1. LIPATAN
1.1 Definisi Lipatan
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau
bidang didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan
adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan
gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi ; terutama, gambaran
geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran
(rotasi). Lipatan terbentuk bilamana unsur yang telah ada sebelumnya terubah menjadi
bentuk bidang lengkung atau garis lengkung. Perlipatan adalah deformasi yang tak
seragam (inhomogeneous) yang terjadi pada suatu bahan yang mengandung unsur
garis atau bidang. Walaupun demikian, suatu deformasi yang menghasilkan lipatan
pada suatu keadaan, tidak selalu demikian pada kondisi yang lain. Suatu masa batuan
yang tidak mempunyai unsur struktur garis atau bidang, tidak menunjukkan tanda
perlipatan. Perlu juga dipertimbangkan bahwa, suatu unsur yang sebelumnya
berbentuk lengkungan dapat berubah menjadi bidang atau garis lurus, atau suatu unsur
dapat tetap sebagai struktur bidang atau garis lurus setelah terjadi deformasi.
1
1
2
1.3.1 Berdasarkan Sudut Antar Sayap (interlimb angle)
Sudut antar sayap adalah sudut yang terkecil yang dibentuk oleh sayap-
sayap lipatan, dan diukur pada bidang profil suatu lipatan (gambar 9.3). Sudut
ini mencerminkan sifat keketatan (tightness) dari lipatan. Fleuty (1964)
membuat klasifikasi seperti pada tabel 9.1. Nilai dari antar sudut pada lipatan
0 0 0 0
menghasilkan klasifikasi sebagai berikut, 180 - 120 Gentle (landai) 120 - 70
0 0 0 0 0
Open (terbuka) 70 - 30 Close (tertutup) 30 -0 Tight (ketat) 0 Isoclinal
(isoklin). Ken McClay (1987) menyajikan model dari klasifikasi antar sayap
(Williams dan Chapman, 1979) seperti pada gambar.
Gambar 1.3.1 Model Klasifikasi lipatan berdasarkan sudut antar sayap. (a)
diagram pemodelan ketajaman bentuk lipatan, (b) deskripsi terminologi.
(Williams dan Chapman, 1979 dalam Ken McClay 1987)
3
sumbu garis sumbu
4
Upright, gently, plunging fold
Inclined fold (D70P45), Steeply inclined, moderately-plunging fold. -
Reclined fold (D56P55), Moderately-inclined fold.
Diagram ini juga dapat digunakan untuk berbagai lipatan secara lebih
terinci pada suatu wilayah, misalnya bila terdapat suatu perubahan
kedudukan pada arah atau geometri lipatan-lipatan tersebut.
Gambar 1.3.2 (a) diagram data plunge, dip, pitch dari suatu lipatan, (b) penamaan lipatan
berdasarkan plunge, dip, dan pitch, (c) kemungkinan geometri lipatan. (Rickard, 1971)
5
Gambar 1.4 Langkah analisis lipatan metode stereografis.
6
a. Plot data strike dip pada Polar Net, perlu diingat data strike dip lapisan batuan (sayap
lipatan) pada Polar Net di plot sebagai pole bidang lapisan, sehingga nilai nol (0o)
terletak pada sisi West (W).
b. Melakukan konturing dengan bantuan Kalsbeg Net, tujuannya untuk mengetahui
dominasi arah. Pada contoh ananlisis menunujukkan dua puncak kontur yang
menggambarkan sepasang sayap lipatan.
c. Posisikan titik (pole) dari bidang lapisan (sayap lipatan) pada satu lingkaran besar
(great circle), jika kemungkinan titik-titik tersebut sulit untuk diposisikan dalam satu
garis maka pilih posisi yang mana garis yang memuat paling banyak titik, atau
menggunakan puncak kontur sebagai acuan. Garis pada lingkaran besar yang memuat
titik terbanyak dari strike dip tersebut merupakan garis dimana 1 dan 3, sehingga
dapt disebut bidang 13 (girdle plane). Tegak lurus dari bidang girdle, yaitu dengan
menarik lurus sebesar 90o skala stereonet (9 kotak besar atau 45 kotak kecil,1 kotak
kecil bernilai 2o) merupakan pole yang merukan nilai trend plung dari garis sumbu
lipatan, sekaligus letak dari 2.
