Anda di halaman 1dari 11

BAB I

RENAL CELL CARCINOMA (RCC)

1.1. Gambaran Makroskopik dan Gambaran Histologi


1.1.1. Gambaran Makroskopik

1.1.2. Gambaran Histologis

1
1.1.3 Gambaran Histopatologis
Perbesaran Lemah

Perbesaran Kuat

2
1.2. Etiologi
Peradangan yang terjadi pada cerviks dapat dibagi menjadi dua
cervicitis infeksi dan non infeksi. Penyebab cervicitis noninfeksi
diantaranya adalah radiasi, bahan kimia, trauma lokal, keganasan dan
adanya inflamasi sistemik. Penyebab cervicitis infeksi adalah infeksi
menular seksual, bakteri (Chlamydia trachomatis dan Neisseria
gonorhoeae), spesies candida, virus (Human Papiloma Virus dan Herpes
Simpleks Virus). Pathogen utama cervicitis mukopurulen adalah Chlamydia
trachomatis dan Neisseria gonorhoeae, keduanya ditularkan secara seksual.
Follicular cervicitis berhubungan dengan infeksi Chlamydia trachomatis
(Kumar et al, 2007, Anwar, 2011 dan Iskandar, 2013).

1.3. Patogenesis
Patogenesis pasti dari follicular cervicitis belum dapat ditwentutan
sepenuhnya, akan tetapi pada wanita muda, terdapat bukti yang menunjukan
adanya peningkatan yang signifikan jumlah kasus yang berhubungan
dengan infeksi Chlamydia (Auger et al, 2013).
Chlamydia trachomatis merupakan organism yang paling sering
ditularkan secara seksual. Faktor resiko dari infeksi ini antara lain meliputi
umur di bawah 25 tahun dan aktif secara seksual, status sosial ekonomi
rendah, pasangan seksual banyak, dan status tidak kawin (Anwar et al,
2011).
Chlamydia trachomatis adalah organisme intraseluler wajib yang
lebih menyukai menginfeksi sel-sel skuamokolumnar, yaitu pada zona
transisi serviks. Cervicitis merupakan kelainan displastik epitel sekunder
dimana terjadi regenerasi terus menerus dari epitel gepeng dan silinder. Di
zona transformasi, mungkin terdapat infiltrate peradangan yang mungkin
terjadi akibat erubahan pH vagina atau adanya mikroflora vagina Kumar et
al, 2007 dan Anwar, 2011).

3
1.4. Tanda dan Gejala (Sign & Symptom)
a. Asimtomatik
Infeksi klamidia tidak menimbulkan keluhan pada 30% sampai 50%
kasus dan dapat menetap selama beberapa tahun (Anwar et al, 2013).
b. Tanda dan gejala
- Keluar cairan vagina
- Bercak darah
- Perdarahan pascasenggama
(Anwar et al, 2013)

1.5. Pemeriksaan Fisik & Penunjang


1.5.1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan serviks mungkin tampak erosi dan rapuh.
Mungkin ada cairan mukopurulen berwarna kuning-hijau (Anwar et
al, 2013).

1.5.2. Pemeriksaan Penunjang


1) Pengecatan Gram
Pada pemeriksaan ini memperlihatkan lebih dari 10 leukosit
polimorfonuklear per lapangan pencelupan minyak.
2) Biakan
Diagnosis dengan biakan ini adalah yang paling optimal tetapi
cara ini memakan waktu, memerlukan keterampilan teknis tinggi,
dan fasilitas biakan yang memadai.
3) Pemeriksaan histopatologi (biopsy)
Ditemukan adanya infiltrasi sel radang yang membentuk folikel
di area sub epithelial.
4) Pap smear
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada
berbagai infeksi bakteri dan jamur.
(Anwar et al, 2011)

4
1.6. Penatalaksanaan
Rekomendasi terapi dari Center for Disease Control and PreventioN
(CDC):
 Azitromisin 1 g per oral (dosis tunggal) atau
 Doksisiklin 100 mg per oral 2x sehari selama 7 hari
(Anwar et al, 2011)

Terapi alternative
 Eritromisin basa 500 mg per oral 4x sehari selama 7 hari atau
 Eritromisin etilsuksinat 800 mg 4x sehari selama 7 hari atau
 Ofloksasin 300 mg per oral 2x sehari selama 7 hari atau
 Levofloksasin 500 mg per oral 1x sehari selama 7 hari
(Anwar et al, 2011)

1.7. Prognosis
Pada hakikatnya servisitis bukanlah suatu lesi prakanker, tetapi
kelainan displastik epitel sekunder mungkin menjadi lahan subur bagi
timbulnya pengaruh karsinogenik dari HPV (Kumar et al, 2007).
Servicitis memiliki kaitan yang erat dengan terjadinya infertilitas .
adanya tanda infeksi Chlamydia trachomatis di serviks seringkali memiliki
kaitan erta dengan peningkatan risiko keruskan tuba melalui reaksi
imunologi (Anwar et al, 2011).

5
BAB II

WILMS’ TUMOR (NEPHROBLASTOMA)

2.1. Gambaran Mikroskopik

2.1.1. Gambaran Makroskopik

2.1.2. Gambaran Histologis

6
2.1.3 Gambaran Histopatologis
Perbesaran Lemah

Perbesaran Kuat

7
2.2. Etiologi
Etiologi tumor ovarium tidak jelas, faktor berikut mungkin berkaitan
dengan timbulnya penyakit tersebut:
1) Pengaruh reproduksi: infertile atau jumlah kehamilan sedikit. Memakai
stimulant ovulasi dll, dapat menambah risiko keganasan ovarium.
Sedangkan kehamilan aterm berefek proteksi jelas jelas terhadap
timbulnya keganasan ovarium.
2) Pengaruh haid : usia menopause lanjut dapat sedikit menambah risiko
karsinoma ovary, tapi pengaruhnya agaak tidak besar.
3) Efek hormon eksogen : penggunaan jangka panjang pil kontrasepsi
dapat menurunkan risiko karsinoma ovary. Sebaliknya, terapi substitusi
hormon pasca menopause dapat meningkatkan risikonya.
4) Faktor diet: diet tinggi lemak dapat meningkatkan risiko, sedangkan
vitamin, serat, buah dan sayur dapat menurunkan risikonya.
5) Faktor genetik: pada kebanyakan kasus, faktor genetik (herediter
multigenik) berinteraksi dengan faktor lingkungan dapat menimbulkan
tumor.
(Desen, 2010)

2.3. Patogenesis
Telah diketahui beberapa faktor risiko untuk kanker ovarium. Dua
yang terpenting adalah nulipara dan riwayat keluarga. Terjadi peningkatan
insidensi karsinomapada perempuan yang tidak menikah atau dengan wanita
yang emnikah dengan paritas rendah. Yang menarik, pemakaian jangka
panjang kontrasepsi oral menurunkan risiko. Walaupun hanya 55 hingga
10% kanker ovarium yang familial, banyak yang dapat dipelajari mengenai
pathogenesis molecular kanker ini dengan mengidentifikasi gen tersangka
ada kasus ini (Desen, 2010).
Sebagian besar kanker ovarium heredeiter tampaknya disebabkan oleh
mutasi di gen BRCA, BRCA1 dan BRCA 2. Memang mutasi di gen ini
meningkatkan risiko kanker payudara dan ovarium. Risiko seumur hidup

8
rerata untuk kanker ovarium mendekati 30% pada pembawa gen BRCA1,
dengan angka variasi dari 16% hingga 44% pada berbagai peneliti di gen.
Meskipun mutasi di gen BRCA terdapat pada sebagian besar kasus familial
kanker ovarium, mutasi ini hanya ditemukan pada 8% hingga 10% kanker
ovarium sporadic. Oleh krena itu, seyogiyanya terdapat jalur molecular lain
untuk terjadinya neoplasma ovrium. Sebagai contoh, ERBB2 mengalami
ekspresi berlebihan pada 35% kanker ovarium, dan hal ini berkaitan dengan
prognosis yang buruk. K-RAS mengalami ekspresi berlebihan pada hamper
30% tumor. Seperti pada kanker lain TP53 mengalami mutasi pada sekitar
50% kanker ovarium (Price & Wilson, 2005).

2.4. Tanda dan Gejala (Sign & Symptom):


Manifestasi klnis yang paling umum terjadi, diantaranya:
 Nyeri abdomen
 Nausea dan vomiting
 Pembesaran perut
 Gejala seperti asites
 Deman ringan
(Anwar et al, 2011)

2.5. Pemeriksaan Fisik & Penunjang


2.5.1. Pemeriksaan Fisik:
Pada pemeriksaaan abdomen ditemukan distensi abdomen.
Suara peristaltic usus normal (Ciftci et al, 2013)

2.5.2. Pemeriksaan Penunjang


Radiologis
USG, CT dan MRI abdomen, pemeriksaan ini brperan
penting dalam membantu menentukan posisi anatomis letak cyst,
ukuran dan keterlibatan stuktur sekitar di retroperitoneum
(Phopkharitow et al, 2013).

9
Pada pemeriksaan abnominal USG dan ditemukan massa
cyst abdomen (Ciftci et al, 2013).

2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan cyst ovarian bergantung pada umur pasien, ukuran
dan stuktur dari cyst dan status menopause. Penanganan pembedahanan dari
cyst dengan laparatomy atau laparoscopy cyst eksisi atau cystectomy
dengan oophorectomy. Sebagai tambahan, ovarium contrlateral harus
diperiksa dan ketika dicurigai, dilakukan frozen section untuk menentukan
apakah perlu dikeluarkan atau tidak (Ciftci et al, 2013).

2.7 Prognosis
Tumor ini tampaknya adalah kanker derajat rendah dengan potensi
invasi kecil. Oleh karena itu, tumor ini memiliki prognosis lebih baik
daripada tumor yang lebih ganas. Prognosis tumor dengan potensi
keganasan rendah ditentukan terutama oleh sifat implant peritoneum,
apabila ada. Jika tumor tampak terbatas pada ovarium, lesi yang nyata
karsinomatosa memperlihatkan angka harapan hidup 5 tahun sekitar 75%,
sedangkan yang potensi keganasannya rendah memperlihatkan angka sekitar
100%. Jika kanker telah menembus kapsul, angka harapan hidup 10 tahun
hanyalah 13%. Sebaliknya untuk kanker dengan potensi keganasan rendah
yang telah menembus kapsul, angka harapan hidup 10 tahun keseluruhan
sekitar 80%, tetapi hamper 40% pasien akhirnya meninggal akiat tumor
tersebut (Kumar et al, 2007).

10
11

Anda mungkin juga menyukai