Anda di halaman 1dari 45

Urinalisis

Case Report:
KETOASIDOSIS DIABETIK
PADA DIABETES MELITUS TIPE I
Kelompok 4 :
1. Haki Meizarah
(2141012113)
2. Anisa Herni Nofian
(2141012115)
3. Febryan Ilham Saputra
(2141012117)
4. Hikmah Purnama Azani
(2141012119)
Merupakan larutan kompleks :
 Air 95%
 bahan padat +/- 5%
 Organik : urea (1/2 bagian padat),
asam urat, kreatinin, dll
 Anorganik : nacl( + 1/2 substansi
anorganik) sulfat, fosfat, amonia,
dll
SAMPLING URIN

 Idea l: Urin pagi stlh dikumpulkan semalam dlm VU tanpa pengawet, mid stream.
 Mikrobiologi < 1 jam , lain2 < 2 jam
 Penundaan: simpan almari es (4-8°C)
PERSIAPAN PENDERITA
 RUTIN /kualitatif – semikuantitatif
○ PUASA 8 - 10 JAM
 KUANTITATIF :
○ 12 JAM
○ 2 4 JAM makan-minum secukupnya

 Aktivitas fisik tidak berlebihan


MACAM PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan Rutin
 Pemeriksaan yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dikerjakan pada setiap penderita tanpa indikasi
 Pemeriksaan Penyaring
 Pemeriksaan awal utk memperkirakan suatu penyakit/ menyingkirkan kemungkinan penyakit
tertentu
 Pemeriksaan Khusus
 Pemeriksaan berdasar indikasi utk menunjang diagnos penyakit tertentu
MACAM SAMPEL URIN
 Urin sewaktu ●Cara pengambilan:
 Urin Pagi I - Mid stream
 Urin Pagi II - Per Kateter
- Per pungsi suprapubik (pengambilan urine
 Urin post prandial
steril dari kandung kemih , anak <2 th)
 Urin tampung (12, 24 jam)
 Urin 3 gelas
 Residual urine
MACAM PEMERIKSAAN URIN

 Pemeriksaan makroskopis
 Pemeriksaan mikroskopis
 Pemeriksaan kimia
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URIN
Pemeriksaan Makroskopis Urin

● Volume  gelas ukur


● Warna – buih  visual
● Kejernihan  visual
● Bau  indera penciuman (hidung)
● BJ *  Urinometer, Refraktometer, Carik celup
● pH (keasaman)*  kertas indikator pH
Volume

- N : 800-1300 (600-2000) ml/hr


- Poliuri, poliuresis
- Fisiologis: Polidipsi, obat diuretik, nervous, kedinginan, minuman tertentu
- Patologis: DM, DI, GG, kerusakan tub ginjal
- Nokturi (> 400ml)
- Oliguri (< 500 ml/hr)
- Anuri (0 ml)
WARNA PENYEBAB
Kuning terang Polyuria, diabetes insipidus, Diabetes mellitus Warna
Kuning tua Concentrated specimen/ pagi pertama/ post exercise,
riboflavin
Kuning sawo/ coklat Dehydration from fever or burns

Kuning-Orange Bilirubin, Phenazopyridine, Nitrofurantoin, Phenindione

Yellow-green/brown Bilirubin oxidasi ( biliverdin )

Green Pseudomonas infection

Blue-green Amitriptyline, Methocarbamol, Indican

Pink RBC

Merah Hemoglobin, Myoglobin, Porphyrins, Rifamisi

Hitam / Brown RBCs oxidized to methemoglobin, Methemoglobin,


alkaptonuria, Argyrol (antiseptic), Methyldopa or levodopa,
Metronidazole N : kuning
muda - tua
Kejernihan

