Anda di halaman 1dari 35

Laporan Ojl 2017 PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) BAB

III

BAB III

PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

A. Pelaksanaan Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK)

1. Siklus 1

a. Persiapan

Untuk pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan (RTK) berdasarkan program berjalan

dengan baik. Oleh karena itu, prosesnya diawali berdiskusi dengan kepala sekolah mengenai

pentingnya media pembelajaran bagi guru untuk membantu mereka dalam kegiatan proses belajar

mengajar di dalam kelas. Calon kepala sekolah sangat menyadari bahwa kemampuan guru dalam

membuat media pembelajaran di SMAN I Bola sangat minim. Mereka sangat jarang menggunakan

media dalam proses belajar mengajar apa yang berhubungan dengan ICT atau Powerpoint. Hal ini

terjadi karena mereka belum bisa atau kemampuan mereka dalam membuat power point sangat

rendah. Untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menbuat powerpoint salah satunya cara

yang harus dilakukan adalah dengan mengadakan in house training adalah "Peningkatan

Kemampuan Guru dalam Membuat dan menggunakan Powerpoint melalui In house Training"

yang diselenggarakan di sekolah. Calon Kepala sekolah mengadakan rapat persiapan pada tanggal

5 November 2016. Hasil rapat tersebut memutuskan untuk menyelenggarakannya in house training

sebagai salah satu program On the Job Learning (OJL) bagi calon kepala sekolah pada Hari

Selasa s.d. Kamis tanggal 8 s.d. 10 November 2016 pukul 08.00 - 15.00 WITA.
Dalam pertemuan ditetapkan bersama tentang pembentukan panitia pelaksana melalui

Surat Keputusan Kepala Sekolah dan narasumber. Kemudian panitia menyusun jadwal kegiatan

in house training, menyiapkan surat undangan untuk nara sumber dan peserta, serta daftar hadir.

Menjelang satu hari sebelum pelaksanaan, tepatnya hari Senin tanggal 7 November 2016 diadakan

rapat pemantapan panitia diruang kepala sekolah, untuk pemantapan persiapan agar pelaksanaan

in house training, sebagai salah satu tugas dalam On Job Leaning (OJL) bagi calon kepala sekolah

tentang rencana tindak kepemimpinan (RTK) dapat berjalan dengan baik.

b. Pelaksanaan

Rencana tindak kepemimpinan tentang Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat

dan menggunakan Powerpoint melalui In house Training di SMA Negeri 1 Bola, terlaksana

mulai Hari Selasa s.d. Kamis, 08 s.d. 10 November 2016 dengan dihadiri oleh 13 orang. Nara

sumber dalam kegiatan tersebut adalah Drs. H.Andi Baharuddin (Pengawas Kelembagaan

sekolah), Abdurrahman S.P (Guru TIK SMAN I Bola), dan Muhammad Imran S.Pd., M.Pd

(Kepala SMA Negeri 1 Bola).

Pelaksanaan diawali pembukaan pada hari pertama, Selasa, 08 November 2016, dengan

penyampaian materi secara umum dan masalah pemanfaatan teknologi computer dalam mengolah

nilai oleh pengawas kelembagaan. Kemajuan IPTEK dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk

di dalam sektor pendidikan sangat membantu guru dan kaum pendidik. Sekolah dengan pendidik

dan tenaga kependidikannya tidak selayaknya diam tidak peduli terhadap perkembangan tersebut.

Tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi kehidupan harus disambut dan dijalankannya. Hal

tersebut menjadi perhatian dan tantangan tersendiri terhadap lembaga pendidikan yang ada di

Kabupaten Wajo.
Materi kedua tentang media pembelajaran oleh Bapak Muhammad Imran S.Pd., M.Pd

(Kepala SMA Negeri 1 Bola). Menguraikan tentang difinisi media, landasan penggunaan media

pembelajaran, fungsi media, ciri- ciri pembelajaran yang efektif, jenis jenis media dan bagaimana

mengembangkan media

Materi ketiga terlaksana pada hari kedua dan ketiga Hari Rabu dan kamis, 9-10 November

2016 oleh Abdurrahman S.P (Guru TIK SMAN I Bola) dengan menguraikan cara pembuatan

powerpoint dalam pembelajaran di kelas. Kesuksesan pembelajaran di kelas sangat dibantu oleh

media yang kita gunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan adanya media

pembelajaran akan menuntun guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran itu

sendiri.

Dalam materi ketiga ini narasumber banyak melakukan demonstrasi bagaimana membuat

master layout hingga membuat slide student activity. Waktu pelaksanaan In house Training pada

hari kedua dan ketiga telah dimaksimalkan secara efektif dan efisien. Sebab hari itu juga semua

peserta IHT dapat menyelesaikan latihan membuat powerpoint dan mempresentasikannya.

c. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilaksanakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari kegiatan pembuatan

media powerpoint. Kemudian kegiatan monitoring dan evaluasi melibatkan kepala sekolah dan

guru senior, sebagaimana instrumen monitoringnya terlampir. Instrumen monitoring dan evaluasi

diberikan setelah kegiatan berlangsung. Pengawas Kelembagaan sekolah mengisi instrumen siklus

1 berkaitan dengan calon kepala sekolah dalam menyiapkan kegiatan dengan kemampuan guru

sebagai peserta dalam kegiatan pembuatan powerpoint melalui in house training.

d. Refleksi
Berdasarkan hasil perhitungan dari instrumen monitoring dan evaluasi yang dilakukan

pengawas kelembagaan sekolah terhadap perencanaan calon kepala sekolah tentang tindak

kepemimpinan melalui Workshop pada siklus 1 hasilnya adalah sebagai berikut :

x 100 % = 95,83 % kategori A (Baik Sekali)

dengan menggunakan kreteria sebagai berikut :

ANGKA HURUP KETERANGAN

86 100 A Sangat Baik

76 85 B Baik

56 75 C Cukup

< 55 D Kurang

Tabel di atas memberikan gambaran kepada calon kepala sekolah tentang predikat

keberhasilan dalam perencanaan pelaksanaan Workshop peserta dalam membuat media

powerpoint, sebagaimana monev yang dilakukan oleh ketua panitia pelaksana, hasilnya adalah

sebagai berikut:

x 100 % = 90 % kategori A (Baik Sekali)

Gambaran hasil monev di atas, menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan Workshop

tersebut telah berjalan dengan baik sekali. Dalam proses pelaksanaannya tidak ada rintangan dan

gangguan yang dapat mempengaruhi kegiatan dan mengganggu konsentrasi peserta. Peserta In

