Anda di halaman 1dari 6

Awal keberadaan Talas Jepang di Indonesia adalah pada masa pendudukan Jepang.

Talas Jepang
dikenal oleh masyarakat di Toraja dengan nama TALAS BITHEK, dan di Buleleng Bali dikenal
dengan KELADI SALAK karena rangkaian umbinya seperti buah salak (LIPI, 2002).
Konsorsium Satoimo Indonesia-Jepang bekerjasama dengan KADIN Indonesia, telah mulai
melakukan Pengembangan Budidaya Satoimo di Indonesia sejak tahun 2003. Hingga akhirnya
pada 16 Februari 2006 hingga saat ini satoimo dari Indonesia telah diekspor ke Jepang.

POTENSI PASAR

50 % penduduk Jepang yang berjumlah ± 120 juta orang, mengkonsumsi Talas Jepang sebagai
makanan pokok selain beras. Sehingga saat ini kebutuhan Jepang mencapai ± 360.000 ton
pertahun (Otsubo,1996), sedangkan kapasitas produksi di Jepang terus menurun hingga 250.000
ton pertahun, karena keterbatasan lahan dan faktor iklim yang tidak memungkinkan untuk
bertani sepanjang tahun (JETRO, 1994).

Kekurangan pasokan satoimo sebagaian besar diimpor Jepang dari China, yaitu mencapai ±
55.000 ton s/d 60.000 ton (JAPAN IMPORTS/EXPORTS). Oleh karena itu Jepang masih
kekurangan pasokan satoimo sebesar ± 40.000 ton s/d 45.000 ton pertahun. Indonesia berpotensi
untuk memenuhi kekurangan pasokan satoimo ke Jepang, karena merupakan negara agraris
dengan dua musim yang dapat mendukung kegiatan pertanian sepanjang tahun.

MANFAAT

 UMBI SEGAR: Sumber Calsium dan Kalori yang tinggi, tetapi kandungan
karbonhidratnya rendah sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan DIET juga baik
untuk penderita DIABETES
 PATI/POWDER: sebagai bahan produksi makanan/minuman sehat; seperti pengental
(starch), bubur bayi makanan orang tua, bahan baku kue dan roti, pencampur tepung
terigu sebagai pengganti kentang. Farmasi/obat-obatan: sebagai pengisi kapsul dan tablet.
 SERAT/FIBRE : Sebagai bahan campuran pembuatan JELLY, Ice Cream biscuit filling,
preparat sup, minuman berserat, pudding, makanan dan minuman diet dan penderita
diabetes, dll.

PEMBIBITAN
Secara konvensional Bibit tanaman Satoimo adalah berasal dari
Umbi . Selama ini, Umbi untuk bibit tersebut diimpor dari Negara China, dengan resiko yang
ditanggung :

1. Kadang2 umbi yang sudah diterima sudah busuk hinggga 25%


2. Membawa hama penyakit dari China yang berbahaya
3. Umbi gagal disemai
4. Kualitas Umbi beragam, baik ukuran maupun umur
6. Karena hasil impor, harga Umbi lebih mahal.

Oleh karena itu Lab kultur jaringan SEAMEO BIOTROP Sejak tahun 2006 mulai memproduksi
bibit Talas Jepang melalui teknik kultur jaringan, sehingga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan Petani akan bibit Talas Jepang /Satoimo berkualitas, bebas penyakit dengan harga
terjangkau.

PERSYARATAN TEMPAT TUMBUH


1. Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, kaya akan
bahan organik atau humus.
2. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah, misalnya tanah
lempung yang subur dan coklat, tanah vulkanik, andosol, tanah latosol.
3. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di tanah drainase baik dan PH 5,5-
6,5. Bila PH dibawah 5,0 tanah harus diberi perlakuan kapur 1 ton/HA.
4. Tanaman ini membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila tidak tersedia air
yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman talas sulit tumbuh.
5. Selama pertumbuhan tanaman ini menyukai tempat terbuka dengan penyinaran penuh
serta pada lingkungan dengan suhu 25-30 °C dan kelembaban tinggi.

CARA BUDIDAYA

1. Penataan lahan ( pembuatan guludan /bedengan ) Ukuran panjang guludan/bedengan


dapat disesuiakan dengan luasan lahan yang ada, sedangkan lebar 120 cm dan tingginya
15 cm. pembuatan lobang tanam dengan jarak 60 cm x 40 cm dengan diameter lobang 25
cm dan kedalaman 15 cm.
2. Pemberian KOMPOS 400-500 gr, pupuk NPK ( 15-15-15 ) 5 gr, dan 2 gr furadan pada
setiap lubang tanam, kemudian DIADUK secara merata dengan tanah yang ada dilobang
dan disiram air secukupnya, selanjutnya didiamkan selama 2 s/d 4 hari sebelum mulai
tanam.
3. Umbi yang telah tumbuh berdaun dua dan telah berakar (kondisi sehat), diletakkanpada
lobang tanam dengan kedalaman dari permukaan maksimum 10 cm. Selanjutnya
ditimbun dengan tanah disekitar lobang dan disiram.
4. Penyiraman setiap hari pagi dan sore jika diperlukan sesuai dengan kondisi kelembaban
tanah disekitar tanaman.
5. Pemberian pupuk NPK ( 15-15-15 ) 5 gr setiap tanaman pada umur tanaman 1 bulan
setelah tanam yang ditaburkan 10 cm – 20 cm dari batang tanaman (melingkar) dan
langsung ditimbun tanah sekitarnya,
6. Pembersihan gulma dan pembumbunan tanah, tingginya bumbunan 5 s/d 10 cm dari
pangkal batang tanaman itu sendiri, juga dilakukan kalau terjadi erosi karena hujan.
7. Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur antara +/-5 bulan setelah tanam.

ANALISA USAHA (1 HA, 6 bulan)

PEMESANAN BIBIT DAN KONSULTASI GRATIS

Informasi lebih lanjut dan pemesanan bibit hubungi :


Samsul A. Yani (HP 08129079245), email : samsul@biotrop.org
Erina Sulistiani (HP 08129601934), email : esulistiani@biotrop.org

Tissue Culture-Services Laboratory, SEAMEO BIOTROP


Jl. Raya Tajur Km 6, PO BOX 116 Bogor 16000
Tel/Fax : 62 251 8357175

PEMBELI HASIL PANEN SATOIMO, hubungi :

Rahedi Soegeng (HP 08158883578)


Konsorsium Satoimo Talas Jepang

Graha Niaga 3rd Floor


Jl. Jend. Sudirman, Kav. 58 Jakarta 12190
Tel/Fax: 62 21 2505402
Pisang Cavendish

Pisang (Musa sp.) merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia.  Hal ini
dikarenakan rasanya lezat, gizinya tinggi, dan harganya relatif murah.  Pisang merupakan salah
satu tanaman yang mempunyai prospek cerah di masa datang karena di seluruh dunia hampir
setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang.  Selain itu tanaman pisang sangat mudah
dibudidayakan dan cepat menghasilkan sehingga lebih disukai petani untuk dibudidayakan. 
Banyak jenis tanaman pisang komersial yang telah dibudidayakan di Indonesia, salah satunya
adalah Pisang Cavendish (Musa paradisiaca L.).

Pisang Cavendish di Indonesia lebih dikenal dengan Pisang Ambon Putih.  Varietas yang
dikembangkan di SEAMEO BIOTROP adalah jenis Pisang Cavendish Grand Naim yang banyak
dijual di supermarket sebagai pisang meja yaitu pisang yang dihidangkan langsung untuk
dikonsumsi.  Pisang Cavendish juga banyak dijadikan sebagai konsumsi pabrik puree, tepung
pisang sebagai bahan makanan bayi.

Pohon Pisang Cavendish mempunyai tinggi batang 2,5 - 3 m


dengan warna hijau kehitaman.  Daunnya berwarna hijau tua.  Panjang Tandan 60 - 100 cm
dengan berat 15 - 30 kg.  Setiap tandan terdiri dari 8 - 13 sisiran dan setiap sisiran ada 12 - 22
buah.  Daging buah putih kekuningan, rasanya manis agak asam, dan lunak.  Kulit buah agak
tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning muda halus.  Umur panen 3 - 3,5 bulan sejak
keluar jantung.
Meningkatnya permintaan buah pisang untuk kebutuhan lokal maupun untuk ekspor, diikuti
dengan meningkatnya kebutuhan akan bibit Pisang Cavendish yang berkualitas.  Oleh karena itu,
Laboratorium Kultur Jaringan, SEAMEO BIOTROP telah memproduksi bibit Pisang Cavendish
melalui teknik kultur jaringan.

Keunggulan bibit pisang hasil kultur jaringan dibandingkan dengan bibit dari anakan adalah bibit
kultur jaringan terbebas dari penyakit seperti Bakteri Layu Moko (Pseudomonas solanacearum)
dan Layu Panama (Fusarium oxysporum cubense).  Penyakit ini sangat ditakuti oleh petani
pisang.  Keunggulan lain adalah bibit yang dihasilkan pertumbuhan dan kualitas genetiknya
seragam.

Selain Pisang Cavendish, Laboratorium Kultur Jaringan, Services Laboratory - SEAMEO


BIOTROP juga memproduksi bibit Pisang Barangan, Pisang Raja Bulu, Pisang Tanduk, Pisang
Ambon Kuning, Pisang Kepok Kuning dan Pisang Abaka.

Untuk informasi lebih lanjut dan pemesanan bibit hubungi:

Laboratorium Kultur Jaringan


Services Laboratory
SEAMEO BIOTROP
Jl. Raya Tajur Km 6, PO Box 116,
Bogor, Jawa Barat
Tel.: 0251-8357175
Fax.: 0251-8357175

Contact Persons :
Samsul A. Yani (HP: 08129079245), email: samsul@biotrop.org
Erina Sulistiani (HP: 08129601934), email: esulistiani@biotrop.org

Anda mungkin juga menyukai