Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Astigmatisme merupakan kelainan refraksi mata, di mana terdapat variasi
derajat refraksi pada bermacam-macam meridian, sehingga sinar yang sejajar pada
mata itu tidak difokuskan pada satu titik. Pembiasan sinar pada mata astigmat
tidak sama pada semua bidang atau meridian.1,2
Kisaran 95% individu memilki astigmatisme. 15% dengan astigmatisme
diatas 1 D, sedangkan 2% dengan astigmatisme berat diatas 3 D. Berdasarkan
penelitian di Amerika pada Archives of Ophthalmology, terdapat 3 dari 10 anak
pada usia antara 5 sampai 17 tahun yang mengalami astigmat. Prevalensi
astigmatisme pada usia kurang dari 30 tahun lebih banyak dari yang berusia di
atas 30 tahun, dan kejadian ini ditemukan lebih banyak di Asia di banding etnis
Kaukasia.3,4
Secara garis besar terdapat astigmatisme regular dan irreguler.
Astigmatisme regular terbagi menjadi astigmatisme miopikus simpleks,
astigmatisme miopikus kompositus, astigmatisme hipermetropikus simpleks,
astigmatisme hipermetropikus kompositus, dan astigmatisme mikstus yang
masing-masing dapat with the rule dan against the rule, berdasarkan daya bias
terkuatnya. Kelainan ini biasanya akibat anomali pada kornea atau lensa. 2,3,5
Koreksi biasanya tetap diawali dengan pemeriksaan visus. Selain itu
dilakukan tes fogging dengan kipas untuk mendeteksi astigmatisme atau dengan
keratometri untuk menentukan kelengkungan kornea bila letak kelainan terdapat
pada kornea. Pemeriksaan dapat pula dengan oftalmoskop atau retinoskop.
Astigmatisme biasanya terjadi bersamaan dengan myopia atau hipermetropia
sehingga koreksi refraksi dikombinasi antara lensa sferis dengan silindris.2,5
Umumnya setiap orang memiliki astigmatisme ringan, sehingga perlunya
pengetahuan mengenai astigmatisme menjadi penting, agar dapat mengkoreksi
kelainan refraksi dengan tepat dan menghasilkan tajam penglihatan normal.
Diharapkan telaah ilmiah kali ini dapat menambah pengetahuan yang ada

1
sehingga membantu dalam mengenali gejala astigmatisme, pemeriksaan serta
penatalaksanaannya.2

1.2. Tujuan
Tujuan penulisan telaah ilmiah ini antara lain untuk menambah
pengetahuan mengenai pemeriksaan dan dapat menegakkan diagnosis suatu
astigmatisme secara tepat dan benar.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi


Diperlukan suatu sistem optik untuk memasukkan sinar atau bayangan
benda ke dalam mata. Bola mata mempunyai panjang kira-kira 2 cm. Sinar
difokuskan ke dalam bintik kuning dengan kekuatan 60 D, yang pada mata normal
didapatkan dari kornea 80% (40 D) dan lensa 20 % (20D).5

Gambar 1. Anatomi bola mata. (Dikutip dari www.google.com)

A. Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding
dengan kristal sebuah jam tangan kecil.
Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus. Lekuk melingkar pada persambungan
ini disebut sulkus skleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di
tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya 11,5 mm.2,5
Komponen mata ini merupakan bagian anterior mata yang harus dilalui
cahaya dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Pembiasan cahaya

3
terutama terjadi di permukaan anterior kornea. Perubahan bentuk dan kejernihan
kornea dapat segera mengganggu pembentukan bayangan di retina. Oleh karena
itu, kelainan sekecil apapun yang terjadi di kornea dapat menimbulkan gangguan
penglihatan yang hebat, terutama bila letaknya di daerah pupil. Kornea
mempunyai indeks bias 1.33. Kelengkungan kornea mempunyai kekuatan sebagai
lensa hingga 40 D.2,5
Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-
beda, antara lain:
a. Lapisan epitel
Lapisan ini mempunyai lima atau enam lapis sel skuamosa yang tersusun
sangat rapih dan merupakan kelanjutan dari epitel konjungtiva bulbi. Kornea
superficial mendapatkan oksigen dari atmosfer.2,5
b. Lapisan Bowman
Lapisan Bowman merupakan modifikasi jaringan stroma yang bersifat
jernih aseluler serta mempunyai sedikit daya tahan sehingga mudah sekali dirusak
dan tak dapat dibentuk kembali.. Lapisan ini terletak di bawah epitel dan terdiri
dari lamel-lamel sel atau nukleus.2,5