 N: Jernih
 Keruh setelah didiamkan:
- amorf fosfat, perkembang biakan bakteri
 Keruh sejak dikemihkan:
- Nanah: peradangan (mikros: epitel >>, sdp >>)
- Kilus: filariasis (bendungan aliran limfe)
- Darah
Bau
 N: bau khas, lunak
 Tidak patologis : makanan, obat2an
 Patologis:
Bau Penyebab
Ammonia-like Urea-splitting bac te ria
Foul / busuk Old specimen, pus/ inflamasi
Sweet Glucose
Fruity Ketones
Berat jenis
o BJ  rendah persisten  gangguan fungsi reabsorbsi
tubulus.
o Fungsi ginjal normal, BJ sewaktu  1.003 - 1.030
o Variasi tergantung penguapan, pemasukkan cairan
o Nilai rujukan untuk urine pagi  1.015 – 1.025
o Pembatasan minum selama 12 jam normal > 1.022,
& selama 24 jam ≥1.026.
o Cara memeriksa BJ :
o Urinometer Kontrol dengan
o Refraktometer aquadest/cairan B.J
diketahui
o Carik celup
pH Urin

ASAM ALKALI
o Range : 1. Emphysema 1. Hyperventilation
 maximal range: 4,5 – 8,0 2. Diabetes mellitus 2. Renal tubular acidosis
3. Kelaparan / starvation 3. Vegetarian diet
o Pagi : 5,0 – 6,0 4. Dehydration 4. Produk bacteria urease
o Random : 4,5 – 8,0 5. Diarrhea 5. Old specimens
6. Produk bacteria asam
o Penyebab U rine – Asam / (Escherichia coli)
Alkalis dapat dilihat pada 7. Diet tinggi protein
tabel  8. Medications: methenamine
mandelate [Mandelamine],
fosfomycin tromethamine)
PEMERIKSAAN KIMIA URIN
Pemeriksaan Kimia

Urin Dipstik

Glucose

Bilirubin

Ketones

Specific Gravity
Blood

pH

Protein
Urobilinogen
Nitrite
Leukocyte Esterase
Hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan dipstik
 Volume, waktu reaksi & pembacaan harus tepat
 Cahaya ruangan pembacaan
 Kemampuan staf berbeda utk membaca
 Warna intrinsik urin
 Kesalahan pelaporan hasil
 Sampel urin diperiksa kurang dari 1 jam
 Perbedaan nilai pada dipstik
Keton
Dapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang tidak terkontrol, dan pecandu alkohol.
Terjadi pada :

Gangguan kondisi metabolik seperti: diabetes mellitus, ginjal

Glikosuria,

Peningkatan kondisi metabolik seperti: hipertiroidism, demam, kehamilan dan menyusui

malnutrisi, diet kaya lemak
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS URIN
Prosedure Pemeriksaan
1. Sampel urin dihomogenkan
2. Pindahkan ke dalam tabung sentrifuge
3. Sentrifuge Rotor swing-out  kecepatan relatif rendah  1500 - 2000 rpm / 5 menit.
4. TAHAP I :
○ lensa obyektif 10X / lapang pandang lemah (LPL/lpk) / low power field (LPF)
○ identifikasi benda besar  silinder dan kristal
5. TAHAP II :
○ lensa obyektif 40X / lapang pandang kuat (LPK/lpb) atau high power field (HPF)
○ identifikasi lebih kecil  eritrosit,lekosit, epitel, ragi, bakteri, Tric homonas,
sperma.
Mikroskopis
● Sel : Eritrosit, Leukosit, epitel
● Kristal
● Silinder
● Mikroorganisme
● Spermatozoon
● Lain2
Sedimen

● Tes ini memberikan gambaran adanya infeksi saluran kemih, batu ginjal atau saluran

kemih, nefritis, keganasan atau penyakit hati.


