses dalam
melaksanakan peran mengajarnya. Pelatih diharapkan dapat merencanakan proses belajar
mengajar yang sesuai dengan keadaan dan kepribadian peserta pelatihan. Metode adalah cara
untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya. Metode dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu metode
pembelajaran langsung, pembelajaran tidak langsung, pembelajaran interaktif, belajar melalui
pengalaman, dan pembelajaran mandiri.
Pembelajaran langsung biasanya diidentikkan dengan metode ceramah, dimana pembelajaran ini
disinyalir kurang mengaktifkan peserta. Namun demikian pembelajaran langsung masih dapat
digunakan dengan menggunakan metode tanyajawab, demonstrasi, dan latihan. Selanjutnya
dapat digunakan beberapa cara untuk lebih mengefektifkan pembelajaran langsung, misalnya:
Peserta mereview materi pelatihan yang telah dipelajari dan materi baru disajikan kepada
peserta:
o materi pelatihan telah diatur per bagian
o menggunakan media visual (penting untuk dibaca)
Para peserta berlatih dengan didampingi pelatih.
Para peserta berlatih sendiri-sendiri
Peserta dimonitor perolehan keterampilan/pengetahuannya secara periodik.
Berbagai macam metode yang dapat dikembangkan ketika siswa menerima penjelasan
dari guru antara lain:
1. Contoh dan analogi: Pelatih menyediakan contoh dan ilustarsi yang terkait dengan
materi. Pelatih juga dapat membuat perbandingan antara materi pelatihan dengan
pengalaman peserta.
2. Permainan: Pelatih menggunakan permainan dalam pembelajaran. Permainan
diharapkan sesuai dengan topik pelatihan. Contoh permainan misalnya tebak gambar,
tebak mesteri dalam kotak, atau berbagai jenis kuis di TV dapat diterapkan di kelas
pelatihan dengan beberapa modifikasi (misalnya who wants to millioner, gamezone,
permainan kata, dll).
3. Kartu respon: Pelatih meminta peserta untuk menjawab pertanyaan pada kartu atau
potongan kertas dengan tidak menuliskan nama atau identitas lain. Dapat dikembangkan
dengan kartu soal ataupun kartu jawab. Pada kartu soal peserta mendapatkan kartu
pertanyaan yang berbeda dan menjawab dengan angkat tangan; gunakan pertanyaan
terbuka, produktif atau imajinatif. Pada kartu jawab peserta mendapatkan kartu jawab, ia
angkat tangan saat kartunya cocok dengan pertanyaan pelatih; gunakan pertanyaan
terbuka, produktif atau imajinatif.
4. Poling: Pelatih melakukan survey yang singkat untuk memperoleh data secara cepat. Hal
ini dapat dilakukan dengan survey verbal misalnya dengan meminta peserta mengangkat
tangan atau mengangkat kartu jawaban
5. Permasalahan: Pelatih mengajukan permasalahan yang terkait dengan topik pelatihan.
6. Demonstrasi: Pelatih ataupun peserta dapat mendemonstrasikan sesuatu sesuai topik
dengan menggunakan gerak tubuh ataupun alat peraga.
7. Reviu koran atau berita: peserta diminta mereview koran atau berita pada bacaan lain.
8. Curah pendapat: peserta diminta untuk berpendapat tentang sesuatu sesuai topik
pelatihan. Pendapat-pendapat itu ditampung untuk diambil kesimpulan bersama tentang
permasalahan yang dibahas.
Metode yang dapat dikembangkan setelah peserta menerima penjelasan dari pelatih
antara lain:
Metode untuk mengetahui penguasaan peserta terhadap konsep yang telah dipelajari
1. One minute paper: kegiatan ini dapat dilakukan di akhir pelatihan. Mintalah peserta
mengeluarkan secarik kertas. Ajukan sebuah pertanyaan terbuka atau tertutup terkait
konsep yang telah dipelajari. Berikan waktu satu atau dua menit bagi peserta untuk
menjawabnya.
2. Refleksi: mintalah satu atau dua peserta maju di depan kelas dan menceriterakan kesan
terhadap pembelajaran. Refleksi juga dapat memancing perasaan dan kesulitan peserta
dalam mengikuti pembelajaran.
3. Quis: peserta mengajukan beberapa masalah atau soal terkait konsep dan meminta
peserta menjawabnya. Quis dapat dilakukan dengan menyertakan nama peserta maupun
tidak mencantumkan nama. Quis juga bisa digunakan dengan adu cepat, teka-teki atau
sejenisnya. Quis dapat dilakukan secara lisan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif,
imajinatif.
