SKENARIO 1
N 101 13 065
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2014
1. Jelaskan periode-periode kritis perkembangan janin
Jawab :
Sumber : Katzung, dkk. 2013. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 12. Vol. 2. EGC : Jakarta
2. Apa saja penyakit pada ibu hamil yang dapat mengganggu kehamilan
Jawab :
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya
adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah
suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya,
penyebabnya adalah pankreas tidak cukup memproduksi insulin (tidak dapat menggunakan
insulin yang ada). Beberapa akibat DM ini diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami
keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang
dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi. Penyakit infeksi
TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus
dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu
janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan katarak mata, tuli,
Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa
juga mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput
otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya.
Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream.pdf
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi biladibandingkan dengan negara-
negara ASEAN lainnya. Penyebab utama kematianibu langsung adalah perdarahan 28%,
eklampsia 24%, dan infeksi 11%,
dan penyebab tidak langsung adalah anemia 51%. Anemia merupakan komplikasidalam
kehamilan yang paling sering ditemukan. Hal ini disebabkan karena dalamkehamilan keperluan
akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan- perubahan dalam darah dan
sumsum tulang. Sekitar 75% anemia dalam kehamilandisebabkan oleh defisiensi gizi. Sering kali
defisiensinya bersifat multipel denganmanifestasi yang disertai infeksi, gizi buruk atau kelainan
herediter.
Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup,absorbsi yang
tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang dan kebutuhanyang berlebihan. Faktor nutrisi
utama yang mempengaruhi terjadinya anemiaadalah zat besi, asam folat dan kumpulan vitamin
B.
Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) darah kurangdari normal.
Kadar Hb normal berbeda untuk setiap kelompok umur dan jeniskelamin : balita 11 g %, anak
usia sekolah 12 g %, wanita dewasa 12 g %, laki-laki dewasa 13 g %, ibu hamil 11 g % dan ibu
menyusui 12 g %.
Jawab :
Umumnya, aborsi tidak memberikan dampak pada kesuburan wanita atau komplikasi pada
kehamilan selanjutnya. Tapi, terdapat beberapa penelitian yang mengemukakan hubungan yang
erat antara aborsi dan tingginya resiko pada beberapa masalah kehamilan, antara lain:
Perdarahan hebat sebelum dan selama melahirkan yang diakibatkan oleh plasenta yang
menutupi sebagian atau seluruh serviks, atau disebut placenta previa.
Adapun beberapa metode aborsi. Aborsi medis, yang dilakukan di awal kehamilan, dilakukan
dengan cara mengonsumsi obat seperti mifepristone. Aborsi melalui jalan operasi dilakukan
dengan mengambil janin dari uterus dengan alat vakum yang berbentuk seperti spons dengan
ujung yang tajam, untuk mengambil janin tersebut. Biasanya metode ini dikenal dengan istilah kiret.
Aborsi yang dilakukan secara legal di fasilitas kesehatan umumnya tidak akan merusak uterus. Jika
terjadi gangguan pada uterus paska aborsi, akan dilakukan pengobatan pada selang waktu tertentu
dan biasanya membutuhkan jangka waktu tertentu unutk dapat hemil kembali.
Aborsi harusnya dilakukan hanya jika keberadaan bayi akan mengancam keselamatan ibu atau bayi,
dan dibawah pengawasan dan konsultasi dokter
Sumber : Zurriat Nyndia, Aborsi Akan Mempengaruhi Kehamilan Selanjutnya, Rabu, 17 juli 2013.
(http://www.vemale.com/kesehatan/27277-aborsi-akan-mempengaruhi-kehamilan-
selanjutnya.html)
Jawab :
- Perkembangan dan pertumbuhan embrio di mulai sejak sebuah spermatozoa yang berasal dari
laki-Iaki menembus dan menyatu dengan telur atau ovum wanita. Penyatuan itu dinamakan
proses pembuahan atau fertilisasi dan menghasilkan zygote. Pada keadaan normal proses itu
berlangsung di ujung saluran rahim (falloPian tube) dekat indung telur (ovarium, the ovary).
Segera setelah proses fertilisasi teIjadi, zygote mengalami pembelahan sel yang agresif
sehingga berlangsung perubahan bentuk menjadi morula dan blastula yang bergerak menuju
badan rahim (uterus).
