Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN BACAAN

TOPIK 2
Pendahuluan: Pengertian, Sejarah, Kedudukan, Fungsi, Peran, dan Ragam Bahasa

OLEH:

KELOMPOK : 10

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. TIARA LA ROSA 1811011015


2. DINI BAKARTINISA G 1811011021
3. WANDA SABILA AZUKRUF 1811011039
4. INDRI AULIA REZTI 1811011047
5. YOLANDA ZAZNA 1811012013

KELAS : BAHASA INDONESIA 112

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan bacaan yang berjudul “Pengertian, Sejarah,
Kedudukan, Fungsi, Peran, dan Ragam Bahasa”. Tujuan penulisan laporan bacaan ini untuk
memenuhi tugas pertama mata kuliah Bahasa Indonesia.

Dalam penulisan laporan ini, penulis merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan bacaan ini, khususnya kepada Ibu
Prof. Dr. Nadra, M.S., sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Bahasa Indonesia.

Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penulis menyadari


bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima adanya kritik
dan saran yang membangun dari pihak manapun demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Padang, 9 September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Selain sebagai alat komunikasi
juga sebagai lambang identitas suatu bangsa. Bahasa di Negara kita, yang digunakan sehari-
hari adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sangatlah penting
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi antar warga
yang satu dengan yang lain. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa nasional
Indonesia yang mana setiap warga wajib mengetahuinya dan Bahasa Indonesia juga
merupakan bahasa persatuan Negara kita.
Sejarah perjalanan Bahasa Indonesia melewati pengembaraan yang panjang. Bahasa
Indonesia yang mulanya berasal dari bahasa melayu yang merupakan bahasa terbesar kelima
di dunia ini diangkat menjadi bahasa nasional dan bahasa negara. Bahasa Indonesia
merupakan satu-satunya bahasa nasional sekaligus bahasa negara yang secara sah dengan
pasal 36 Bab XV Undang-Undang Dasar 1945 dan Ikrar Sumpah Pemuda yang diakui
penggunaannya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan
kebangsaan; lambang identitas nasional; alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku
bangsa di indonesia dengan berbagai latar belakang sosial budaya; dan alat perubungan
antardaerah dan antarbudaya. Sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai
bahasa resmi kenegaraan; bahasa pengantar di lembaga lembaga pendidikan; alat perubungan
pada tingkat nasional serta kepentingan pemerintahan; dan alat pengembangan kebudayan,
ilmu pengetauan dan teknologi. (Samsuri, 2012)
Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat,
perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan. Data terakhir menunjukkan
setidaknya 52 negara asing telah membuka program Bahasa Indonesia (Indonesian
Languange Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meningkat setelah terbentuk
Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999.
Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin besar pula. Berbagai peluang Bahasa
Indonesia dalam era globalisasi ini antara lain adanya dukungan luas dari berbagai pihak,
termasuk peran media massa. Sementara itu, tantangannya dapat dikategorikan atas dua, yaitu
tantangan internal dan tantang eksternal, baik liguistis maupun non linguistis.
Tantangan internal linguistis berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata,
pembentukan kata, dan struktur kalimat. Tantangan eksternal linguistis datang dari pengaruh
negatif bahasa asing (terutama bahasa Inggris) berupa masuknya kosakata tanpa proses
pembentukan istilah dan penggunaan struktur kalimat baasa Inggris. Sementara itu, tantangan
internal nonlinguistis berupa sikap negatif, tak acuh, dan sinis sebagian pemakai Bahasa
Indonesia. Tantangan eksternal nonlinguistis berupa kurangnya penghargaan pemerintah,
lembaga negara, dan lembaga profit terhadap kualitas atau kemahiran bahasa Indonesia.
(Muslich, 2010)
Berdasarkan pembahasan tersebut yang menjadi dasar penulis sehingga tertarik untuk
membahas serta mengkaji lebih dalam tentang “Pengertian, Sejarah, Kedudukan, Fungsi,
Peran, dan Ragam Bahasa”. Oleh karena itu marilah kita membahas dan membaca secara
cermat isi dari laporan bacaan kelompok 10 ini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka penulis mendapatkan beberapa Rumusan
Masalah yaitu:
1. Apa Pengertian Bahasa?
2. Bagaimana sejarah Bahasa?
3. Bagaimana Kedudukan Bahasa?
4. Bagaimana Fungsi Bahasa?
5. Apa peran Bahasa?
6. Apa ragam Bahasa?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Bahasa.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Bahasa.
3. Untuk Mengetahui Kedudukan Bahasa.
4. Untuk Mengetahui Fungsi Bahasa.
5. Untuk Mengetahui Peran Bahasa.
6. Untuk Mengetahui Ragam Bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa


Pengertian bahasa adalah sistem komunikasi manusia yang dinyatakan
melalui susunan suara atau ungkapan tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan yang
lebih besar, seperti morfem, kata, dan kalimat. (Alwi, dkk, 2003)
Sedangkan dalam perspektif Linguistik Sistemik Fungsional (LSF),
bahasa adalah bentuk semiotika sosial yang sedang melakukan pekerjaan di dalam suatu
konteks situasi dan konteks kultural, yang digunakan baik secara lisan maupun secara tulis.
Dalam perspektif LSF tersebut, bahasa dipandang sebagai suatu konstruksi yang dibentuk
melalui fungsi dan sistem secara simultan.(Alwi, dkk, 2003)

2.2 Sejarah Bahasa


2.2.1 Sejarah Bahasa Secara Umum
Asal mula bahasa pada spesies manusia telah menjadi topik perdebatan para
ahli selama beberapa abad. Walaupun begitu, tidak ada kesepakatan umum mengenai kapan
dan umur bahasa manusia secara pasti. Salah satu permasalahan yang membuat topik ini
sangat sulit dikaji adalah kurangnya bukti langsung. (Cangelosi, dkk, 2002)
Akibatnya, para ahli yang ingin meneliti asal mula bahasa harus menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti lain seperti catatan-catatan fosil atau bukti-bukti arkeologis,
keberagamanan bahasa kontemporer, kajian akuisisi bahasa, dan perbandingan antara bahasa
manusia dengan sistem komunikasi hewan, terutama sistem komunikasi primata lain. Secara
umum ada kesepakatan bahwa asal mula bahasa manusia berkaitan erat dengan asal usul
perilaku manusia modern, namun terdapat perbedaan pendapat mengenai implikasi-implikasi
dan keterarahan hubungan keduanya. (Cangelosi, dkk, 2002)
 Menurut Cangelosi dkk; 2002 menyatakan spekulasi awal mengenai bahasa
menurut beberapa para ahli =
- Saya tidak dapat meragukan bahwa bahasa berasal dari imitasi dan modifikasi, dibantu oleh
isyarat dan gerakan, terhadap berbagai suara alam, suara binatang lainnya, dan teriakan
naluriah manusia sendiri.(Darwin, 1871).
- Pada tahun 1861, ahli sejarah bahasa Max Müller menerbitkan daftar teori asal mula bahasa
yang spekulatif:
 Bow-wow. Teori bow-wow atau cuckoo, yang Muller kaitkan dengan filsuf Jerman
Johann Gottfried Herder, menganggap kata-kata bermula sebagai imitasi dari teriakan
hewan-hewan liar atau burung.
 Pooh-pooh. Teori Pooh-Pooh menganggap kata-kata pertama sebagai teriakan dan
kata seru emosional yang dipicu oleh rasa sakit, senang, terkejut, dan lainnya.
 Ding-dong. Müller menyarankan apa yang dia sebut dengan teori Ding-Dong, yang
menyatakan bahwa semua mahluk memiliki sebuah getaran resonansi alami, yang
digemakan oleh manusia dalam perkataan awalnya dengan suatu cara.
 Yo-he-ho. Teoriyo-he-ho meyakini bahasa muncul dari kegiatan kerja sama yang
teratur dan usaha untuk menyinkronisasi otot, sehingga menghasilkan suatu suara
yang 'menghela' bergantian seperti ho.
 Ta-ta. Teori ini tidak ada dalam daftar Max Müller, tapi diajukan oleh Sir Richard
Paget pada tahun 1930. Menurut teori ta-ta, manusia membuat perkataan pertama
dengan menggerakan lidah yang meniru gerakan manual, membuatnya terdengar
bersuara.
Banyak ilmuwan saat ini menganggap semua teori tersebut tidak sepenuhnya salah
karena kadang-kadang memberikan ilham; namun, teori-teori ini dianggap naif secara
komikal dan tidak relevan. Masalah dalam teori-teori tersebut adalah sifatnya yang sangat
mekanistik. Teori-teori tersebut mengasumsikan bahwa sekali leluhur kita menyadari
kejeniusan mekanisme untuk menghubungkan suara dengan makna, bahasa secara otomatis
berkembang dan berubah. (Cangelosi, dkk , 2002)