4. Turnamen: secara berkelompok peserta berkompetisi untuk menyelesaikan masalah
yang terkait dengan konsep yang telah dipelajari. Kelompok peserta yang memenangkan
turnamen mendapatkan reward tertentu.
5. Review: Minta peserta untuk mereview isi pelajaran dengan yang lain atau memberi
mereka tes skor review.
1. Diskusi kelompok: Pelatih meminta peserta berkelompok dengan anggota tiga atau lebih
untuk berbagi informasi.
2. Think, pair and share: ajukan permasalahan pada peserta. Berikan kesempatan 2-5
menit untuk berfikir sendiri think. Setelah selesai mintalah mereka mendiskusikan
masalah yangsama dengan peserta di sebelahnya selama 3-5 menit (pair). Akhirnya
pilihlah satu pasangan untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas (share).
3. Metode Investigasi Kelompok: peserta membentuk kelompok. Pelatih memanggil
ketua-ketua kelompok untuk diberi materi/tugas yang berbeda.Setiap kelompok
membahas tugas yang diberikan secara kooperatif dan melakukan investigasi. Setelah
selesai diskusi, lewat juru bicaranya kelompok menyampaikan hasil pembahasan. Pelatih
memberikan penguatan.
4. Metode TGT (Team Game Tournament): Pelatih menyajikan materi baru. Peserta
membentuk kelompok belajar secara heterogen. Setiap kelompok mengikuti turnamen
akademik. Setiap peserta mewakili kelompoknya pada kegiatan turnamen. Beri
penghargaan terhadap kelompok yang menang.
5. Metode Jigsaw: Pelatih menyiapkan tugas sebanyak jumlah kelompok. Peserta
berkelompok dengan jumlah anggota sama dengan jumlah kelompok (peserta harus hafal
anggotanya). Setiap peserta dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda. Peserta
dari berbagai kelompok yang memperoleh tugas yang sama membentuk kelompok baru
dan mendiskusikan bagiannya. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli, tiap
anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/melaporkan hasil diskusi
kepada anggota kelompok yang lain. Secara acak peserta menyampaikan seluruh tugas
yang diberikan pelatih. Penguatan
6. Metode Debat: Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain
kontra. Setiap kelompok membaca materi yang akan didebatkan. Pelatih menunjuk satu
anggota pro untuk berbicara dan ditanggapi oleh anggota kelompok kontra, demikian
seterusnya. Pelatih menuliskan ide/gagasan dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai
sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi. Pelatih menambahkan ide yang belum
terungkap. Dari data-data di papan tulis, pelatih mengajak peserta membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai.
7. Metode STAD (Student Team Achievement Division): Pembelajaran oleh pelatih.
Peserta membentuk kelompok. Tiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang
diterima (tiap peserta harus memahami jawaban kelompoknya). Salah seorang dari setiap
kelompok mengerjakan soal-soal (kuis). Nilai setiap anggota menentukan nilai kelompok.
Penguatan.
8. Kelompok belajar kolaboratif: peserta dibentuk dalam kelompok heterogen 3-6 orang.
Mintalah salah satu peserta menjadi pemimpinnya dan satu yang lain menjadi pencatat.
Berikan kesempatan pada peserta untuk belajar secara berkolaborasi. Hasil kelompok
berupa laporan tertulis.
9. Belajar berpasangan: Pelatih meminta peserta untuk mengerjakan tugas atau berdiskusi
dengan teman di dekatnya secara berpasangan. Belajar berpasangan cocok untuk
mengerjakan tugas yang rumit.
Pelatih dalam interaksi atau dalam tatap muka dengan peserta pelatihan memerlukan sejumlah
keterampilan dasar mengajar. Hal ini mutlak perlu untuk membantu pelatih dalam menjalankan
tugas pelatih dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar pelatih tidak bedanya
dengan guru yang mengajar di kelas. Keterampilan dasar yang harus dimiliki, yaitu:
Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan pelatih untuk menciptakan suasana siap mental
dan menimbulkan perhatian peserta agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Sedangkan
menutup pelajaran adalah kegiatan pelatih dalam mengakhiri inti pelajaran, yaitu memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta, mengetahui peserta, dan tingkat
keberhasilan pelatih dalam proses pelatihan. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran
mempunyai tujuan:
Beberapa cara yang dapat digunakan pelatih untuk menarik perhatian peserta, antara lain:
1. Membuat kaitan antara aspek-aspek yang relevan dari materi pelatihan yang
dikenal peserta.
