Anda di halaman 1dari 60

RUMAH SAKIT

SURYA ASIH TATA TERTIB


No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Tata tertib adalah peraturan yang ditetapkan oleh rumah sakit untuk
ditaati dan dilaksanakan oleh semua petugas dan masyarakat yang
menggunakan jasa rumah sakit.
Tujuan Untuk menjamin kelancaran pelayanan radiologi.
Pelaksanaan Pelaksanaan tata tertib di Instalasi Radiologi :
1. Mengetahui, menaati dan melaksanakan peraturan yang berlaku di
rumah sakit
2. Memakai seragam dan kelengkapan yang berlaku di rumah sakit.
3. Memelihara dan menjaga peralatan rumah sakit
4. Datang dan pulang tepat waktu
5. Bekerja cepat, tanggap dan santun
6. Berpakaian rapih dan bersih
7. Selalu menjaga kebersihan ruangan
8. Selalu menjaga dan merawat alat-alat radiologi
9. Radiografer memakai APD dan TLD badge pada saat memeriksa
pasien
10. Pertukaran dinas harus sepengetahuan kepala ruangan
11. Ruang pemeriksaan harus selalu tertutup dan menyalakan lampu
pemeriksaan selama pemeriksaan
12. Harus menaati peraturan yang berlaku di rumah sakit
13. Bagi wanita hamil wajib memberitahukan kepada petugas
14. Menandatangani surat persetujuan / penolakan tindakan khusus, yang
dapat diwakili oleh keluarga
15. Pengantar / keluarga pasien menunggu ditempat yang telah
disediakan dan ikut manjaga kebersihan dan ketenangan rumah sakit
16. Bila ingin masuk ke ruang pemeriksaan harus mendapat ijin petugas
17. Dilarang merokok di lingkungan rumah sakit

1
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH URAIAN TUGAS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Uraian tugas adalah aturan tentang prosedur kerja yang telah
ditetapkan
Tujuan Menjadi pedoman umum tentang tindakan dan langkah melakukan
pemeriksaan radiologi, agar didapatkan hasil yang baik sebagai dasar
menegakkan diagnosa yang tepat
Pelaksanaan 1. Membuat perencanaan sumber daya mencakup antara lain :
a) Rencana kebutuhan tenaga yang diperlukan meliputi jenis, jumlah
dan kualifikasi
b) Rencaha kebutuhan medis, penunjang medis dan non medis serta
kebutuhan anggaran pemeliharaan
c) Rencana kebutuhan prasarana, pembangunan baru, rehabilitasi
dan pemeliharaan
d) Rencana pengembangan jenis pelayanan instalasi radiologi
2. Membuat program kerja instalasi radiologi yang mencakup :
a) Jenis kegiatan dan standar pelayanan medis, pengendalian mutu
dan jumlah kunjungan pasien
3. Membuat prosedur tetap (protap) mencakup antara lain :
a) Protap pendaftaran
b) Protap pembuatan foto rontgen
c) Kebijakan permintaan penambahan tenaga kerja di radiologi
d) Kebijakan penyuntikan bahan kontras
e) Kebijakan panatalaksanaan syok anafilatik

2
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH JADWAL PEMERIKSAAN KHUSUS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Jadwal pemeriksaan khusus adalah system penjadwalan/pencatatan


pemeriksaan radiologi khusus yang diatur dengan menyesuaikan
lamanya pemeriksaan pada setiap hari kerja serta penjelasan persiapan
pasien. Adapun pemeriksaan khusus antara lain : BNO-IVP
Tujuan Agar pelayanan radiologi berjalan dengan baik dan tidak menghambat
pelayanan radiologi rutin
Kebijakan 1. Pelayanan pemeriksaan khusus harus terjadwal dan tercatat pada
buku pemeriksaan khusus
2. Pemeriksaan khusus setiap hari harus ditulis pada papan jadwal
pemeriksaan
3. Penjadwalan/pencatatan pemeriksaan khusus dilakukan oleh
petugas/radiografer apabila perlu dikonsultasikan pada dokter
spesialis radiologi
Prosedur 1. Pasien datang ke radiologi untuk mendaftar dan ditentukan jadwal
pelaksanaan pemeriksaan
2. Pada pemeriksaan BNO - IVP pasien terlebih dahulu harus
memeriksa kadar ureum kreatinin ke laboratorium
Unit terkait 1. Unit radiologi
2. Unit rawat jalan
3. Unit rawat inap
4. Unit laboratorium
5. Pasien luar

3
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PERSIAPAN BNO - IVP
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Persiapan pemeriksaan BNO - IVP adalah pemeriksaan yang harus


dilakukan oleh pasien sebelum pemeriksaan dilakukan agar
persiapannya baik maka pasien harus melakukan prosedur persiapan
yang telah ditentukan jika persiapan pasien dinilai kurang baik maka
pemeriksaaan diundur dan pasien mengulang persiapan
Tujuan Sebagai acuan dalam persiapan pasien yang akan dilakukan
pemeriksaan dengan benar dan menghasilkan gambaran radiologi yang
baik, yaitu pada foto abdomen / BNO pra kontras tampak bersih (tidak
ada faces dan sedikit gambaran gas dalam usus)
Kebijakan 1. Pelayanan pemeriksaan khusus harus terjadwal dan tercatat pada buku
pemeriksaan khusus
2. Untuk pemeriksaan BNO - IVP harus dilakukan persiapan sesuai dengan
prosedur, kecuali permintaan CYTO (tanpa persiapan)
Prosedur 1. Pasien datang ke radiologi untuk mendaftar dan ditentukan jadwal
pelaksanaan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan BNO - IVP pasien terlebih
dahulu harus memeriksa kadar ureum kreatinin ke laboratorium
2. Untuk pemeriksaan BNO - IVP terhadap pasien dengan resiko tinggi /
mempunyai riwayat alergi, asma, hypertensi dan ahli anesthesi dengan
maksud untuk menghindari terjadinya reaksi anaphylatik
3. Satu hari sebelum pemeriksaan pasien harus diet hanya makan bubur kecap
dan menghindari makanan yang mengandung serat (sayur dan buah-
buahan)
4. Satu hari sebelum pemeriksaan
a) Jam 19.00 WIB makan terakhir,setelah itu tidak boleh makan lagi
b) Jam 20.00 WIB minum garam inggris 30 gram dicampur dengan 1
gelas air hangat, kemudian minum air putih sebanyak 2 gelas atau
dulcolax tablet 3 bila penderita tidak bisa minum garam inggris
c) Jam 23.00 WIB minum terakhir, setelah itu puasa sampai datang ke
radiologi keesokan harinya
5. Pagi hari sesuai jadwal (jam 09.00 WIB) pasien datang ke radiologi dan
mendaftar ulang untuk pemeriksaan BNO - IVP
6. Selama menunggu untuk pemeriksaan, pasien disarankan untuk
mengurangi bicara dan tidak boleh merokok

4
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PERSIAPAN BNO - IVP
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

7. Selama penyuntikan media kontras (intra vena) harus didampingi


oleh dokter untuk menjaga terjadinya efek media kontras seperti :
syok anaphylatik
8. Setelah selesai pemeriksaan pasien boleh makan dan minum seperti
biasa
Unit terkait 1. Unit radiologi
2. Unit rawat jalan
3. Unit rawat inap
4. Unit gawat darurat
5. Pasien luar

5
Contoh :

PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN


BNO-IVP/COLON IN LOOP
1. Satu hari sebelum pemeriksaan hanya boleh makan bubur kecap atau kaldu, tidak
boleh makan makanan yang berserat seperti sayuran dan buah
2. Jam 19.00 WIB makan terakhir, setelah itu tidak boleh makan lagi
3. Jam 20.00 WIB minum garam inggris sebanyak 30 gram dicampur dengan 1 gelas
air hangat, kemudian minum air putih 2 gelas atau dulcolax tablet 3 bila penderita
tidak bisa minum garam inggris
4. Jam 23.00 WIB minum terakhir, setelah itu puasa sampai datang ke radiologi
keesokan harinya
5. Selama menunggu untuk pemeriksaan pasien disarankan untuk mengurangi bicara
dan tidak boleh merokok
Perhatian :
1. Harap datang jam 09.00 WIB (pagi) tepat pada hari yang telah ditentukan
2. Atas perhatian dan kedisiplinan bapak / ibu melaksanakan persiapan ini kami
ucapkan terima kasih

Ka. Inst. Radiologi

6
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH INFORMED CONSENT
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Informed consent (pernyataan persetujuan) untuk dilakukan tindakan


medis adalah untuk memberikan keterangan kepada pasien atau
keluarganya tentang pemeriksaan radiologi mulai dari persiapan,
kegunaan pemeriksaan serta resiko/efek yang dapat terjadi pada
pemeriksaan tersebut, terutama pada pemeriksaan radiologi yang
menggunakan bahan kontras antara lain : BNO-IVP
Tujuan Untuk memberikan perlindungan hokum bagi rumah sakit, pasien,
dokter dan tenaga paramedic
Kebijakan 1. Bagi tindakan pemberian media kontras, informasi diberikan oleh
dokter maupun paramedic atas perintah dokter yang bersangkutan
2. Bagi tindakan bukan pemberian media kontras, informasi diberikan
oleh para medis atau pelaksana rontgen dengan petunjuk dokter yang
bersangkutan
Prosedur 1. Pasien atau walinya berhak mendapatkan penjelasan tindakan
pemberian media kontras yang akan diterima
2. Dokter/radiografer wajib menjelaskan apayang akan dikerjakan,
resiko dan akibat yang akan terjadi, prognosis, bila dilakukan
tindakan atau tidak
3. Dokter atau radiografer wajib mencantumkan tanda tangan pada surat
persetujuan tindakan (informed consent)
4. Pasien atau walinya wajib mencantumkan tanda tangan pada surat
persetujuan tindakan (informed consent)
5. Pemberian persetujuan atau penolakan terhadap tindakan medis yang
akan diterimanya menjadi bukti sah bagi rumah sakit, pasien dan
dokter
Unit terkait 1. Unit radiologi
2. Unit rawat jalan
3. Unit rawat inap
4. Unit gawat darurat
5. Pasien luar

7
Contoh :
RUMAH SAKIT SURYA ASIH
SURAT IJIN PEMERIKSAAN RADIOLOGI/RONTGEN KHUSUS

Yang bertanda tangan di bawah ini : .


suami/istri/keluarga dari penderita bernama : ... Umur :
. Th/bln, alamat : setelah mendapat
penjelasan dari : . Menjelaskan bahwa penderita tersebut akan
menjalani pemeriksaan radiologi/rontgen khusus : . Dan kami
menyetujui semua peraturan berlaku.

Pringsewu,...

Mengetahui : Tanda tangan :

Ka. Ruangan/petugas radiologi Suami/istri/keluarga pasien

8
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PENDAFTARAN
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Tata cara pendaftaran pemeriksaan radiologi


Tujuan 1. Untuk tertib administrasi
2. Memudahkan pasien dan petugas dalam rangka pelayanan
pemeriksaan radiologi
Kebijakan 1. Pendaftaran dilakukan oleh petugas administrasi
2. Setiap pasien yang akan dilakukan pemeriksaan harus membawa
surat permintaan rontgen dari dokter yang bersangkutan
Prosedur 1. Pasien datang ke radiologi dengan membawa surat pengantar
permintaan foto dari dokter poly atau dokter praktek luar
2. Pasien diberi slip pembayaran untuk membayar dikasir
3. Pasien BPJS harus melengkapi berkas jaminan kesehatan
4. Kemudian pasien menyerahkan kembali tanda bukti pambayaran dari
kasir pada loket pendaftaran
5. Pasien menunggu di ruang tunggu untuk dilakukan pemeriksaan
6. Setelah pemeriksaan selesai, pasien menunggu di ruang tunggu dan
menunggu hasil pemeriksaan
Unit terkait 1. Unit radiologi
2. Unit rawat jalan
3. Unit rawat inap
4. Unit gawat darurat

9
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PASIEN RAWAT INAP
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pasien yang mendapatkan pelayanan radiologi atas instruksi dokter


ruangan rawat inap
Tujuan Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan radiologi pada pasien
rawat inap
Kebijakan Pelayanan pasien rawat inap di instalasi radiologi :
1. Dilakukan oleh radiografer
2. Jenis pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter ruangan
(pemeriksaan rontgen tanpa/menggunakan media kontras), untuk
pemeriksaan menggunakan media kontras (pemeriksaan khusus) akan
dijadwal sekaligus dijelaskan persiapannya
Prosedur 1. Pasien dibawa oleh perawat ke ruang radiologi sambil membawa
status atau list pasien
2. Petugas administrasi mencatat dalam buku registrasi radiologi dan
menuliskan besarnya biaya rontgen atau pemeriksaan ke dalam list
pasien sesuai dengan permintaan yang diminta oleh dokter rawat inap
3. Selanjutya dilakukan pemeriksaan radiologi sesuai dengan
permintaan
4. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan, pasien kembali keruangan
rawat inap
5. Hasil rontgen dibawa beserta list pasien oleh perawat
Unit terkait 1. Unit radiologi
2. Unit rawat inap

10
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PASIEN RAWAT JALAN
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pasien yang mendapatkan pelayanan radiologi atas instruksi dokter


ruangan rawat jalan

Tujuan Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan radiologi pada pasien


rawat jalan
Kebijakan Pelayanan pasien rawat jalan di instalasi radiologi
1. Dilakukan oleh radiografer sesuai dengan jenis pemeriksaan
2. Jenis pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter pengirim
(pemeriksaan rontgen tanpa/menggunakan media kontras), untuk
pemeriksaan menggunakan media kontras (pemeriksaan khusus) akan
dijadwal sekaligus dijelaskan persiapannya
Prosedur 1. Pasien datang ke ruang radiologi sambil membawa permintaan dari
dokter
2. Petugas administrasi mencatat dalam buku registrasi radiologi dan
menuliskan besarnya biaya rontgen sesuai dengan permintaan dokter
rawat jalan
3. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi sesuai dengan
permintaan
4. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan, pasien kembali ke ruangan
rawat jalan dengan membawa hasil rontgen
Unit terkait 1. Unit radiologi
2. Unit rawat jalan

11
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PROTEKSI RADIASI
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Penggunaan radiasi serendah mungkin yang dapat diterima akal sehat
Tujuan Mencegah terjadinya efek non stokastik yang berbahaya, dan
membatasi peluang terjadinya efek stokastik hingga pada nilai batas
yang dapat diterima masyarakat
Kebijakan Menerapkan prinsip ALARA (as low as rasionably achievable)
1. Justifikasi : manfaatnya harus lebih besar dari resiko radiasi yang
diterima
2. Limitasi : jumlah dosis yang diterima harus tidak melebihi NBD
yang ditetapkan dan dilakukan pada daerah kerja tertentu
3. Optimasi : penggunaan dosis yang optimal
Prosedur 1. Pasien datang ke ruang radiologi sambil membawa status atau list
pasien atau permintaan dari dokter ruangan rawat inap atau rawat
jalan
2. Petugas administrasi mencatat dalam buku registrasi radiologi dan
menuliskan besarnya biaya rontgen sesuai dengan permintaan dokter
pengirim
3. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi sesuai dengan
permintaan
4. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan, pasien kembali ke ruangan
rawat inap atau rawat jalan dengan membawa hasil rontgen
Unit terkait Instalasi radiologi

12
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH APD
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemakaian alat proteksi radiasi pada saat bekerja pada medan radiasi
Tujuan 1. Untuk keselamatan kerja bagi petugas radiasi
2. Untuk mengurangi penerimaan radiasi bagi petugas radiasi
Kebijakan Agar pekerja radiasi tidak terkena radiasi yang berlebihan, maka diperlukan
pembatasan proteksi terhadap pekerja radiasi
Prosedur 1. Setiap pekerja radiasi harus berlindung dibelakang tabir proteksi
radiasi (tembok beton/pb)
2. Menggunakan tabir pb yang dilengkapi dengan kaca pb
3. Pekerja radiasi memakai APRON, badan dan leher, kaca mata pb
pada pemeriksaan-pemeriksaan tertentu
4. Penggunaan radiasi seoptimal mungkin sehingga mengurangi radiasi
hambur
5. Mencegah pengulangan foto
Unit terkait Instalasi radiologi

13
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH DOSIMETER PERSONAL
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pamakaian alat personal thermoluminisence dosemeter (TLD) pada


pekerja radiasi
Tujuan Untuk mengukur dosis radiasi secara akumulasi
Kebijakan 1. Dalam rangka proteksi radiasi di instalasi radiologi, maka semua
petugas/pekerja radiasi harus memakai dosimeter personal (TLD)
secara periodic
2. Dosimeter personal (TLD) bisa didapatkan dari BATAN atau
BAPETEN atau BPFK Dep. Kes
Prosedur 1. Setiap tiga bulan sekali instalasi radiologi mendapatkan TLD dari
BATAN sejumlah pekerja radiasi yang ada
2. Setelah TLD datang, maka dibagikan masing-masing kepada petugas
radiasi sesuai dengan nama yang tertera pada TLD
3. Pekerja radiasi setiap hari harus memakai TLD
4. Setiap tiga bulan sekali TLD yang telah dipakai diganti dan dikirim
ke BATAN untuk mendapat hasil dari catatan TLD
5. Bulan berikutnya instalasi radiologi sudah mendapat hasil dari catatal
TLD
6. Kemudian dicatat dalam lembar dosis radiasi masing-masing petugas
Unit terkait Instalasi radiologi

14
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH KORBAN KECELAKAAN RADIASI
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Korban kecelakaan radiasi adalah apabila seorang pekerja radiasi


menerima dosis radiasi jauh melampaui nilai batas dosis radiasi yang
diterima untuk kurun waktu satu tahun setelah dilakukan perhitungan
dosis radiasi secara personil
Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan korban kecelakaan radiasi agar
terhindar dari kesalahan prosedur
Kebijakan 1. Mempunyai TLD
2. Mempunyai peralatan proteksi radiasi
Prosedur 1. PPR (petugas proteksi radiasi) melakukan tugas mencatat radiasi
yang diterima oleh setiap pekerja radiasi setiap tiga bulan sekali
2. Korban dikirim untuk pemeriksaan medis
3. Korban dilakukan pemeriksaan Hb, eritrosit, leukosit, trombosit serta
laju endapan darah
4. Apabila ternyata seorang petugas radiasi mengalami pengaturan
tugas kembali atau di istirahatkan untuk sementara
5. Apabila korban kecelakaan radiasi adalah dokter ahli radiologi maka
aktifitasnya dibatasi hanya ekspertise foto
6. Melaporkan kepada petugas K3 Rumah sakit
Unit terkait 1. Instalasi radiologi
2. Inatalasi laboratorium
3. Team medis

15
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH MEDICAL CHECK-UP
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian 1. Bahwa pekerja dilingkungan radiasi dapat menimbulkan efek


negatif bagi kesehatan
2. Berdasarkan PP No. 63 tahun 2000 pasal 19 tentang
perundangan keselamatan nuklir bahwa setiap pekerja radiasi
harus sehat jasmani dan rohani
3. Berdasarkan hal tersebut diatas pekerja radiasi harus
memonitor kesehatannya dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin
Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas radiologi atau petugas yang berada di
lingkungan radiasi dapat mengetahui kondisi kesehatannya dengan
cara pemeriksaan kesehatan berkala
Kebijakan Pemeriksaan kesehatan dilakukan satu kali dalam satu tahun atau sesuai
dengan kebutuhan terhadap semua petugas radiologi (dokter, radiografer dan
petugas yang bertugas di radiologi)
Prosedur 1. Pemeriksaan kesehatan petugas radiologi dilakukan satu kali dalam
satu tahun atau sesuai dengan kebutuhan
Pemeriksaan kesehatan meliputi :
A. Pemeriksaan radiologi (foto thorax)
B. Pemeriksaan fisik
C. Pemeriksaan mata
D. Pemeriksaan jantung
E. Pemeriksaan laboratorium, antara lain :
a. Darah rutin : Hb, leukosit
b. Fungsi ren : ureum, creatinin
c. Fungsi liver : SGOT, SGPT
2. Hasil pemeriksaan kesehatan disimpan/diarsipkan di radiologi
Unit terkait 1. Instalasi radiologi
2. Instalasi laboratorium
3. General check-up

16
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PERMINTAAN ALKES
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Tata cara pengambilan atau permintaan film, developer, fixer, alat-alat
radiologi
Tujuan Meningkatkan tertib administrasi dan menjamin tersedianya
perlengkapan alat radiologi
Kebijakan Bila perlengkapan habis, petugas radiologi yang ditunjuk bisa langsung
mengambil perlengkapan dari gudang farmasi dengan sepengetahuan kepala
instalasi radiologi
Prosedur 1. Semua permintaan film dan alat perlengkapan habis pakai di
radiologi mengambil ke gudang medis
2. Barang masuk dicatat dalam buku besar dan dicatat dalam kartu stok
3. Pemakaian film, developer dan fixer dicatat oleh petugas
administrasi
4. Petugas administrasi melakukan pengambilan ke gudang medis
5. Petugas administrasi melaporkan pemakaian film, developer dan
fixer setiap dua bulan sekali
6. Seandainya barang habis, petugas radiologi langsung meminta ke
gudang medis
Unit terkait 1. Instalasi radiologi
2. Instalasi gudang medis

17
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH MENGGANTI CAIRAN
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Tata cara penggantian obat cuci film (developer dan fixer)
Tujuan 1. Supaya dapat menghasilkan gambaran radiologi yang baik
2. Untuk tertib administrasi penggunaan developer dan fixer
Kebijakan 1. Kamar gelap radiologi
2. Tempat penyimpanan obat-obatan yang ada di instalasi radiologi
3. Gudang medis
4. Merencanakan penggantian cairan developer dan fixer ketika sudah
melemah
Prosedur 1. Petugas kamar gelap mengambil cairan developer dan fixer kepada
petugas yang menyimpan obat-obatan tersebut di instalasi radiologi
2. Petugas kamar gelap mengganti cairan developer dan fixer yang
sudah lemah dengan cairan developer dan fixer yang baru
3. Petugas penyimpan obat-obatan di radiologi hanya menyimpan obat-
obatan untuk jangkla waktu tertentu
4. Petugas yang menyimpan obat-obatan di radiologi secara berkala
mengajukan permintaan obat-obatan ke gudang medis
5. Penggantian obat-obatan di kamar gelap dilakukan setiap kurang
lebih tiga ratus lembar film
Unit terkait Instalasi radiologi

18
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PROSESING
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/1

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Prosesing atau proses pencucian adalah salah satu tahap dalam proses
radiologi untuk mendapatkan hasil gambaran rontgen
Tujuan Untuk mendapatkan hasil gambaran rontgen yang baik
Kebijakan Pencucian dilakukan oleh petugas kamar gelap atau radiografer dengan
menggunakan prosesing manual
Prosedur 1. Setelah dilakukan pemotretan kaset dibawa ke kamar gelap
2. Hanya lampu save light yang boleh hidup
3. Keluarkan film dari kaset
4. Japit film menggunakan hanger
5. Masukkan ke cairan developer, sesekali di angkat ke atas untuk
melihat gambaran tampak
6. Kemudian masukkan ke air bersih
7. Kemudian masukkan ke cairan fixer
8. Kemudian bilas dengan air bersih
9. Kemudian keringkan menggunakan hair dryer
Unit terkait Instalasi radiologi

19
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN CRANIUM
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan untuk memperlihatkan struktur morfologi maupun


struktur tulang cranium dengan menggunakan pesawat x-ray
Tujuan Menjadi pedoman umum tentang tindakan dan langkah melakukan
pemeriksaan radiologi konvensional cranium agar didapatkan hasil
yang baik sebagai dasar menegakkan diagnosa yang tepat
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm
b. Pesawat x-ray
c. Lysolm grid atau bucky table
d. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Posisi antero posterior (AP)
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan, mid
sagital line (MSL) tepat digaris tengah meja
pemeriksaan
b. PO : kepala ditundukkan sehingga orbito meatal line
(OML) tegak lurus dengan meja pemeriksaan, hindari
distorsi (miring)
c. FFD : 90 cm
d. CR : tegak lurus kaset
e. CP : glabela
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
B. Posisi lateral
a. PP : pasien semi prone diatas meja pemeriksaan
b. PO : kepala di rotasikan ke kanan hingga menempel
pada kaset untuk lateral kanan, bila lateral kiri
lakukan sebaliknya

20
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN CRANIUM
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

c. FFD : 90 cm
d. CR : tegak lurus kaset
e. CP : sella tursica
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10mAs
h. Kaset dan film 24 cm x 30 cm
Petugas yang 1. Radiografer
2. Dokter spesialis radiologi
melaksanakan
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset, film dan grid
3. Prosesing film (manual)

21
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN WATERS DAN SELLA KHUSUS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaaan foto rontgen dari rongga sekitar hidung dan sella tursica
Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada sinus paranasal dan os. Sella
tursica
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiogrefer
2. Ekspertise oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm
b. Pesawat x-ray
c. Lysolm grid atau bucky table
d. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Sinus paranasal proyeksi waters
a. PP : pasien prone diatas meja pemeriksaan, kedua tangan
di tekuk kedepan
b. PO : kepala di ekstensikan (ditengadahkan), dagu
menempel pada kaset, orbita meatal line OML
membentuk sudut 37 derajat terhadap meja pemeriksaan
c. FFD : 90 cm
d. CR : tegak lurus kaset
e. CP : menembus ocipital sampai achantion
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
B. Sella tursica proyeksi sella khusus
a. PP : pasien semi prone diatas meja pemeriksaan
b. PO : kepala dirotasikan sehingga posisi kepala parallel
dengan meja pemeriksaan, luas lapangan penyinaran
diatur seoptimal mungkin, karna hanya untuk melihat
sella tursica

22
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN WATERS DAN SELLA KHUSUS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

c. FFD : 90 cm
d. CR : tegak lurus
e. CP : sella tursica
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. Kaset dan film : 24cm x 30 cm
Petugas yang 1. Radiografer
2. Dokter spesialis radiologi
melaksanakan
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset, film dan grid
3. Prosesing film (manual)

23
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN MASTOID
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada tulang mastoid dan mastoid air cell
Tujuan Mengetahui kelainan radiologi dari mastoid
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiogrefer
2. Ekspertise oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm
b. Pesawat x-ray
c. Lysolm grid atau bucky table
d. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi scheller kanan atau kiri
a. PP : pasien semi prone dengan sisi yang akan diperiksa
dirotasikan sampai menempel di meja pemeriksaan
b. PO : meatus acusticus externus (MAE) tepat ditengah
meja pemeriksaan
c. FFD : 90 cm
d. CR : tegak lurus film
e. CP : glabella
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
B. Posisi lateral
a. PP : pasien semi prone diatas meja pemeriksaan
b. PO : kepala di rotasikan ke kanan hingga menempel pada
kaset untuk lateral kanan, bila lateral kiri lakukan
sebaliknya
c. FFD : 90 cm
d. CR : cranio caudal menyudut 25 derajat
e. CP : 1,5 cm kearah superior dari MAE yang tidak
diperiksa
f. Grid (+)

24
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN MASTOID
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. kaset dan film : 24 cm x 30 cm
i. Pembuatan foto mastoid dilakukan kanan atau kiri untuk
perbandingan
Petugas yang 1. Radiografer
2. Dokter spesialis radiologi
melaksanakan
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset, film dan grid
3. Prosesing film (manual)

25
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN TEMPORO MANDIBULAR JOINT
(TMJ)
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada persendian antara tulang pelipis dengan
tulang rahang bawah
Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi dari TMJ
Kebijakan 1. pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm
b. Pesawar x-ray
c. Lysolm grid atau bucky table
d. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. closed mouth kanan/kiri
a. PP : pasien semi prone kesisi yang akan diperiksa
diatas meja pemeriksaan
b. PO : MSP kepala sejajar dengan kaset, tutup mulut,
TMJ ditengah kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : 25 derajat cranio caudal
e. CP : 5 cm kearah superior dari TMJ
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
B. Open mouth TMJ kanan/kiri
a. PP : pasien semi prone kesisi yang akan diperiksa
diatas meja pemeriksaan
b. PO : MSP kepala sejajar dengan kaset, buka mulut,
TMJ ditengah kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : 25 derajat cranio caudal
e. CP : 5 cm kearah superior TMJ
f. Grid : (+)

26
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN MASTOID
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
Petugas yang 1. Radiografer
2. Dokter spesialis radiologi
melaksanakan
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset, film dan grid
3. Prosesing film (manual)

27
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN os MANDIBULA
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada tulang rahang


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi dari tulang rahang bawah
Kebijakan 1. pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm
b. Pesawar x-ray
c. Lysolm grid atau bucky table
d. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan, MSL tepat di
garis meja pemeriksaan
b. PO : kepala ditundukkan sehingga OML tegak lurus
dengan meja pemeriksaan, hindari distorsi (miring)
c. FFD : 90 cm
d. CR : tegak lurus kaset
e. CP : 1 cm kearah os nasal
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. kaset dan film : 24 cm x 30 cm
B. proyeksi eisler kanan/kiri
a. PP : pasien prone diatas meja pemeriksaan, bagian bahu
diganjal dengan bantal
b. PO : kepala dirotasikan ke kanan/kiri dan diekstensikan
c. kaset diletakkan dibawah mandibula yang diperiksa
dengan kemiringan 45 derajat
d. FFD : 90 cm
e. CR : tegak lurus meja pemeriksaan
f. CP : angulus mandibula
g. Grid : (+)

28
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN os MANDIBULA
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

h. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
i. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
Petugas yang 1. Radiografer
2. Dokter spesialis radiologi
melaksanakan
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset, film dan grid
3. Prosesing film (manual)

29
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN THORAX
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/3

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada tulang-tulang rongga dada, paru-paru


dan jantung
Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi dari tulang-tulang rongga dada,
paru-paru dan jantung
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 35 cm x 35 cm
b. Pesawat x-ray
c. Marker R atau L
d. Chest stand
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi postero anterior (PA)
a. PP : pasien berdiri menghadap chest stand membelakangi
tabung rontgen
b. PO : dada dirapatkan pada kaset, tangan bertolak pinggang
dengan punggung tangan menempel pada pinggang, bahu
didorong kearah depan, ujung dagu diletakkan pada tepi atas
kaset
c. FFD : 120 cm
d. CR : horizontal, tegak lurus kaset
e. CP : thoracal 3-4
f. Grid : (-)
g. Kondisi : 50 KV ; 2 mAs
h. Kaset dan film : 35 cm x 35 cm
i. Expose saat tahan napas dengan aba-aba tarik nafas, tahan
B. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien supine di atas meja pemeriksaan atau brangkard
bagi pasien yang tidak kuat berdiri atau duduk dan untuk
pasien yang bisa duduk pasien duduk di kursi roda
b. PO : dada dirapatkan pada kaset, kaset diletakkan di
punggung

30
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN THORAX
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/3

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

c. FFD : 120 cm
d. CR : vertikal untuk posisi supine, horizontal untuk posisi
duduk di kursi roda, tegak lurus kase
e. CP : thoracal 3-4
f. Grid : (-)
g. Kondisi : 50 KV ; 2 mAs
h. Kaset dan film : 35 cm x 35 cm
i. Expose saat tahan nafas dengan aba-aba tarik nafas, tahan
C. Proyeksi lateral kanan/kiri
a. PP : pasien berdiri pada chest stand menghadap samping pada
sisi yang diperiksa untuk pasien yang bisa berdiri, pasien
tidur miring kearah sisi yang diperiksa diatas meja
pemeriksaan untuk pasien yang tidak bisa berdiri
b. PO : sisi yang diperiksa menempel pada kaset, kedua tangan
keatas, siku ditekuk dengan lengan bawah menjepit kepala
c. FFD : 120 cm
d. CR : horizontal untuk posisi berdiri, vertikal untuk posisi
supine, tegak lurus kaset
e. CP : thoracal 3-4
f. Grid : (-)
g. Kondisi : 65 KV ; 4 mAs
h. Kaset dan film : 35 cm x 35 cm
D. Proyeksi top lordotik (AP)
a. PP : pasien berdiri dengan jarak kurang lebih 1 kaki dari kaset
dan menyondongkan badan kebelakang sehingga posisi leher
bersentuhan dengan kaset
b. PO : dada membentuk sudut sekitar 45 derajat dari kaset yang
berada dipunggung
c. FFD : 120 cm
d. CR : diangulasikan 10-20 derajat kearah cranial dan
diarahkan pada pertengahan kaset dengan ujung atas kaset
harus berjarak sekitar 7-8 cm diatas bahu pasien

31
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN THORAX
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

3/3

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

e. CP : thoracal 5-6
f. Grid : (-)
g. Kondisi : 50 KV ; 2 mAs
h. Kaset dan film : 35 cm x 35 cm
Petugas yang 1. Radiografer
2. Dokter spesialis radiologi
melaksakan
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset dan film
3. Prosesing film (manual)

32
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN VERTEBRAE CERVICAL
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada ruas-ruas tulang leher


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada ruas-ruas tulang leher
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film 24 cm x 30 cm
b. Pesawat x-ray
c. Marker R atau L
d. chest stand
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior
a. PP : pasien berdiri membelakangi chest stand
b. PO : MSP leher tegak lurus kaset dan batas atas kaset 5-7 cm
diatas MAE, dagu sedikit ekstensi
c. FFD : 90 cm
d. CR : 15 derajat craniali
e. CP : cervical 3-4
f. Grid : (-)
g. Kondisi 53 KV ; 2 mAs
h. Kaset dan film 24 cm x 24 cm
B. Proyeksi lateral
a. PP : pasien berdiri menghadap kesisi yang diperiksa
b. PO : MSP sejajar dengan kaset dan batas atas kaset 5-7 cm
diatas MAE, dagu sedikit ekstensi
c. FFD : 90 cm
d. CR : horizontal tegak lurus dengan kaset
e. CP : cervical 3-4
f. Grid : (-)
g. Kondisi : 53 KV ; 2 mAs
h. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm

33
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN VERTEBRAE CERVICAL
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

C. Proyeksi oblique RPO/LPO dan LAO/LPO


a. PP : pasien berdiri menghadap kesisi yang diperiksa
b. PO : leher membentuk sudut 45 derajat dari kaset dan batas
atas kaset 5-7 diatas MAE
c. FFD : 90 cm
d. CR : horizontal tegak lurus dengan kaset
e. CP : cervical 3-4
f. Grid : (-)
g. Kondisi : 53 KV ; 2 mAs
h. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
Petugas yang 1. Radiografer
2. Dokter spesialis radiologi
melaksanakan
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset dan film
3. Prosesing film (manual)

34
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN VERTEBRAE THORACAL
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada ruas-ruas tulang belakang


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada ruas-ruas tulang belakang
Kebijakan 1. Dilakukan oleh radiografer
2. ekspertise oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 30 cm x 40 cm
b. Pesawat x-ray
c. Marker R atau L
d. Lysolm grid atau bucky table
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan, tangan berada
disamping tubuh
b. PO : dada true AP ditengah-tengah kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : thoracal 5-6
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 55 KV ; 2 mAs
h. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
B. Proyeksi lateral
a. PP : pasien tidur miring kearah yang diperiksa diatas meja
pemeriksaan, tangan diatas kepala dan lutut ditekuk
b. PO : dada true lateral ditengah-tengah kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : thoracal 5-6
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 4 mAs
h. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm

35
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN VERTEBRAE THORACAL
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Petugas yang 1. Radiografer


2. adokter spesialis radiologi
melaksanakan
Alat 3. Pesawat x-ray konvensional
4. kaset, film dan grid
5. prosesing film (manual)

36
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN VERTEBRAE LUMBAL
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada ruas-ruas tulang pinggang


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada ruas-ruas tulang pinggang
Kebijakan 1. Dilakukan oleh radiografer
2. ekspertise oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 30 cm x 40 cm
b. Pesawat x-ray
c. Marker R atau L
d. Lysolm grid atau bucky table
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan, tangan berada
disamping tubuh
b. PO : lumbal true AP di tengah-tengah kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : lumbal 3
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
B. Proyeksi lateral
a. PP : pasien tidur miring kearah yang diperiksa diatas meja
pemeriksaan, tangan diatas kepala dan lutut ditekuk
b. PO : lumbal true lateral di tengah-tengah kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : lumbal 3
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 85 KV ; 12 mAs
h. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm

37
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN VERTEBRAE LUMBAL
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Petugas yang 1. Radiografer


2. Dokter spesialis radiologi
melaksanakan
Alat 3. Pesawat x-ray konvensional
4. kaset, film dan grid
5. prosesing film (manual)

38
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN PELVIS dan os SACRUM
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada ruas-ruas tulang panggul


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada ruas-ruas tulang panggul
Kebijakan 1. Dilakukan oleh radiografer
2. ekspertise oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 30 cm x 40 cm dan 24 cm x 30 cm
b. Pesawat x-ray
c. Marker R atau L
d. Lysolm grid atau bucky table
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi pelvis dan os sacrum antero posterior (AP)
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : pelvis dan os sacrum true AP ditengah-tengah kaset
yang dipasang melintang
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pada titik MSL antara SIAS dengan sympisis pubis
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
B. Proyeksi sacrum lateral
a. PP : pasien tidur miring kearah yang diperiksa diatas meja
pemeriksaan, tangan diatas kepala dan lutut ditekuk
b. PO : sacrum true lateral ditengah-tengah kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : SIAS
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 85 KV ; 12 mAs
h. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm

39
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN PELVIS dan os SACRUM
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

C. Proyeksi pelvis outlet


a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : pelvis true AP
c. FFD : 100 cm
d. CR : sudut sinar chepalad 20-35 derajat untuk laki-laki dan
30-45 derajat untuk perempuan
e. CP : 3-5 cm distal ke sympisis pubis atau trochanter mayor
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
D. Proyeksi pelvis inlet
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : pelvis true AP
c. FFD : 100 cm
d. CR : sudut sinar caudad 40 derajat
e. CP : sinar langsung pada titik garis tengah setinggi SIAS
f. Grid : (+)
g. Kondisi : 70 KV ; 10 mAs
h. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
PETUGAS YANG 1. Radiografer
MELAKSANAKAN 2. Dokter spesialis radiologi
ALAT 1. pesawat x-ray konvensional
2. Kaset, film dan grid
3. prosesing film (manual)

40
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN BNO dan ABDOMEN 3 POSISI
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada rongga perut dengan posisi pasien
terlentang, setengah duduk dan tidur miring kiri
Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada rongga abdomen
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. kaset dan film ukuran 30 cm x 40 cm
b. Pesawat x-ray
c. Lysolm grid atau bucky table
d. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. BNO (abdomen polos proyeksi AP)
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : abdomen di tengah-tengah kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : 2 jari di bawah umbilicus
f. Grid : (+)
g. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi : 72 KV ; 12 mAs
i. expose saat tahan nafas dengan aba-aba tarik nafas
keluarkan tahan
B. Proyeksi fowler (setengah duduk)
a. PP : pasien supine di meja pemeriksaan kemudian duduk
membentuk sudut 45 derajat dengan meja pemeriksaan
b. PO : abdomen true AP di tengah-tengah kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : tegak lurus kaset
e. CP : diafragma
f. Grid : (+)
g. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi : 72 KV ; 12 mAs

41
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN BNO dan ABDOMEN 3 POSISI
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

C. Proyeksi LLD (left lateral decubitus)


a. PP : pasien tidur miring di atas meja pemeriksaan
b. PO : abdomen true lateral di atas meja pemeriksaan, kaset
letakkan di punggung
c. FFD : 90 cm
d. CR : horizontal tegak lurus kaset
e. CP : diafragma
f. Grid : (+)
g. kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi : 74 KV x 10 mAs
Petugas yang 1. Radiografer
melaksanakan 2. Dokter spesialis radiologi
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. kaset, film dan grid
3. prosesing film (manual)

42
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN MANUS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada tulang-tulang telapak tangan


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada os manus
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm
b. Pesawat x-ray
c. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi PA
a. PP : pasien duduk ditepi meja pemeriksaan
b. PO : telapak tangan menempel pada kaset true AP
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : caput metacarpal 3
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm dibagi 2
h. Kondisi : 45 KV : 2 mAs
B. Proyeksi obelique postero anterior
a. PP : pasien duduk ditepi meja pemeriksaan
b. PO : jari tangan diatur renggang ujung jari tangan menempel
pada kaset dengan sisi telapak tangan jari kelingking
menempel pada kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : caput metacarpal 3
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm dibagi 2
h. Kondisi : 45 KV ; 2 mAs

43
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN MANUS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

C. Proyeksi lateral
a. PP : pasien duduk ditepi meja pemeriksaan
b. PO : manus diletakkan pada kaset true lateral
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan manus
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
h. Kondisi : 55 KV ; 3 mAs
Petugas yang 1. Radiografer
melaksanakan 2. Dokter spesialis radiologi
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset dan film
3. Prosesing film (manual)

44
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN ANTEBRACHII
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada tulang-tulang lengan bawah


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada antebrachii
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Pesawat x-ray
b. Kaset dan film ukuran 30 cm x 40 cm
c. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien duduk ditepi meja pemeriksaan atau supine diatas
meja pemeriksaan
b. PO : antebrachii letakkan diatas kaset true AP
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan antebrachii
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi : 52 KV ; 2 mAs
B. Proyeksi lateral
a. PP : pasien duduk ditepi meja pemeriksaan atau supine diatas
meja pemeriksaan
b. PO : siku ditekuk letakkan antebrachii diatas kaset true lateral
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan antebrachii
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi 52 KV ; 2 mAs

45
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN ANTEBRACHII
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Petugas yang 1. Radiografer


melaksanakan 2. Dokter spesialis radiologi
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset dan film
3. Prosesing film (manual)

46
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN os HUMERUS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada tulang-tulang lengan atas


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada humerus
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Pesawat x-ray
b. Kaset dan film ukuran 30 cm x 40 cm
c. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien berdiri pada chest stand menghadap tabung
rontgen atau supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : humerus letakkan diatas kaset true AP
c. FFD : 90 cm
d. CR : horizontal untuk posisi berdiri vertikal untuk posisi
supine tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan humerus
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi : 52 KV ; 2 mAs
B. Proyeksi lateral
a. PP : pasien berdiri pada chest stand menghadap tabung
rontgen atau supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : siku ditekuk letakkan humerus diatas kaset true lateral
c. FFD : 90 cm
d. CR : horizontal untuk posisi berdiri vertikal untuk posisi
supine tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan humerus
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi 52 KV ; 2 mAs

47
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN os HUMERUS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Petugas yang 1. Radiografer


melaksanakan 2. Dokter spesialis radiologi
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset dan film
3. Prosesing film (manual)

48
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN ELBOW JOINT
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada sendi siku


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada elbow joint
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Pesawat x-ray
b. Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm
c. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien duduk ditepi meja pemeriksaan atau supine diatas
meja pemeriksaan
b. PO : elbow joint letakkan diatas kaset true AP
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan elbow joint
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
h. Kondisi : 52 KV ; 2 mAs
B. Proyeksi lateral
a. PP : pasien duduk ditepi meja pemeriksaan atau supine diatas
meja pemeriksaan
b. PO : elbow joint ditekuk kemudian letakkan diatas kaset true
lateral
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan elbow joint
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
h. Kondisi 52 KV ; 2 mAs

49
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN ELBOW JOINT
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Petugas yang 1. Radiografer


melaksanakan 2. Dokter spesialis radiologi
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset dan film
3. Prosesing film (manual)

50
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN os FEMUR
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada tulang paha


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada os humerus
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Pesawat x-ray
b. Kaset dan film ukuran 30 cm x 40 cm
c. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : letakkan humerus diatas kaset true AP
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan humerus
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi : 55 KV ; 3 mAs
B. Proyeksi lateral
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : letakkan humerus diatas kaset true lateral
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan humerus
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi 55 KV ; 3 mAs

51
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN os FEMUR
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Petugas yang 1. Radiografer


melaksanakan 2. Dokter spesialis radiologi
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset dan film
3. Prosesing film (manual)

52
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN os CRURIS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada tulang paha


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada os humerus
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Pesawat x-ray
b. Kaset dan film ukuran 30 cm x 40 cm
c. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : letakkan femur diatas kaset true AP
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan femur
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi : 55 KV ; 3 mAs
B. Proyeksi lateral
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : letakkan femur diatas kaset true lateral
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan femur
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 30 cm x 40 cm
h. Kondisi 55 KV ; 3 mAs

53
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN os CRURIS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Petugas yang 1. Radiografer


melaksanakan 2. Dokter spesialis radiologi
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset dan film
3. Prosesing film (manual)

54
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN GENU
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada sendi lutut


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada genu
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Pesawat x-ray
b. Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm
c. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : letakkan genu diatas kaset true AP
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan genu
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
h. Kondisi : 55 KV ; 3 mAs
B. Proyeksi lateral
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : genu ditekuk badan miring kesisi yang akan diperiksa
kemudian letakkan diatas kaset true lateral
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan elbow joint
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
h. Kondisi 55 KV ; 3 mAs

55
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN GENU
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Petugas yang 1. Radiografer


melaksanakan 2. Dokter spesialis radiologi
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset dan film
3. Prosesing film (manual)

56
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN ANKLE JOINT
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada sendi kaki


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi terhadap ankle joint
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Pesawat x-ray
b. Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm
c. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : letakkan ankle joint diatas kaset true AP
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan ankle joint
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
h. Kondisi : 55 KV ; 3 mAs
B. Proyeksi lateral
a. PP : pasien supine diatas meja pemeriksaan
b. PO : tubuh miring kesisi yang akan diperiksa kemudian
letakkan ankle joint diatas kaset true lateral
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan ankle joint
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
h. Kondisi 55 KV ; 3 mAs

57
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN ANKLE JOINT
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Petugas yang 3. Radiografer


melaksanakan 4. Dokter spesialis radiologi
Alat 4. Pesawat x-ray konvensional
5. Kaset dan film
6. Prosesing film (manual)

58
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN PEDIS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

1/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Pemeriksaan foto rontgen pada tulang-tulang telapak kaki


Tujuan Untuk mengetahui kelainan radiologi pada os pedis
Kebijakan 1. Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer
2. Ekspertise dilakukan oleh radiolog
Prosedur 1. Persiapan alat dan bahan
a. Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm
b. Pesawat x-ray
c. Marker R atau L
2. Teknik pemeriksaan
A. Proyeksi antero posterior (AP)
a. PP : pasien duduk diatas meja pemeriksaan
b. PO : telapak kaki menempel pada kaset true AP
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : caput metatarsal 3
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm dibagi 2
h. Kondisi : 45 KV : 2 mAs
B. Proyeksi obelique
a. PP : pasien duduk diatas meja pemeriksaan
b. PO : pedis membentuk sudut 45 derajat dari kaset dengan sisi
kelingking menempel pada kaset
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : caput metatarsal 3
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm dibagi 2
h. Kondisi : 45 KV ; 2 mAs

59
RUMAH SAKIT
SURYA ASIH PEMERIKSAAN MANUS
No. Dokumen : No. revisi : Halaman :

2/2

Tanggal Terbit : Dibuat : Dikaji ulang : Ditetapkan :


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

C. Proyeksi lateral
a. PP : pasien duduk diatas meja pemeriksaan
b. PO : pedis diletakkan pada kasetdengan posisi true lateral
c. FFD : 90 cm
d. CR : vertikal tegak lurus kaset
e. CP : pertengahan pedis
f. Grid : (-)
g. Kaset dan film : 24 cm x 30 cm
h. Kondisi : 55 KV ; 3 mAs
Petugas yang 1. Radiografer
melaksanakan 2. Dokter spesialis radiologi
Alat 1. Pesawat x-ray konvensional
2. Kaset dan film
3. Prosesing film (manual)

60

Anda mungkin juga menyukai