House Training yang berjumlah 13 orang telah mengikuti kegiatan tersebut dengan penuh

semangat dan antusias, baik dalam mengikuti semua arahan uraian materi dari instruktur maupun

dalam hal tagihan tugas pembuatan media powerpoint. Adapun hasil monitoring dan evaluasi yang

dilakukan calon kepala sekolah terhadap peserta dalam pembuatan media powerpoint itu melalui
pengisian instrumen monev dan penilaian powerpoint yang telah dibuat guru tersebut. Adapun

hasilnya adalah sebagai berikut:


No Instrumen
No Nama Guru Jm
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Nuralang S.Pd.,M.M 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 2 2 35

2 Irawati S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 46

3 Andi Sri Wahyuni S.Pd 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 2 33

4 Arifin S.Pd.,M.Hum 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 46

5 Megawati Pasrah S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 46

6 Fajar S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 46

7 Drs. Hasan Basri, M.M 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 46

8 Hariani Haris S.Pd 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 32

9 Tenri Eny S.Pd, 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 46

10 Hasmah 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 46

11 Hasmin S.Pd 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 44

12 Benni Ardi 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 46

13 Amir S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 46
Berdasarkan hasil penilaian power point yang telah dibuat guru, dapat disimpulkan bahwa

dari 13 orang guru terdapat 10 orang guru memperoleh nilai diatas 86 dengan ketegori (A), 1 orang

guru memperoleh nilai diatas 71 dengan kategori (B), dan 2 orang guru yang masih mendapat nilai

di bawah 70 dengan ketegori (C).

Sebagai tindak lanjut, dari hasil penilaian di atas, maka ada tiga orang guru yang

memperoleh nilai predikat B dan C yang perlu ditingkatkan kemampuannya dalam membuat

powerpoint. Ketiga guru tersebut diberikan pendampingan secara khusus oleh calon kepala

sekolah dan pemateri (Pak Abdurrahman) dalam membuat media powerpoint untuk

mempersiapkan perbaikan di siklus 2.

2. Siklus 2

a. Persiapan

Setelah mengamati dan menganalisis setiap tahapan yang telah dilaksanakan dalam

pembuatan media powerpoint pada siklus 1, calon kepala sekolah dengan mudah bersama guru

untuk menyempurnakan dan mendiskusikan hal-hal yang harus ditingkatkan pembuatan media

powerpoint melalui in house training di sekolah.

Hasil diskusi dengan rekan guru, pemateri dan calon kepala sekolah, di putuskan adanya

pendampingan kembali kepada guru tertentu dengan menentukan jadwal kegiatannya.

b. Pelaksanaan

Melakukan kegiatan lanjutan kepada guru tertentu mengenai hal-hal yang harus

diperbaiki melalui kegiatan pendampingan oleh calon kepala sekolah, dan dibantu oleh guru TIK
sebagai pemateri. Pendampingan dilaksanakan tanggal 15 November 2016 dan calon kepala

sekolah melakukan observasi terhadap kegiatan pendampingan yang berlangsung.

c. Monitoring

Monitoring dilakukan melalui observasi kegiatan yang melibatkan guru dan pengawas

kelembagaan. Instrumen monitoring dilakukan setelah kegiatan berlangsung untuk melihat

perkembangan pelaksanaan siklus I oleh calon kepala sekolah dengan mengisi instrumen yang

berkaitan dengan pembuatan media pembelajaran power point di siklus 1.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil instrumen monitoring yang dilakukan oleh ketua panitia terhadap calon

kepala sekolah pada siklus 2, menunjukkan bahwa proses pendampingan kepada tiga orang guru

telah memperoleh nilai instrumen yang sangat memuaskan sebagai berikut:

X 100 % = 100 % kategori A (Sangat Baik)

Hal ini menunjukan bahwa calon kepala sekolah di bantu oleh guru TIK dapat

membimbing dengan baik melalui pendampingan terhadap 3 (tiga) orang guru yang masih

memiliki kekurangan dalam membuat media pembelajaran powerpoint pada siklus I.

Sedangkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan calon kepala sekolah terhadap

ketiga guru tersebut dalam membuat media powerpoint melalui isian instrumen monev dan menilai

kembali instrumen monev tersebut, diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X 100 % = 95,83 % kategori A (Sangat Baik)


No Instrumen
Skor
No Nama Guru Jml.
(%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Nuralang S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 46 95,83

2 Hariani Haris S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 46 95,83

3 Andi Sri Wahyuni S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 46 95,83


Kriteria nilai yang digunakan adalah :

ANGKA HURUP KETERANGAN

86 100 A Sangat Baik

76 85 B Baik

56 75 C Cukup

< 55 D Kurang

Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan setelah mengisi dan menghitung

instrumen monitoring dan evaluasi pada ketiga guru tersebut dalam membuat media

powerpoint pada siklus 2 melalui kegiatan pendampingan dapat disimpulkan bahwa ternyata

memperoleh hasil yang sangat memuaskan. Artinya ketiga orang guru tersebut telah dapat

memperbaiki yang kurang dalam membuat media powerpoint menjadi sangat baik.

B. Supervisi Guru Yunior

1. Rational Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki lima dimensi kompetensi

minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausaha-an, supervisi, dan sosial.

Kompetensi supervisi kepala sekolah perlu dikembangkan dalam usaha membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Setiap

kepala sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi:

pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi


akademik. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,

yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP,

pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi

dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran.

Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah antara lain adalah: (a) membimbing guru

dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/ bimbingan yang dapat

mengembangkan berbagai potensi siswa

a. membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas,

laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa,

b. membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media

pendidikan dan fasilitas pembelajaran, dan

c. memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.

Sasaran utama supervisi akademik adalah kemampuan guru dalam merencana-kan

kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembela-jaran, menciptakan

lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan

mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, teknik) yang tepat.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010, tentang penugasan guru

sebagai kepala sekolah, menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah

adalah suatu tahapan dalam proses penyiapan calon kepala sekolah melalui pemberian

pengalaman pembelajaran teoritik maupun praktik tentang kompetensi kepala sekolah yang

diakhiri dengan penilaian sesuai standar nasional. Melakukan supervisi akademik pada

kegiatan on the job learning terhadap guru yunior merupakan implementasi pemberian

pengalaman pembelajaran praktik pengembangan kompetensi supervisi calon kepala sekolah.


2. Tujuan Supervisi Akademik

Tujuan pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru yunior bagi peserta diklat calon

kepala sekolah adalah :

a. Mengembangkan kompetensi supervisi akademik,

b. Melatih kemampuan melaksanakan supervisi akademik,

c. Melatih kemampuan mengidentifikasi permasalahan guru yunior dalam mengelola

pembelajaran kemudian melakukan tindak lanjut dalam rangka meningkatkan mutu proses dan

hasil pembelajarannya.

3. Hasil Supervisi Akademik

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru yunior bagi

peserta diklat calon kepala sekolah adalah :

1. Mampu mengembangkan kompetensi supervisi akademik,

2. Mampu melaksanakan supervisi akademik,

3. Mampu mengidentifikasi permasalahan guru yunior dalam mengelola pembelajaran kemudian

melakukan tindak lanjut dalam rangka meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya.

4. Pelaksanaan Supervisi

a. Tempat Pelaksanaan

Supervisi akademik terhadap guru yunior dilaksanakan di sekolah magang SMA Negeri

1 Bola

b. Teknik Supervisi

Teknik supervisi yang digunakan adalah teknik supervisi individual yaitu

melaksanakan supervisi perseorangan terhadap guru yunior. Supervisor hanya berhadapan

dengan seorang guru. Pelaksanaan supervisi ini dilaksanakan dengan cara supervisor datang ke

kelas untuk mengobservasi guru yunior.

Tahapan pelaksanaan supervisi terdiri dari tiga tahap, yaitu:


1. Tahap perencanaan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara

mengobservasi selama kunjungan kelas.

2. Tahap pelaksanaan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran

berlangsung.

3. Tahap refleksi dan tindak lanjut. Pada tahap ini, supervisor bersama guru yunior merefleksi

pelaksanaan pembelajaran dengan mendiskusikan kelebihan dan kekurangan. Hasil refleksi

dijadikan dasar untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

c. Hasil Supervisi

1. Perencanaan supervisi

Pada awal tahap perencaan, supervisor menyiapkan sejumlah instrumen yang akan

digunakan pada pelaksanaan observasi diantaranya : (1) instrumen perencaan kegiatan

pembelajaran, (2) instrumen observasi kelas, (3) daftar pertanyaan setelah observasi, dan (4)

format tindak lanjut hasil supervisi.

Selanjutnya, melakukan pertemuan dengan guru yunior yang akan diobservasi. Pada

pertemuan pertama supervisor meminta kesediaan guru yunior untuk diobservasi proses

pembelajarannya. Setelah guru yunior menyatakan bersedia, berikutnya disepakati penentuan

waktu pelaksanaan observasi, konsep atau materi yang akan dibahas (mengikuti jadual materi

guru yunior) dan menginformasikan bahan-bahan yang perlu dipersiapkan oleh guru yunior

dalam pelaksanaan observasi diantaranya silabus, RPP, bahan ajar, alat peraga atau media dan

penilaian yang akan digunakan. Diakhir pertemuan disepakati jadual pertemuan berikutnya

yang dilaksanakan sebelum kegiatan observasi yang bertujuan untuk mendiskusikan bahan-

bahan yang telah dipersiapkan guru yunior. Pada pertemuan ini supervisor memeriksa silabus,

RPP, bahan ajar, alat peraga atau media dan penilaian kemudian mendiskusikan hal-hal yang

perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Supervisor dapat memberikan masukan yang sifatnya

melengkapi jika terdapat kekurangan dari bahan-bahan tersebut.


Setelah melakukan perbaikan-perbaikan, supervisor meminta kopian RPP satu rangkap

kemudian memberikan penilaian dengan mengisi instrumen perencaan kegiatan pembelajaran,

yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan kontrol pada saat observasi nantinya.

Untuk menghindari kemungkinan munculnya kekakuan dan ketegangan guru yunior

pada pelaksanaan observasi nantinya, maka diinformasikan pula tujuan observasi yang akan

dilakukan. Observasi guru yunior adalah salah satu tugas peserta diklat calon kepala sekolah

pada kegiatan on the job learning dan tidak ada hubungannya dengan penilaian kinerja guru di

sekolah. Observasi ini juga dapat membantu guru yunior memperbaiki dan meningkatkan

kualitas proses dan hasil pembelajarannya.

2. Pelaksanaan Observasi-1

Pada tahap ini supervisor melakukan observasi langsung ke kelas X-1 tempat guru

yunior melangsungkan proses belajar mengajar sesuai dengan jadual yang telah disepakati.

Pelaksanaan observasi dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan (setiap pertemuan 245 menit).

Supervisor melakukan pengamatan langsung pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan

awal sampai pada kegiatan penutup.

Obyek pengamatan adalah aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

Aktivitas guru dan siswa dicatat pada catatan kejadian dan mengisi instrumen observasi kelas

yang telah dipersiapkan. Catatan kejadian dijadikan sebagai bahan diskusi sekaligus bahan

evaluasi pada saat kegiatan refleksi pembelajaran. Untuk memperoleh bukti pelaksanaan

pembelajaran tersebut supervisor mendokumentasikannya dalam bentuk foto.

Pada pertemuan pertama, dengan mengacu pada RPP yang telah disusun, guru

membahas materi: (i) Making, accepting and declining an invitation.

Pada kegiatan awal, ketua kelas menyiapkan teman-temannya untuk belajar dan

mengucapkan salam yang dibalas oleh guru dengan salam pula. Dengan menggunakan model

pembelajaran langsung, guru mengawali pembelajaran dengan menanyakan kesiapan siswa


untuk belajar. Kemudian mengabsen siswa satu persatu. Guru kemudian memberikan motivasi

kepada siswa untuk lebih giat belajar agar menjadi siswa yang jago berbahasa Inggris.

Berikutnya guru melakukan apersepsi dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran hari itu (siswa dapat menjawab pertanyaan text lisan fungsional pendek

sederhana misalnya pengumuman, iklan dan undangan).

Selanjutnya, pada kegiatan inti guru menjelaskan materi pelajaran (Mengenai text

funsional pendek sederhana pengumuman), kemudian memberikan kesempatan kepada siswa

menanyakan hal-hal yang dianggap masih memerlukan penjelasan. Berikutnya, guru

melanjutkan penjelasan materi kedua (mengenai text fungsional pendek berbentuk iklan dan

invitation ). Berikutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang

mereka belum mengerti. Guru kemudian mempersilahkan siswa untuk mengerjakan soal-soal

latihan di buku LKS. Setelah waktunya dianggap cukup, guru mempersilahkan tiga orang siswa

yang sudah selesai mengerjakan untuk membacakan jawabannya di depan kelas. Tiga orang

siswa berturut-turut membaca jawabannya di papan tulis dengan soal yang berbeda dan semua

siswa memberikan jawaban yang betul. Guru memberikan apresiasi dengan memuji ketiga

siswa tersebut dan meminta tepuk tangan dari teman-teman yang lain sebagai penghargaan bagi

temannya yang mampu menjawab soal latihan tersebut dengan benar.

Sebelum memberikan kuis untuk penilaian, guru kembali mempersilahkan siswa untuk

menanyakan materi yang belum dimengerti. Guru memberikan kuis sebanyak 3 nomor yang

diminta dijawab dalam waktu 5 menit. Setelah waktu habis, siswa mengumpulkan jawabannya

masing-masing kemudian tiga orang siswa diminta menuliskan jawabannya di papan tulis.

Guru memberikan tepuk tangan yang diikuti oleh siswa sebagai pertanda jawaban tiga orang

siswa adalah benar.

Pada bagian penutup, guru meminta siswa memberikan kesimpulan pelajaran hari itu.

Beberapa siswa bersamaan berteriak memberikan simpulan pelajaran. Guru kemudian


mengulangi dan melengkapi simpulan siswa. Berikutnya guru mempersilahkan siswa

membuka LKS untuk mencatat soal PR yang ada pada bagian latihan. Pesan terakhir dari guru,

tolong PR-nya dikerjakan baik-baik, jika ada yang tidak dimengerti bertanya ke temannya atau

boleh cari-cari di internet. Hari ini pelajaran kita cukup sekian.

3. Refleksi dan tindak lanjut-1.

Tindak lanjut dan hasil, setelah mengisi instrumen pasca observasi calon kepala

sekolah memperlihatkan hasil penilaian format 1 tentang instrumen Perencanaan Kegiatan

Pembelajaran, untuk Bapak Fajar S.Pd

Hasil menunjukkan guru yunior tersebut memperoleh nilai 36, kemudian dimasukan

dalam perhitungan maka perolehannya adalah sebagai berikut:

X 100 % = 81,81 % = B (Baik).

Dalam format 2 instrumen observasi kelas, Bapak Fajar S.Pd. memperoleh nilai 57,

dimasukan dalam perhitungan maka diperoleh hasil sebagai berikut:

x 100 % = 83,82 % = B (Baik)

Untuk observasi kelas, calon kepala sekolah menyarankan kepada guru yunior untuk

mendorong peserta didik untuk memanfaatkan TIK, dan diakhir pembelajaran guru yunior

tidak lupa menyampaikan pemberian tugas pada pertemuan berikutnya.

Setelah itu calon kepala sekolah bersama guru yunior mendiskusikan hal-hal yang

perlu ditingkatkan untuk perbaikan dalam supervisi siklus 2 nanti sebagai tindak lanjut.

Kesimpulan hasil observasi guru junior siklus 1 adalah sebagai berikut:

Format 1 Format 2
No Nama Guru Junior
Angka Angka

1 Fajar S.Pd 81,81 83,82


1. Siklus 2

a. Perencanaan

Mendiskusikan jadwal untuk supervisi berikutnya, kapan kesediaan dari guru yunior

tersebut. Dari hasil diskusi dengan Bapak Fajar S. Pd. , disepakati untuk dilakukan kembali

supervisi berikutnya di siklus 2 pada Hari Rabu, 16 November 2016.

b. Pelaksanaan

1) Pra observasi, guru yunior diberi instrumen pra observasi untuk diisi, baru setelah itu

dilakukan observasi.

2) Observasi, dilaksanakan dengan mengamati secara seksama kepada Bapak Fajar S.Pd. selaku

guru yunior dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Kemudian terlihat lebih baik

dalam mempersiapkan pembelajaran, baik dari segi penyampaian materi maupun pada

pengawasan terhadap peserta didik dalam melakukan praktek pembelajaran. Pada kegiatan

penutup guru yunior juga menyampaikan rencana materi dan memberikan tugas untuk

pertemuan berikutnya.

3) Pasca Observasi, seperti halnya pada siklus 1 guru yunior diberi pertanyaan bagaimana

perasaan/kesan setelah melakukan proses pembelajaran di kelas tadi yang diamati langsung

oleh calon kepala sekolah, lalu calon kepala sekolah memberikan pujian terhadap hal-hal yang

sudah baik yang dilakukan guru yunior selama proses pembelajaran. Setelah itu, guru yunior

diberi instrumen format 3 (pasca observasi), untuk diisi, kemudian setelah mengisi instrumen

format 3 tersebut, guru yunior diperlihatkan hasil penilaian format 1 dan format 2.

c. Tindak Lanjut dan Hasil


Hasil penilaian untuk Bapak Fajar S.Pd. pada siklus 2 untuk format 1 Instrumen

Perencanaan Kegiatan Pembelajaran diperoleh nilai skor 42, lalu dimasukan dalam perhitungan

maka diperoleh nilai sebagai berikut:

x 100 % = 95,45 % = A (Baik Sekali)

Dari pengamatan pada siklus 1 dan siklus 2, untuk guru yunior a.n Bapak Fajar S.Pd.

terjadi peningkatan yang signifikan pada perencanaan kegiatan pembelajaran. Ini diperlihatkan

dengan adanya peningkatan perolehan nilai skor 81,81 % menjadi 95,45 %, dari klasifikasi B

(Baik) menjadi klasifikasi A (Baik sekali). Sedangkan untuk kegiatan observasi kelas diperoleh

nilai skor 66, dimasukan dalam perhitungan diperoleh nilai sebagai berikut:

x 100 % = 97,05 % = A (Baik Sekali)

Dari pengamatan siklus 1 dan siklus 2, untuk guru junior a.n Fajar S.Pd. pada

observasi kelas ada peningkatan yang signifikan, yaitu dari 83,82 % menjadi 95,58 %, dari

klasifikasi B (Baik) menjadi klasifikasi A (Baik Sekali).

Kesimpulan hasil observasi guru yunior siklus 2 adalah sebagai berikut:

Format 1 Format 2
No Nama Guru Junior
Angka Angka

1 Fajar S.Pd. 95,45 97,05

Lebih Jelasnya kita lihat pada chart berikut

Dari hasil wawancara pada siklus II terlihat ada kepuasan, walaupun belum sempurna.

Bahkan setelah kegiatan ini, guru yunior lebih antusias agar program supervisi ini

berkesinambungan terus, dengan harapan agar proses pembelajaran di kelas akan semakin lebih

baik. Dan supervisi akademik, guru yunior merasakan adanya manfaat yang dia peroleh, antara

lain: Kesiapan penyusunan RPP dan pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga dapat

menigkatan kompetensi dirinya.


C. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

1. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran

atau tema tertentu yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,

kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, proses penilaian,

alokasi waktu, dan sumber belajar.

Silabus menjawab pertanyaan tentang:

a. Apa kompetensi yang harus dikuasai peserta didik?

b. Bagaimana cara mencapai kompetensi tersebut?

c. Begaimana cara mengetahui pencapaian kompetensi tersebut?

Beberapa prinsip pengembangan silabus yaitu: ilmiah, relevan, sistematis, konsisten,

memadai, aktual, kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh.

Untuk menyusun dan mengembangkan silabus, maka langkah-langkah yang

dilakukan adalah:

a. Mengkaji SK dan KD

b. Mengidentifikasi materi pokok pembelajaran

c. Melakukan pemetaan kompetensi

d. Mengembangkan kegiatan pembelajaran

e. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi

f. Menentukan nilai karakter yang akan dicapai

g. Penentuan jenis penilaian

h. Menentukan alokasi waktu

i. Menentukan sumber belajar


Sedangkan arah pelayanan Bimbingan dan Konseling didasarkan pada pemenuhan

tugas-tugas perkembangan peserta didik SMA, yaitu:

a. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam peranannya

sebagai pria atau wanita.

c. Mencapai kematangan pertumbuhan fisik yang sehat.

d. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan

persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan

masyarakat yang lebih luas.

e. Mencapai kematangan dalam pilihan karir.

f. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,

sosial, intelektual dan ekonomi.

g. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

h. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi seni.

i. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Penyusunan perangkat pembelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan

oleh guru sebelum pelaksanaan proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi : 1).

Analisa keterkaitan Standar Kompotensi dengan Kompetensi Dasar, serta Indikator Pencapaian

Kompetensi, 2) Silabus, 3) program tahunan, dan 4) RPP.

Calon kepala sekolah juga adalah seorang guru, karenanya dalam menjalankan

kewajibannya sebagai seorang guru, yakni guru Bimbingan dan konseling, sebagai calon

kepala sekolah juga dituntut untuk menyusun RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan)
sebagaimana tugas yang diembannya. Bahkan karena calon kepala sekolah adalah calon

pemimpin yang sedang dilatih, ia harus lebih memahami dan memberikan contoh kepada rekan

guru lainnya dalam menyusun perangkat pelayanan bimbingan dan pembelajaran.

Tahap awal dalam pembelajaran adalah menyusun perencanaan pembelajaran yang

diwujudkan pada pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini merupakan

perencanaan kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP

dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam

upaya pencapaian Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan

berkewajiban membuat media powerpoint secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran

berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, dan memotivasi

peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreatifitas dan kemadirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta fsikologis

peserta didik. RPP disusun berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) atau sub topik yang

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau kelompok di

sekolah, dengan dikoordinasi, dipasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah atau guru senior

yang ditunjuk oleh kepala sekolah.

RPP mencakup: a) Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester, Alokasi waktu;

b) Standar Kompetensi (SK); c) Kompetensi Dasar (KD); d). Indikator; e) Tujuan

Pembelajaran; f) Materi Ajar; g) Metoda Pembelajaran; h) Langkah-langkah Pembelajaran; i)

Alat dan Sumber Belajar; j) Penilaian.

3. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang dimaksud berupa tertulis maupun tidak

tertulis.

Jenis-jenis bahan ajar dapat dibedakan atas beberapa kriteria pengelompokan.

Menurut Koesnandar (2008), jenis bahan ajar berdasarkan subjeknya terdiri dari dua jenis,

yaitu : a) Bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar seperti buku, LKS. b) Bahan ajar

yang dirancang dapat dimanfaatkan untuk belajar menyatakan bahwa jika ditinjau dari

fungsinya maka bahan ajar yang dirancang terdiri atas 3 kelompok, yaitu : bahan ajar

persentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri.

Pengembangan bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan peserta didik

terdapat beberapa alasan mengapa perlu pengembangan bahan ajar, yaitu:

a. Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang dikembangkan harus

sesuai dengan kurikulum.

b. Krakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuiakan dengan

krakteristik siswa sebagai sasaran.

c. Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau kesulitan

dalam belajar.

Seperti yang diuraikan di atas tentang pengertian bahan ajar dan dasar pengembangan

bahan ajar, diantaranya adalah ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan

ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, artinya bahan

ajar yang dikembangkan dapat disesuiakan dengan karakteristik peserta didik sebagai sasaran.

Maka pengembangan bahan ajar yang dilakukan guru akan sangat bermanfaat.

4. Instrumen Penilaian

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang

telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional

rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi

tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam

rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam

melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap

peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah

diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya

(aspek psikomotor).

Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang

harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi

hasil belajar adalah:

1. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah

diberikan pada mereka?

2. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?

3. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret

dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?

Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu,

ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan

dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

1) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) termasuk di dalamnya

kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan

kemampuan mengevaluasi.
2) Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup

watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih

rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4)

organization (5) characterization by evalue or calue complex.

3) Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah

psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,

melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

D. Pengkajian Aspek Manajerial

Langkah persiapan dalam mengkaji 9 aspek manajerial, sebagai calon kepala sekolah

menyiapkan beberapa dokumen, yaitu: 1) Bahan ajar yang calon kepala sekolah telah dapatkan

berupa modul dari kegiatan In-Service 1; 2) Untuk mencari kondisi ideal dengan menggunakan

atau berpedoman pada Permendiknas/Permendikbud sesuai dengan aspek kajian manajerial; 3)

Kemudian calon kepala sekolah menyusun instrumen kajian 9 aspek manajerial yang akan

dijadikan panduan mencari informasi dari pemangku jabatan di sekolah; dan 4) Jika informasi

masih kurang, calon kepala sekolah melakukan wawancara dengan para pemangku jabatan

tersebut.

1. Rencana Kerja Sekolah

Setelah mempelajari bahan pembelajaran penyusunan rencana kerja sekolah (RKS)

kemudian mengkaji RKS dan RKJM sekolah magang SMAN I Bola dan SMAN 3 Sengkang,

calon kepala sekolah mengerti dan memahami beberapa cara penyusunan RKS dan RKJM

yang disusun dan dikembangkan berdasarkan rekomendasi Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Hasil
rekomendasi EDS tersebut merupakan pedoman utama untuk melihat realitas sekolah terhadap

delapan standar nasional pendidikan, agar penyusunan RKS dapat efektif dan efisien dengan

berbasis pada skala prioritas program-program utama.

Ketentuan permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan

pendidikan yang mengamanatkan penyusunan RKS harus memuat kejelasan mengenai: a)

kesiswaan, b) kurikulum dan kegiatan pembelajaran, c) PTK serta pengembangannya, d) sarana

dan prasarana, e) keuangan dan pembiayaan, f) budaya dan lingkungan sekolah, g) peran serta

masyarakat dan kemitraan, dan h) rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan

pengembangan mutu.

Dengan demikian, dokumen RKS/RKJM merupakan hal penting dalam pengelolaan

sekolah, sebagai panduan dan pedoman utama oleh semua warga sekolah. Dokumen tersebut

harus ada di sekolah setelah mendapatkan pengesahan Dinas Pendidikan kabupaten, yang

disusun oleh suatu tim yang bertanggung jawab dan dipahami bersama oleh semua warga

sekolah.

Pemahaman calon kepala sekolah tentang penyusunan RKS/RKJM sekolah belum

utuh dan sempurna karena belum pernah menyusun RKS/RKJM sekolah secara lengkap. Untuk

memaksimalkan penguasaan kompetensi calon kepala sekolah tentang penyusunan

RKS/RKJM, berharap agar dalam penyusunan RKS/RKJM sekolah pada tahun berikutnya

dapat dilibatkan secara langsung guna mempraktekkan ilmu yang telah dimiliki.

2. Pengelolaan Kurikulum

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan kurikulum berdasarkan

dokumen data yang ada pada sekolah magang SMAN I Bola dan SMAN 3 Sengkang, kemudian

mengkaji pengelolaan kurikulum kedua sekolah tempat magang tersebut, calon kepala sekolah

lebih mengerti tentang pengelolaan kurikulum sekolah, proses penyusunan kurikulum (KTSP)
baik dokumen I maupun dokumen II, bentuk-bentuk silabus dan RPP, bentuk penilaian dan

analisisnya. Calon kepala sekolah merasa belum sepenuhnya mampu menyusun silabus dan

RPP yang memuat nilai-nilai karakter bangsa sesuai dengan SK dan KD yang dikembangkan.

Kegiatan penyusunan dan pengembangan RPP dilakukan secara mandiri ataupun

berkompok dalam pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sekolah. Untuk

memaksimalkan kompetensi pengelolaan kurikulum sekolah, termasuk penyusunan RPP yang

memuat nilai-nilai karakter, calon kepala sekolah akan lebih banyak belajar dan berusaha agar

selalu terlibat secara langsung dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah.

Dalam penyusunan KTSP calon kepala sekolah telah dapat lebih memahami lagi

setelah mempelajari dan mempraktikkan cara penyusunan KTSP khususnya dokumen I, calon

kepala sekolah akan lebih banyak belajar dan selalu berusaha terlibat secara langsung dalam

penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah

3. Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan pendidik dan tenaga

kependidikan kemudian mengkaji pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah

tempat magang SMAN I Bola dan SMAN 3 Sengkang, calon kepala sekolah mengetahui

keadaan guru dan pegawai, kualifikasi pendidikan, serta memahami pengaturan pembagian

tugasnya masing-masing. Calon kepala sekolah juga memahami kompetensi pendidik dan

tenaga kependidikan setelah mempelajari permendiknas-permendiknas terkait. Kompetensi

pendidik dan tenaga kependidikan sekolah magang sebaiknya dapat diidentifikasi dan

dipetakan oleh kepala sekolah untuk menjadi pertimbangan dalam pembagian tugas dan

pembinaannya secara berkelanjutan.

Oleh karena itu, sebagai calon kepala sekolah sangat berharap adanya penilaian dari

kepala sekolah yang jernih dan akuntabel atau adanya uji kompetensi bagi guru-guru setiap
tahun untuk mengetahui tingkat kompetensinya. Demikian pula untuk tenaga kependidikan

sebaiknya juga ada uji kompetensi untuk mengetahui tingkat kompetensinya dalam

memudahkan kepala sekolah menetapkan pembagian tugas tenaga kependidikan.

4. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan sarana dan prasarana sekolah

kemudian mengkaji pengelolaan sarana dan prasarana sekolah tempat magang SMAN I Bola

dan SMAN 3 Sengkang, calon kepala sekolah dapat mengetahui sumber daya sarana dan

prasarana yang dimiliki masing-masing sekolah magang. Calon kepala sekolah juga mendapat

pemahaman tentang perencanaan pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan

sarana prasarana sekolah.

Standar sarana dan prasarana sekolah menurut permendiknas nomor 24 tahun 2007

harus dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.

Calon kepala sekolah akan lebih banyak belajar tentang pengelolan sarana dan prasarana, agar

ke depan dapat lebih memahami tentang pengelolaan sarana dan prasarana sekolah.

5. Pengelolaan Peserta Didik

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan peserta didik kemudian

mengkaji pengelolaan peserta didik sekolah tempat magang SMAN I Bola dan SMAN 3

Sengkang, calon kepala sekolah memiliki pemahaman tentang perencanaan dan penerimaan

peserta didik baru. Kegiatan pembinaan peserta didik sebagaimana diatur dalam permendiknas

nomor 39 tahun 2008 tentang pembinaan dimaksud adalah :

a. Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia;

b. Melaksanakan tata tertib sekolah;

c. Melaksanakan gotong royong dan kerja bakti (bakti sosial);


d. Melaksanakan norma-norma yang berlaku dan tatakrama pergaulan;

e. Menumbuhkembangkan kesadaran untuk rela berkorban terhadap sesama;

f. Melaksanakan kegiatan 7K (Keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, dan

kedamaian ).

Calon kepala sekolah juga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang kegiatan-

kegiatan pengembangan diri siswa yang dikembangkan berdasarkan bakat, minat, kreativitas

dan kemampuan siswa. Untuk mengembangkan penguasaan kompetensi dalam pengelolaan

peserta didik, calon kepala sekolah akan lebih banyak membaca bahan-bahan pembelajaran

terkait pengelolaan peserta didik dari berbagai sumber dan banyak dengan kepala sekolah dan

wakasek urusan kesiswaan.

6. Pengelolaan Keuangan Sekolah

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan keuangan sekolah kemudian

mengkaji pengelolaan keuangan sekolah tempat magang SMAN 1 Sengkanbg dan SMAN 3

Sengkang, calon kepala sekolah dapat mengetahui sumber-sumber keuangan sekolah serta

dapat memahami penentuan alokasi pembiayaan sekolah.

Kompetensi yang belum penulis sepenuhnya kuasai adalah pengetahuan tentang bentuk

laporan pertanggung-jawaban penggunaan keuangan sekolah. Untuk memaksimalkan

penguasaan tentang pengelolaan keuangan sekolah secara keseluruhan, calon kepala sekolah

berharap dapat mempelajari contoh laporan pertanggungjawaban keuangan suatu sekolah, baik

dari bendahara sekolah maupun dari kepala sekolah.

7. Pembinaan Tenaga Administrasi Sekolah (TAS)

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pembinaan tenaga administrasi sekolah,

permendiknas nomor 24 tahun 2008 tentang tenaga administrasi sekolah yang memiliki
dimensi kompetensi, yaitu: Kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi teknis

administrasi sekolah, dan kompetensi manajerial ketata usahaan sekolah.

Kemudian mengkaji pembinaan TAS tempat magang SMAN I Bola dan SMAN 3

Sengkang, calon kepala sekolah mendapatkan pengetahuan tentang kompetensi TAS yang

harus dibina oleh kepala sekolah. Kemudian memperoleh juga pengetahuan tentang model-

model pembinaan dan penilaian kinerjaTAS.

8. Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran

Setelah mempelajari bahan pembelajaran TIK dalam pembelajaran kemudian

mengkaji pemanfaatn TIK dalam pembelajaran sekolah tempat magang SMAN I Bola dan

SMAN 3 Sengkang, berdasarkan Permendiknas nomor 13 tahun 2007 kompetensi manajerial

memiliki kemampuan mengoperasikan hardware dan software dalam presentasi multimedia

pembelajaran dan pengaplikasian media pembelajaran TIK, calon kepala sekolah mendapatkan

informasi tentang sumber daya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah yang masuk dalam

ketegori TIK serta gambaran kompetensi pendidik (guru) dalam penguasaan TIK terutama

komputer

Tenaga pendidik di sekolah tempat magang belum sepenuhnya memanfaatkan TIK baik

dalam pengelolaan administrasinya, maupun dalam pembelajaran. Oleh karena itu, calon

kepala sekolah akan lebih banyak belajar dan menggunakan TIK dalam pengadministrasian

maupun dalam pembelajaran agar dapat memberi contoh dan tauladan kepada tenaga pendidik

lainnya

9. Monitoring dan Evaluasi

Setelah mempelajari bahan pembelajaran monitoring dan evaluasi program sekolah,

kemudian mengkaji monitoring dan evaluasi sekolah tempat magang SMAN I Bola dan SMAN
3 Sengkang, sebagaimana amanah Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang kompetensi

manajerial mencapai terget kompetensi adalah Melakukan monitoring, evaluasi, dan

pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta

merencanakan tindak lanjutnya calon kepala sekolah belum sepenuhnya mendapatkan hasil

monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh sekolah magang berdasarkan prinsip-prinsip

monitoring dan evaluasi, sehingga belum memperoleh pengetahuan yang utuh sebagaimana

pemahaman secara teori dan praktek.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan penguasaan kompetensi calon kepala sekolah

dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi program sekolah, maka sangat berharap agar dapat

dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan monev program-program sekolah di masa yang

akan datang.

E. Peningkatan Kompetensi Berdasarkan AKPK yang Kurang di Sekolah Magang 2 (


SMAN 3 Sengkang)

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki

berkenaan dengan calon kepala sekolah, sebelumnya telah dilakukan penyebaran angket

Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian kepada seluruh calon kepala sekolah yang

mengikuti program tersebut oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan.

Tujuan dilakukannya AKPK bagi calon kepala sekolah adalah untuk mengidentifikasi

bagian-bagian kompetensi yang dikuasai oleh calon kepala sekolah (merupakan kekuatan)

yang ditunjukkan melalui pengetahuan dan pengalamannya. Selain itu juga untuk

mengidentifikasi bagian-bagian kompetensi yang belum dikuasai oleh calon kepala sekolah

(sebagai kelemahan) dan memerlukan pengalaman pengetahuan serta pengalaman, sehingga

akan menjadi bahan pengembangan lebih lanjut dalam diklat calon kepala sekolah.

Berdasarkan hasil penilaian Analisis Kebutuhan Pengembangan Kepofresian (AKPK)

sebagai peserta diklat calon kepala sekolah memperlihatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. 6. Gambaran Hasil Nilai AKPK

Kompetensi Kode Jumlah


Kepribadian 1 81
Kompetensi Manajerial 2 76
Kewirausahaan 3 60
Supervisi 4 61
Sosial 5 75

Berdasarkan Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) di atas,

kelemahan yang ada pada diri calon kepala sekolah adalah kompetensi kewirausahaan dan

supervisi. Hal ini diakui oleh calon kepala sekolah terutama kompetensi supervisi karena jarang

melakukan kegiatan supervisi di sekolah. Hal ini berpengaruh pada pengalaman kerja calon

kepala sekolah dalam kompetensi-kompetensi yang masih kurang berdasarkan Analisis

Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) tersebut, sehingga komptensi supervisi calon

kepala sekolah cenderung lemah.

Sebagai tindak lanjut dari hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian

(AKPK) calon kepala sekolah yang masih kurang atau sangat lemah dalam hal "Supervisi", dan

juga merupakan salah satu tugas dari kegiatan On the Job Learning (OJL), maka calon kepala

sekolah harus meningkatkan kompetensi supervisi di sekolah magang 2, yaitu di SMA Negeri

3 Sengkang melalui kegiatan pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan kegiatan supervisi

yang dilakukan di sekolah magang 2 tersebut dan mengadakan wawancara kepada guru tentang

pelaksanaan supervisi yang telah dialaminya.

Salah satu standar kompetensi kepala sekolah yang menjadi amanat dari Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007 adalah dimensi kompetensi supervisi.

Dimensi standar kompetensi supervisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah.


b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang

efektif.

c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

sebagai pemimpin sekolah.

d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi

sekolah. Memiliki naluri supervisi dalam mengelola sekolah sebagai sumber belajar peserta

didik

1. Persiapan

Untuk pelaksanaan AKPK di sekolah magang 2, yaitu SMA Negeri 3 Sengkang, calon

kepala sekolah mengawalinya dengan persiapan dan perencanaan suatu program guna

menggali potensi supervisi yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sengkang yang secara rutin

dilaksanakan oleh kepala sekolah, adalah sebagai berikut:

a. Menyusun agenda program pelaksanaan koordinasi (Agenda program terlampir pada program

supervisi SMA Negeri 3 Sengkang).

b. Menyusun pedoman wawancara terhadap kepala sekolah dan guru mengenai teknik supervisi

yang sering dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sengkang (teks wawancara terlampir).

2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, calon kepala sekolah melakukan beberapa langkah

sebagai berikut:

a. Menemui kepala SMA Negeri 3 Sengkang, pada tanggal 17 November 2016, dengan

menyampaikan surat tugas magang sekolah 2 sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan On

the Job Learning (OJL) di sekolah tersebut.

b. Pada Hari Kamis, 1 Desember 2016 calon kepala sekolah melakukan wawancara kepala

sekolah seputar pelaksanaan supervisi akademik di sekolah yang beliau pimpin, dan di akhir
pertemuan beliau memberikan program supervisi di SMA Negeri 3 Sengkang kepada calon

kepala sekolah.

c. Pada Hari Jumat, 2 Desember 2016 calon kepala sekolah melaksanakan observasi di kelas

pada proses pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah SMA Negeri 3 Sengkang

guna pengamatan langsung calon kepala sekolah tentang mekanisme peningkatan kemampuan

tehnik supervisi yang sering dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sengkang.

d. Melakukan wawancara kepada guru SMA Negeri 3 Sengkang tentang prosedur pelaksanaan

supervisi akademik yang dialaminya selama ini, guna peningkatan pemahaman tentang

pelaksanaan supervisi yang berdaya guna di sekolah selaku calon kepala sekolah.

3. Hasil

Mengenai hasil dari rencana dan pelaksanaan supervisi, tidak bisa diukur hanya dengan

waktu yang sebentar. Namun memerlukan waktu penelitian yang cukup waktu, diantaranya

dapat terlihat setelah beberapa bulan, minimal dalam satu semester. Apakah supervisi yang

telah dilaksanakan sudah benar sesuai dengan tuntutan pendidikan yang berlaku? Akan tetapi,

bagi calon kepala sekolah sudah merasa puas dan bisa menambah wawasan mengenai supervisi

yang telah dilaksanakan sekolah magang 2 SMA Negeri 3 Sengkang. Hasil yang diperoleh

terhadap guru dalam wawancara kaitannya dengan supervisi, baik dalam pelaksanaaan

kegiatan pembelajaran maupun administrasi sekolah, sudah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

Namun demkian, dengan adanya program yang tersusun rapi serta pelaksaan secara

rutin dilaksanakan, tidak mustahil segala macam permasalahan dalam peningkatan kualitas

pembelajaran akan mampu dan bisa tercapai sampai pada tujuan yang diharapkan.

Dengan simultan dari kegiatan supervisi yang dilaksanakan sekolah, merupakan

pembelajaran supervisi yang efektif untuk mengembangkan karakteristik yang mampu


bersikap dan bertindak proaktif, inovatif, mengambil resiko dalam merancang program

supervisi yang mampu membentuk kompetensi peserta didik berkarakter pemimpin.

Dengan demikian, setelah mengevaluasi hasil supervisi yang telah dilaksanakan oleh

calon kepala sekolah merasa puas dengan pelaksanaan yang dilakukan, dan menjadi bahan

catatan, bahwa supervisi merupakan hal yang harus selalu dilaksanakan dalam meningkatkan

mutu dan kualtas pendidikan di suatu lembaga sekolah.

Nilai dan semangat supervisi untuk kepentingan pendidikan yang bersifat sosial bukan

untuk kepentingan komersial, yang harus diambil dan diteladani adalah karakteristik seperti

inovatif, bekerja keras, motivasi yang kuat, pantang menyerah dan salalu mencari solusi dalam

memiliki naluri supervisi. Seorang kepala sekolah hendaknya mampu menciptakan: Visi

sekolah yang jelas, menjadi inspirator bagi warga sekolah, mampu memperdayakan tim untuk

bekerja cepat, dan cerdas untuk mencapai visi dalam kondisi lingkungan yang tak menentu.

Oleh karena itu, seorang kepala sekolah seharusnya memiliki karakteristik proaktif, inovasi,

dan berani mengambil resiko.

Hasil dari wawancara dan studi dokumentasi calon kepala sekolah dapat menjabarkan

bahwa kegiatan supervisi yang dilaksanakan kepada guru di SMA Negeri 3 Sengkang minimal

1 kali dalam satu semester untuk setiap orang guru di sekolah tersebut. Dan supervisi ini

dilaksanakan dengan menitik beratkan pada proses pembelajaran. Supervisi akademik di SMA

Negeri 3 Sengkang, rencana pelaksanaannya disesuaikan dan dirancang berdasarkan jadwal

proses pembelajaran tatap muka di kelas.

Untuk pelaksanaan supervisi akademik dengan observasi di kelas, kepala sekolah

membuat kesepakatan dengan guru yang akan dikunjungi untuk disupervisi akademik dalam

melaksanakan proses pembelajaran di kelas, biasanya kepada guru tersebut di informasikan

oleh kepala sekolah bidang akademik/kurikulum tiga hari sebelum supervisi dilaksanakan.
Bagi guru yang memperoleh nilai sebutan cukup, langkah kepala sekolah akan

mengadakan pelaksanaan supervisi kelinis bagi guru tersebut, dengan menggunakan

pendekatan kolaboratif, artinya tanggung jawab terbagi relatif sama antara kepala

sekolah/pengawas dengan guru, dan langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinisnya

menggunakan tiga tahap, yaitu: tahap pertemuan awal, tahap observasi proses pembelajaran,

dan tahap pertemuan balikan, serta instrumen yang digunakannya pun sama seperti pada

whaktu pelaksanaan supervisi akademik.

Dari hasil supervisi akademik dan supervisi klinis maka akan ditindaklanjuti.

Sedangkan yang mendapat perolehan nilai sebutan kurang diikutsertakan dalam pendidikan

dan pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensinya dan keprofesionalannya sebagai guru,

diberi bimbingan teknis, supervisi klinis berkelanjutan dan IHT. Adapun instrumen tindak

lanjutnya dibuat perorangan untuk setiap guru. Instrumen supervisi akademik yang

digunakanpun lebih cocok untuk observasi akademik di kelas, ditandai dengan adanya kegiatan

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Anda mungkin juga menyukai