2. Pelatih membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah diketahui.
3. Menjelaskan konsepnya terlebih dahulu baru kemudian uraian secara rinci.
Menutup pelajaran dimaksudkan untuk memperoleh gambaran utuh pada akhir kegiatan, dan
untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta atau tingkat keberhasilan peserta. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan pelatih dalam menutup pelajaran, antara lain:
1. Meninjau kembali penguasan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan.
2. Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya:
1. Mendemontrasikan keterampilan.
2. Meminta peserta mengaplikasikan ide baru dalam situasi lain.
3. Mengeksplorasikan pendapat peserta sendiri.
4. Memberikan soal-soal tertulis.
Prinsip-prinsip Penggunaannya
Berapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pelatih dalam membuka dan menutup pelajaran
adalah:
1. Kebermaknaan
2. Untuk menarik perhatian atau motivasi peserta, pelatih harus memilih cara yang relevan
dengan isi dan tujuan pelajaran.
3. Berurutan dan berkesinambungan.
4. Aktivitas yang ditempuh pelatih dalam mengenalkan dan merangkum pokok-pokok
pelajaran hendaknya merupakan bagian yang utuh, kaitan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain atau dengan pengalaman peserta harus jelas.
Pengertian
Menjelaskan tidak terlupa dari usaha mengadakan hubungan antara hal yang sudah diketahui dan
yang belum diketahui. Penjelasan yang lengkap selalu disertai bukti dan sebab akibatnya yang
didasarkan pada hubungan logis antara generalisasi, ketentuan-ketentuan, kenyataan-kenyataan
sesuai dengan sistem persepsi peserta. Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:
Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:
1. Merencanakan penjelasan
Merencanakan penjelasan perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan
kesiapan penerima pesan. Yang berhubungan dengan isi pesan (materi), mencakup :
Yang berhubungan dengan penerima pesan (peserta), perlu diperhatikan adalah kepada
siapa penjelasan itu akan disajikan, misalnya usia, jenis kelamin, kemampuan, latar
belakang sosial, dan lingkungan belajar peserta. Sehingga yang perlu dipertimbangkan
sehubungan dengan penerima pesan ini adalah :
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan suatu penjelasan adalah:
Bertanya dapat diartikan sebagai ucapan yang disampaikan dengan maksud meminta respon dari
orang lain. Dalam proses pengajaran respon yang diberikan mencerminkan sampai dimana
tingkat pengetahuan peserta. Jadi bertanya dalam pembelajaran penting karena tingkat
kemampuan pelatih dalam mengajukan pertanyaan yang efektif akan merupakan stimulus yang
akan merangsang dan akan mendorong kemampuan berpikir peserta.
9. Pemberian tuntunan
Penguatan ada dua macam, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif
adalah tingkah laku pelatih dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu dari
peserta yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. Sedangkan penguatan negatif
adalah pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan untuk
mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul yang sebagai akibat dari
pengurangan atau penghilangan tersebut.
Penggunaan komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif berhati-hati, disesuaikan
dengan usia peserta, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang, tujuan dan sifat tugas.
Pemberian penguatan harus bermakna dari peserta.
1. Penguatan Positif
1. Penguatan verbal
Penguatan verbal dapat berupa kata-kata kalimat yang diucapkan guru. Contoh,
baik, bagus, tepat, saya sangat menghargai pendapatan, pikiranmu
sangat cerdas, dan lain-lain.
2. Penguatan gestural
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan
yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misal : Mengangkat alis, tersenyum,
kerlingan mata, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari tanda
jempolan, dan lain-lain.
Penguatan ini dapat berupa meminta peserta membantu temannya bila dia selesai
mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, peserta diminta memimpin
kegiatan dan lain-lain.
2. Penguatan negatif
Cara yang dilakukan dalam penguatan negatif sama dengan pemberian penguatan positif,
hanya saja yang dilakukan yang tidak menyenangkan bagi peserta supaya dapat
mengurangi atau menghilangkan tindakan peserta.
1. Bervariasi
2. Pemberian penguatan lebih baik diberikan secara langsung dan segera.
3. Untuk keperluan tertentu penggunaan penguatan tidak pernah dapat diberikan. Misalnya
kepada peserta yang menjawab salah, penguatan diberikan pada usaha peserta dalam
menjawab dan bukan pada kualitas jawaban. Perbuatan pelatih ini segera dilanjutkan
dengan meminta peserta pertama untuk menirukan jawaban atau memberikan
pertimbangan kepada jawaban temannya.