c. Stroma
Terdiri dari jaringan yang tersusun sejajar dan sangat rapih sehingga
kornea menjadi jernih. Komponennya yaitu semen, badan-badan kornea, leukosit
dan wandering cells yang terdapat di dalam lakuna, di antara serat-serat tersebut.
Stroma kornea mencakup sekitar 90% ketebalan kornea. Bagian ini tersusun dari
lamela fibril-fibril kolagen yang saling menjalin dengan lebar sekitar 1 m.
Lamela terletak di dalam suatu zat dasar proteoglikan hidrat bersama dengan
keratosit yang menghasilkan kolagen dan zat dasar, serta berjalan sejajar dengan
permukaan kornea dan secara optik menjadi jernih karena ukuran dan
periodisitasnya.2,5
d. Membran Descemet
Sebuah membran kompak yang elastik dan jernih dibanding membran
Bowman. Terlihat amorf pada pemeriksaan mikroskop elektron dan merupakan

4
membran basalis dari endotel kornea. Lapisan ini lebih resisten terhadap trauma
dan proses patologik lainnya dibandingkan dengan bagian-bagian lain dari kornea
sehingga bila stroma rusak oleh ulkus, maka membran descemet masih dapat
bertahan. Akibat tekanan intraokuler maka akan timbul penonjolan yang disebut
descemetocele. Bentuknya berupa barcak berwarna hitam yang disebut juga mata
lalat. Descemet dibentuk oleh endotel, akibatnya bila terdapat kerusakan dapat
melakukan perbaikan. Di perifer membran decscemet, terbentuk meshwork di
sudut bilik mata dan dinamakan ligamentum pektinatum.5
e. Endotel
Terdiri dari satu lapis sel gepeng yang meliputi bagian posterior membran
Descemet, membungkus meshwork dan melapisi iris. Di dalam stroma kornea
bagian pinggir, terdapat kanalis Schlemm yang menampung cairan bilik mata,
yang dikeluarkan dari sudut bilik mata depan, melalui trabekula ke kanalis
Schlemm. Kemudian melalui saluran kolektor ke pleksus vena di jaringan sklera
dan episklera.5
Kornea sendiri tidak megandung pembuluh darah, tetapi di limbus terdapat
lengkungan pembuluh darah yang berasal dari A. Siliaris anterior yang merupakan
kapiler halus. Karena itu, adanya pembuluh darah di kornea, terisi maupun
kosong, merupakan suatu keadaan patologis. Kornea mendapatkan makanan
dengan difusi air mata, pembuluh-pembuluh di limbus dan cairan bilik mata
depan, yang meliputi permukaan posterior kornea.5
Permeabilitas kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang merupakan
membran semipermeabel. Keadaan kedua lapisan sangat penting dalam
mempertahankan kejernihan kornea. Bila terdapat kerusakan epitel dan endotel,
maka air dapat masuk ke dalam kornea dan menyebabkan edema sehingga terjadi
kekeruhan kornea, yang menyebabkan gangguan tajam penglihatan. Di dalam
jaringan kornea terdapat banyak sekali serabut saraf yang berasal dari serat saraf
siliaris di limbus, yang memberikan cabang-cabang halusnya menembus membran
Bowman dan berakhir sebagai ujung yang lepas di epitel. Saraf-saraf sensorik
kornea didapat dari percabangan pertama (oftalmika) nervus kranialis V
(trigeminus).1,5

5
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Transparasi kornea disebabkan strukturnya yang
seragam, avaskularisasi, dan desturgensi. Desturgesens atau keadaan dehidrasi
relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel
dan oleh fungsi sawar epitel.1
Endotel lebih penting dibandingkan epitel dalam mekanisme dehidrasi.
Cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat dari cedera pada epitel.
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat
pada stroma kornea yang kemudian menghilang bila sel-sel epitel telah
beregenerasi.1

B. Iris
Iris atau selaput pelangi memiliki pigmen dan memberi warna pada mata
seperti warna biru, coklat atau hitam serta berfungsi menghalangi sinar yang
masuk ke dalam mata. Iris juga mengatur jumlah sinar yang masuk ke dalam pupil
melalui besarnya pupil.2,5

C. Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang terletak pada sentral iris. Seluruh sinar
yang masuk melalui pupil, diserap sempurna oleh jaringan dalam mata. Bila tidak
ada sinar yang keluar melalui pupil, maka pupil akan berwarna hitam.
Seperti diafragma kamera, ukuran pupil dapat mengatur jumlah sinar yang masuk
melalui refleks mengecil atau membesar.2,5
Pada tepi pupil terdapat M. Sfingter pupil yang bila berkontraksi akan
mengecilkan pupil (miosis) dan terjadi bila melihat dekat, merasa silau, dan pada
saat berakomodasi. Secara radier terdapat M. Dilator pupil yang bila berkontraksi
akan membesarkan pupil (midriasis). Fungsi pupil dalam sistem optik untuk
mencegah aberasi kromatis dan aberasi sferis lainnya. Refleks pupil tergantung
rangsangan pada makula yang sangat sensitif.2,5

6
D. Badan Siliar
Badan siliar merupakan bagian terbesar dari uvea anterior yang berfungsi
dalam akomodasi dan menghasilkan cairan mata. Komponen ini terdiri pars plika
dengan 70-80 jonjot yang menghasilkan cairan bilik mata dan pars plana yang
memipih ke belakang menuju ora serata retina. Mesoderm badan siliar
membentuk otot, pembuluh darah dan stroma badan siliar. Di dalam badan siliar
didapatkan otot akomodasi dan pengatur besar ruang intratrabekula melalui insersi
otot pada sceral spur.2,5

E. Lensa
Pada manusia, lensa mata berbentuk bikonveks, avaskuler, tembus
pandang dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm. Ke depan berhubungan dengan
cairan bilik mata dan ke belakang berhubungan dengan badan kaca.
Digantung pada prosesus siliaris oleh zonula zinni (ligamentum suspensorium
lentis) yang melekat pada ekuator lensa. Permukaan posterior lebih cembung
dibandingkan permukaan anterior.2,5
Lensa diliputi kapsula lentis yang bekerja sebagai membran
semipermeabel yang dilewati air dan elektrolit untuk makanannya. Di bagian
anterior terdapat epitel subkapsuler sampai ekuator. Substansi lensa terdiri dari
nukleus dan korteks yang terbentuk dari lamel-lamel panjang dan konsentris.
Serat-serat ini saling berhubungan di anterior. Tiap serat mengandung inti yang
pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator, berhubungan dengan
epitel subkapsuler. Dengan bertambahnya umur, nukleus membesar dan
keseluruhan lensa menjadi lebih keras dan kurang kenyal.1,2,5
Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya di retina. Agar hal ini
tercapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang
datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi
yang dapat dicapai dengan mengubah lengkung lensa terutama kurvatura anterior.
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa, lensa lebih
padat dan bagian posterior lebih konveks. Pada sklerosis lensa bagian sentral,
dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung perlahan-lahan sampai

7
dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat, di mana nukleus menjadi lebih
besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua, lensa menjadi lebih besar,
gepeng, berwarna kekuning-kuningan, kurang jernih dan terlihat sebagai gray
reflex atau senile reflex yang sering disangka katarak. Karena proses sklerosis ini,
lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya berkurang.
Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40
tahun. Indeks bias lensa 1.41.1,2,5

E. Retina
Retina merupakan lapisan mata sebelah dalam dan berfungsi untuk
meneruskan rangsangan yang diterima berupa bayangan benda sebagai
rangsangan elektrik ke otak sebagai bayangan yang dikenal. Retina mengandung 6
juta sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar dan 120 juta sel batang yang
mengenal ada atau tidaknya sinar. Sel kerucut dan batang meneruskan sinar ke
saraf optik dan selanjutnya ke korteks serebri.5

F. Saraf Optik
Saraf optik meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks visual
untuk dikenali bayangannya.2

2.2. Astigmatisme
Astigmatisme merupakan kelainan refraksi mata, dimana didapatkan
bermacam-macam derajat refraksi atau variasi kurvatura atau kelengkungan pada
kornea atau lensa pada bermacam-macam meridian, sehingga sinar yang sejajar
pada mata itu tidak difokuskan pada satu titik. Pada astigmatisme, pembiasan
sinar tidak sama pada semua bidang atau meridian.1,2
Kisaran 95% individu memilki astigmatisme. 15% dengan astigmatisme
diatas 1 D, sedangkan 2% dengan astigmatisme berat diatas 3 D. Prevalensi
astigmatisme pada usia kurang dari 30 tahun lebih banyak dari yang berusia di
atas 30 tahun, dan kejadian ini ditemukan lebih banyak di Asia di banding etnis
Kaukasia.3,6

8
Berdasarkan penelitian di Amerika pada Archives of Ophthalmology,
terdapat 3 dari 10 anak pada usia antara 5 sampai 17 tahun yang mengalami
astigmat. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan di Brazil, ditemukan 34%
pelajar memiliki astigmatisme. Prevalensi astigmat pada remaja di Bangladesh
berkisar 32,4% .3

2.3. Etiologi
Astigmatisme biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir. Pada
anak-anak, astigmat berubah dengan cepat dan bila terdapat pada usia 6 bulan
akan hilang sama sekali. Pada usia pertengahan kornea menjadi sferis kembali
sehingga terbentuk astigmat.5,7-9
Pada umumnya penyebab astigmatisma berasal dari kornea dan lensa.
a. Kornea
Kelainan di kornea berupa perubahan kelengkungan dengan atau tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter anterior-posterior bola mata. Merupakan
kelainan kongenital atau akuisita, akibat kecelakaan, peradangan kornea atau
operasi yang meghasilkan jaringan parut pada kornea. Jahitan yang terlalu kuat
pada bedah mata, dapat mengakibatkan perubahan permukaan kornea. Bila
dilakukan pengencangan dan pengendoran jahitan pada kornea maka dapat terjadi
astigmat akibat adanya perubahan kelengkungan kornea.5
Adanya astigmatisme di kornea dapat diperiksa dengan tes placido, terlihat
gambaran di kornea tidak teratur. Kelainan kornea merupakan penyebab utama
(90%) dari astigmatisme.5,9
b. Lensa
Kelainan di lensa berupa kekeruhan lensa, biasanya katarak insipient atau
imatur. Kelainan visus tidak dapat diatasi dengan lensa karena menunggu saatnya
tiba untuk operasi lensa. Kelainan lensa terjadi pada 10% penderita astigmatisme.5

2.4 Klasifikasi
Secara garis besar, astigmatisme diklasifikasikan menjadi :
a. Astigmatisme regular

9
Jenis astigmatisme di mana meridian mata mempunyai titik fokus
tersendiri yang letaknya teratur. Meskipun setiap meridian memiiki daya bias
tersendiri, tetapi perbedaan itu teratur, dari meridian dengan daya bias yang
terlemah kemudian membesar sampai meridian dengan daya bias terkuat. Bentuk
lensa seperti bola rugby. 2,5,7,8,11
Meridian dengan daya bias terlemah (minimal) tegak lurus terhadap
meridian dengan daya bias terkuat (maksimal) sehingga terdapat meridian vertikal
dan horizontal. Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meridian 90, maka
daya bias terlemahnya berada pada meridian 180. Jika daya bias terkuat berada
pada meridian 45, maka daya bias terlemah berada pada meridian 135.
Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa silindris yang tepat, dapat
menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai adanya
kelainan penglihatan lain.2,5,7,8
Berdasarkan hal tersebut, maka astigmatisme regular dibagi menjadi dua,
yaitu:
- Astigmatisme with the rule (direct)
Terjadi bila meridian vertikal mempunyai daya bias lebih besar dari
horizontal. Pada astigmatisme ini, koreksi dilakukan dengan silinder negatif
dengan sumbu horizontal atau 45 hingga -45 derajat.
Keadaan ini sering didapatkan pada anak atau orang muda akibat perkembangan
normal dari serabut-serabut kornea. Astigmatisme jenis ini merupakan bentuk
astigmat tersering.2,5
- Astigmatisme against the rule (inverse)
Terjadi bila meridian horizontal mempunyai daya bias lebih besar
dibandingkan meridian vertikal. Kelainan ini dikoreksi dengan silinder negatif dan
dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan silinder positif
sumbu horizontal (30-150 derajat). Astigmatisme ini sering ditemukan pada usia
lanjut.

10
Gambar 2. Derajat pada kornea (dikutip dari www.optiknisna.com)
Sedangkan berdasarkan letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme
regular dibagi menjadi:
-
Astigmatisme miopia simpleks
Pada astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik
B berada tepat pada retina. Contoh koreksi dengan lensa C-2.00 900.7

Gambar 3. Pembiasan sinar pada astigmatisme miopikus simpleks (dikutip dari


www.optiknisna.com)

-
Astigmatisme hipermetropia simpleks
Pada astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan
titik B berada di belakang retina. Contoh koreksi dengan lensa C+2.00 450.

11
Gambar 4. Pembiasan sinar pada astigmatisme hipermetropikus simpleks
(dikutip dari www.optiknisna.com)

-
Astigmatisme miopia kompositus
Pada astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik
B berada di antara titik A dan retina. Contoh koreksi dengan lensa S-1.50 C-1.00
600.

Gambar 5. Pembiasan sinar pada astigmatisme miopikus kompositus (dikutip


dari www.optiknisna.com)

-
Astigmatisme hipermetropia kompositus
Pada astigmatisme ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A
di antara titik B dan retina. Contoh koreksi dengan lensa S+3.00 C+2.00 300.

12
Gambar 6. Pembiasan sinar pada astigmatisme hipermetropikus kompositus
(dikutip dari www.optiknisna.com)

-
Astigmatisme mikstus
Pada astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik
B berada di belakang retina. Contoh koreksi dengan lensa S+2.00 C-5.00 1800.

Gambar 7. Pembiasan sinar pada astigmatisme mikstus


(dikutip dari www.optiknisna.com)

Bayangan yang terjadi pada astigmat regular dengan bentuk yang teratur
dapat berbentuk garis, lonjong, atau lingkaran.7
b. Astigmatisme ireguler
Astigmatisme ini tidak mempunyai 2 meridian yang saling tegak lurus.
Perbedaan refraksi tidak hanya pada meridian yang berbeda tapi juga terdapat
bagian berbeda pada meridian yang sama, sehingga bayangan menjadi ireguler.2,4

13
Astigmatisme ireguler terjadi akibat ketidakteraturan kontur permukaan
kornea atau lensa, seperti pada infeksi kornea, trauma, keratektasia, distrofi,
kelainan pembiasan atau adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bola
mata atau pun lensa mata, misalnya pada katarak stadium awal. Pada astigmatisme
ireguler, pemeriksaan plasidoskopi terdapat gambaran yang ireguler.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dapat seperti pada astigmatisme yang lainnya.
Namun untuk mendapatkan perhitungan yang tepat secara klinis, dapat
menggunakan corneal topographer dan wavefront aberrometer. Bila memiliki
keireguleran yang sangat tinggi, maka bentuk lensa tidak lagi seperti bola rugby,
dapat berbentuk aspherical, coma, atau trefoil. 2,4,11
Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau
lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak memberikan hasil
akhir berupa tajam penglihatan normal. Jika astigmatisme irregular hanya
disebabkan ketidakteraturan kontur permukaan kornea, koreksi optimal masih
dapat dilakukan, yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku (hard contact lens)
atau dengan tindakan operasi (LASIK, keratotomi). Lensa kontak keras digunakan
bila epitel tidak rapuh atau dengan lensa kontak lunak bila disebabkan infeksi,
trauma dan distrofi untuk memberikan efek permukaan yang regular.7,8
c. Astigmatisme oblik
Merupakan jenis astigmatisme dengan meredian utama kedua bola
matanya cenderung searah dan sama sama memiliki deviasi lebih dari 20
terhadap meredian horizontal atau vertikal (bersifat simetris). Misalnya, kanan C -
0,50 55 dan kiri C -0,75 55; OD sumbu atau axis = 600, OS sumbu atau axis
= 1200. Keluhan biasanya sakit kepala akibat efek pseudostereopsis dan
perubahan bentuk bayangan benda. Keluhan ini akan hilang dengan lensa kontak.2

2.4. Diagnosis
Pada mata normal, permukaan kornea yang melengkung teratur akan
memfokuskan sinar pada satu titik.
Pada astigmat, pembiasan sinar tidak difokuskan pada satu titik atau
dibiaskan tidak sama pada semua arah sehingga tidak didapatkan titik fokus