● Tidak ada tipe urin cast tertentu yang patognomonik bagi gangguan penyakit ginjal

yang khusus, walaupun terdapat cast sel darah cast sel darah putih. Sedimen urin

dapat normal pada kondisi preginjal atau postginjal dengan minimal atau tanpa

proteinuria.
Sedimen urin Nilai normal
Cell cast Negatif

White cell cast 0-5/hpf

RBC 0-3/hpf

Epitel 0-2/hpf

Bakteri < 2/hpf atau 1000/mL

Kristal Negatif
Pemeriksaan Urine Nilai Normal
Glucose Negatif
Billirubin Negatif
Keton < 5 mg/dl
Berat Jenis  1,001-1,035
Ph  4,6 – 8,0
Protein < 30 mg/dl
Urobilinogen < 1,0 EU/dl
Nitrit Negatif
Blood Negatif
Leukosit Negatif
Sedimen  
Sel epitel Negatif
Leukosit < 5 LPB
Eritrosit < 5 LPB
Silinder, Kristal dan Bakteri Negatif
CASE REPORT
Pendahuluan
1. Ketoasidosis Diabetik
● Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai
oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin
absolut atau relatif.
● KAD merupakan keadaan akhir pada kelainan metabolik akibat defisiensi insulin berat.
● Kejadian KAD pada anak dengan diabetes awitan baru sekitar 20-40%

2. Penyebab dan Faktor Pemicu KAD


● Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan lemak
untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan
terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita
koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi
perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit
diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung,
stroke, dan sebagainya.
Pendahuluan

● KAD juga dapat terjadi akibat gangguan efektivitas kerja insulin, misalnya pada keadaan
stres, ketika terjadi sekresi hormon counterregulatory yang menghambat kerja insulin.
● Faktor-faktor pemicu yang paling umum dalam permbangan ketoasidosis diabetik (KAD)
adalah infeksi, infark miokard, trauma, ataupun keilangan insulin.
● Semua gangguan gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD)
adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan insulin

3. Penatalaksaan KAD
Þ Penatalaksanaan ketoasidosis diabetik pada pasien diberikan sesuai protokol IDAI.
Tatalaksana untuk pasien terdiri dari terapi cairan, insulin, dan elektrolit. Kebutuhan cairan
untuk pasien pada kasus ini, sesuai dengan protokol IDAI, yaitu 20 cc/kgBB untuk satu jam
pertama, dilanjutkan dengan rumatan. Insulin diberikan juga masih dalam batas sesuai
protokol, yaitu 2-4 U/jam.
Case Report: KETOASIDOSIS DIABETIK PADA DIABETES MELITUS TIPE I

ILUSTRASI KASUS

Seorang anak perempuan, 14 tahun 3 bulan, berat badan 40 kg, datang ke instalasi gawat

darurat dengan keluhan utamalemas yang memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah

sakit. Pasien mengalami penurunan berat badan 5 kg dalam 1 bulan, banyak minum, dan

banyak berkemih. Riwayat penyakit dahulu dan keluarga diabetes disangkal. Pasien tampak

sakit berat, tampak sesak, pernapasan Kussmaul, kesadaran apatis, pemeriksaan fisis lain

dalam batas normal. Leukosit 24.800/mm3; gula darah sewaktu (GDS) 1.228 mg/dL; pH

7,139; HCO34,6 mmol/L; Keton urin +2; HbA1C>15,0. Pasien didiagnosis sebagai KAD pada

DM tipe 1.
SOAP

1. Subjektif
● Keluhan: lemas yang semakin memberat sejak satu minggu, nafsu
makan menurun karena mulutnya terasa pahit, nyeri perut di ulu hati,
mual, muntah berisi cairan bening sebanyak dua kali, berat badan turun
5 kg dalam sebulan, banyak minum, banyak BAK terutama di malam
hari, demam.
2. Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : tampak sakit berat
• Kesadaran : GCS E3M5V4=12 (Apatis)
• Tekanan darah : 100/60 mmHg => 90-120/50-80 (Normal)
● Frekuensi nadi : 100x/menit => 60-100x/menit (Normal)
● Frekuensi nafas : 30x/menit => 12-20x/menit (Abnormal)
● Suhu : 36,7 oC
● Berat badan : 40 kg
● Tinggi badan : 156 cm
● Mata : pupil bulat, isokor, RCL (+/+), RTCL (+/+),
konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
● Mulut : oral hygiene baik, mukosa basah
● Leher : kaku kuduk (-), tiroid dan KGB tidak teraba pembesaran
● Paru : vesikular +/+, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
● Jantung : bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)
b. Pemeriksaan Laboratorium