4. Memberikan penguatan merupakan tingkah laku yang mudah untuk diucapkan dan sukar
dilakukan. Oleh karena itu, latihan-latihan yang intensif dikerjakan oleh calon pelatih.
Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan pelatih dalam konteks proses pelatihan yang
bertujuan mengatasi kebosanan peserta, dalam mengikuti pelatihan, sehingga dalam proses
belajarnya peserta senantiasa menunjukan ketekunan, keantusiaan serta berperan secara aktif.
1. Memelihara dan meningkatkan peserta terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek
belajar.
2. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan
investigasi dan eksplorasi.
3. Membentuk sikap positif terhadap pelatih.
4. Kemungkinan dilayaninya peserta secara individual sehingga memberi kemudahann
belajar.
5. Mendorong aktivitas belajar yang melibatkan peserta dalam berbagai kegiatan. Belajar,
menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.
Komponen keterampilan mengadakan variasi
1. Variasi suara: keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah, besar kecil.
2. Pemusatan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dikerjakan secara verbal, isyarat
atau dengan menggunakan modal.
3. Kesenyapan. Pada saat pelatih menerangkan seringkali diperhatikan kegiatan
berhenti sejenak secara tiba-tiba.
4. Ada kalanya diam sejenak diperlukan apabila pelatih akan berpindah dari segman
mengajar ke segman mengajar yang lain.
5. Kontak Pandang. Untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindari
hal-hal yang bersifat impersonal, maka kontak pandang perlu dikerjakan selama
proses pengajaran
6. Gerakan badan dan lirik: Perubahan ekspersi wajah, gerakan kepala, badan,
sangat penting dalam proses komunikasi
7. Perubahan posisi pelatih. Perhatian peserta dapat ditingkatkan melalui perubahan
posisi pelatih dalam proses interaksi komunikasi.
2. Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran.
Variasi di dalam setiap jenis media atau variasi antara jenis media perlu diperhatikan
dalam proses belajar mengajar.
Rentangan interaksi dapat bergerak diantara dua kutup yang ekstrim yakni pelatih sebagai
pusat kegiatan dan peserta sebagai pusat kegiatan. Perubahan interaksi diantara kedua
kutup tadi akan berakibat pada pola kegiatan yang dialami peserta. Dari uraian tersebut di
atas, jelas bahwa keterampilan menggunakan variasi bersifat lebih luas jika dibandingkan
dengan keterampilan memberi penguatan dan keterampilan bertanya.
Pengertian
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pelatihan dapat
berlangsung secara optimal. Hal ini berbeda dengan pengelolaan pembelajaran, yaitu kegiatan
mengajar itu sendiri yang melibatkan secara lansung komponen materi, metode, dan alat bantu
mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Contoh masalah pengelolaan pembelajaran misalnya tujuan pembelajaran tidak jelas, materi
pelajaran terlalu mudah atau terlalu sulit, media atau metode pembelajaran tidak sesuai, urutan
materi tidak sistematis, penilaian tidak jelas, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh masalah
pengelolaan kelas adalah peserta mengantuk, peserta ramai, peserta tidak mengerjakan tugas,
peserta senang mengganggu teman, kursi banyak yang rusak, ruang kelas kotor, dan masih
banyak contoh lain.
Mengelole kelas merupakan fungsi pelatih sebagai manajer. Manajemen artinya sebagai
penyelenggaraan atau pengurusan supaya yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif,
dan efesien. Sehingga dalam hal ini fungsi pelatih sebagai manajer adalah sebagai
pengorganisasi atau pengelola. Sedangkan tujuan mengelola kelas adalah: (1) ntuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal, (2) mengembalikan bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar.
Pendekatan pengubahan perilaku bertolak dari psikologi tingkah laku dengan anggapan dasar
bahwa tingkah laku manusia yang baik maupun yang buruk, dalam batas tertentu merupakan
hasil belajar. Dengan demikian maka tingkah laku manusia tersebut dapat dimodifikasi.
Modifikasi tersebut antara lain menggunakan teknik penguatan positif, penguatan negatif,
penghapusan, dan hukuman. Penguatan positif adalah respons terhadap suatu tingkah laku, yang
dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan negatif
adalah pengurangan hingga penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong
terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan atau
penghilangan tersebut.