14
pembiasan di retina. Sebagian sinar dapat terfokus pada bagian depan retina
sedang sebagian sinar lain difokuskan di belakang retina sehingga penglihatan
akan terganggu.2,7
Walaupun astigmatisme ringan terkadang bersifat asimtomatik, sebagian
besar astigmatisme memberikan keluhan:
- Melihat jauh kabur, sedangkan melihat dekat lebih baik
- Melihat ganda dengan satu atau kedua mata
- Melihat benda bulat menjadi lonjong
- Penglihatan kabur untuk penglihatan jauh ataupun dekat
- Bentuk benda yang dilihat berubah
- Berusaha mengecilkan celah kelopak
- Sakit kepala
- Mata tegang, pegal dan lelah
- Pada astigmat tinggi (4-8D) yang selalu melihat kabur sering
mengakibatkan ambliopia.2,9
Astigmatisme juga dapat ditegakkan dengan langkah-langkah
pemeriksaan, antara lain:
- Terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan Snellen
Chart, Logmar, E Chart, atau Symbol.
- Periksa kelainan refraksi myopia atau hipermetropia yang dimulai dengan
lensa S atau S+ sampai visus tercapai sebaik-baiknya.
- Tentukan tajam penglihatan. Bila tidak ada kemajuan visus pada pemberian
lensa sferis, baru diberikan lensa fogging untuk menghilangkan akomodasi.
Kemudian dengan pemberian lensa C untuk menentukan fokus di dekat
retina. Terakhir baru diberikan lensa S -, bila visusnya belum dapat
dikoreksi sempurna.
Teknik fogging yaitu dengan meminta penderita melihat gambaran kipas
dan ditanya manakah garis yang paling jelas terlihat. Garis ini sesuai dengan
meridian yang paling ametrop, yang harus dikoreksi dengan lensa silinder
dengan aksis tegak lurus pada derajat bidang meridian tersebut.

15
- Pengukuran kelengkungan setiap meridian kornea dilakukan dengan
keratometri. Teknik ini biasanya dilakukan pada pemasangan lensa kontak,
pengukuran lensa tanam dan tindakan bedah refraktif. Pada keratometri
terdapat bentuk:
With the rule, meridian kornea vertikal lebih lengkung, sedang meridian
horizontal lebih datar.
Against the rule, meridian horizontal lebih lengkung.
Dilakukan dengan mengingat Hukum Javal dalam melakukan koreksi
astigmat, yaitu dengan cara:
Berikan kaca mata koreksi pada silinder astigmatisme with the rule
dengan silinder minus sumbu 180 derajat, hasil keratometri yang
ditemukan, dikurangi dengan 0,5 D.
Berikan hasil kaca mata koreksi pada astigmatisme against the rule
dengan silinder minus sumbu 90 derajat. Hasil yang ditemukan dengan
keratometri ditambah dengan 0,5 D.2,8,9
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Pemeriksaan silinder silang
Lensa silinder silang dibentuk oleh dua lensa silinder yang sama, tapi
dengan kekuatan berlawanan dan diletakkan dengan sumbu saling tegak lurus
(silinder silang Jackson) sehingga e kivalen sferisnya menjadi nol. Biasanya lensa
silindris silang terdiri atas 2 lensa silinder yang menjadi satu. Dapat terdiri atas
silinder 0.25 (- 0.50) dan silinder + 0.25 (+ 0.50) yang sumbunya saling tegak
lurus. Lensa ini dipergunakan untuk:
- melihat koreksi silinder yang telah dilakukan pada kelainan astigmat pasien.
Pada mata ini dipasang silinder silang yang sumbunya sejajar dengan sumbu
koreksi. Bila sumbu lensa silinder silang diputar 900, ditanyakan apakah
penglihatan membaik atau mengurang. Bila membaik berarti pada
kedudukan kedua lensa silinder mengakibatkan perbaikan penglihatan. Bila
silinder itu dalam kedudukan lensa silinder positif maka untuk koreksi
pasien diperlukan pemasangan tambahan lensa silinder positif. Keadaan ini
dapat sebaliknya.

16
- Untuk melihat apakah sumbu lensa silinder pada koreksi yang telah
diberikan sudah sesuai.
Pada keadaan ini dipasang lensa silinder silang dengan sumbu 450 terhadap
sumbu silinder koreksi yang telah dipasang. Kemudian lensa silinder silang
ini sumbunya diputar cepat 900.
Bila pasien tidak melihat perbedaan perubahan tajam penglihatan pada
kedua kedudukan ini berarti sumbu lensa koreksi yang dipakai sudah sesuai. Bila
pada satu kedudukan lensa silinder silang ini terlihat lebih jelas maka silinder
positif dari lensa koreksi diputar mendekati sumbu lensa silinder positif lensa
silinder silang (dan sebaliknya). Kemudian dilakukan sampai tercapai titik netral
atau tidak terdapat perbedaan.2
b. Oftalmoskopi
Pada astigmatisme yang ringan, tak menimbulkan perubahan pada
gambaran fundus. Pada derajat yang tinggi, papil tampak lonjong dengan aksis
yang panjang sesuai dengan aksis dari lensa silinder yang mengoreksinya. 5
c. Retinoskopi
Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Sebagian besar
retinoskopi menggunakan sistem proyeksi streak yang dikembangkan oleh
Copeland dan sisanya oleh Welch-alynn. Retinoskopi dapat menentukan secara
objektif kelainan refraksi sferosilindris, seperti astigmatisme regular atau ireguler,
serta menentukan kepadatan dan keiregulerannya. 2,5,10,12
Retinoskopi sebaiknya dilakukan pada keadaan mata relaksasi. Pasien
melihat ke suatu benda pada jarak tertentu yang diperkirakan tidak membutuhkan
daya akomodasi. Dengan alat ini mata disinari dan penilaian dilakukan terhadap
refleks retinoskopi, antara lain kecepatan, kecerahan, dan luasnya. Kelainan
refraksi yang tinggi memilki refleks yang lambat, lebih buram, dan lebih sempit,
begitu pula sebaliknya. Refleks pada kelainan refraksi diimbangi dengan lensa
koreksi, yang dapat langsung menentukan kelainan refraksi pasien. 2,5,10,12
Pada astigmatisme, ketika retinoskop digerakkan maju mundur, kita hanya
dapat menentukan kekuatan pada satu aksis. Jika digerakkan kiri ke kanan
(dengan oreintasi streak 900), maka kita dapat menentukan kekuatan optik pada

17
1800, yang disediakan oleh lensa silinder aksis 900. Oleh karena itu, aksis yang
paling nyaman yang digunakan pada retinoskopi streak, sejajar dengan aksis yang
digunakan pada lensa koreksi. Pada astigmatisme with the rule, dinetralisir dua
refleks, satu dari masing-masing meridian.12
Untuk menentukan kekuatan aksis yamg dinilai antara lain:
- Keretakan
Hal ini terlihat bila retinoskop streak tidak sejajar dengan salah satu
meridian. Orientasi dari streak reflek pada pupil tidak sama dengan yang
diproyeksikan, garisnya terputus atau retak. Keretakan ini tak terlihat (garisnya
tampak menyambung) ketika streak dirotasikan ke aksis yang benar dan lensa
silinder koreksi telah diletakkan pada aksis tersebut.
- Lebar
Terlihat lebarnya bervariasi bila streak digerakkan disekitar koreksi aksis
dan sempit ketika streak sejajar dengan aksis koreksi.
- Intensitas
Intensitas garis menjadi lebih terang bila streak berada pada aksis yang
benar.
- Kemiringan
Kemiringan (gerakan oblik reflek streak) dapat digunakan untuk
menentukan aksis pada silinder yang kecil.12
Singkatnya, dengan retinoskopi didapatkan refleks yang bergerak kearah
yang sama dengan retinoskopi di kedua meridian. Tetapi pada meridian yang satu,
bayangannya lebih terang dan geraknya lebih cepat. Ini menunjukkan adanya
astigmatisme.2,5,10

Gambar 8. Astigmatisme dengan retinoskop (Dikutip dari www.google.com)

18
2.5 Penatalaksanaan
Astigmatisme dapat dikoreksi dengan kaca mata, lensa kontak, atau
pembedahan. Lensa kontak keras secara temporer dapat membentuk ulang mata
(orthokeratologi) dan dapat direkomendasikan untuk pemakaian sehari-hari.
Kaca mata dan lensa kontak memiliki variasi kurvatura konveks dan konkaf atau
keduanya untuk mengimbangi distorsi mata.4,7-9
Astigmatic (incisional) keratotomy telah digunakan untuk individu dengan
astigmatisme berat atau tidak bisa mentoleransi kaca mata atau lensa kontak.
Astigmatic atau keratotomy radial (RK) yaitu membuat insisi kecil yang
menyilang aksis terbesar pada lengkung kornea untuk mendatarkan bentuknya.
Tetapi tindakan ini menimbulkan komplikasi myopia yang progresif.4,7-9
Teknik pembedahan merupakan terapi yang banyak dipilih saat ini. Terdiri
dari pemotongan tipis dan membentuk flap pada kornea, mengangkat flap dan
membentuk ulang bagian bawah kornea dengan laser (Laser Assisted In-Situ
Keratomileus atau LASIK). Flap dipindahkan untuk melindungi dan mempercepat
penyembuhan mata. Pilihan kedua yaitu fotorefraktif keratotomi (PRK) dengan
prosedur flap yang sama. Pada PRK, lapisan luar kornea dipotong atau dibuang
dengan alkohol dalam persiapan untuk membentuk ulang mata dengan laser.4,7-9
Teknik pembedahan astigmatisme sering dikombinasikan dengan koreksi
myopia atau hipermetropia. Koreksi astigmatisme dapat ditingkatkan dengan
mengembangkan teknologi pengukuran kurvatura ireguler dengan tepat. 4,7-9

2.6. Prognosis
Individu dengan astigmatisme, keadaannya tidak akan berubah setelah usia
25 tahun. Pada beberapa kasus yang berat, astigmatisme tidak dapat dikoreksi
penuh.
Astigmatisme yang disebabkan oleh parut dan gangguan pada kornea tidak dapat
dikoreksi dengan kaca mata tapi dapat dengan lensa kontak keras atau
pembedahan. Keratotomi astigmatisme atau keratotomi insisi memberikan hasil
yang bervariasi.4,8,9

19
Teknik pembedahan seperti LASIK menurunkan tingkat kejadian
astigmatisme. Pasien yang diterapi dengan LASIK atau PRK memberikan hasil
yang baik dengan sangat sedikit efek samping. Beberapa hanya mengalami sensasi
benda asing atau kekeringan pada mata, sedangkan beberapa lainnya mengalami
fotofobia, melihat halo, starburst, dan berkurangnya penglihatan pada malam
hari.4,8,9
Komplikasi seperti parut pada kornea merupakan kejadian yang jarang tapi
dapat menyebabkan gangguan visus. Lebih dari satu aksis yang harus dikoreksi
pada mata yang sama, sulit bahkan tidak mungkin dilakukan koreksi penuh.
Pemakaian lensa kontak dapat meningkatkan aberasi kornea.4,8,9

20
BAB III
KESIMPULAN

Astigmatisme merupakan salah satu kelainan refraksi, di mana terdapat


variasi derajat refraksi pada bermacam-macam meridian sehingga sinar yang
sejajar pada mata itu tidak difokuskan pada satu titik. Kelainan ini terdapat pada
hampir 95% individu di dunia walaupun sebagian besar merupakan astigmatisme
ringan yang dapat dikoreksi hingga menghasilkan penglihatan yang normal.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan subjektif
seperti tes kipas dan lensa coba hingga pemeriksaan objektif seperti oftalmoskop,
keratometri dan retinoskop yang tidak membutuhkan keterlibatan aktif pasien
dalam pemeriksaannya. Sehingga pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien
anak-anak atau pasien yang tidak dapat membaca.
Berbagai macam astigmatisme menyebabkan penatalaksanaan yang
sebaiknya dilakukan bervariasi pula, tergantung berat ringannya. Untuk kelainan
astigmatisme sederhana dengan kombinasi miopi atau hipermetropi dapat
dikoreksi dengan kaca mata atau lensa kontak. Namun pada astigmatisme berat
atau ireguler, lebih baik ditatalaksana dengan astigmatic keratotomy, pembedahan
dengan LASIK atau PRK. Efek samping berupa sensasi benda asing hingga parut
kornea yang memberikan gangguan penglihatan. Koreksi pada astigmatisme berat,
hanya dapat memberikan penglihatan yang terbaik meskipun tidak sampai normal.

21

Anda mungkin juga menyukai