Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aswayi Puspitasari

Kelas : XII IPS F


No. Absen : 03
Arin dan Mimpinya

Arin berasal dari keluarga yang cukup harmonis yang terdiri dari ayah, ibu dan
dengan 2 anak perempuan mereka yaitu Arin dan Raty. Karena keterbatasan dana,
sejak SMP Arin sudah bersekolah jauh dari orang tuanya. Dia tinggal bersama saudara
dikeluarga ibunya. Sering kali ia merasa ingin bersekolah bersama keluarga, ibu, ayah
dan 1 adiknya.
Aku sangat merindukanmu bu, rasanya aku tidak krasan jika jauh dari kalian,
kata Arin dengan sedih.
Sudahlah Rin, yang penting kamu tetep semangat, meskipun jauh dari
keluarga, kan ini juga demi kebaikanmu, ibu mencoba menyemangati.
Baiklah bu, Arin akan berusaha membuat diri Arin merasa nyaman dengan
semua ini, kata Arin. Tapi sayangnya ia sudah terlanjur meminta kepada orang tuanya
untuk tinggal dan bersekolah dengan bibinya yang tinggal sangat jauh dari tempatnya
berada.
Hari demi hari Arin lalui dengan penuh semangat, ditempatnya sekolah dia
memiliki banyak teman karena Arin temasuk anak yang mudah bergaul, dia ramah
sehingga teman temannya menyukainya. Meskipun demikian tapi Arin masih merasa
rindu dengan keluarganya. Setiap akhir pekan Arin selalu mengunjungi keluarganya di
Trenggalek, untuk sekedar menghilangkan rasa kangen dengan Ayah, ibu dan adiknya.
Pada suatu hari saat Arin berkunjung kerumahnya Ibu Arin berkata,
Rin, kenapa kamu sering pulang? kata ibunya.
Arin menjawab dengan tersedu, Bu, sebenarnya Arin tidak krasan tinggal
bersama bibi. Arin rindu rumah.
Ya Ampun Rin, kamu sudah besar, jangan manja seperti anak kecil, bentak
ayah.
Benar Rin, kamu harus belajar mandiri jauh dari kami, jangan menyusahkan
bibimu, tambah ibu. Arin hanya bisa terdiam dia tidak bisa berbicara karena air
matanya keluar semakin deras.
Rin, yang meminta kamu sekolah bersama bibimu itu kan permintaan kamu,
kami tidak memaksamu, jadi kamu harus berusaha menerimanya dan jangan banyak
mengeluh, nasehat ibu.
Baiklah bu, maafkan Arin, karena sifat kekanak kanakanku, jawab Arin.
Setelah hari itu kini Arin sudah tidak sering pulang, dia sudah merasa nyaman
tinggal bersama bibinya.
Satu tahun berlalu Arin tinggal bersama bibinya di Surabaya. Arin sering diajak
bibinya untuk membantunya berjualan kue di pasar. Arin tidak keberatan atau merasa
gengsi dengan teman temannya. Meskipun Arin sering membantu bibinya bekerja
keras tetapi dia tidak lupa tugasnya sebagai pelajar, dia sangat rajin. Terbukti dia selalu
mendapat juara 1 di kelasnya. Dia juga sering mengikuti beberapa perlombaan
disekolahnya.
Dua tahun berlalu, sekarang Arin sudah kelas 2. Waktu berlalu sangat cepat
tanpa Arin sadari dia sekarang sudah sangat mandiri dan tidak manja. Dia selalu
bersemangat, ceria dan sangat aktif. Teman temannya sangat menyukai dirinya.
Apalagi Arin juga termasuk gadis yang cerdas sehingga disekolahnya banyak yang
menjadikan dia sebagi idola. Meskipun demikian Arin tidak pernah sombong.
Tiga tahun sudah berlalu, Arin meminta kepada orang tuanya supaya setelah
lulus SMP ia melanjutkan ke sekolah negeri dekat dengan orang tuanya. Permintaan itu
dikabulkan oleh ibunya tetapi ayahnya sedikit keberatan.
Kenapa kamu pindah Rin? Apakah ada masalah disekolahmu sehingga kamu
ingin pindah? tanya ayahnya.
tidak yah, Arin ingin pindah sekolah karena Arin ingin mencari pengalaman
lebih banyak disekolah lain, jawab Arin.
Lalu bagaimana dengan bibimu, apakah dia setuju dengan keputusanmu itu?
tanya ayahnya. Dengan berat hati Arin menjawab,
aku belum bicara kepada bibi, tetapi pasti aku akan mengatakan padanya
segera.
Arin sebenarnya tahu jika orang tuanya merasa keberatan bukan karena dia
harus tinggal bersama bibinya, namun karena mereka tidak mampu untuk
menyekolahkan Arin disana. Arin pun bimbangdan ragu. Disatu sisi dia ingin kumpul
lagi bersama orang tuanya, disisi lain dia tahu ayahnya tak punya uang untuk
menyekolahkannya.
Hari demi hari berlalu. Arin semakin rindu kepada keluarga kecilnya. Tak jarang
dia selalu menangis hingga larut malam. Bibi Arin pun menyadari apa yang Arin
rasakan saat ini.
kamu kenapa nak?tanya bibinya.
Aku baik baik saja kok bulek, aku hanya sedang kelelahan, jawab Arin.
Sebenarnya bibi pun sudah mengetahui apa yang sedang Arin rasakan tetapi dia tak
mau menambah beban Arin saat ini.
Nak, bibi akan selalu mendoakanmu, bibi juga akan selalu mendukung apa
yang ingin kamu lakukan, berusahalah dengan giat untukmendapatkan keinginanmu,
nasehat bibinya. Setelah mendapat nasehat itu Arin menjadi sangat semangat.
Meskipun Arin belum membicarakan masalah kepada bibinya. Dia tahu betapa bibinya
akan selalu mendukungnya.
Beberapa hari setelah itu, Arin mendapat kabar bahwa sekolah SMAN 1 Bumi
Putera didekat rumah orang tuanya mengadakan lomba pidato dan pemenangnya akan
diterima bersekolah disana dan mendapatkan beasiswa. Arin pun dengan segera
mengikuti lomba pidato itu dengan penuh keyakinan dan Arin menyimpan berjuta
harapan. Arin tampil dengan sangat baik, dia memang memiliki bakat dalam hal ini
jadi baginya tidak begitu sulit, hanya saja dia merasa nervous.
Akhirnya benar saja Arin keluar sebagai pemenang. Dia pun memberitahukan
kabar gembira itu pada orang tua, adik dan bibinya. Pada awalnya mereka belum
setuju, namun setelah mendapatkan penjelasan dari Arin akhirnya mereka menjadi
setuju dan permintaannya pun diperbolehkan oleh orang tuanya dan bibinya.
Tapi sayang, pihak sekolah sempat menahan Arin karena prestasi prestasi dari
dirinya. Sekolah tidak mengizinkan Arin pindah ke SMA lain karena ia telah membawa
prestasi prestasi yang sangat cemerlang. Tetapi setelah Arin mendesak kepala
sekolah, dengan rasa mantap dan tidak ragu ragu akhirnya Arin diperbolehkan untuk
pindah kesekolah lain. Arin pun merasa sangat senang sekali. Tapi dia juga merasa
sedih katika dia berpamitan dengan teman temannya yang sayang padanya. Arin
berpesan kepada teman temannya untuk selalu semangat dan giat dalam belajar dan
juga tidak melupakannya.
Ketika masuk ajaran baru, Arin pun bisa kembali berkumpul bersama
keluarganya, dia bisa berkumpul bersama ayah, ibu dan juga bersama adiknya. Rasa
rindu yang selama ini telah terpendam kini bisa terobati, Arin sangat bahagia dan
bersyukur dapat berkumpul kembali bersama keluarganya.
Rasa senang terlihat dari wajah Arin yang berseri seri, tampak senyum manis
menghiasi bibir semua keluarga Arin. Walaupun hanya makan dengan lauk sambal
tetapi akan terasa lebih nikmat bila bisa berkumpul bersama keluarga.

#TAMAT#

Anda mungkin juga menyukai