2.2.2 Sejarah Bahasa Indonesia


Sejarah Singkat Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia berasal dari bahasa
melayu termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia yang telah digunakan sebagai lingua
franca di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk
informalnya (Alek,dkk. 2010:8).
Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah melayu pasar.
Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan efektif, dengan toleransi kesalahan
sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan
para penggunanya. (Alek,dkk. 2010)
Selain Melayu pasar terdapat pula istilah Melayu Tinggi. Pada masa lalu
Melayu tinggi digunakan kalangan keluarga krajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa.
Bentuk bahasa ini lebih sulit kerana penggunaanya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak
seekspresif bahasa Melayu pasar. Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan
Melayu pasar mengancam keberadaan bahasa dan
budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa Melayu tinggi, di
antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu tinggi oleh Balai Pustaka.
Tetapi bahasa Melayu pasar sudah terlanjur diambil oleh banyak pedagang yang melewati
Indonesia. (Alek,dkk. 2010)
Bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang dan tumbuh terus.
Pada waktu akhir-akhir ini perkembangannya itu menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa
ini telah menjelma menjadi bahasa moderen, yang kaya akan kosakata dan mantap dalam
strukturnya. (Halim, 1976)
Pada tanggal 28 oktober 1928, para pemuda dan pelajar mengikrarkan
Sumpah Pemuda. Naskah Putusan Kongres Pemuda tahun 1928 itu berisi tiga butir kebulatan
tekad sebagai berikut:
- Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia.
- Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bahasa Indonesia.
- Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjujung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
(Halim, 1976)
Berdasarkan putusan kongres pemuda di atas tergambar begitu tingginya
Nasionalisme kaum muda dan pelajar pada masa itu untuk mengangkat derajat dan martabat
bahasa Indonesia di Nusantara, tanpa paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun. Kaum
muda dan pelajar begitu bekobarnya semangat memperjuangkan kemerdekaan dan
pengakuan bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia di mata dunia.(Yusuf, 1980)
Berdasarkan penjelassan di atas kita kaum muda dan pelajar masa kini tinggal
melanjutkan perjuangan untuk kedepanya. Kaum muda dan pelajar harus mampu memupuk
jiwa nasionalisme terhadap bahasa Indonesia, bersemangat untuk mengembangkan dan
melestarikan agar bahasa yang selama ini diperjuangkan keberadaanya tidak rusak apa lagi
hilang tergerus zaman dan masa. Kita harus mampu menyesejajarkan bahasa Indonesia dalam
barisan bahasa Internasional yang lainya, tidak boleh kalah dengan bahasa asing yang selama
ini terus masuk dan di agung-agungkan. Kaum muda dan pelajar NKRI harus bersatu dengan
tekad 28 Oktober 1928 untuk terus menjaga bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
(Yusuf, 1980)
2.3 Kedudukan Bahasa
Kedudukan Bahasa Indonesia Dasar Jiwa Nasionalisme. Bahasa Indonesia
mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah
Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia”. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional; kedudukanya berada di atas bahasa-bahasa daerah. ( Puar, 1980 )
Menurut (Arifin,dkk. 2010:12) Bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai
bahasa negara, hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum
pasal khusus (Bab XV, pasal 36). Jadi dapat disimpulkan jika kedudukan bahasa Indonesia
adalah bahasa nasional dan bahasa negara. Hal ini yang selama ini tidak diketahui oleh semua
kaum muda dan pelajar, dimana bahasa Indonesia begitu fital di Negara Kesatuan Republik
Indonesia ini. (Arifin,dkk, 2010)
Bahasa Indonesia menjadi jantung dari bangsa Indonesia yang sudah menjadi
keharusan sebagai generasi penerus untuk menjaga dan mengembangkanya.Dalam
kedudukanya bahasa Indonesia harus benar-benar dipahami oleh semua kalangan terutama
kaum muda dan pelajar, agar jiwa patriotisme dan nasionalisme mereka terus terjaga, hal ini
berkenaan dengan keadaan saat ini yang semangkin hari semangkin krisis akan jiwa
nasionalisme tersebut. Kaum muda dan pelajar lebih bangga akan bahasa asing, seperti
bahasa Inggris, Mandarin, Arab dan lainya, yang menyampingkan bahasa nasional dan negara
kita, hal ini karena bahasa Indonesia adalah bahasa Ibu yang mudah untuk dipahami dan tidak
memerlukan belajar khusus. (Mustaqillah, 2014)
Dalam kenyataanyan masih banyak kaum muda dan pelajar yang tidak tahu bahsa
Indonesia yang baik dan benar, mulai dari tingkatan pendidikan dasar sampai dengan
tingkatan perguruan tinggi, hal ini sesuai dengan kenyataan yang pernah diteliti oleh salah
satu mahasiswa yang pernah penulis bimbing. Dari hasil penelitian tentang kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar mengajar terlihat jika sebagian besar pelajar
tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, mereka lebih sering
menggunakan bahasa daerah dengan campuran bahasa asing yang sudah jelas merusak
tatanan kebahasaan yang telah dibakukan di Indonesia. (Mustaqillah, 2014)
Selain itu pendidik dalam hal ini Guru dalam kegiatan belajar mengajar juga masih
banyak yang tidak menggunakan bahasa Indonesia secara efektif, hal ini juga berpengaruh
terhadap pola pikir pelajar, sehinggamereka tidak terbiasa untuk menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, dimana tujuan akhir akan mengarah pada tidak
terjaganyakedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dengan baik di mata kaum muda dan
pelajar.(Mustaqillah, 2014)