Prinsip penggunaan:
Pendekatan iklim sosial-emosional bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan
anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien apabila ada hubungan
sosial-emosional yang baik antara pelatih dengan peserta dan peserta dengan peserta. Hal
tersebut dapat diupayakan pelatih dengan cara:
1. Sikap terbuka.
2. Sikap menerima dan menghargai peserta
3. Sikap empati
4. Sikap membicarakan situasi pelanggaran dan pelaku pelanggaran.
5. Sikap demokratis
Pendekatan proses kelompok bertolak dari psikologi sosial dan dinamika kelompok, dengan
anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien berlangsung dalam
konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Untuk itu tugas pelatih disini adalah menciptakan
kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Untuk menciptakan suasana ikatan kelompok yang baik perlu adanya pembentukan tujuan yang
sama dalam kelompok, aturan yang jelas untuk mengikat peserta menjadi kelompok, dan
kepemimpinan pelatih dalam kelompok. Dan untuk memelihara suasana kerja kelompok yang
sehat pelatih perlu melakukan misalnya:
Daftar Bacaan
Arend, Ricard. 1997. Classroom Instructional Management. New York: The Mc
Graw-Hill Company.
Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart.* 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia
Bahri Syaeful dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Bandung: Genesindo.
1. Pengertian komunikasi
Pembangunan, termasuk pembangunan disektor kesehatan tidak akan berjalan dengan baik dan
efektif tanpa adanya proses komunikasi. Komunikasi disektor kesehatan bukan saja diperlukan
untuk melibatkan seluruh komponen masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan
kesehatan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh dukungan politik dan kebijaksanaan dari
para pejabat penyelenggara negara/pemerintah, baik eksekutif maupun legislatif, dan para
pejabat lintas sektor yang lain.
Ilmu komunikasi merupakan cakupan ilmu sosial yang bersifat multisipliner. Istilah komunikasi
dalam bahasa inggirs communication berasal dari Communicatus dalam bahasa latin yang
artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan kata lain menurut Iexicographer (ahli
kamus bahasa) menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan
atau kesepakatan.
1. a. Pengertian etimologis
1. b. Pengertian terminologis
Pengertian ini menekankan pada proses. Jadi, kominikasi berarti proses penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain.
1. c. Pengertian paradigmatis
Pengertian ini mkenekankan pada tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam menyampaikan pesan
dapat dilakukan dengan berbagai cara : lisan, tulisan tatap muka, melalui media massa (surat
kabar, majalah, televisi, radio, film, dan internet) atau media non massa (surat, telepon, dan
sebagainya). Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat atau perilaku, secara langsung atau tidak
langsung.
Lebih rinci Frank E. X. Dance (1976) dalam bukunya Human Communication Theory
menginventarisasi defenisi komunikasi dari beberapa ahli, antara lain : Defenisi komunikasi dari
Hovland, janis dan Kelley (1953) bahwa : Komunikasi adalah suatu proses melalui mana
seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan
tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa,
dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat atau hasil apa. (Who ? sayas what ? in
which channel : to Whom ? With What effect?.
Secara khusus komunikasi kesehatan masuk dalam lingkup komunikasi manusia (Human
Communication). Secara khusus komunikasi kesehatan secara spesifik memfokuskan pada
transaksi kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut. Menurut pettegrew
(1982) terjadi antara para ahli kesehatan dan antara para ahli kesehatan dengan klien (pasien),
khususnya dalam hal-hal komunikasi kesehatan. Transaksi ini dapat berbentuk verbal atau
nonverbal, lisan atau tulisan, personal atau in terpersonal, dan isu-isu yang berorientasi pada
hubungan.
Tingkat komunikasi kesehatan dapat mencakup semua unsur-unsur level atau tingkat komunikasi
antara lain :
1. Komunikasi interpersonal, meliputi interaksi langsung antara para ahli kesehatan dengan
para pasien. Disiplin ilmu komunikasi kesehatan yang berada pada area ini adalah
psikologi kesehatan, sosiologi pengobatan, komunikasi biomedik, perilaku pengobatan,
perilaku kesehatan, dan komunikasi medical.
2. Komunikasi kelompok kecil, meliputi pertemuan, laporan staf, dan interaksi tim-tim
keseahatan
3. Komunikasi organisasi, meliputi administrasi rumah sakit, hubungan dengan staf, iklim
komunikasi organisasi.
4. Komunikasi publik, meliputi presentasi, pidato.
5. Komunikasi massa, meliputi cakupan dalam level nasional dan program-program
kesehatan dunia, promosi kesehastan dan perencanaan kesehatan masyarakat.
