Anda di halaman 1dari 9

A.

Memahami arti penting Pancasila sebagai ideologi terbuka


Setelah kita memahami berbagai ideologi yang berkembang saat ini, barangkali
kalian sudah mendapat gambaran seperti apa ideologi terbuka itu, agar pemahaman kalian
menjadi jelas baiklah kita lanjutkan uraian bab ini
1. Pengertian ideologi terbuka dan ideologi tertutup
Perdebatan yang tidak henti-hentinya soal ideologi terbuka dan tertutup dipicu oleh
gagalnya sebuah ideologi membawa sebuah bangsa kearah perubahan yang diharapkan
disisi lain sikap eksklusif pendudukung ideologi itu sendiri yang tidak menginginkan
ideologinya dikategorikan ideologi terbuka atau tertutup.
Terlepas dari perdebatan itu, ada dua acuan yang bisa
kita jadikan pegangan dalam menentukan ideologi terbuka
atau tertutup, antara lain :
1. Kemampuannya menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman
2. Kemampuannya dalam menampung
perubahan pola pikir dan tuntutan masyarakat sebagai dampak dari
globalisasi.

Secara sederhana ideologi yang mampu menyesuaikan diri terhadap


perkembangan zaman dan mampu menampung dinamika masyarakat dapat kita sebut
ideologi terbuka, sebaliknya ideologi yang tidak mampu menerima perubahan sebagai
dampak globalisasi kita menyebutnya dengan ideologi tertutup

a. Ideologi Terbuka
Ciri yang paling tampak untuk menandai ideologi terbuka, bahwa ideologi itu
hanya berisi nilai-nilai dasar sebagai pegangan pokok, sedangkan pelaksanaan dari nilai-
nilai dasar diwujudkan kedalam norma-norma sosial-politik yang berlaku. Norma-norma
sosial politik ini dalam perumusannya selalu disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral
yang berkembang di masyarakat.
Ciri khas yang lain dalam ideologi yang disebut terbuka, operasional dari cita-cita
dan keinginan yang akan dicapai para elite kekuasaan tidak dapat ditentukan secara
apriori (totaliter), melainkan harus disepakati secara demokratis. Dengan sendirinya
ideologi yang disebut terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok elite . Ideologi terbuka hanya dapat ada dalam
tatanan pemerintahan yang demokratis

b. Ideologi tertutup
Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang
menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai
kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu
yang sudah jadi dan harus dipatuhi.(doktrin). Kebenaran dari nilai-nilai ideologi tertutup
tidak boleh dipermasalahkan atau diperdebatkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-
prinsip moral yang timbul. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat dirubah atau
dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial. Karena itu ideologi ini tidak mentolerir
pandangan dunia atau nilai-nilai lain.
Salah satu ciri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak hanya menentukan
kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar saja, tetapi juga menentukan hal-hal yang
bersifat konkret operasional. Ideologi tertutup tidak mengakui hak masing-masing orang
untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri. Ideologi tertutup menuntut
ketaatan tanpa reserve.
Ciri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak bersumber dari masyarakat,
melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada masyarakat. Sebaliknya,
baik-buruknya pandangan yang muncul dan berkembang dalam masyarakat dinilai
sesuai tidaknya dengan ideologi tersebut.
Jadi kebalikan dari ideologi terbuka, jika ideologi terbuka kemampuannya untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi, dalam ideologi tertutup
perubahan-perubahan itu harus disesuaikan dengan ideologi, jika tidak sesuai perubahan
itu harus ditiadakan. Dengan demikian ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan
berlaku dan dipatuhi masyarakat oleh elit tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan
dijalankan dengan cara yang totaliter.
1. Pancasila sebagai ideologi terbuka
Sebenarnya jika dilihat dalam dokumen sejarah khususnya dalam Konstitusi
Indonesia tahun 1945 Pancasila sebagai ideologi terbuka bukanlah sesuatu yang baru,
jauh sebelum mantan sekretaris negara di era orde baru, Murdiono membicarakannya
didepan para menggala BP.7.tahun 1975, Para pendiri negara ini telah lebih dahulu
mengingatkan perlunya Pancasila sebagai Ideologi terbuka. Ini dapat dapat dilihat dalam
UUD 1945 yang menyatakan :
Maka telah cukup jika Undang-undang Dasar hanya memuat aturan-aturan
pokok, hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan
lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan
kehidupan sosial ... lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-
aturan pokok sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok diserahkan
kepada undang-undang yang lebih mudah cara membuat, merubah dan mencabutnya .
Sejalan dengan gagasan diatas, hal yang tak kalah penting juga diungkapkan dalam UUD
1945 yang menyebutkan :
yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah
semangat, semangat penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan.
Meskipiun dibikin Undang-undang Dasar yang menurut kata-katanya bersifat
kekeluargaan, apabila semangat para penyelenggara negara, para pemimpin
pemerintahan bersifat perorangan, Undang-undang Dasar tadi tentu tidak ada artinya.
Sebaliknya meskipun Undang-undang Dasar itu tidak sempurna, akan tetapi jikalau
semangat para penyelenggara pemerintahan baik, Undang-undang Dasar itu tentu tidak
akan merintangi jalannya negara .
Ada dua hal yang perlu dikemukan, sehubungan dengan gagasan diatas.
Pertama : Undang-undang Dasar 1945 dimana didalamnya terdapat Pancasila
sebagai dasar negara, adalah memuat aturan-aturan pokok, dimana untuk melaksanakan
aturan pokok dibuatlah Undang-undang yang mudah merubah atau mencabutnya
disesuaikan dengan kepentingan dan dinamika masyarakat. Dengan demikian aturan
pokok hanya memuat landasan yang menjadi tujuan dari sebuah negara yang baru
berdiri. Ini artinya jika aturan pokok itu dirubah berarti merubah landasan negara itu.
Gagasan inilah yang diingatkan oleh para pendiri negara tentang perlunya sebuah
ideologi terbuka.
Kedua : hal yang tak kalah penting diingatkan para Founding Father adalah
semangat para pemimpin negara, sebagus apapun ideologi suatu negara, jika para
pemimpin negaranya lebih menonjolkan semangat individualis, aturan pokok itu tidak
ada gunanya sama sekali.

1. Latar Belakang Perlunya Pancasila sebagai Ideologi terbuka.


Ada beberapa faktor yang mendorong pimikiran kita untuk membicarakan lebih lanjut
akan perlunya Pancasila sebagai ideologi terbuka. Barangkali dapat dikemukakan disini
beberapa faktur yang urgen.
Pertama : Kenyataan dalam proses pembangunan Nasional, dinamika masyarakat
berkembang sangat begitu cepat. Tuntutan serta pola pikir masyarakat yang berubah tidak
selamanya dapat terakomodir dalam sebuah ideologi. Sebagai contoh kecenderungan
globalisasi ekonomi yang merupakan trend masyarakat abad 21. Pelaku ekonomi tidak
lagi sepenuhnya dikendalikan oleh negara, peranan swasta begitu besar didalam
mengendalikan ekonomi pasar, bahkan adakalanya negara tunduk pada ketentuan
mekanisme pasar yang nota bene dikendalikan oleh aktivitas masyarakat.
Dapat dibayangkan jika kecenderungan ini tidak terakomodasi dalam ideologi
Pancasila, boleh jadi Ideologi Pancasila akan ditinggalkan masyarakat kita. Maka
disinilah perlunya Pancasila sebagai ideologi terbuka, yang hanya mengatur hal-hal
pokok. Biarkanlah ternd pasar terus berkembang yang terpenting tetap berlandaskan pada
rasa kemanusiaan dan keadilan.
Kedua : Bubarnya sebuah ideologi besar, yang kemudian diikuti dengan bubarnya
atau melemahnya negara-negara pendukung ideologi tersebut. Dalam sejarah setelah
perang dunia ke-2 berakhir, bagaimana dunia begitu bangga dengan ideologi komunis
yang dapat membebaskan negara-negara miskin dari belenggu kapitalisme. Adalah Uni
Sovit dan China , dua negara besar yang menjadi pendukung Ideologi Komunis
mengkampanyekan The World Comunism , dengan maksud agar negara-negara dunia
ketiga ( negara berkembang dan negara miskin ) mau menerapkan ideologi komunis
sebagai ideologi negara.
Memasuki abad ke-21 nampak terlihat bagaimana ideologi komunis banyak
ditinggalkan negara-negara pendukungnya, karena dianggap tidak mampu membawa
negaranya keluar dari lilitan kemiskinan, diperparah lagi dengan bubarnya negara Uni
Soviet yang menjadi pendukung utama ideologi komunis.
Kenyataan diatas menjadi cermin, sehebat apapun sebuah ideologi akan ditinggalkan
para pendukungnya, jika ideologi tersebut tidak mampu memberikan jawaban terhadap
persoalan-persoalan yang timbul. Inilah yang dingatkan oleh para pendiri negara kita
tentang pentingnya ideologi yang hanya memuat aturan-aturan pokok.
Ketiga : Pengalaman sejarah politik bangsa Indonesia dimasa orde lama, ideologi
Pancasila pernah merosot hanya menjadi semacam dogma-dogma atau simbol-simbol.
Jika ditanyakan jawabannya adalah Pancasilais, namun didalamnya adalah praktek
komunisme dan liberalisme yang terjadi. Ideologi Pancasila pada waktu itu hanya
sebatas penutup, untuk melegalkan praktek komunisme dan Liberalisme. Kebijakan yang
diambil negara bersifat absolut, perbedaan pendapat menjadi alasan untuk menyebut
seseorang anti Pancasila. Fakta ini terjadi karena begitu kuatnya pengaruh ideologi
komunis dan liberal, diperparah semangat para penyelenggara negara yang lebih
mementingkan kepentingan pribadi ketimbang masyarakat banyak.
Keempat : Dikotomi ideologi Pancasila dengan Agama. Terdapat segelintir orang
yang mencoba membenturkan Pancasila dengan agama. Dikatakan Pancasila dapat
menggeser kedudukan agama. Adalah sangat wajar terjadinya dikotomi agama dengan
Pancasila, disamping ketidak mengertian ruang lingkup Pancasila, juga keterbatasan
pengetahuan agama yang dimiliki. Padahal antara Pancasila dengan agama memiliki
otonimo sendiri-sendiri, bahwa ada nilai-nilai agama yang tidak secara langsung
berkaitan nilai-nilai Pancasila, nilai Ketuhanan misalnya. Nilai ini merupakan hak
otonom mutlak dari nilai-nilai agama. Pancasila tidak berbicara nilai-nilai Ketuhanan
secara langsung. Pancasila hanya mengajarkan setiap orang Indonesia harus beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan uraian diatas menjadi jelas betapa penting keberadaan pengertian Pancasila
sebagai Ideologi terbuka. Tujuannya tidak lain agar bangsa Indonesia tetap menjadi
bangsa modern yang dilahirkan pada 17 Agustus 1945.
2. Pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka
Secara harfiah, Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Pancasila yang dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Secara legal formal, Pancasila sebagai ideologi terbuka dimaksudkan bagaimana
nilai-nilai pokok yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 mampu menjawab
tantangan dan dinamika masyarakat Indonesia yang terus berkembang. Lima nilai-nilai
dasar yang meliputi : Nilai Ketuhanan , Nilai Kemanusiaan , Nilai Persatuan,
Nilai Kerakyatan dan Nilai Keadilan mampu mengakomodasi perubahan pola pikir
masyarakat yang terus berkembang,

3. Kekuatan sebuah Ideologi


Ada hal yang menarik dari pembahasan Pancasila sebagai ideologi terbuka,
bagaimana mungkin sebuah ideologi yang nyata-nyata buatan manusia (
cipta,rasa.karsa) dapat bertahan mengikuti perkembangan zaman. Terhadap hal ini
menarik sekali apa yang diungkapkan Dr Alfian, menurutnya sebuah ideologi dapat
bertahan mengikuti perkembangan zaman jika ideologi tersebut setidaknya memiliki 3
(tiga) dimensi :
Pertama : Dimensi Realitas, yaitu nilai-nilai yang terkristal dalam sebuah ideologi
haruslah berangkat dari kenyataan-kenyataan hidup masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan,
norma-norma masyarakat menjadi sumber nilai bagi sebuah ideologi.
Dikaitkan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka, nilai-nilai Pancasila adalah
merupakan percerminan dari kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari, nilai-nilai
religius, nilai-nilai kemasyarakatan adalah merupkan gambaran keseharian masyarakat
Indonesia, sebagai contoh penentuan hari baik bulan baik dalam setiap kegiatan
masyarakat yang dianggap penting menjadi tradisi yang banyak dilakukan oleh
masyarakat Indonesia. Demikian dengan nilai musyawarah, gotong royong, persatuan dan
keadilan. Nilai-nilai yang demikian merupakan bentuk dimensi realitas dari Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
Kedua : Dimensi Idealisme, bahwa nilai-nilai yang ada dalam sebuah ideologi
haruslah mengandung harapan-harapan yang memungkinkan untuk dapat dicapai oleh
manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan kata lain ideologi tersebut
bukanlah merupakan dogma-dogma mati yang berupa instruksi-instruksi kaku tanpa
melihat sisi kodrat manusia. Ada harapan yang jelas yang ingin dicapai dalam ideologi
tersebut.
Menarik untuk disimak dimensi idealisme dalam Pancasila sebagai Ideologi terbuka,
sebuah pertanyaan yang sering muncul dalam setiap perkuliahan Pancasila Mau dibawa
kemana Bangsa Indonesia dengan Pancasila ?. Ini adalah sebuah pertanyaan yang
menyangkut dimensi idealisme. Mau diapakan bangsa Indonesia dengan Pancasila ?.
Barangkali secara sederhana dapat dikemukakan jawabannya disini yakni dengan
Pancasila bangsa Indonesia adalah bangsa yang berkeTuhanan, bangsa yang
berperikemanusiaan, bangsa yang mengutamakan Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
Jawaban yang sangat sederhana bisa diberikan, kenapa begitu sederhana, karena apa
yang menjadi tujuan Pancasila adalah jelas dan memungkinkan untuk dapat dicapai oleh
manusia yang memiliki kelemahan dan kekurangan, bukan manusia super yang menjadi
tujuan Pancasila
Ketiga: Dimensi Fleksibilitas, yakni ideologi itu tidak bersifat kaku, mampu
menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam hal dimensi fleksibilitas ini Alfian
mengartikannya, ideologi itu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dengan
perkembangan zaman.
Dalam hal kemampuannya menyesuaikan dengan perkembangan zaman, masih
menurut Alfian ideologi itu harus mengandung 3 (tiga) nilai yaitu :
1. Nilai Dasar, adalah Ideologi yang fleksibel itu hanya memuat nilai-nilai pokok
sebagai landasan, pegangan atau pedoman dasar, nilai-nilai itu bersifat tetap, tidak
berubah dan merupakan landasan bagi sumber-sumber nilai yang lain. Nilai-nilai yang
lain dapat berubah disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman, namun nilai-
nilai pokok tadu tidak berubah dan bersifat tetap. Nilai-nilai pokok inilah yang menjadi
kekuatan sebuah Ideologi terbuka.
Pancasila, yang tersurat dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 adalah
merupakan norma dasar, sumber dari segala sumber hukum serta merupakan fundamen
negara ( philosophy groundslag ) . Merubah nilai-nilai pokok tersebut berarti merubah
fundasi negara Indonesia. Aturan-aturan hukum lain dapat dirubah namun pembukaan
UUD 1945 dimana didalamnya terdapat nilai-nilai Pancasila tidak dapat dirubah oleh
siapapun.
2. Nilai Instrumen, Adalah nilai-nilai yang dirumuskan untuk melaksanakan
nilai-nilai pokok. Nilai instrumen inilah yang menjadi tolok ukur dilaksanakan atau tidak
dilaksanakannya nilai-nilai pokok, karena nilai instrumen lebih bersifat spesifik
dibanding nilai-nilai pokok yang masih bersifat umum dan luas.
Mengingat nilai instrumen keberadaannya untuk melaksanakan nilai-nilai pokok,
maka nilai-nilai dapat dirubah atau dihapus sama sekali sesuai dengan tuntutan dinamika
masyarakat. Namun demikian keberadaan nilai-nilai instrumen sangatlah penting karena
tanpa nilai instrumen, maka keberadaan nilai-nilai pokok itu akan menjadi tidak berarti,
bahkan boleh jadi akan ditinggalkan oleh masyarakatnya.
3. Nilai Praksis yaitu, Nilai-nilai yang bersipat praktis dirumuskan untuk
melaksanakan nilai-nilai instrumen. Nilai Praksis lebih bersifat tehnis, semata-mata
dibuat untuk lebih memudahkan melaksanakan nilai instrumen. Biasanya nilai praksis ini
disusun berdasarkan kepentingan satu kelompok atau organisasi tertentu.
Seperti halnya nilai instrumen, nilai praksis juga dapat dirubah disesuaikan dengan
kepentingan organisasi atau kelompok tertentu. Dalam hal merubahnya nilai praksis tentu
lebih mudah merubahnya dibandingkan dengan nilai-nilai Instrumen.
Demikianlah pembahasan seputar ideologi terbuka, pertanyaan sekarang adalah
apakah Pancasila memenuhi sebagai ideologi terbuka. Kalau kita simak penjabaran di
atas, sepertinya kita harus pada satu kesimpulan bahwa Pancasila telah memenuhi kriteria
sebagai ideologi terbuka sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr Alfian. Berikut adalah
contoh nilai Dasar, contoh nilai Instrumen dan nilai praksis dalam lingkup Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
Nilai Dasar meliputi :
1. Nilai Ketuhanan yang maha Esa
2. Nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Nilai Persatuan Indonesia
4. Nilai Kerakyatan .
5. Nilai Keadilan sosial .
Sedangkan termasuk Nilai Instrumen adalah :
1. Pasal-pasal yang ada dalam batang tubuh UUD 1945
2. Peraturan perundang-undangan
3. GBHN
4. Doktrin-doktrin
Contoh nilai Praksis meliputi :
1. Kode etik profesi
2. Peraturan yang bersifat intern
3. Peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang

Anda mungkin juga menyukai