d. Gambarkan hinge linge dengan garis lurus melewati pusat stereonet sesuai dengan nilai
yang di dapatkan dilapangan.
e. Posisikan N-S stereonet searah dengan hinge line. Kemudian tarik garis sepanjang
lingkaran besar (great circle) yang melalui hinge line dan melewati titik sehingga
membentuk suatu bidang yang merupakan bidang simetri lipatan (axial plane).
f. 3 berada pada bidang sumbu lipatan, yaitu perpotongan antara bidang sumbu lipatan
dengan girdle plane, posisi 1 tegak lurus dengan 3, yaitu 90o sepangjang girdle
plane. Nilai pitch diukur pada girdle plane dengan nilai jarak terpendek dari bidang
simetri lipatan (axial plane) dengan garis luar stereonet ( lingkarang primitif).
7
2. SESAR
2.1 Definisi Sesar
Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami perkembangan pergeseran
maupun pergerakan blok batuan yang tersesarkan. Sederhananya, sesar merupakan
patahan pada blok batuan yang memiliki sifat pergeseran blok batuan yang terpatahkan,
sifat pergeserannya dapat bermacam-macam, mendatar, miring (oblique), naik dan
turun. Di dalam mempelajari struktur sesar, disamping geometrinya yaitu, bentuk, ukuran,
arah dan polanya, yang penting juga untuk diketahui adalah mekanisme pergerakannya.
1. Bidang sesar (fault plane) adalah suatu bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang
tergeserkan.
8
2. Jurus sesar (strike) adalah arah dari suatu garis horizontal yang merupakan perpotongan
antara bidang sesar dengan bidang horizontal.
3. Kemiringan sesar (dip) adalah sudut antara bidang sesar dengan bidang horizontal dan
diukur tegak lurus jurus sesar.
4. Atap sesar (hanging wall) adalah blok yang terletak diatas bidang sesar apabila bidang
sesamya tidak vertikal.
5. Foot wall adalah blok yang terletak dibawah bidang sesar.
6. Hade adalah sudut antara garis vertikal dengan bidang sesar dan merupakan penyiku
dari dip sesar.
7. Heave adalah komponen horizontal dari slip / separation, diukur pada bidang vertikal
yang tegak lurus jurus sesar.
8. Throw adalah komponen vertikal dari slip/separation,diukur pada bidang vertikal yang
tegak turus jurus sesar.
9. Slickensides yaitu kenampakan pada permukaan sesar yang memperlihatkan
pertumbuhan mineral-mineral fibrous yang sejajar terhadap arah pergerakan.
Ken McClay menjelaskan beberapa unsur -unsur sesar yang diukur dilapangan
dalam tabel berikut :
Tabel 2.2 Tabel pengamtan dan pengukuran unsur-unsur lipatan di lapangan
9
Anderson mengklasifikasikan sesar berdasarkan fakta bahwa tidak ada tegasan
shear (Shearing Stress) yang dapat terbentuk pada permukaan bumi, salah satu dari
tegasan utama (1, 2, atau 3) harus tegak lurus dengan permukaan bumi,
sementara dua yang lain tegak lurus.
10
Rickard (1972) secera sederhana menjelaskan sesar berdasarkan faktor besaran
pergeseran dan pergrakan dari bidang sesar, besaran nilai ini dinotasikan sebagai
Net slip, yang dapat diperoleh dilapangan dari perpotongan struktur garis gores
garis atau cermin sesar dengan bidang sesar.
11
Gambar 2.4 Langkah analisisstereografi sesar dengan gash fracture .
a. Plot data strike dip bidang sesar pada Wulf Net, strike dip pada Wulf Net menggunakan
kaidah tangah kiri, dimana dip tegak lurus dan berada di sisi kanan strike.
12
b. Plot data strike dip bidang gash fracture pada Wulf Net. Jika dijumpai gash fracture
dalam jumlah yang banyak, data strike dip gash fracture dapat diplot ke Polar Net sebagai
pole terlebih dahulu untuk mendapatkan puncak kontur dari data gash fracture, dari
puncak tersebut menghasilkan satu bidang gash fracture.
c. Tarik garis sebesar 90o dari titik perpotongan antara bidang sesar dengan bidang gash
fracture untuk menghasilkan bidang bantu 13 (girdle plane).
d. Perpotongan dari bidang sesar dengan bidang gash fracture merupakan 2 sedangkan
perpotongan antara bidang gash fracture dengan bidang bantu 13 (girdle plane)
merupakan 1. Penentuan ini di dasarkan pada anatomi sesar (pada gambar) bahwa
kecenderungan gash fracture searah dengan 1.
e. Penentuan 3 dengan jarak 90o sepanjang bidang bantu 13 (girdle plane) dari 1.
f. Gerak relatif bidang mengacu pada.1 sebagai tegasan utama (gaya terbesar).Untuk
pembacaan nilai 1, 2 dan3 menggunakan prinsip struktur garis (plunge,trend). Nilai
pitch diukur pada girdle plane dengan nilai jarak terpendek dari bidang sesar, nilai plunge
merupakan kemiringan dari Net Slip sesar.
2. Diketahui sesar dengan bidang sesar N 218oE/67o dengan struktur penyerta berupa
striasi dengan arah N 240oE. Analisisnya sebagai berikut:
13
Gambar 2.5 Langkah analisisstereografi sesar dengan striasi.
a. Plot data strike dip bidang sesar pada Wulf Net, strike dip pada Wulf Net menggunakan
kaidah tangah kiri, dimana dip tegak lurus dan berada di sisi kanan strike.
14
b. Plot data striasi pada Wulf Net sebagai struktur garis, yaitu dengan menarik garis lurus
dari pusat ke arah derajat orientasi arah striasi. Arah orientasi striasi merupakan trend,
semntara plunge adalah jarak dari lingkaran primitif ke perpotongan antara bidang sesar
dengan striasi.
c. Dari perpotongan garis striasi dengan bidang sesar, tarik garis sebesar 90o untuk
menentukan posisi 2.
d. Dari titik 2 buat bidang dengan menarik garis tegak lurus 90O ke arah lingkaran besar
(great circle), bidang tersebut merupakan bidang bantu 13 (girdle plane).
e. Penentuan1 dengan menarik jarak 30o ke arah dalam (menuju pole dari bidang sesar),
30o didasarkan pada keadaan umum sudut gesek dalam antara tegasan utama dengan
bidang sesar.
f. Penentuan 3 dengan cara menarik jarak 90o 1. Gerak relatif bidang mengacu pada1
sebagai tegasan utama (gaya terbesar).Untuk pembacaan nilai1,2 da3
menggunakan prinsip struktur garis (plunge,trend). Nilai pitch diukur pada girdle plane
dengan nilai jarak terpendek dari bidang sesar.
3. Diketahui sesar N 190oE/60o dengan struktur penyerta berupa lipatan mikro (drag fold)
yang memiliki bidang sumbu simetri (axial plane) N 36oE/80o. Ananlisisnya sebagai
berikut:
15
Gambar 2.6 Langkah analisisstereografi sesar dengan microfold atau dragfold.
a. Plot data strike dip bidang sesar pada Wulf Net, strike dip pada Wulf Net menggunakan
kaidah tangah kiri, dimana dip tegak lurus dan berada di sisi kanan strike.
16
b. Plot data strike dip bidang sumbu lipatan (axial plane) pada Wulf Net. Jika bidang sumbu
tidak dapat diidentifikasi di lapangan dan hanya dapat mengukur lapisan batuan (sayap
mikro lipatan), maka bidang sumbu lipatan diperoleh dengan analisis sebagaimana
analisis lipatan.
c. Perpotongan antara bidang sesar dengan bidang sumbu mikro lipatan merupakan titik 2.
d. Proyeksikan 2 sebagai bidang dengan menarik jarak 90o dar 2. Bidang tersebut
merupakan bidang bantu 13 (girdle plane).
e. Perpotongan antara bidang sumbu mikro lipatan dengan bidang bantu 13 (girdle
plane) merupakan 3, sementara 90o dari 3 sepanjang bidang bantu merupakan 1.