Normal
Normal
Normal
Tinggi
Normal
Tinggi
Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedikit Tinggi
Normal
Sedikit Tinggi
Tinggi

Rendah-Normal
Rendah
Rendah-Normal
Rendah
Normal
Tinggi
Rendah
Nilai Normal
0,1-1,8 mg/Dl Normal
Negatif Abnormal
1,001-1,035 Normal
Negatif Normal
Negatif Abnormal
Negatif Normal
4,5-8,5 Normal
Negatif Abnormal
Negatif Abnormal
Negatif Abnormal
Kuning Normal
Jernih
Negatif Normal
0-5 Normal
< 4-5 Abnormal
Negatif Normal
Normal
Negatif
Normal
Negatif
DIAGNOSIS TATALAKSANA YANG DIBERIKAN

Dari hasil anamnesis dan • Tata laksana yang diberikan antara lain :
pemeriksaan laboratorium yang 1. loading NaCl 0,9% 800 cc dalam 1 jam,
dilakukan pasien didiagnosis dilanjutkan rumatan 3800 cc /48 jam.
sebagai ketoasidosis diabetik pada 2. Selain itu, juga diberikan O2nasal kanul 3
diabetes melitus tipe 1.
lpm, reguler insulin 4 IU/jam
3. drip IV, RI 10 IU SC untuk koreksi
tambahan,
4. dan sefotaksim 3x1g.
3. Assesment
• Pasien tidak diberikan koreksi karena diharapkan asupan oral
mencukupi. Hal ini tidak sesuai dengan protokol yang ternyata pasien
selama perawatan mengalami hipokalemia.
• Belum dilakukan pemantauan terapi terhadap keberhasilan terapi dari
segi ketosis, kadar gula darah dan tanda-tanda kondisi lainnya.
• Penggunaan antibiotik pada pasien masih perlu ditinjau ulang
4. Plan
● Disarankan kepada dokter untuk menambahkan kalium resusitasi, dengan dosis 5
mEq/kgBB/hari, dengan konsentrasi 20-40 mEq/L
● Setelah pemeriksaan kadar natrium terkoreksi, ternyata pasien tidak memerlukan koreksi
(pemberian NaCl 0,45%) dan hanya membutuhkan cairan normal saline (NaCl 0,9%)
● Pemakaian ringer laktat sudah tepat untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
hiperkloremia yang umumnya terjadi pada pemakaian normal saline
● Penggunan insulin sudah tepat karena masih dalam batas sesuai protokol, yaitu 2-4 U/jam
● Disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur bakteri pada pasien sehingga diketahui
penyebab peningkatan kadar leukosit. Antibiotika diberikan sesuai dengan indikasi,terutama
terhadap faktor pencetus terjadinya KAD. Jika faktor pencetus infeksi belum dapat
ditemukan,maka antibiotika yang dipilih adalah antibiotika spektrum luas.
5. Monitoring
• Lakukan monitoring terhadap kadar keton, kadar gula dan elektrolit pada pasien
• Lakukan monitoring terhadap tanda-tanda bahaya kondisi pasien, seperti:
dehidrasi berat dan renjatan, asidosis berat dan serum K yang rendah,
hipernatremia, hiponatremia, serta penurunan kesadaran saat pemberian terapi
yang menunjukkan adanya edema serebri.
• Monitoring efek samping terapi yang dapat memperburuk kondisi pasien
• Monitoring keberhasilan terapi pasien
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai