Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

PENAWARAN KERJA SAMA

BUDIDAYA TALAS SATOIMO (Colocasia Esculenta var Antiquarum)

DI SUSUN OLEH :

WAHYU FAJAR WIDODO

AGEN AND CONSULTAN OF PT.AGRO LAWU INTERNATIONAL

TAHUN 2017
I. PENDAHULUAN

Satoimo (Talas Jepang) nama latinnya adalah Colocasia esculenta var.


Antiquorum yang banyak dibudidayakan di daerah Sub Tropis, seperti China Selatan,
Jepang Selatan dan Vietnam Utara. Konsumsi Satoimo terbesar di dunia khususnya
untuk makanan pokok (sebagai pengganti kentang) adalah negara Jepang dengan
tingkat permintaan sebesar 360.000 ton per tahun. Sedangkan permintaan dalam
bentuk lain adalah tepung / Powder sebagai bahan baku makanan kesehatan, dan
industri farmasi. Salah satu pemasok Satoimo terbesar ke Jepang adalah China ( 55
%) dalam bentuk Satoimo Frozen. Dan saat ini komoditi Satoimo mulai
dikembangkan secara komersial di Indonesia, khususnya di P. Jawa. Hal ini
disebabkan karena setelah diuji coba rasa (taste) Satoimo yang dari Indonesia sangat
disukai oleh orang Jepang demikian pula Satoimo ini di Indonesia dapat ditanam
sepanjang musim, sehingga pihak Jepang telah melakukan kerjasama dengan
Indonesia dalam penyediaan bahan baku baik untuk Frozen maupun tepung.Oleh
karena itu, dengan permintaan Satoimo yang cukup besar ini perlu adanya perluasan
wilayah penanaman komoditi Satoimo tersebut untuk dapat mencukupi
kebutuhannya.

Talas Jepang atau yang lebih dikenal dengan nama Talas Satoimo (Colocasia
Esculenta var Antiquarum) merupakan komoditi pangan alternative yang mulai
populer dikembangkan di provinsi Aceh. Menurut referensi dari Konsorsium Talas
Satoimo, jenis talas ini pertama kali ditemukan di sebuah desa di Jepang bernama
Yuzuri Hara pada tahun awal tahun 1900an. Penduduk desa yang mengkonsumsi talas
ini sebagai bahan pangan utama mereka, ternyata fisiknya bugar dan sehat serta
usianya relatif tinggi, yaitu rata-rata di atas 90 tahun. Pemerintah kekaisaran Jepang
kemudian melakukan penelitian intensif terhadap komoditi pangan ini, dan ternyata
talas ini mengandung unsur protein pembentuk collagen yang belakangan terbukti
mampu menghambat penuaan kulit.Dari penelitian tersebut kemudian pemerintah
Jepang kemudian mengembangkan komoditi ini secara besar-besaran, namun karena
keterbatasan lahan, pengembangan talas Satoimo di negeri Sakura ini belum optimal.
Tahun 1940an, ketika Jepang kemudian menguasai beberapa Negara Asia sebagai
jajahan, mereka juga membawa bibit talas Satoimo ke Negara jajahan mereka untuk
dikembangakan disana, bukan untuk memenuhi kebutuhan pangan warga terjajah,
tapi semata-ata untuk memenuhi kebutuhan pangan warga di Negara Jepang, mulai
saat itu talas satoimo berkembang di beberapa Negara seperti Indonesia, Korea dan
China.Tahun 1980an, pemerintah dan warga Jepang mulai mengalihkan konsumsi
pangan mereka dari beras dan gandum kepada talas Satoimo, karena sudah terbukti
bahwa talas ini merupakan sumber karbohidrat potensian yang banyak mengandung
kalori tapi relative rendah kadar gula, sehingga sangat aman dikonsumsi oleh siapa
saja, termasuk penderita diabetes. Meningkatnya kebutuhan akan talas jepang ini,
membuat pemerintah Jepang merasa kewalahan untuk memenuhi kebutuhan
warganya, karena produksi yang mereka hasilkan tidak lagi mampu memenuhi
kebutuhan pangan ini. Mereka mulai membuka kran import alas Satoimo dari
beberapa negara tetangga, termasuk Indonesia. Peluang ini yang kemudian
dimanfaatkan oleh para pengusaha Indonesia untuk mengembangkan dan kemudian
mengekspor komoditi ini ke Negara Jepang. Beberapa daerah seperti di Bantul,
Yogyakarta dan Buleleng, di Bali, kemudian mulai mengembangkan budidaya
komoditi ini secara intensif, karena nilai ekspornya sangat menjanjikan. Awal
keberadaan Talas Jepang di Indonesia adalah pada masa pendudukan Jepang. Talas
Jepang dikenal oleh masyarakat di Toraja dengan nama TALAS BITHEK, dan di
Buleleng Bali dikenal dengan KELADI SALAK karena rangkaian umbinya seperti
buah salak (LIPI, 2002). Konsorsium Satoimo Indonesia-Jepang bekerjasama dengan
KADIN Indonesia, telah mulai melakukan Pengembangan Budidaya Satoimo di
Indonesia sejak tahun 2003. Hingga akhirnya pada 16 Februari 2006 hingga saat ini
satoimo dari Indonesia telah diekspor ke Jepang.

Dalam memenuhi kebutuhan pasar Talas satoimo dengan kualitas dan


kuantitas yang dihrapkan sehingga menguntungkan semua pihak terutama
meningkatnya kesejahteraan petani di Indonesia tentu membutuhkan sebuah sistem
budidaya yang baik, dari olah lahan hingga pasca panen. Untuk itu kami telah
menyiapkan sistem yang telah teruji dan terukur dalam budidaya talas satoimo.

II. POTENSI EKONOMI DAN PASAR TALAS SATOIMO

50 % penduduk Jepang yang berjumlah 120 juta orang, mengkonsumsi


Talas Jepang sebagai makanan pokok selain beras. Sehingga saat ini kebutuhan
Jepang mencapai 360.000 ton pertahun (Otsubo,1996), sedangkan kapasitas
produksi di Jepang terus menurun hingga 250.000 ton pertahun, karena keterbatasan
lahan dan faktor iklim yang tidak memungkinkan untuk bertani sepanjang tahun
(JETRO,1994). Kekurangan pasokan satoimo sebagaian besar diimpor Jepang dari
China, yaitu mencapai 55.000 ton s/d 60.000 ton (JAPAN IMPORTS/EXPORTS).
Oleh karena itu Jepang masih kekurangan pasokan satoimo sebesar 40.000 ton s/d
45.000 ton pertahun. Indonesia berpotensi untuk memenuhi kekurangan pasokan
satoimo ke Jepang, karena merupakan negara agraris dengan dua musim yang dapat
mendukung kegiatan pertanian sepanjang tahun.

Manfaat dari talas satoimo antara lain :

UMBI SEGAR: Sumber Calsium dan Kalori yang tinggi, tetapi kandungan
karbonhidratnya rendah sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan DIET juga baik
untuk penderita DIABETES
PATI/POWDER: sebagai bahan produksi makanan/minuman sehat; seperti pengental
(starch), bubur bayi makanan orang tua, bahan baku kue dan roti, pencampur tepung
terigu sebagai pengganti kentang. Farmasi/obat-obatan: sebagai pengisi kapsul dan
tablet.
SERAT/FIBRE : Sebagai bahan campuran pembuatan JELLY, Ice Cream biscuit
filling, preparat sup, minuman berserat, pudding, makanan dan minuman diet dan
penderita diabetes, dll.
III. ANALISA BUDIDAYA TALAS SATOIMO

A. PEMILIHAN LOKASI

Pemilihan lokasi untuk budidaya Satoimo sangatlah menentukan dalam


keberhasilan usaha ini. Karena bila salah memilih lahan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan Komoditi Satoimo ini menjadi fatal untuk langkah selanjutnya & bisa
dipastikan akan menuai kegagalan. Oleh karenanya perlu kecermatan dan dipatuhi syarat-
syaratnya dari kebutuhan Satoimo tersebut.Ada beberapa persyaratan yang harus dipatuhi
dalam memilih lokasi :

1. FAKTOR NON TEKNIS


Aspek non teknis yang dimaksud adalah tidak berhubungan langsung dengan
pertumbuhan tanaman, tapi sangatlah mendukung terhadap kebehasilan usaha ini,
yaitu :
a. . Status Lahan
Status Lahan harus jelas sehingga suatu usaha akan berjalan dengan lancar tanpa
gangguan. Karena ketidak jelasan status lahan akan mengakibatkan konflik dengan
pihak lain.
b. Sumber Daya Manusia
Selain dari kecocokan lahan untuk tanaman, perlu di perhatikan di lokasii tersebut
terhadap ketersediaan tenaga kerja yang akan membantu keberhasilan usaha
ini. Karena bila kurang atau sulit mendapatkan Tenaga Kerja maka akan mengganggu
terhadap jadwal waktu/target waktu kegiatan. Bila diambil dari lain tempat perlu
diperhitungkan terhadap biaya yang akan timbul.
c. Aksesibilitas ( Keterjangkauan )
Aksesibilitas lokasi lahan perlu dipertimbangkan jauh dekatnya dari angkutan dan
ketersediaan sarana prasarana yang tentunya akan sangat menghambat terhadap
proses kegiatan usaha ini. Baik dalam target waktu maupun biaya yang akan di
keluarkan.

2. FAKTOR TEKNIS
Faktor teknis dalam pemilihan lokasi untuk budidaya tanaman Satoimo ini harus
diperhatikan dengan seksama, yang meliputi :

a. Kondisi tanah yang diinginkan


Tanah harus memiliki struktur remah, galuh berpasir, drainase baik sepanjang
tahun, banyak mengandung bahan organic ( humid acid, fluvic acid humin, humate,
precursor phytohormon, dan precursor phytohormon cytokinin, yaitu trytophan dan
adesine ). pH tanah : 5,5 -7,0 dengan kelembaban tanah : 50 %-65 %

b. Kondisi iklim yang diinginkan


Temperatur 15 35 C dan minimum 15 C.Cahaya matahari yang diperlukan untuk
menyinari tanaman Satoimo mutlak 10 jam.
3. Air
Satoimo (Talas Jepang) membutuhkan banyak air untuk pembentukan umbi yang
baik. Kekurangan air mengakibatkan penurunan hasil produksi yang sangat berarti di
dalam target produksi dalam tonase yang diharapkan. Untuk itu sebaiknya sebelum
merencanakan penanaman, terlebih dahulu mencarikan tempat yang system irigisi /
pengadaan air tidak terputus walaupun pada musim kemarau. Hal ini sangat penting.
Dengan kata lain disini kelembapan tanah perlu dijaga dengan benar.Untuk sementara
waktu dari dasar pengamatan dilapangan air yang diperlukan guna mencapai
kelembaban tanah yang stabil antara 50 % - 65 % adalah 0,5 liter per tanaman per
pohon per hari disaat musim kemarau yang tinggi.
Sistem irigasi dapat menggunakan beberapa metode yaitu :

Sistem buka tutup selokan parit dari sumber utama seperti sungai/kali, lebih
dikenal dengan istilah sistem Leb
Sistem pengairan Springkel dengan air bertekanan yang disalurkan melalui pipa-
pipa dan disebarkan halus seperti hujan buatan secara merata diatas permukaan
daun jatuh ke permukaan tanah.
Sistem irigasi Tube dengan mendistribusikan air bertekanan merata yang
disalurkan melalui pipa-pipa dan selang Hoyu Tube disebarkan sekitar bawah
daun ke permukaan tanah.

B. TEKNIS BUDIDAYA
Dalam teknis budidaya kami akan memberikan arahan dan atau
pendampingan dari olah lahan hingga pasca panen dimana dari olah lahan hingga
panen kurang lebih 6 bulan atau setelah tanam 5 bulan panen. Pendampingan ini
diberikan dengan tujuan agar hasil panen dapat maksimal baik dari segi kualitas
dan kuantitas sehingga pelaku usaha budidaya Talas satoimo mendapatkan
keuntungan yang maksimal. Pendampingan akan memberikan rekomendasi dari
olah lahan hingga pasca penen dan juga memberikan rekomendasi sarana
produksi pertanian yang akan di aplikasikan.
C. ANALISA EKONOMI BUDIDAYA TALAS SATOIMO.
Dengan asumsi areal lahan 1 ha

I. BIAYA INVESTASI Rp Tanam selanjutnya Tanam pertama


1 Sewa Lahan Rp. - -
2 Power Sprayer Rp. 266.667 1.600.000
3 Bak air plastic Rp. 50.000 300.000
4 Alat-alat Rp. 125.000 750.000
Total Investasi : Rp. 441.667 2.650.000
II. BIAYA BAHAN BAKU
1 Media Humus Rp. - -
2 Benih Rp. - 24.000.000
3 Mulsa Jerami Rp. - -
4 Total biaya Bahan baku : Rp. 24.000.000
III. BIAYA Transplanting
1 Kompos 12.000.000 12.000.000
2 Box - -
3 Mulsa - -
4 Tali plastic - -
Total biaya transplanting 12.000.000 12.000.000
IV. BIAYA PEMELIHARAAN
1 Pupuk Kimia/ Pupuk Makro
2 Decomposer 960.000 960.000
3 Pupuk Super tani 600.000 600.000
4 Pestisida - -
1.560.000 1.560.000
V. BIAYA TENAGA KERJA
1 Persiapan pembibitan 240.000 240.000
2 Penanaman benih
3 Perawatan bibit
4 Persiapan lahan 900.000 900.000
5 Pindah tanam 540.000 540.000
6 Perawatan tanaman 1.440.000 1.440.000
7 Panen 450.000 450.000
Total Biaya Tenaga kerja : 3.570.000 3.570.000
VI. Estimasi Laba
1 Total Biaya ( I,II,III,IV,V ) Rp. 17.571.667 43.780.000
2 Biaya tambahan 10% Rp. 1.757.166 4.378.000
3 Grand Total Biaya ( VI.1+VI.2) Rp. 19.328.833 48.158.000
4. Estimasi Panen ( 2,5kg/tanaman ) kg 50.000 50.000
5. Biaya rerata per kg hasil Rp. 387 963
6. Harga jual per Kg Rp. 2.500 2.500
7. Estimasi Laba kotor Rp. 125.000.000,- 125.000.000
8. Estimasi Laba / kg Rp. 2.013 2.013
9. Estimasi Laba total Rp. 105.671.167. 76.842.000
10. Estimasi laba bersih setelah Rp. Setiap daerah Setiap daerah
dikurangi biaya kirim ke Jakarta berbeda hasil berbeda hasil
(50% biaya oks kirim disubsidi ).
11. Usia panen 5-6 bulan 5-6 bulan

Jika di estimasi harga per kg ongkos kirim menggunakan truck ( 6-8 ton ) @kg
Rp.1.000,-
Rp. 1.000 di bagi 2, sebagian ditanggung pihak eksportir.
Biaya kirim ditanggung penghasil produksi talas adalah Rp. 500/kg.
Maka Estimasi Laba bersih sebagai berikut :
Tanam Pertama : Estimasi laba Ongkos kirim
Rp. 76.842.000 ( Rp.500 x 50.000kg ) = Rp.51.842.000,-
Tanam selanjutnya : Estimasi laba Ongkos kirim
Rp. 105.671.167 ( Rp.500 x 50.000kg) = Rp.80.671.167,-
Dengan sistem budidaya yang baik hasil panen dapat ditingkatkan dengan biaya yg
sama,estimasi hasil panen berkisar antara 2kg hingga 7kg per tanaman.
Biaya ongkos kirim setiap daerah berbeda-beda semakin kecil maka keuntungan
bersih semakin besar.
Rasio perbandingan antara Modal dan laba bersih :
1. Tanam pertama
Laba Kotor Rp. 125.000.000
Modal keseluruhan Rp. 73.158.000
= 1.7
Dalam Rp.1 ( satu rupiah ) modal yang dikeluarkan akan kembali sebesar
Rp. 1,7 ( satu koma tujuh rupiah ) atau dengan kata lain setiap Rp.1 modal
akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 0,7,-
2. Tanam selanjutnya.
Laba Kotor Rp. 125.000.000
Modal keseluruhan Rp. 44.328.833
= 2.8
Dalam setiap Rp.1 modal akan kembali sebesar Rp.2,8 atau dengan kata
lain keuntungan bersih yang di dapat dari modal Rp.1 yaitu Rp.1,8.
Tanam selanjutnya Bibit sudah tersedia berasal dari sebagian kecil hasil panen
sehingga pembudidaya atau petani tidak membeli bibit lagi.
IV. BENTUK KERJA SAMA

Dalam penawaran kerja sama ini kami menawarkan pola kerja sama sebagai berikut :

1. Benih unggul talas satoimo pihak kami yang mengadakan dengan pola bayar
tunai.
2. Kami memberikan pendampingan teknis agar hasil panen maksimal
3. Kerjasama ini akan sepakat apabila pihak calon produsen atau pembudidaya
mampu untuk membudidayakan sebanyak minimal 40.000 bibit atau 2 hektar
setara dengan 2 kali dari total biaya produksi yang telah dijelaskan pada analisa
ekonomi talas satoimo diatas. Dengan catatan lahan tidak harus satu hamparan
serta dapat juga dalam pola tumpang sari.
4. Beberapa produk pendukung saprodi kami memberikan rekomendasi yang wajib
digunakan. ( akan tertera dalam MOU ).
5. Kesepakatan kerja sama ini akan diikat oleh sebuah perjanjian atau MOU.
6. Hasil panen pihak kami akan membeli semua secara tunai. ( tertera
diperjanjian/MOU).
7. Adapun hal-hal lain yang kiranya belum terdapat pada proposal ini dapat
didiskusikan dengan pihak kami.

Bentuk atau Skema Investasi yang kami sarankan :


1. Calon Pembudidaya, Berperan sebagai pemodal dan juga pelaku/petani agar
dapat secara pribadi atau berkelompok sehingga nantinya hasil keuntungan
dapat dinikmati secara penuh.

2. Calon Pembudidaya berperan sebagai pemodal biaya produksi dan nantinya


bekerja sama dengan petani atau kelompok tani dengan pembagian
keuntungan menurut kesepakatan bersama antara pemodal dan petani atau
kelompok tani. Dapat juga pemodal biaya produksi mengambil keuntungan
dari sarana produksi yg digunakan seperti pupuk,decomposer,POC dan lain
lain serta mengambil keuntungan dari harga jual hasil panen.

3. Program ini dapat menjadi usaha didesa atau program usaha BUMDES Badan
usaha milik Desa dalam pemberdayaan ekonomi di Desa melalu program dana
Desa. Bumdes memberikan bantuan pembiayaan dengan mengambil
keuntungan dari nilai jual saprodi ( sarana produksi pertanian ) dan dari bagi
hasil keuntungan bersih atau mengambil keuntungan dari selisih harga beli
dan jual. Bumdes bekerja sama dengan PT. Agro Lawu International sebagai
pembeli hasil panen talas tentunya dengan perjanjian yang saling
menguntungkan dan jangka panjang.
V. MAKSUD DAN TUJUAN
Melihat dari permintaan pasar pada komoditi talas satoimo ini dan menganalisa
dari sudut pandang ekonomi serta karakteristik dan potensi daerah maka kerja sama
budidaya talas Satoimo ini sangat menguntungkan semua pihak terutama
pembudidaya yang kami sebut mitra usah budidaya Talas Satoimo,dengan tekhnologi
serta sistem budidaya yang akan kami arahkan diharap dengan biaya yang sama
mendapatkan hasil yang maksimal dalam interval hasil panen 2,5kg-7kg/batang.
Semoga dengan program ini dapat meningkatkan pendapatan petani dimasa depan
serta terciptanya peluang kerja didesa dan secara otomatis akan mendongkrak
perekonomian didaerah. Dengan dasar itulah kami hadir sebagai fasilitator atau
konsultan yang bekerja sama atau perwakilan dilapangan dari PT.Agro Lawu sebagai
International eksportir talas satoimo di Indonesia, nanti nya kami akan memberikan
pendampingan secara langsung maupun tidak langsung dengan baik dan benar dalam
budidaya talas Satoimo dari pra tanam hingga pasca panen guna mensukseskan
program budidaya Talas Satoimo sebagai salah satu program nyata mewujudkan
kesejahteraan petani dan daerah.

VI. PENUTUP

Talas Satoimo dengan peluang pasar ekspor ke Jepang yang sangat besar tentu ini
menjadi peluang usaha pertanian didaerah dan tentunya bagi petani didaerah, selain
menjadi komoditi ekspor yang menjanjikan, talas satoimo dilihat dari rasa dan
manfaat nya tentu komoditi ini dapat pula menjadi bahan pangan berkualitas bagi
masyrakat di Indonesia dengan kata lain pasar lokalpun akan tercipta.
Demikian uraian kami sebagai bentuk informasi dan juga penawaran kerja sama
dalam budidaya Talas satoimo. Harapan kami setelah membaca dan mencermati
uraian kami pada proposal ini akan terwujud kerja sama yang baik dan
berkesinambungan dengan pihak kami, sekali lagi dengan harapan besar yaitu
meningkatnya kesejahteraan petani dan perekonomian daerah serta ikut serta dalam
meningkatkan devisa Negara.

Anda mungkin juga menyukai