Pada dasarnya komunikasi berlangsung dalam suatu proses yang merupakan urutan atau
rangkaian kegiatan tindakan atau peristiwa dari beberapa komponen untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Dengan demikian komunikais memiliki karakter yang dinamis, interaktif, transaksional,
berlangsung dalam konteks fisik, konteks sosial dan sebagainya.
1. b. Pengertian informasi
Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada komunikan. Menurut
Rakhmat (1986), proses informasi meliputi empat tahap, yakni tahap sensasi, persepsi, memori
dan berpikir. Tahap sensasi merupakan tahap yang paling awal dalam penerimaan informasi
melalui alat indera, sehinnga individu dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Selanjutnya
individu mepersepsikan objek, peristiwa, atau pun hubungan-hubungan yang diperoleh,
kemudian menyimpulkan atau menafsirkan informasi tersebut. Sensasi yang telah dipersepsikan
oleh individu direkam oleh memori.
Memori berperan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Dengan memori
inilah informasi dapat direkam, disimpan, dan kemudian digunakan kembali, jika diperlukan.
Tahap terakhir proses pengolahan informasi adlah berpikir, yang mempengaruhi penafsiran
individu terhadap stimuli. Berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil
keputusan, memecahkan persoalan, dan menghjasilkan pengetahuan baru. Proses pengolahan
informasi ini akan dapat menimbulkan suatu perubahan pada sikap atau tindakan individu.
Menurut Aristoteles (dalam fisher, 1986), (dalam Tina Afianti, 2007), informasi dapat digunakan
sebagai alat persuasi. Informasi dapat digunakan untuk mebujuk dan mempengaruhi perilaku
manusia, atau untuk mengubah perilaku manusia, sesuai yang diinginkan pemberi informasi.
Melalui informasi individu mendapatkan pengetahuan.
Dalam pendekatan konstruktivisme, menurut Edgen dan kauchack (1997), dalam (Afiatin, 2007),
pengetahuan adalah hasil konstruksi individual dalam terhadap realitas. pemahaman individu
tentang realitas, atau pengetahuan, atau pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi
pengalaman aktifnya sendiri dari pada presentasi orang lain. Individu menggunakan pengalaman
mereka secara aktif untuk membangun pengertian yang bermakna bagi mereka. Pengetahuan
dibangun melalui kreasi yang terus menerus, individu aktif memformulasikan hipotesis baru
ketika terjadi perbedaan antara pengetahuan yang dimiliki dengan observasi baru. Pengetahuan
dibangun melalui pengalaman langsung, interaksi guru dengan murid, serta antara murid yang
satu dengan murid yang lainnya.
Hasil penelitian Horan dan Horrison (dalam Oson dkk., 1992) menunjukan bahwa individu yang
mendapatkan program yang mendasar pada pemberian informasi memiliki tingkat pengetahuan
tentang penyalahgunaan Napza lebih baik dari pada individu yang tidak mendapatkan program.
Informasi mempunyai peranan dan dampak besar dalam kehidupan seseorang. Informasi dapat
digunakan untyuk mengubah perilaku seseorang sesuia dengan apa yang diinginkan oleh
pemberi informasi.
Melalui informasi dapat mengarahkan seseorang pada perilaku pencapaian tujuan seperti yang
diinginkan seseorang. Selain itu informasi dapat pula membantu seseorang dalam mengatasi
sejumlah masalah yang dihadapi, dan membuat seseorang lebih siap menghadapi situasi yang
belum dikenal (fisher, 1986). Informasi-informasi yang telah diterima oleh individu selanjutnya
akan membentuk pengetahuan yang dimilki seseorang.
Dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara cara mencapai hidup
sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan
pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku
dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan akan bersifat
langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).
Dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan,
cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran
mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu yang cukup lama,
tetapi perubahan yang dicapai akan akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran
mereka sendiri (bukan karena paksaan).
Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah pengetahuan,
sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa
disertai usaha pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan
bahwa interaksi dengan tatap muka langsung antara pihak penerima pesan dean pihak penyampai
pesan merupakan intervensi dua arah yang lebih memungkinka untuk menghasilkan perubahan.
Dengan demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih
efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung.
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi,
bujukan, himbauan, ajakan, memberikan iformasi, meberikan kesadarn, dan sebagainya, melalui
kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari
cara ini trhadap perubahan perilaku masyarakat memakan waktu yang lama, dibanding dengan
cara koersi. Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan
langgeng, bahkan selama hidup dilakukan.
Iklan
Share this: