Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM CONTRACT RELAX STRETCHING

Nama Otot Yang Distretching Prosedur Pelaksanaan


Extremitas inferior
Otot gastrocnemius
a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : supine
Metode 1
lying. Tungkai netral.

b. Posisi fisioterapis : berdiri disamping kaki


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kiri


berada diatas patella dan tangan kanan pada
calcaneus.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan ankle
kearah plantarfleksi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah dorsifleksi ankle
maksimal, dipertahankan selama 10 15
detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot
gastrocnemius.
Otot gastrocnemius
Metode 2 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : supine
lying. Tungkai bawah netral dan ankle eversi.

b. Posisi fisioterapis : berdiri disamping kaki


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : . tangan kiri


berada diatas patella dan tangan kanan pada
calcaneus.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan ankle
kearah plantar fleksi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : . dilakukan
stretching kearah dorsifleksi ankle
maksimal, dipertahankan selama 10 15
detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot
gastrocnemius.
Otot soleus
a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : prone
lying dan fleksi knee.

b. Posisi fisioterapis : berdiri disamping kaki


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kiri


berada pada distal femur dan tangan kanan
berada diatas calcaneus.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan ankle
kearah plantar fleksi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah dorsofleksi ankle,
dipertahankan selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot soleus.
Otot hamstring
Metode 1 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : supine
lying dan ekstensi hip + ekstensi knee.

b. Posisi fisioterapis : berada disamping kaki


pasien.
c. Peletakan tangan fisioterapis : kedua tangan
berada pada knee pasien dengan memeluk
tungkai pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan hip
kearah extensi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah fleksi hip, dipertahankan
selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot hamstring.
Otot hamstring
Metode 2 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : supine
lying dan ekstensi hip + ekstensi knee.
b. Posisi fisioterapis : berdiri disamping kaki
pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kanan


berada pada distal femur bagian distal dan
tangan kiri berada pada bagian tengah tungkai
bawah.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan hip
kearah extensi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah fleksi hip, dipertahankan
selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot hamstring.
Otot hamstring dan gastrocnemius
a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : supine
lying (kedua tangan pasien memegang distal
femur bagian posterior), ekstensi hip + ekstensi
knee

b. Posisi fisioterapis : berdiri disamping kaki


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kanan


berada pada medial distal tungkai dan tangan
kiri berada pada lateral distal tungkai.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan hip
kearah extensi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah ekstensi knee,
dipertahankan selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot hamstring.
Otot adduktor hip
Metode 1 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying, hip pasien dalam posisi abduksi
hip.

b. Posisi fisioterapis : Fisioterapis berdiri


disamping kaki pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kiri


fisioterapis berada di lateral pelvic sedangkan
tangan kanan berada di medial knee.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan hip
kearah adduksi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah abduksi hip, dipertahankan
selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas jaringan otot adduktor hip.

Otot adduktor hip


Metode 2 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : Side
lying, dengan posisi awal tungkai netral.

b. Posisi fisioterapis : Fisioterapis berdiri


dibelakang

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kiri


fisioterapis berada di lateral pelvic sedangkan
tangan kanannya berada di medial knee.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan hip
kearah adduksi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah abduksi hip, dipertahankan
selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas jaringan otot adduktor hip.
Otot abductor hip
Metode 1 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying, dengan bokong berada di pinggir
bed serta posisi awal tungkai menggantung di
atas bed sedangkan pasien menarik tungkai
yang lainnya.

b. Posisi fisioterapis : Berada di bawah kaki


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kiri


fisioterapis berada di medial sedangkan tangan
kanan berada di lateral knee.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan hip
kearah abduksi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah ekstensi dan adduksi hip,
dipertahankan selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas jaringan otot abduktor hip
(tensor fascia latae).
Otot abductor hip
Metode 2 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying, dengan posisi awal tungkai
bagian kanan di silangkan sedangkan tungkai
kiri dalam posisi netral.

b. Posisi fisioterapis : Fisioterapis berdiri


disamping pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kiri


fisioterapis berada di lateral knee sedangkan
tangan kanan berada di lateral tungkai bawah.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan hip
kearah abduksi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah adduksi hip, dipertahankan
selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas jaringan otot abduktor hip
(tensor fascia latae).
Otot quadriceps femoris/rectus femoris
Metode 1 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : Side
lying, posisi awal tungkai fleksi knee.

b. Posisi fisioterapis : Fisioterapis berdiri


dibelakang pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kanan


pasien berada di distal femur sedangkan tangan
kiri berada di lateral pelvic sambil menyanggah
kaki pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan knee
kearah extensi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah ekstensi hip,
dipertahankan selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas jaringan otot quadriceps
femoris/rectus femoris.
Otot quadriceps femoris/rectus femoris
Metode 2 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying, dengan bokong berada di pinggir
bed serta posisi awal tungkai menggantung di
atas bed sedangkan pasien menarik tungkai
yang lainnya.

b. Posisi fisioterapis : Fisioterapis berada di


bawah kaki pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kiri


fisioterapis berada di knee sedangkan tangan
kanan berada di distal tibia.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan knee
kearah extensi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah ekstensi hip dan fleksi
knee, dipertahankan selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas jaringan otot quadriceps
femoris/rectus femoris.
Otot iliopsoas
Metode 1 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying, dengan bokong berada di pinggir
bed serta posisi awal tungkai menggantung di
atas bed sedangkan pasien menarik tungkai
yang lainnya.

b. Posisi fisioterapis : Fisioterapis berada di


bawah kaki pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kiri


fisioterapis berada di knee tungkai kiri pasien
sedangkan tangan kanan berada di knee tungkai
kanan pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan hip
kearah flexi sementara terapis memberikan
tahanan isometrik (dipertahankan kontraksi
8 detik).
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah ekstensi hip,
dipertahankan selama 10 15 detik.

e. Tujuan :
Meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas jaringan otot iliopsoas.
Otot iliopsoas
Metode 2
a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : Posisi
pasien side lying dengan tungkai sebelah kanan
fleksi knee dan tungkai sebelah kiri fleksi knee
90.

b. Posisi fisioterapis : posisi fisioterapis berada


di belakang pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kanan


fisioterapis memfiksasi pelvic pasien
sedangkan tangan kiri memegang bagian
medial knee.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan hip
kearah flexi sementara terapis memberikan
tahanan isometrik (dipertahankan kontraksi
8 detik) dalam 2 kali repetisi
2) Fase relaksasi/stretching : Pasca relaksasi
dilakukan stretching kearah ekstensi hip,
dipertahankan selama 10 15 detik tanpa
ada tahanan dari pasien.

e. Tujuan : Meningkatkan fleksibilitas dan


elastisitas otot iliopsoas.
Otot iliopsoas
Metode 3
a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : posisi
pasien prone lying dengan tungkai sebelah
kanan sedikit fleksi dan menggelantung di luar
bed sedangkan tungkai kiri fleksi 90.

b. Posisi fisioterapis : berada di samping bawah


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kiri


berada di pelvic untuk memfiksasi sedangkan
tangan kanan berada di bagian anterior knee
sebagai penggerak .

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan hip
kearah flexi sementara terapis memberikan
tahanan isometrik (dipertahankan kontraksi
8 detik ) dalam 2 kali repetisi kemudian
pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : Pasca relaksasi
dilakukan stretching kearah ekstensi hip,
dipertahankan selama 10 15 detik. Tanpa
ada tahanan dari pasien

e. Tujuan : Meningkatkan fleksibilitas dan


elastisitas otot iliopsoas
Otot piriformis
Metode 1
a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : supine
lying dengan kedua tungkai fleksi hip +fleksi
knee

b. Posisi fisioterapis : samping kanan tungkai


pasien

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kiri


berada pada lateral knee dan tangan kanan pada
bagian distal lateral tibia

d. Teknik Pelaksanaan :
1). Fase kontraksi : fisioterapis meminta
pasien menggerakkan kaki kanan pasien
kearah abduksi sementara fisioterapis
memberikan tahanan isometrik (dipertahankan
6-8 detik). Dalam 2 repetisi diselingi relaks .
2). Fase rileksasi/ stretching : dilakukan
stretching ke arah adduksi posisi
dipertahankan 10-15 detik. Tanpa ada tahanan

e. Tujuan : Untuk meningkatkan fleksibilitas dan


ekstensibilitas otot priformis.
Otot piriformis
Metode 2
a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : supine
lying dengan kedua kaki dalam posisi fleksi hip
+fleksi knee . Kaki kiri disanggah dengan kaki
fisioterapis dalam posisi fleksi hip 90+fleksi
knee 90
b. Posisi fisioterapis : samping kanan tungkai
pasien

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kiri


berada pada lateral knee dan tangan kanan pada
bagian distal lateral tibia

d. Teknik Pelaksanaan :
1). Fase kontraksi : fisioterapis meminta
pasien menggerakkan kaki kanan pasien
kearah abduksi sementara fisioterapis
memberikan tahanan isometrik (dipertahankan
6-8 detik). Dalam 2 kali repetisi diselingi
relaks.
2). Fase rileksasi / stretching : dilakukan
stretching ke arah adduksi posisi
dipertahankan 10-15 detik. Tanpa ada tahanan

e. Tujuan : Untuk mengurangi spasme otot dan


meningkatkan fleksibilitas dan ekstensisbilitas
otot priformis.
Otot piriformis
Metode 3
a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai : supine
lying dengan kaki kiri lurus/ netral dan kaki
kanan posisi fleksi hip+fleksi knee

b. Posisi fisioterapis : samping kanan tungkai


pasien

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kiri


berada pada SIAS dan tangan kanan pada
bagian lateral knee
d. Teknik Pelaksanaan :
1). Fase kontraksi : tungkai kanan digerakkan
menyilang disamping tungkai kiri. fisioterapis
meminta pasien menggerakkan kaki kanan
pasien kearah abduksi sementara fisioterapis
memberikan tahanan isometrik (dipertahankan
6-8 detik). Dalam 2 kali repetisi diselingi
relaks
2). Fase rileksasi / stretching : dilakukan
stretching ke arah adduksi posisi
dipertahankan 10-15 detik. Tanpa ada tahanan

e. Tujuan: meningkatkan fleksibilitas dan


ekstensibilitas otot priformis.
Extremitas Superior
Otot ekstensor wrist

a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : duduk


di atas bed dengan tangan abduksi 90 dengan
palmar fleksi

b. Posisi fisioterapis : fisioterapis berdiri di


samping pasien

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kiri


fisioterapis memegang slbow pasien kemudian
tangan kanan berada di dorsal wrist

d. Teknik Pelaksanaan :
1). Fase kontraksi : fisioterapis menggerakkan
tangan pasien kearah ekstensi wrist sementara
fisioterapis memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan 6-8 detik). Dalam 2 kali repetisi
diselingi relaks
2). Fase relaksasi / stretching : dilakukan
stretching kearah palmar fleksi + pronasi
lengan bawah, posisi dipertahankan selama 10
15 detik. Tanpa ada tahanan

e. Tujuan : otot dan meningkatkan fleksibilitas


dan elastisitas otot ekstensor wrist.
Otot fleksor wrist
Metode 1
a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : duduk
di pinggir bed dengan posisi awal lengan full
fleksi elbow

b. Posisi fisioterapis : berdiri di depan pasien

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kiri


berada pada palmar wrist pasien sebagai
penggerak dan tangan kanan berada pada elbow
untuk memfiksasi

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan wrist
nya kearah fleksi sementara terapis
memberikan tahanan isometric
dipertahankan selama 8 detik, dalam 2 kali
repetisi kemudian pasien relax
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah dorsofleksi wrist
dipertahankan selama 10-15 detik tanpa ada
tahanan dari pasien

e. Tujuan : meningkatkan fleksibilitas dan


elastisitas otot fleksor
Otot fleksor wrist
Metode 2
a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : tidur
terlentang dengan tangan kiri abduksi 90 dan
kanan netral

b. Posisi fisioterapis : berdiri disamping kepala


pasien

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kiri


berada pada palmar wrist pasien sebagai
penggerak dan tangan kanan berada pada elbow
untuk memfiksasi

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan wrist
nya kearah fleksi sementara terapis
memberikan tahanan isometric
dipertahankan selama 8 detik selama 2 kali
repetisi kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching: dilakukan
stretching kearah dorsofleksi wrist
dipertahankan selama 10-15 detik tanpa ada
tahanan dari pasien.

e. Tujuan : meningkatkan fleksibilitas dan


elastisitas otot fleksor.
Otot triceps brachii

a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : pasien


duduk diatas bed dengan tangan kanan fleksi
shoulder + fleksi elbow dan tangan kiri netral
b. Posisi fisioterapis : berdiri di belakang pasien

c. Peletakan tangan fisioterapis: tangan kanan


pada posterior elbow sebagai penggerak dan
tangan kiri memfiksasi area punggung

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase Kontraksi: pasien menggerakkan
elbownya kearah extensi sementara
terapis memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik) dalam
2 kali repetisi. Kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : fisioterapis
menggerakkan tangan pasien kearah
fleksi shoulder sampai otot triceps
brachii terulur dan dipertahankan
selama 10-15 detik tanpa ada tahanan
dari pasien.

e. Tujuan : meningkatkan fleksibilitas dan


elastisitas otot triceps brachii.
Otot biceps brachii

f. Posisi pasien dan posisi awal lengan : pasien


duduk diatas bed dengan tangan kanan fleksi
shoulder + fleksi elbow dan tangan kiri netral.

g. Posisi fisioterapis : berdiri di belakang pasien


h. Peletakan tangan fisioterapis: tangan kanan
pada posterior elbow sebagai penggerak dan
tangan kiri memfiksasi area punggung

i. Teknik Pelaksanaan :
3) Fase Kontraksi: pasien menggerakkan
elbownya kearah extensi sementara
terapis memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik) dalam
2 kali repetisi. Kemudian pasien relax.
4) Fase relaksasi/stretching : fisioterapis
menggerakkan tangan pasien kearah
fleksi shoulder sampai otot triceps
brachii terulur dan dipertahankan
selama 10-15 detik tanpa ada tahanan
dari pasien.

j. Tujuan : meningkatkan fleksibilitas dan


elastisitas otot triceps brachii.
Otot infraspinatus a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : tidur
telentang. Tangan kiri dalam posisi
endorotasi shoulder
b. Posisi fisioterapis : berdiri disamping bed
disisi kepala pasien.
c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan
kanan pada medial elbow untuk memfiksasi,
sedangkan tangan kiri memegang lengan
bawah bagian dorsal pasien sebagai
penggerak.
d. Teknik pelaksanaan :
1). Fase kontraksi : fisioterapis meminta
pasien untuk menggerakkan shouldernya
kearah exorotasi sementara fisioterapis
memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan 6-8 detik) dalam 2 kali
repetisi kemudian minta pasien untuk
rileks .
2). Fase relaksasi /stretching : dilakukan
stretching ke arah endorotasi shoulder .
posisi dipertahankan 10-15 detik.

e. Tujuan : meningkatkan fleksibilitas dan


elastisitas otot infraspinatus.

Otot supraspinatus a. Posisi pasien dan posisi awal lengan :


duduk diatas kursi/bed. Tangan kiri netral,
sedangkan tangan kanan pasien didepan
dada dalam posisi fleksi elbow 90.

b. Posisi fisioterapis : berdiri dibelakang


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan


kanan fisioterapis pada bahu kanan pasien ,
sedangkan tangan kiri fisiotrapis diletakkan
pada posterior elbow kanan pasien sebagai
penggerak.

d. Teknik pelaksanaan :
1). Fase kontraksi : fisioterapis meminta
pasien untuk menggerakkan shouldernya
kearah abduksi sementara fisioterapis
memberikan tahanan
isometrik(dipertahankan 6-8 detik)dalam 2
kali repetisi kemudian pasien relaks
2). Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah adduksi shoulder
(dipertahankan 10-15 detik).

e. Tujuan : meningkatkan fleksibilitas dan


elastisitas otot supraspinatus.

Otot pectoralis major (bilateral)

a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : Duduk


di atas bed dengan posisi awal lengan abduksi
shoulder 90o dan kedua telapak tangan
diletakkan di area posterior head.

b. Posisi fisioterapis : Berada di belakang


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Kedua telapak


tangan fisioterapis berada pada kedua medial
elbow pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : Pasien menggerakkan
shouldernya kearah adduksi horizontal
sementara terapis memberikan tahanan
isometrik dipertahankan kontraksi 8 detik
Selama 3 kali repetisi kemudian pasien
relax.
2) Fase relaksasi/stretching : Dilakukan
stretching kearah abduksi horizontal
shoulder, dipertahankan selama 10 15
detik tanpa ada tahanan dari pasien.

e. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas dan


fleksibilitas otot Pectoralis major (bilateral).
Otot pectoralis major (unilateral)

a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : Pasien


dalam posisi spine lying. Lengan kanan pasien
melakukan abduksi shoulder 90o + fleksi elbow
90o, sedangkan lengan kiri pasien rileks.

b. Posisi fisioterapis : Fisioterapis berada di


samping kanan pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kanan


fisioterapis berada di elbow pasien, sedangkan
tangan kiri fisioterapis berada di wrist pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : Pasien menggerakkan
shouldernya kearah adduksi horizontal
sementara terapis memberikan tahanan
isometrik dipertahankan kontraksi 8 detik,
selama 3 kali repetisi kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : Dilakukan
stretching kearah abduksi horizontal,
dipertahankan selama 10 15 detik tanpa
ada tahanan dari pasien.

e. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas dan


fleksibilitas otot Pectoralis major (unilateral).
Regio Trunk
Otot upper trapezius
Metode 1
a. Posisi pasien dan posisi awal cervical :
Supine lying dan cervical dalam posisi lateral
fleksi maksimal.
b. Posisi fisioterapis : Berdiri di atas kepala
pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : tangan kanan


fisioterapis berada di shoulder sedangkan
tangan kiri menyangga kepala pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : Pasien menggerakkan
shouldernya kearah elevasi sementara
terapis memberikan tahanan isometrik
dipertahankan kontraksi 8 detik, selama 3
kali repetisi kemudian pasien relax
2) Fase relaksasi/stretching : Dilakukan
stretching kearah depresi shoulder,
dipertahankan selama 10 15 detik tanpa
ada tahanan dari pasien.

e. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas dan


fleksibilitas otot Upper trapezius.
Otot upper trapezius
Metode 2
a. Posisi pasien dan posisi awal cervical :
Supine lying dan cervical dalam posisi lateral
fleksi maksimal.

b. Posisi fisioterapis : Berdiri di atas kepala


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan


kanan berada di kepala pasien dan tangan kiri
berada pada shoulder pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan
shouldernya kearah elevasi sementara
terapis memberikan tahanan isometrik
dipertahankan kontraksi 8 detik, selama 3
kali repetisi kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah depresi shoulder,
dipertahankan selama 10 15 detik tanpa
ada tahanan dari pasien.

e. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas dan


fleksibilitas otot Upper trapezius.
Otot levator scapula

a. Posisi pasien : Supine Lying.

b. Posisi awal cervical dan lengan : Cervical


lateral fleksi maksimal dan posisi lengan
pasien abduksi shoulder.

c. Posisi fisioterapis : Berada di atas kepala


pasien.

d. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kiri


fisioterapis berada pada occiput dan tangan
kanan memfiksasi scapula pasien.

e. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : Pasien menggerakkan
shouldernya kearah elevasi sementara
terapis memberikan tahanan isometrik
dipertahankan kontraksi 8 detik, selama
3 kali repetisi kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : Dilakukan
stretching kearah depresi scapula,
dipertahankan selama 10 15 detik tanpa
ada tahanan dari pasien.

f. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas dan


fleksibilitas otot Levator Scapula.
Otot erector spine cervical

a. Posisi pasien dan posisi awal cervical :


Supine Lying dan sedikit Fleksi cervical.

b. Posisi fisioterapis : Berdiri di atas kepala


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan


kanan dan kiri fisioterapis berada di bahu
pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : Pasien menggerakkan
kepalanya kearah ekstensi sementara
terapis memberikan tahanan isometrik
dipertahankan kontraksi 8 detik, selama
3 kali repetisi kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : Dilakukan
stretching kearah fleksi cervical,
dipertahankan selama 10 15 detik tanpa
ada tahanan dari pasien.

e. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas dan


fleksibilitas otot erector spine cervical.

Otot erector spine cervical dan


suboocipital (unilateral)
a. Posisi pasien dan posisi awal cervical :
Supine lying dengan posisi cervical netral.

b. Posisi fisioterapis : Berdiri di atas kepala


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan


kiri berada pada dagu pasien dan tangan
kanan fisioterapis berada pada bagian
occipital kepala pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : Pasien menggerakkan
kepalanya kearah extensi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
dipertahankan kontraksi 8 detik, selama 3
kali repetisi kemudian pasien relax.
e. Fase relaksasi/stretching : Dilakukan
stretching fleksi cervical dan kepala,
dipertahankan selama 10 15 detik tanpa
ada tahanan dari pasien.

f. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas


dan fleksibilitas otot erector spine cervical
dan suboocipital (unilateral).
Otot scaleni anterior

a. Posisi pasien dan posisi awal cervical :


Supine lying dan posisi awal cervical netral.

b. Posisi fisioterapis : Fisioterapis berdiri di


atas kepala pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan


kanan fisioterapis berada di atas otot scaleni
pasien dan tangan kiri berada di kepala
sebelah kiri.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : Pasien menggerakkan
kepalanya kearah lateral fleksi sementara
terapis memberikan tahanan isometrik
dipertahankan kontraksi 8 detik, selama 3
kali repetisi kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah lateral fleksi kontralateral
sedikit rotasi ipsilateral, dipertahankan
selama 10 15 detik tanpa ada tahanan
dari pasien.
e. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas
dan fleksibilitas otot scaleni anterior.
Otot scaleni middle dan posterior

a. Posisi pasien dan posisi awal cervical :


Supine Lying dan posisi awal cervical netral
b. Posisi fisioterapis : Fisioterapis berdiri di
atas kepala pasien
c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan
kanan fisioterapis memegang tangan kiri
pasien dan tangan kiri fisioterapis berada di
bagian kepala pasien
d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : Pasien menggerakkan
kepalanya kearah lateral fleksi sementara
terapis memberikan tahanan isometrik
dipertahankan kontraksi 8 detik, selama 3
kali repetisi kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah lateral fleksi kontralateral
rotasi ipsilateral sekitar 45o dipertahankan
selama 10 15 detik tanpa ada tahanan
dari pasien.

e. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas


dan fleksibilitas otot scaleni middle dan
posterior.
Otot quadratus lumborum
Metode 1
a. Posisi pasien : Supine lying dengan kaki kiri
dinaikkan di atas tungkai bawah kaki kanan
dan kedua tangan menyilang di dada.

b. Posisi fisioterapis : Berdiri di samping


pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kiri


di daerah axilla pasien bagian bawah dan
tangan kanan di daerah SIAS pasien bagian
kiri.
d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : pasien menggerakkan
badannya kearah lateral fleksi sementara
terapis memberikan tahanan isometrik
(dipertahankan kontraksi 8 detik, selama 3
kali repetisi kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : dilakukan
stretching kearah lateral fleksi trunk
kontralateral, dipertahankan selama 10
15 detik tanpa ada tahanan dari pasien.

e. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas dan


fleksibilitas otot Quadratus lumborum.
Otot quadratus lumborum
Metode 2
a. Posisi pasien : Side Lying dengan satu
tungkai berada di luar bed.

b. Posisi fisioterapis : Berada di samping


belakang pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Kedua


tangan fisioterapis berada di pelvic pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : Pasien menggerakkan
pelvic kearah anterior elevasi dan tungkai
kearah abduksi sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
dipertahankan kontraksi 8 detik, selama 3
kali repetisi kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : Dilakukan
stretching dengan menarik trunk kearah
dorsal caudal melalui pelvic (posterior
depresi pelvic), dipertahankan selama 10
15 detik tanpa ada tahanan dari pasien.

e. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas dan


fleksibilitas otot Quadratus lumborum.
Otot quadratus lumborum dan erector
spine lumbal a. Posisi pasien : Side lying kearah fisioterapis
dengan tungkai kiri menumpu di atas tungkai
kanan.

b. Posisi fisioterapis : Berdiri di depan pasien.

c. Peletakan tangan fisioterapis : Tangan


kanan berada di bagian pelvic pasien dan
tangan kiri berada di bagian lumbal pasien.

d. Teknik Pelaksanaan :
1) Fase kontraksi : Pasien menggerakkan
pelvicnya kearah dorsal sementara terapis
memberikan tahanan isometrik
dipertahankan kontraksi 8 detik, selama 3
kali repetisi kemudian pasien relax.
2) Fase relaksasi/stretching : Dilakukan
stretching dengan mendorong shoulder
kearah belakang sambil menarik pelvic dan
lumbal kearah ventral, dipertahankan
selama 10 15 detik tanpa ada tahanan
dari pasien.

e. Tujuan : Untuk meningkatkan elastisitas dan


fleksibilitas otot Quadratus lumborum dan
erector spine lumbal.

Anda mungkin juga menyukai