- Pada hari ke-6 blastula melekat dan tertanam di salah satu bagian rahim, umumnya di bagian
atas atau fundus. Mulai saat itu bakal yang pada saat itu dinamakan embryo, tumbuh di dalam
dinding rahim. Selanjutnya, embrio yang membesar tumbuh di dalam rongga rahim (uterine
cavity), sedangkan bagian yang tertanam di dinding rahim membentuk placenta yang
berhubungan dengan embrio melalui tali ari (umbilical cord).
- Usia 8-10 minggu pertama kehamilan terjadi pembentukan organ dan bagian-bagian tubuh.
Pada fase itu terjadi pembentukan jantung, usus, ginjal, mata, mulut, lengan, tungkai, dan
sebagainya. Fase kehidupan ini dinarnakan fase embryonal yang merupakan saat yang paling
riskan bagi bayi itu untuk menderita kelainan pertumbuhan atau cacat bawaan.
- Fase itu dilanjutkan dengan fase fetal, yaitu sampai bayi di lahirkan pada usia kehamilan 37-40
minggu. Selama fase ini terjadi pertumbuhan semua organ dan bagian tubuh yang sudah
terbentuk.
Sumber :Wibowo, D. S . 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Grasindo : Jakarta.
6. Obat-obat yang bias menyebabkan teratogenik dan kategori obat pada ibu hamil
Jawab :
Sifat teratogenik suatu obat ditentukan oleh berbagai hal, antara lain cara kerja, kemampuan
obat dalam menembus barrier plasenta, periode kritis perkembangan janin dan kepekaan
spesiesnya. Berdasarkan sifat teratogenik, obat dapat dibagi ke dalam 3 golongan besar, yaitu :
1. Obat dengan sifat teratogenik pasti (known teratogens)
2. Obat dengan kecurigaan kuat bersifat teratogenik (probable teratogens)
3. Obat dengan dugaan bersifat teratogenik (possible teratogens)
- Obat yang diterima ibu hamil, baik yang digunakan melalui mulut, disuntikkan atau penggunaan
lain akan masuk ke dalam aliran darah. Obat dapat masuk ke dalam tubuh janin melalui
plasenta. Obat tersebut tidak saja tidak diperlukan oleh bayi tetapi juga dalam beberapa
keadaan dapat membahayakan janin, di samping kemungkinan adanya efek yang tidak
diinginkan pada ibu hamil. Hampir tidak ada obat yang secara mutlak dianggap aman untuk
digunakan pada ibu hamil. Banyak jenis obat yang kurang atau tidak aman dikonsumsi oleh ibu
hamil. Hanya beberapa jenis obat saja boleh diminum selama kehamilan karena terbukti aman
bagi ibu hamil maupun janin. Sangat dimaklumi bila tidak semua ibu hamil mengetahui mana
obat yang aman dan mana yang tidak. Karena itu setiap jenis obat apapun termasuk jamu,
vitamin maupun food suplemen yang akan dikonsumsi ibu hamil, sebaiknya dikonsultasikan
dulu dengan apoteker atau dokter anda.
- Penggunaan obat apa saja pada ibu hamil penuh resiko dan memerlukan pertimbangan lebih
khusus. Akibat yang paling mengkhawatirkan adalah pada janin. Resiko tersebut adalah
timbulnya kecacatan pada janin atau bayi yang dilahirkan nantinya. Kecacatan dapat berupa
cacat fisik dan dapat pula berupa cacat fungsional. Pertimbangan antara manfaat dengan resiko
perlu mendapat perhatian khusus. Efek buruk terhadap janin (teratogenik) tidak hanya dalam
bentuk kecacatan fisik saja (malfromasi) dan pertumbuhan yang terganggu, tetapi juga dapat
menyebabkan atau mencetus kanker, gangguan faal tubuh, atau perubahan faktor keturunan.
Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa kecacatan janin akibat obat, diperkirakan terjadi pada 3
dari 100 bayi yang dilahirkan. Resiko paling tinggi untuk menimbulkan efek teratogenik adalah
pada penggunanan obat minggu ketiga hingga ke delapan. Dalam rentang waktu demikian yang
disebut trimester pertama kehamilan sebagian besar organ utama dibentuk. Sesudah masa
tersebut, kejadian kelainan struktur jarang terjadi karena organ utama sudah terbentuk. Pada
fase berikutnya yakni trimester dua dan tiga, efek teratonegik walaupun lebih jarang tetap
masih perlu kehati-hatian. Sebagai contoh penggunaan obat tertentu seperti obat anti
hipertensi dapat menyebabkan keadaan tekanan darah rendah pada janin.