2.4 Fungsi Bahasa


2.4.1 Fungsi Bahasa secara Umum
Secara umum, dalam kehidupan masyarakat, bahasa punya fungsi utama
sebagai alat komunikasi. Namun, bahasa juga bisa memiliki sejumlah fungsi lainnya.
(Halim, 1976)
 Berikut macam-macam fungsi bahasa secara umum di kehidupan masyarakat:
1. Bahasa sebagai alat ekspresi diri
Sejak kecil, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana mengungkapkan
dan mengekspresikan diri pada orang tua.Di tahap permulaan tumbuh-kembang,
bahasa anak-anak berkembang sebagai alat untuk ekspresi diri.(Halim, 1976)

2. Bahasa sebagai alat komunikasi


Sebagai alat komunikasi, bahasa dipakai buat menyampaikan maksud tertentu
agar bisa dipahami orang lain.(Halim, 1976)
Perbedaan fungsi bahasa jadi alat ekspresi diri dan sarana komunikasi ada pada
tujuannya. Yang pertama sekadar untuk mengespresikan diri agar diketahui oleh
orang lain.(Halim, 1976)
Adapun saat berkomunikasi, penggunaan bahasa disesuaikan dengan orang
yang diajak bicara, dengan tujuan supaya maksud dari dari bahasa mudah
tersampaikan.(Halim, 1976)

3. Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial


Saat beradaptasi di lingkungan sosial baru, setiap orang akan memilih bahasa
yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Hal ini agar ia mudah
beradaptasi dan terintegrasi dengan lingkungan sosial tersebut.(Halim, 1976)

