Anda di halaman 1dari 16

Blok 15 16-Februari-2016

SERING BERKEMIH

NAMA : Lilis Endah Sulistiyawati

STAMBUK : N 101 13 008

KELOMPOK : VIII (Delapan)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2016
Learning Objective

1. Apa saja pemeriksaan urin (urinalisis, urin rutin) ?


2. Fisiologi sistem urinari ?
3. Diagnosis banding dari skenario ?
4. Parameter pemeriksaan lab pada infeksi saluran kemih ?
5. ISK pada kehamilan, gagal ginjal kronik dan orang tua ?
6. Prosedur diagnosis dan pengobatan ISK ?
7. Hubungan dan gejala pada kondisi; PNA, kehamilan, DM, dan Penggunaan analgesik ?
8. Pengobatan pada; cystisis, prostatitis, urethritis, pyelonephritis ?
9. Penatalaksanaan ISK berulang ?
10. Jelaskan penyakit pada sistem urinaria ?
11. Prognosis dan gold standar dalam pemeriksaan ISK ?

Jawaban

1. Urinalisis (rutin)
Dewasa Bayi baru lahir Anak
Warna Jernih kekuningan Jernih kekuningan
sampai kuning gelap
Penampilan Jernih Jernih Jernih
Bau Beraroma Beraroma
Ph 4,5-8,0 5,0-7,0 4,5-8,0
Berat jenis 1,005-1,030 1,001-1020 1,005-1030
Protein 2-8 mg/dL;
pemeriksaan strip
reagen negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Pemeriksaan 1-2 per lapang
mikroskopik Daya rendah
SDM Jarang
SDP 3-4 0-4
Serpihan Kadang-kadang hialin Jarang

Deskripsi. Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih
dan untuk mendeteksi penyakit gangguan metabolisme yg tidak berhubungan dengan ginjal.
Banyak pemeriksaan rutin urinalisis dilakukan di tempat praktik dokter.

Masalah-Masalah Klinis
Warna: Tidak berwarna atau pucat: Banyak minum, diabetes insipidus, GGK, minum
alkohol. Merah atau merah kecoklatan: hemoglobinuria, porfirin, kontaminasi dengan
menstruasi; Obat: Azo Gantrisin, fenitoin (Dilantin), kaskara, klorpromazin (Thorazine),
dokusat kalsium dan fenolftalein (Doxidan), fenoftalein; Makanan: bit, kelembak, zat
pewarna makanan. Jingga tua: pembatasan masukan cairan, urine pekat, urobilin, panas;
Obat: amidopirin, nitrofurantoin, piridium, sulfonamid; Makanan: wortel, kelembak, zat
pewarna makanan. Biru atau hijau: toksemia pseudomonas; Obat: amitriptilin (Elafil),
metilene blue, metakarbanol (Robaxin), konsentrat ragi; Coklat atau hitam: keracunan lisol,
melanin, bilirubin, metemoglobin, porfirin; Obat: kaskara, injeksi besi.
Penampilan: Kabur atau keruh: bakteri, pus, eritrosit, leukosit, fosfat, cairan sperma
prostat, asam urat; cairan seperti susu: lemak, piuria
Bau: Amonia: pecahan urea oleh bakteri; busuk atau tengik: bakteria (infeksi saluran
kencing) Mousey: fenilketonuria; Manis atau berbau buah: Asidosis diabetik, kelaparan

Busa: Kuning: sirosis hepatis berat, bilirubin, cairan empedu

pH: <4,5: Asidosis metabolik, asidosis respiratorik, diare berat, diet tinggi protein hewani;
Obat: amonium klorida, asam mandelik; > 8,0: baktriuria, infeksi saluran kencing; Obat:
antibiotik (neomisin, kanamisin), sulfonamid, natrium karbonat, asetazolamid (Diamox),
kalium sitrat

Berat jenis: <1,005: Diabetes insipidus, banyak minum, kelebihan cairan, penyakit ginjal,
kekurangan dan kelebihan kalium; berat jenis >1,026: kurang minum, demam diabetes
melitus, muntah, diare, dehidrasi, penggunaan zat kontras pada sinar x

Protein: > 8 mg/dL atau >80 mg/24 jam: proteinuria, latihan, stres berat, demam, penyakit
infeksi akut, penyakit ginjal, lupus eritematosus, leukemia, mieloma multipel, penyakit
jantung, keracuan kehamilan, septikemia, timah, merkuri; Obat: barbiturat, neomisin,
sulfonamid

Glukosa:>15 mg/dLatau+4: Diabetes melitus, gangguan sistem saraf pusat (stroke), sindrom
cushings,anestesia, infus glukosa, stres berat, infeksi; Obat: asam askorbat, aspirin,
sefalosporin, epinefrin

Keton: +1 sampai +3: Ketoasidosis, kelaparan, diet tinggi protein

SDM: > 2 per lapang daya rendah: Trauma ginjal, penyakit ginjal, batu ginjal, sistitis,lupus
nefritis, masukan aspirin y berlebihan, antikoagulan, sulfonamid,kontaminasi menstruasi

Menstruasi: >4 per lapang pandang rendah: infeksi saluran kencing, panas, latihan berat,
lupus nefritis, penyakit ginjal

Serpihan: demam, penyakit ginjal, gagal jantung

(Sumber : LeFever J, Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi
Keperawatan, edisi 2, EGC, Jakarta)

2. Fisiologi system urinaria


a. Ginjal melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut
Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh
Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai terutama melalui regulasi
keseimbangan H2O
Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES
Mempertahankan volume plasma yang tepat,yang penting dalam pengaturan jangka
panjang tekanan darah arteri
Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh yang tepat dengan
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- di urin

Tiga proses dasar ginjal yaitu :

Filtrasi glomerulus : sewaktu darah mengalir melalui glomerulus , plasma bebas protein
tersaring melalui kapiler glomerulus kedalam kapsul bowman.Dalam keadaan normal
20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Cairan yang difiltrasi dari glomerulus
kedalam kapsul bowman harus melewati 3 lapisan yang membentuk membrane
glomerulus.Lapisan-lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekuler halus yang
menahan sel darah dan protein plasma tetapi membolehkan H2O dan zat terlarut
dengan ukuran molekul kecil lewat.
Reabsoropsi tubulus : Sewaktu filtrate mengalir melalui tubulus,bahan-bahan yang
bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus.Perpindahan selektif
bahanbahan dari dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini
disebut reabsorpsi tubulus.
Sekresi tubulus : pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus kedalam
lumen tubulus.Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan-
bahan dari plasma secara cepat dengan mengekstrasi sejumlah tertentu bahan dari 80%
plasma yang tidak terfiltrasi dikapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang
sudah ada di tubulus sebagai hasil filtrasi
b. Ureter
Adalah organ berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari pielum (pelvis)
ginjal kedalam buli-buli.Dindingnya terdiri atas (1) mukosa yang dilapisi oleh sel transisional ,
(2) otot polos sirkuler dan (3) otot polos longitudinal.Kontraksi dan relaksasi kedua otit polos
itulah yang memungkinkan terjadinya gerakan peristaltic ureter guna mengalirkan urine ke
dalam buli-buli.
c. Vesica Urinari
Kandung kemih yang menampung urin secara temporer adalah suatu kantung berongga
berdinding otot polos yang dapat teregang.Secara periodik urin dikosongkan dari kandung
kemih melalui saluran lain , uretra akibat kontraksi kandung kemih
d. Uretra
Uretra merupakan tabung kecil dari collum vesicae keluar muara urethra pada permukaan
luar disebut ostium urethrae.Uretra pada wanita berukuran pendek dan lurus,berjalan
langsung dari leher kandung kemih keluar. Pada pria uretra lebih panjang dan berjalan
melengkung dari kandung kemih keluar melewati kelenjar prostat dan penis.Uretra pria
memiliki fungsi ganda yaitu menjadi saluran untuk mengeluarkan urin dari kandung kemih
dan saluran untuk semen dari organ-organ reproduksi.
Sumber : Sherwood L (2013) Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi 6 .Jakarta : EGC
3. Diagnosis banding ISK yaitu:
dilihat dari presentasi klinis,isk rekuren pada laki-laki dan perempuan harus dilakukan
investigasi faaktor predisposisi atau pencetus.
Pielonefritis akut(PNA) : panas tinggi( 39,5-40,5 0C),din sertai menggigil dan sakit
pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering di dahului gejala ISK bawah( sistitis)
Pielonefritis kronik(PNK): mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau
infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau
tanpa bakteriuria kronik sering di ikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang
dewasa tanpa factor predisposisi tidak pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal.
ISk bawah( sistitis): presentasi klinis sistitis seoerti sakit suprapubis ,polakisuria,
nokturia, di isuria, dan stranguria.
Sindrom uretra akut(SUA): presentasi klinis SUA sering ditemukan pada perempuan usia
antara 20-50 tahun.
ISK rekuren:
a) Re-infeksi: pada umumnya episode infeksi dengan interval > 6 minggu dengan
mikroorganisme yang berlainan
b) Relapsing infection: setipa kali infeksi disebabkan mikroorganisme yang sama,
disebabkan sumber infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat.
Sumber: Sudoyo,A.W. 2009.Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II.Edisi V.Interna
Publishing.Jakarta

4. Pemeriksaan yang paling ideal untuk deteksi adanya ISK adalah kultur urin. Untuk
menegakkan diagnosis ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis), nilai ambang batas yang
digunakan adalah 103 colony forming units/ml (cfu/ mL).7 Untuk ISK tak bergejala
(bakteriuria asimtomatik), nilai ambang batas yang digunakan adalah 105 cfu/mL. Dalam di-
agnosis bakteriuria asimtomatik pada perempuan, termasuk ibu hamil, harus digunakan
sampel yang berasal dari urin pancar tengah yang diambil secara bersih (midstream, clean-
catch urine sample).8 Masalah yang ada di negara yang sedang berkembang umumnya
adalah layanan kesehatan dengan fasilitas yang terbatas. Pada layanan tersebut, umumnya
fasilitas untuk kultur urin tidak ada. Masalah lain dalam penggunaan kultur urin sebagai
teknik skrining bakteriuria asimtomatik adalah biaya yang cukup tinggi dan waktu yang
cukup lama untuk mendapatkan hasil. Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode tidak
langsung untuk deteksi bakteri atau hasil reaksi inflamasi. Metode yang sering dipakai
adalah tes celup urin, yang dapat digunakan untuk deteksi nitrit, esterase leukosit, protein,
dan darah di dalam urin. Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap nilai diagnostik uji
nitrit dengan tes celup urin dalam deteksi bakteriuria asimtomatik. Hasil penelitian tersebut
sangat beragam, dengan didapatkannya sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan
nilai prediksi negatif uji nitrit secara berturut-turut berkisar antara 15-57%, 78-99%, 50-94%,
dan 23-97%.8-13 Hasil telaah sistematik terhadap beberapa pene- litian menyimpulkan
bahwa tes celup urin tidak cukup sensitif untuk deteksi bakteriuria asimtomatik pada ibu
hamil.8 Studi lain menemukan bahwa kombinasi uji esterase leukosit dan uji nitrit memiliki
akurasi yang lebih rendah dibandingkan kultur urin dan pemeriksaan tersebut memang
sebaiknya hanya dilakukan pada pelayanan kesehatan yang tidak memiliki fasilitas kultur
urin.14 Idealnya, semua uji nitrit positif untuk diagnosis ISK pada kehamilan harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur urin pancar tengah yang diambil secara bersih.8,15
Mengingat komplikasi akibat ISK pada kehamilan, maka pada pelayanan kesehatan yang
sarananya terbatas untuk dapat melakukan kultur urin, hasil uji nitrit sudah dapat dijadikan
dasar diagnosis dan terapi ISK pada kehamilan.
Sumber : Dwiana Ocviyanti, Darrell Fernando. 2012. Tata Laksana dan Pencegahan Infeksi
Saluran Kemih pada Kehamilan. J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 12.

5. ISK Pada kehamilan, gagal ginjal kronik dan orang tua


Infeksi saluran kemih pada pasien resiko tinggi :
a) Infeksi saluran kemih pada ibu hamil
Pada masa kehamilan terjadi perubahan anatomi maupun fisiologi saluran kemih
yang disebabkan oleh peningkatan kadar progesterone dan obstruksi akibat pembesaran
uterus. Peristaltic ureter menurun dan terjadi dilatasi ureter, terutama pada sisi kanan
yang terjadi pada kehamilan tua. wanita hamil lebih rentan/mudah mengalami
pielonefritis daripada wanita tidak hamil, meskipun kemungkinan untuk menderita
bakteriuria kedua kelompok sama, yaitu lebih kuran 3 7%.
Pielonefritis yang tidak diobati menyebabkan terjadinya kelahiran bayi prematur dan
kematian bayi. Kematian bayi meningkat 2x lipat saat kehamilan disertai dengan
pielonefritis
Kultur urine diambil pada saat kunjungan pertama dan diulang pada minggu ke 16.
Jika terdapat bakteriuria harus segera diterapi antibiotika yang dipilih sangat terbatas
mengingat toksisitas yang dapat terjadi pada janin. Yang paling aman saat ini adalah
penisilin dan sefalosporin, diberikan selama 3 hari. Konntrol terhadap kultur urine
dilakukan secara berkala untuk mengetahui efektifitas terapi. Jika terjadi pielonefritis
pasien harus menjalani terapi antibiotika parenteral.
b) Infeksi saluran kemih pada usia lanjut
Dikatakan bahwa ISK adalah penyebab terbanyak bakteriemia pada manula. Wanita
tua yang enderita pielonefritis non obstruksi lebih mudah mengalami episode
bacteriemia daripada wanita muda.
Wanita manula yang menderita sistitis harus mendapatkan antibiotika peroral
selama 7 hari, sedangkan jika penderita poelonefritis, harus medapatkan terapi
parenteral selama 14 hari. Pria manula yang menderita ISK biasanya karena prostatitis
dan mendapatkan terapi antimikroba awal 14 hari dan diteruskn lagi 6 minggu setelah
sembuh.
c) Infeksi saluran kemih pada pasien diabetes mellitus
Prevalensi bakeriuria asimtomatik pada pasien diabetes wanita 2x lebih sering
daripada wanita non diabetes. Demikian pula resiko untuk mendapatkan penyuit akibat
ISK lebih besar. Hal ini diduga karena pada diabetes sudah terjadi kelainan fungsi pada
sistem urinaria maupun fungsi leukosit sebagai pertahanan tubuh. Kelainan fungsional
pada saluran yang sering dijumpai adalah sistopati diabetikum, atau sistitis karena
diabetes, oleh karena pada diabetes terjadi penurunan sensitifitas buli buli sehingga
memudahkan distensi buli buli serta penurunan kontraktilitas detrusor dan
kesemuanya ini menyebabkan terjadinya peningkatan residu urine. Yang menyebabkan
mudahnya terjadi infeksi.
Komplikasi yang dapat terjadi pada orang diabetes yang menderita ISK adalah :
sistitis emfisematosa, pielonefritis emfisematosa, nekrosis papiler ginjal, abses
perinefrik, dan bakteriemia. Mudahnya komplikasi emfisematosa pada organ di
mungkinkan karena diabetes 1) sering terinfeksi oleh kuman yang pembentuk gas, 2)
enurunya perfus jaringan, 3) kadar glukosa yang tinggi memudah kan pertumbuhan
uropatogen.

d) Infeksi Saluran Kemih Pada pasien Gagal Ginjal Kronik


Penurunan fungsi ginjal adalah faktor predisposisi bagi penyakit jantung dan
kematian pada penderita GGK. Kegagalan sistem imunitas tubuh pada penderita GGK
dipengaruhi berbagai faktor seperti intoksikasi uremia, perubahan metabolisme ginjal
pada protein imunitas tubuh, dan kesan akibat perawatan ganti ginjal. Dan pada setiap
penderita, penyebabnya beragam. Sitem imunitas yang tidak berfungsi pada penderita
uremik dikaitkan dengan perubahan pada dua cabang utama sistem imunitas tubuh
yaitu sistem imun bawaan (innate immune system) dan adaptif (adaptive immune
system). Sistem imun bawaan bekerja dengan mengenalpasti, memfagositosis dan
menghancurkan patogen. Selain itu ia juga menginduksi proses inflamasi dan presentasi
antigen yang akan mengaktivasikan sistem imun adaptif. Sedangkan sistem imun adaptif
bekerja dengan memproduksi antibodi dan terkait sistem memori untuk pertahanan
tubuh. protein yang berperan untuk mempertahankan saluran kemih dari invasi kuman
patogen yaitu Tamm-Horsfall protein mengaktivasi APC melalui TLR4. Sementara TLR2
bereaksi dengan PAMP yang terdapat pada bakteri gram positif dan gram negatif dan
kekurangan TLR2 pada tikus menunjukkan ia akan mudah mengalami infeksi. Komponen
TLR yang terbaru ditemukan adalah molekul TLR11 ayng terbukti mampu
mempertahankan tubuh dari ISK. Ketidakseimbangan fungsi TLR pada penderita uremia
memungkinkan terjadinya kegagalan tubuh untuk menghindari ISK. Ia karena pada
keadaan uremia kemampuan untuk mengenalkan antigen pada sel dendritik dan limfosit
berkurang Selanjutnya Di sini bisa dikatakan bahwa pengeluaran urin yang sedikit akibat
fungsi ginjal yang menurun, ditambah dengan fungsi TLR dan sistem imun
keseluruhannya yang tidak seimbang seiring dengan invasi mikroorganisme patogen
menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih pada penderita gagal ginjal kronik

Sumber :
Basuki B. Purnomo. 2014. Dasar Dasar Urologi. Edisi 3. Agung Seto. Jakarta
Harahap Yusuf S. R. 2011. Gambaran pegetahuan, sikap dan tindakan penderita penyakit
ginjal kronik yang mengalami hemodialysis di RSUP H. Adam malik medan terhadap
kebiasaan minum. From
(http://repository.USU.ac.id/bitstream/123456789/21439/7/ChapterII.PDF) Diakses
tanggal 14 februari 2015

6. Anamnesis :
ISK Bawah frekuensi ,disuria terminal,polakisuria,nyeri suprapubik
ISK atas : nyeri pinggang,deman,menggigil,mual,muntah,hematuria,
Anamnesa adanya faktor resiko seperti di sebutkan di atas

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum pasien dan
pemeriksaan urologi. Kalainan-kelainan pada sistem urogenitalia dapat memberikan
manifestasi sistemik, atau tidak jarang pasien-pasien dengan kelainan di bidang urogenitalia
kebetulan menderita penyakit lain. Hipertensi, edema tungkai, dan ginekomasti dapat
merupakan tanda dari kelainan sistem urogenitalia.

Pemeriksaan Ginjal
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomean sebelah atas harus diperhatikan
saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran ini dapat disebabkan oleh
hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitonial. Palpasi dilakukan secara bimanual
(dengan dua tangan). Tangan kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat
ginjal ke atas, sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan. Perkusi, yaitu dengan
pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebra.

Pemeriksaan Buli-buli
Pemeriksaan buli buli harus memperhatikan adanya benjolan atau jaringan parut bekas
irisan/operasi di suprasiimfisis. Mass di daerah tersebut dapat merupakan tumor ganas buli
buli atau adanya buli buli yang terisi penuh oleh adanya retensi urine. Dengan palpasi dan
perkusi dapat ditentukan batas atas buli buli.

Pemeriksaan genetalia eksterna


Pada inspeksi genetalia eksterna diperhatikan ada kelainan penis seperti mikropenis,
makropensi, hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis,
fistel uretro kutan, dan tumor penis. Striktura uretra anterior yang berat dapat
menyebabkan fibrosis korpus spongiosum yang teraba pada palpasi di sebelah ventral penis,
berupa jaringan keras yang dikenal sebagai spongiofibrosis.

Pemeriksaan skrotum dan isinya


Perhatikan adanya pembesaran pada skrotum, perasaan nyeri saat diraba, atau adanya
hipoplasia pada kulit skrotum yang sering dijumpai pada kriptokismus. Untuk membedakan
antara massa padat dengan massa kistus pada isi skrotum dapat dilakukan pemeriksaan
transiluminasi pada isi skrotum.

Colok dubur (Rectal Toucher)


Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk (yang sudah diberikan pelicin) ke
dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan ini, dinilai (1) tonus sfingter ani dan refleks bulbo-
kavernous (BCR), (2) adanya massa di lumen rektum, dan (3) menilai keadaan prostat.
Penilaian refleks bulbo-kavernosus dinilai dengan merasakan adanya reflek jepitan ani pada
jari akibat rangsangan sakit yang diberikan pada glans penis. Pada wanita yang sudah
berkeluarga dapat dilakukan pula colok vagina untuk menilai kemungkinan adanya kelainan
pada alat kelamin wanita, seperti massa di serviks, darah di vagina, dan massa di buli-buli.

Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan mencari kemungkinan adanya kelainan neurologik yang
berakibat kelainan pada sistem urogenitalia, seperti lesi motor neuron atau lesi saraf perifer
yang merupakan penyebab dari buli buli neurogen.

Pemeriksaan penunjang :
DPL,tes resistensi kuman ,tes fungsi ginjal,gula darah
Kultur urin (+) :bakteriuria >105/ml urin
Foto BNO-IVP bila perlu
USG ginjal bila perlu
Tata laksana :
Non farmakologis :
-banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
-menjaga higine genetalia eksterna

Farmakologis :
Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada ;bila hasi resisten kuman sudah
ada,pemberian antimikroba di sesuaikan

Antimikroba pada ISK bawah tak berkomplikasi


a.Trimetoprim-sulfametoksazol (2x160/800 mg selama 3 hari)
b.Trimetroprim (2 x 100 mg selama 3 hari)
c.siprofloksasin ( 2x100-250 mg selama 3 hari)
d.levofloksasin(2x250 mg selama 3 hari)
e.sefiksim (1 x 400 mg selama 3 hari)

obat parental pada ISK atas akut berkomplikasi


a.sefepim(2x1 gram)
b.siprofloksasin (2x400 mg)
c.levofloksasin (1x500 mg)
d.ofloksasin (2x400 mg)
e. Gentamin (+amplisilin ) (1x3-5 mg/kgBB)
f. Amplisilin (+gentamisin) (4x1-2mg/kgBB)

Sumber :
Purnomo, B.B. 2008. Dasar-dasar Urologi (edisi kedua). Sagung Seto, Jakarta.
Seliati siti,Sudoyo W.aru,dkk.2014.Buku ajar ilmu penyakit dalam,edisi VI

7. ISK pada kehamilan, gagal ginjal kronik dan orang tua


a. Pada kehamilan
Pada kehamilan terjadi perubahan anatomi fisiologi traktus urinarius karena kompresi
uterus gravid dan hormonalmilieu. Panjang ginjal bertambah sekitar 1cm selama
kehamilan normal sebagai hasil peningkatan vascular dan volume intersisial. Filtrasi
glomerulus meningkat 30-50%, sehingga cardiac output juga meningkat. Secara
signifikan akan terjaid dilatasi uretra yang menghasilkan stasis urin selama trimester 2
dan tiga. Hidroureter ini mengakibatkan relaksasi otot polos berefek progesterone dan
mekanisme kompresi ureter oleh uterus pada panggul menjadi penuh. Pembesaran
uterus menggantikan posisi vesika urinaria superior dan anterior. Vesika urinaria
menjadi hiperemis. Karena perubahan tersebut, bakteriuria secara klinis relevan
ditemukan pada wanita hamil, mencapai 4-6%. Kemudian mendekati 30% wanita hamil
dengan bakteriuria menderita pyelonephritis, dibandingkan 1-2% yang tidak terkena
bakteriuria. Insiden acute bacterial pyelonephritis 1-4% pada wanita hamil dan terjadi
pada trimester 2 dan 3, ketika stasis urin paling hebat. 10-20% episode rekuensi episode
pyelonephritis terjadi sebelum partus. Ketika pyelonephritis tidak ditangani maka bayi
besar kemungkinan akan premature dan kematian perinatal. Sehingga, disarankan
untuk ibu hamil untuk skrening bakteriuria.
b. Pada lansia
Tidak mudah menegakkan diagnosis ISK pada lansia karena gejalanya samar-samar.
Penyakit komorbid dan terapi yang didapat bisa menutupi gejala ISK. Gejala klinis klasik
ISK sepertidisuri, polakisuri, demam, nyeri tekan daerah suprapubik maupu sakit
pinggang jarang sekali ditemukan tapi dapat saja terjadi. Hal itu mungkin dikarenakan
ekspresi kaum geriatri dalam mengutarakan gejala-gejala klinis tersebut kurang baik
dibandingkan individu dewasa. Ketidakmampuan mengungkapkan ekspresi tersebut
mungkin pula berkaitan dengan sudah terjadinya penurunan faal kognitif. Gejala klinis
awal yang dapat ditemukan adalah penurunan nafsu makan. Penurunan nafsumakan
tidak hanya menjadi gejala klinis awal tetapi juga memberi kontribusi
terhadapprogresifitas penyakit. Dengan kurangnya asupan makanan maka status nutrisi
terganggu.Demikian pula dengan status imun. Gejala lain adalah inkontinensia aurin.
Penggunaan popok perlu diperhatikan agar segera diganti bila basah sebab dapat
menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme. Kondisi lebih jauhadalah
munculnya gejala perubahan kesadaran, delirium atau perubahan perilaku yang sering
disalah tafsirkan oleh keluarga dan tenaga kesehatan sebagai perubahan kepribadian
atau stroke. Ditemukannya mikroorganisme di urin merupakan syarat untuk diagnosis
ISK. Disinilah permasalahan itu timbul. Pada geriatri seringkali ditemukan gejala ISK
tetapi kultur urinnya negatif. Sebaliknya, tak jarang pula tidak ada gejala tetapi
ditemukan leukosituria pada urin.

c. Pada diabetes mellitus


ISK lebih umum dan cenderung menjadi komplikasi pasien pada diabetes mellitus. Ada
2-5 kali lipat peningkatan insiden pyelonephritis akut pada pasien diabetes. Komplikasi
seperti pyelonephritis emfisematosa, renal dan perirenal abses lebih sering pada pasien
diabestes. Mortalitas dan resiko rawat inap pasien UTI tidak meningkat pada diabetes,
meskipun lama rawat inap mungkin lebih lama. Defek lokal urinary pada sekresi sitokin
dan peningkatan kepatuhan mikroorganisme pada sel uropetilial adalah mekanisme
potensial yang mungkin berkontribusi pada peningkatan prevalensi bakteriuria pada
pasien ini. Asimtomatik bakteriuria terjaid pada pasien diabetes wanita, yang
berhubungan dengan resiko diabetes tipe2. Mesikupun terap asimtomatik bakteriuria
dengan antimikroba tidak menunjukkan penurunan simptomatik ISK pyelonephritis atau
rawat inap pada ISK.

Meskipun bakteri resisten lebih sering ditemukan pada pasien ISK, terap empiric dengan
antibiotic untuk pasien diabetes dengan komplikasi ISK mirip dengan pasien non
diabetes. Pengecualian penting adalah infeksi staphylococcal tidak umum pada pasien
diabetes dan dapat menyebabkan sepsi traktus urinarius. Terapi TMP-SMX harus
dihindari jika memungkinkan karena memicu efek potensial hipoglikemik dari obat oral
hipoglikemik. Fluoroquinolonon aman dan efek (resisten rendah) pada terapi pasien
diabetes dengan komplikasi ISK.

d. Obat imunosupressan : Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk


menekan respon imun, sehingga mengkonsumsi obat obat imunosupressan dapat
menekan atau melemahkan sistem imun, ini tentu sangat berhubungan dengan
penyakit infeksi, sehingga mempermudah terjadinya infeksi pada tubuh kita karna
sistem imun kita yang lemah atau tidak bekerja dengan baik.
8. Pengobatan pada sistitis, Prostatitis, Urethritis, Pyelonephritis.
Pengobatan penyakit diatas memerlukan pengobatan dengan regimen sebagai berikut.
Penyakit Patogen Khas Keadaan yang Terapi impiris yang
memengaruhi dianjurkan
Sistitis Akut Non- Escherechia Coli, Tidak ada Regimen 3 hari, TMP-SMX,
Komplikata pada Staphylociccus TMP, Kuinolon Oral,
wanita Saprophyticus, Regimen 7 hari:
Proteus Mirabilis, nitrofurantoin
Klebsiella makrokristal
Pneumoniae
Diabetes, gejala >7 Pertimbangan regimen 7
hari, baru hari TMP-SMX, TMP,
mengalami ISK, Kuinolon oral
pemakaian
diafragma, Usia>
>65 tahun

Kehamilan Pertimbangkan regimen 7


hari: amoksisilin,
nitrofurantoin
makrokristal, sefpodoksim
proksetil, atau TMP-SMX
per oral
Pielonefritis E. Coli, P. Mirabillis, Penyakit ringan Kuinolon oral selama 10-
Akut Non- S. Saphrophyticus sampai sedang, 14 hari
Komplikata pad tanpa mual atau
awanita muntah; Terapi
rawat jalan

Penyakit berat atau Pemberian parenteral


kemungkinan kuinolon, gentamisin (
urosepsis: pasien ampisilin), seftriakson,
perlu dirawat inap atau aztreonam sampai
demam reda, lalu
kuinolon, sefalosporin,
atau TMP-SMX per oral
selama 14 hari

Klasifikasi Prostatitis dan uretritis


Klasifikasi Gambaran klinis Prostat EPS Etiologi Antibiotik
Prostatitis Awitan mendadak Nyeri, PMN, E. Coli, Fluroquinol
Bakteri Akut demam, menggigil, tegang, Bakteri Uropatogen lain on
disuria, urgensi lembab
Prostatitis ISK berulang, gejala Normal PMN, E. Coli, Fluroquinol
Bakteri obstruktif, nyeri Bakteri Uropatogen lain on
Kronik perineum
Uretritis Pemilihan pengobatanuntuk wanita dengan uretritis akut bergantung pada
etiologi, pada infeksi klamidia, perlu digunakan azitromisisn (1 g dosis
tunggal per oral) atau doksisiklin (100 mg peroral 2x sehari selama 7 hari)
Wanita dengan disuria dan frekuensi akut, biakan urin negatif, dan tanpa
piuria biasanya tidak berespon terhadap antimikroba
*EPS, Expressed prostatic secretion (Sekresi pemijatan prostat), UNG, Uretritis nongonokokal
Sumber: J. Larry Jameson., Joseph Loscaiso., 2014, Buku HARRISON, Nefrologi dan
Gangguan Asam-Basa, EGC; Jakarta

9. Penatalaksanaan :
Terapi antimikrobial yang intensif diikuti koreksi faktor resiko.
Asupan cairan yang banyak serta cuci setelah bersenggama diikuti terapi antimikroba
takaran tunggal.
Terapi anti mikroba jangka lama sampai 6 bulan

Sumber : Sudoy, A. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Inerna Publishing. Jakarta

10.
Penyakit Penyebab Tanda dan Gejala Pengobatan
Nefritis Infeksi bakteri Peradangan ginjal Biopsi ginjal, CT-
Streptococcus pada yang dimulai di scan, Tes urin dan
nefron yang glomerulus darah
menyerang saluran menyebar ke
kemih jaringan sekitarnya.
Radang ginjal yang
dapat menimbulkan
kerusakan jaringan
ginjal
Albuminuria Kekurangan protein, Urin penderita
penyakit ginjal dan mengandung
hati albumin, karena
terlalu banyak
albumin yang lolos
dari saringan ginjal
Diabetes Insipidus Diabetes insipidus Jumlah urin Pemberian hormon
secara umum dapat meningkat 20-30 kali ADH sintetik
disebabkan oleh karena kekurangan
karena beberapa hormon
faktor dari dalam antidiuretika
maupun luar tubuh,
yaitu;
-Hipotalamus
mengalami kelainan
fungsi dan
menghasilkan terlalu
sedikit hormon
antidiuretik
-Kelenjar hipofisa
gagal melepaskan
hormon antidiuretik
ke dalam aliran darah
-Kerusakan
hipotalamus atau
kelenjar hipofisa
akibat pembedahan
-Cedera otak
(terutama patah
tulang di dasar
tengkorak)
-Tumor
-Aneurisma atau
penyumbatan arteri
yang menuju ke otak
-Beberapa bentuk
ensefalitis atau
meningitis.

Sedangkan Diabetes
InsipidusNefrogenik
dapat disebabkan
oleh beberapa hal
yaitu;
-Penyakit ginjal
kronik; ginjal
polikistik, medullary
cystic disease,
pielonefritis,
obstruksi ureteral,
gagal ginjal akut.
-Gangguan elektrolit
-Obat-obatan;
amfoterisin B,
Demoksiklin,
Asetoheksamid,
Tolazamid, Loop
diuretik, dll.
-Penyakit sickle cell,
kehamilan, multiple
mieloma, serta
gangguan ginjal
Diabetes Melitus Gangguan Kadar gangguan Penyuntikan insulin
metabolisme glukosa pada urin secara rutin, pada
karbohidrat, lemak melebihi normal, orang dewasa diet
dan protein kekurangan hormon atau olahraga,
insulin pemberian obat
penurunan kadar
glukosa darah
Hematuria (kencing Peradangan ginjal, Urin penderita
darah) batu ginjal, kanker mengandung darah
kandung kemih.
Nefrolitiasis (batu Batu ginjal terbentuk Ada batu dalam Operasi
ginjal) karena konsentrasi ginjal pengangkatan batu
Ca, asam urat, ginjal
vitamin dll yang tinggi
Gagal ginjal Ketidakmampuan Zat yang seharusnya Cuci darah, cangkok
ginjal untuk dikeluarkan ginjal
menjalankan tertumpuk dalam
fungsinya darah
Gangren Kematian jaringan Terjadi di tangan Amputasi, mengatasi
lunak oleh gangguan dan kaki, terjadi infeksi; pemberian
pengaliran darah ke pada penderita antibiotik
jaringan diabetes melitus
Infeksi Saluran Kemih Bakteri (Eschericia Rasa panas atau Penyakit ISK bawah
coli), Jamur dan virus, nyeri ketika buang biasanya dilakukan
Infeksi ginjal, Prostat air kecil, rasa ingin penanganan dengan
hipertropi (urine sisa) sering buang air cara intake cairan
kecil, urin berbau lebih banyak,
busuk (mengandung pemberian obat
darah/ nanah dan antibiotik yang
terlihat keruh), rasa adekuat dan jika
sakit yang menetap memang dibutuhkan
di perut bagian terapi simptomatik
bawah. untuk alkalisasi urin

Sumber : Sudoyo A, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 5, Internal Publishing,
Jakarta.

11. Jelaskan pemeriksaan gold standar pada ISK?


Jawab:
a. Pemeriksaan penunjang
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur urin, serta
jumlah kuman/ mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan diagnosis ISK.
Pengambilan dan koleksi urin, suhu dan tehnik transportasi sampel urin harus sesuai
dengan protocol yang di anjurkan.
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedure tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Renal
imaging procedure untuk investigasi faktor predisposisi ISK termasuklah ultrasonografi
(USG), radiografi, ( foto polos perut,pielografi IV, micturating cytogram) dan isotop
scaning.

b. Pemeriksaan laboratorium
Urinalisis
1. Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk
penring terhadap dugaan ISK. Dinyatakan positif bila
terdapat >dari 5 leukosit/lapang pandang besar sedimen air
kemih. Adanya leukosit silinder pada sedimen urin
menunjukan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya
leukosuria tidak selalu menyatakanm adanya ISK, karena
dapat pula dijumpai pada inflamasi atau infeksi. Apabila di
dapat leukositosis yang bermakna perlu di lanjutkan dengan
pemeriksaan kultur.

2. Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya
ISK,yaitu apabila di jumpai 5-10eritrosit/ LPB sedimen urin.
Dapat juga di sebabkan oleh berbagai keadaan pathologis
seperti kerusakan glomerulus ginjal,ataupun sebab lainnya.
Bakteriologis
3. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar tanpa pewarnaan
gram. Dinyatakan positif apabila dijumpai 1 bakteri / lapang
pandang minyak imersi.
4. Biakan bakteri
Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila
ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan
kriteria cattell
o Wanita simptomatik
102 organisme koliform/ml urin plus piuria atau
adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun
pada urin yang diambil dengan cara aspirasi
suprapubik.
o Laki-laki simptomatik
>103 organisme pathogen urin
o Pasien simptomatik
105 organisme pathogen/ ml urin pada 2 contoh
urin berurutan
5. Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate.
Dasarnya dalah sebagaian besar mikroba kecuali
enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari
100.000- 1000.000 balteri.
6. Tes plat celup (dip-slide)
Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi
permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus di
celupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin.
Setelah itu lempeng dimasukan dalam tabung plastik
tempat penyimpanan sebula lalu dilakukan pengereman
semalaman pada suhu 37 C penentuan jumlah kuman/ml
dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada
lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang
memperhatikan keadaan kapadatan mkoloni yang sesuai
dengan jumlah kuman antara 1000- 10.000.000 dalam tiap
ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan murah dan
akurat.
Sumber: samirah, darwati, windarwati, hardjoeno.2014. jurnal bacterial pattern and its
sensitivity in patients suffering from urinary tract infection. Bagian pathlogi klinik FK UNHAS.
Makassar

Anda mungkin juga menyukai