Notasi 1dan3 merupakan notasi untuk tegasan pembentuk mikro lipatan.
f. Untuk tegasan utama (1) sesar diperoleh dengan menarik jarak 30o sepanjang bidang
bantu 13 (girdle plane) ke arah 1. Sementara 3 sesar diperoleh dengan menarik
jarak 90o sepanjang bidang bantu. Jika 1 dan 1 terletak tepat berhimpitan,
diindikasikan sesar dan lipatan mikro terbentuk bersamaan dalam satu tegasan yang
sama. Gerak relatif bidang mengacu pada1 sebagai tegasan utama (gaya
terbesar).Untuk pembacaan nilai1,2 dan3 menggunakan prinsip struktur garis
(plunge,trend). Nilai pitch diukur pada girdle plane dengan nilai jarak terpendek dari
bidang sesar, nilai plunge merupakan kemiringan dari Net Slip sesar.
3. KEKAR
3.1 Definisi Kekar
Kekar adalah gejala yang umum terdapat pada batuan. Kekar dapat terbentuk karena
17
tektonik (deformasi) dan dapat terbentuk juga secara non tektonik (pada saat diagenesa,
proses pendinginan dsb). Dalam hal ini kita membatasi pada jenis kekar yang terbentuk
secara tektonik. Kekar merupakan salah satu struktur yang sulit untuk diamati, sebab kekar
dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian geologi, misalnya sebelum terjadinya suatu
lipatan, atau terbentuknya semua struktur tersebut. Hal ini yang juga merupakan kesulitan
adalah tidak adanya atau relatif kecil pergeseran dari kekar, sehingga tidak dapat
ditentukan kelompok mana yang terbentuk sebelum atau sesudahnya.
18
(a)
(b)
Gambar 3.2 a. Anatomi kekar (Fosen, 2010) b. Jenis kekar dalam McClay (1987)
Banyak kriteria untuk menentukan jenis-jenis kekar ini, misalnya sifat permukaan,
orientasi pada pola regional (daerah yang lebih luas), dan hubungan dengan struktur lain,
tetapi seringkali tidak mungkin membedakannya di lapangan. Dihubungkan dengan
prinsip tegasan utama, pola kekar-kekar ini akan mengikuti prinsip tegasan ( 1, 2, 3).
Didalam analisa, kekar dapat dipakai untuk membantu menentukan pola tegasan, dengan
anggapan bahwa kekar-kekar tersebut pada keseluruhan daerah terbentuk sebelum atau
pada saat pembentukan sesar. Cara ini sangat lemah dan umumnya dipakai pada daerah
yang lebih luas (regional) dan data yang dipakai tidak hanya kekar, tetapi juga sesar yang
dapat diamati dari peta topografi, foto udara dan citra landsat. Ken McClay (1987)
menjelaskan beberapa unsur pengambilan data kekar di lapangan untuk analisis kekar
dalam tabel berikut :
19
Tabel 3.2 Tabel pengamtan dan pengukuran unsur-unsur lipatan di lapangan
60 70 255 64 94 36 204 66
20
Analisis kekar dengan stereonet sebagai berikut:
21
perpotongan bidang yang merupakan 2, proyeksikan pula 2 sebagai bidang dengan
menarik garis 90o sehingga terbentuk bidang bidang bantu 13 (girdle plane).
d. Tentukan jarak antara bidang maximum 1 dan maximum 2 sepanjang bidang bantu
untuk menentukan posisi 13. Penentuan 1 titik tengah antara maximum 1 dan
maximum 2 yang memiliki jarak antar bidang kurang dari 90o (sudut lancip), sementara
3 berada di titik tengah antara maximum 1 dan maximum 2 yang memiliki jarak antar
bidang lebih dari 90o (sudut tumpul). Untuk pembacaan nilai1,2 dan3
menggunakan prinsip struktur garis (plunge,trend). Nilai pitch diukur pada girdle plane
dengan nilai jarak terpendek dari bidang kekar.
Referensi
22