4. Bahasa sebagai alat kontrol sosial


Sebagai alat kontrol sosial, bahasa bisa sangat efektif. Kontrol sosial dengan
memakai bahasa bisa diterapkan pada individu ataupun masyarakat.(Halim, 1976)
2.4.2 Fungsi Bahasa Indonesia Dasar Jiwa Nasionalisme.
Menurut buku Arifin (2010:12) kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional memiliki fungsi, diantaranya:
a. Lambang Kebanggaan Kebangsaan
Di dalam fungsinya sebagai Lambang Kebangaan Kebangsaan, bahasa
Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Atas
dasar kebangaan ini, bahasa Indonesia harus terus dijaga, pelihara dan kembangkan serta rasa
kebanggan pemakainya senantiasa kita bina.(Arifin,2010)
b. Lambang Indentitas Nasional
Bahasa Indonesia fungsinya sebagai Indentitas Nasional, yang mengarah
pada penghargaan terhadap bahasa Indonesia selain bendera dan lambang negara. Di dalam
fungsinya bahasa Indonesia tentulah harus memiliki indentitasnya sendiri, sehingga serasi
dengan lambang kebangsaan yang lain. Bahasa Indonesia memiliki indentitasnya hanya
apabila masyarakat pemakainya terutama kaum muda dan pelajar membina dan
mengembangkanya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa
lain.(Arifin,2010)
c. Alat Perhubungan Antarwarga,
Antardaerah, AntarbudayaBahasa Indonesia memiliki peranan yang fital
dimasyarakat umum dan nasional. Berkat adanya bahasa Indonesia masyarakat dapat
berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat
perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikawatirkan. (Arifin,2010)
Masyarakat dapat berpergian ke seluruh plosok tanah air dengan hanya
memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.(Arifin,2010)
d. Alat Pemersatu Suku Budaya dan Bahasanya.
Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu suku, budaya dan bahasa
maksudnya, bahasa Indonesia memungkinkan keserasian di antara suku-suku, budaya dan
bahasa di Nusantara, tanpa harus menghilangkan indentitas kesukuan dan kesetiaan kepada
nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa
daerah yang bersangkutan. (Arifin,2010)
Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu masyarakat dapat meletakkan kepentingan
nasional jauh di atas kepentinggan daerah atau golongan.(Arifin,2010)
2.4.3 Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara memiliki fungsi diantaranya:
a. Bahasa Resmi Kenegaraan
Maksud dari Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahwa
bahasa Indonesia dipakai di dalam kegiatan-kegiatan resmi kenegaraan seperti upacara,
peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan.
(Yusuf, 1980)
Salah satu kegiatan tersebut adalah penulisan dokumen dan putusan-putusan serta
surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainya, serta
pidato-pidato kenegaraan. (Yusuf, 1980)
b. Bahasa Pengatar dalam Pendidikan
Bahasa Indonesia memiliki fungsi fital di dunia pendidikan di nusantara ini,
mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali
pada daerah-daerah tertentu yang masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa
pengantarnya seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali dan Makasar, akan tetapi
hanya sampai tahun ke tiga pendidikan Sekolah Dasar. (Yusuf, 1980)
c. Alat Perhubungan pada Tingkat Nasional
Dalam hal ini bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi
timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan
antardaerah, dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat
yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya. (Yusuf, 1980)
d. Alat Pegembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa
sehingga bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri dan indentitasnya sendiri, yang membedakanya
dengan kebudayaan daerah. (Yusuf, 1980)

2.5 Peran Bahasa


Peran bahasa Indonesia yang saat ini sangat terasa adalah sebagai unsur
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Peran bahasa
adalah menjadi jembatan antara komunikasi dan juga pemikiran dari tiap-tiap perusahaan
atau individu yang bergerak mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
(Mustaqillah,2014)
Tentunya peran bahasa Indonesia dalam hal ini cukup penting. Kemajuan
teknologi informasi juga tak lepas dari peran bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Hampir
disetiap media informasi baik cetak maupun digital semuanya menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar agar lebih mudah untuk diterima. (Mustaqillah,2014)
Peran Bahasa Indonesia juga dirasakan di segala aspek kehidupan
bermasyarakat. Dalam hal komunikasi, selain menggunakan bahasa daerah, tentunya bahasa
Indonesia juga tetap digunakan. Komunikasi antarmasyarakat yang lebih luas tentunya
membutuhkan bahasa yang lebih umum dan di situlah peran bahasa Indonesia sebagai media
penghubung antar masyarakat di Indonesia. (Mustaqillah,2014)

2.6 Ragam Bahasa


Ragam bahasa indonesia merupakan variasi bahasa menurut pemakaian yang
berbeda-beda sesuai topik yang dibicarakan, seperti hubungan pembicara, kawan bicara, serta
orang yang dibicarakan. Ragam bahasa indonesia dibagi menjadi 8 yaitu :
a). Ragam Lisan
Ragam lisan yaitu bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap dengan fonem
sebagai unsur dasar.
a. Ciri-ciri ragam lisan yaitu :
1. Ragam lisan harus ada orang yang kedua
2. Terdapat unsur fungsi grametikal, seperti subyek, predikat, dan obyektidak
selalu ditanyakan.
Contoh :
Orang yang berbelanja dipasar.
“Bu, berapa harga cabenya ?”
“Tiga Puluh”
“Bisa kurang ?”
“Dua lima saja, nak “
3. Sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Apa yang dibicarakan
pada ruang kuliah hanya berarti pada waktu itu saja.
4. Ragam dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara.
(Widjono,2007)

b.Contoh kalimat ragam lisan :


1. penggunaan kata
a. kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni
b. bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu
c. fotocopy ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi
2. penggunaan kosakata
a. pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang
diterima
b. mereka lagi bikin denat buat pameran entar.
c. mereka sudah kasih tau saya tentang hal itu(Widjono,2007)

b). Ragam Tulis


Ragam tulis merupakan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
pengguananaan bentuk kata :
1. kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
2. saya memberi tahu tentang hal itu.(Widjono,2007)

c). Ragam Baku


Ragam baku ialah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar
warga masyarakat sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
dalam pengunaanya.
Contoh :
1. Budi menjadi atlet nasional
2. Agung memiliki penilaian yang amat detail.(Widjono,2007)

d.) Ragam Tidak Baku


Ragam tidak baku ialah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai dengan
ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Contoh :
1. Ia memiliki penilaian subyektif termasuk permasalahan tersebut
2. Ia jarang sekali terlihat beraktifitas(Widjono,2007)

e.) Ragam Baku Tulis


Ragam baku tulis ialah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku
pelajaran atau buku ilmiah.
Contoh :
1. Sumur itu digali dengan alat-alat modern
2. Dia sedang sakit karena itu dia tidak ikut bertanding
3. Pendiriannya selalu berubah oleh sebab itu aku jadi bingung(Widjono,2007)

f). Ragam Baku Lisan


Ragam baku lisan ialah ragam yang bergantung kepada besar atau kecilnya
ragam daerah yang terdengar dalam ucapannya.
Contoh :
1. Sumur itu digali menggunakan alat modern
2. Rombongan tamu negara sebentar lagi tiba
3. Aku bingung karena pendirian dia suka berubah(Widjono,2007)

g). Ragam Sosial


Ragam sosial ialah ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya
didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam
masyarakat.(Widjono,2007)

h). Ragam Fungsional


Ragam fungsional ialah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi,
lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. (Widjono,2007)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahasa merupakan sistem komunikasi manusia yang dibentuk melalui fungsi dan sistem
secara simultan. Bahasa Indonesia merupakan jantung dan identitas dari bangsa
Indonesia yang perlu dijaga dan dikembangkan oleh generasi penerus. Bahasa memiliki
banyak fungsi dan peran, namun fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi
dan mengekspresikan diri. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakaian
yang berbeda-beda sesuai topik yang dibicarakan

3.2 Saran

Informasi mengenai bahasa, apalagi Bahasa Indonesia hendaknya lebih disorot oleh
kalangan pemuda pemudi di Indonesia agar Bahasa Indonesia sebagai jantung dan
identitas Indonesia bisa tetap berkembang dan terjaga sampai ke generasi penerus.
DAFTAR PUSTAKA

Alek, dkk. 2008. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.

Alwi, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, dkk. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: AKAPRESS.

Cangelosi, A., A. Greco, and Harnad, S. 2002. "Symbol grounding and the symbolic theft
hypothesis." Simulating the Evolution of Language, edited by A. Cangelosi and D.
Parisi. London: Springer.

Halim, Amran (Ed). 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1 dan 2. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.

Muslich, Masnur. 2010. Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi: Kedudukan, Fungsi,
Pembinaan, dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara

Muttaqillah, Ahmad. 2014. Bahasaku Bahasa Indonesia. Tangerang selatan : CV.


Wafi media tama

Samsuri, Andi. 2012. Pencendikiaan Bahasa Indonesia dari Zaman Sumpah Pemuda
Hingga Pasca Orde Reformasi. Makassar: Alauddin University Pers

Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan di PT. Jakarta: Grasindo.

Yusuf A. 1980. Setengah Abad Bahasa Indonesia. Jakarta: Idayus

Anda mungkin juga menyukai