Anda di halaman 1dari 3

Ukhuwah dalam Amanah :)

Bismillahirrahmanirrahim..

- Dalam QS Al-Ahzab : 72 yang artinya "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat


[1234] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,"

[1234] Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.

- Dalam QS Ali Imran : 103 yang artinya "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk."

- Amanah menurut bahasa berasal dari kata aman, yaitu kebalikan dari khianat.
Sedangkan secara istilah, artinya perilaku yang tetap dalam jiwa, dengannya
seseorang dapat menjaga diri dari apa yang bukan hak nya dan menunaikan
kewajibannya.

-Sedangkan Ukhuwah menurut bahasa berarti Persaudaraan. Menurut istilah, adalah


Ukhuwah Islamiyah Karunia Allah.

- Keutamaan Amanah
1. Merupakan sifat para Nabi dan Rasul.
2. Tanda Iman.
"Tidak ada Iman bagi orang yang tidak Amanah dan tidak ada agama bagi orang yang
Tidak memegangi Janji. (HR.Ahmad)
3. Jalan menuju kesuksesan. Jika ingin sukses, maka kita harus Amanah.
Dalil nya dalam QS An Nisaa' : 58.

-Keutamaan Ukhuwah
1. Para Nabi dan Syuhada' menginginkan kedudukannya.
2. Dinanungi Allah pada hari kiamat.
"Dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, Mereka tidak bertemu
kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah"
3. Merasakan manisnya Iman.

-Ukhuwah itu :
1. Ta'aruf (saling mengenal)
2. Tafahum (saling memahami)
3. Tanasuh (saling nasehat menasehati)
4. Takaful (saling senasib sepenanggungan)

-Bagaimana agar Amanah?


1. IKHLAS karena Allah.
2. Menyadari pentingnya sikap Amanah
3. Memberikan nilai 'penting' pada diri.
4. Berdiri di pos masing-masing

- Bagaimana BerUkhuwah?
1. Saling bersalaman dengan saudari kita. Karena sesungguhnya, ketika kita
bersalaman maka bergugurlah dosa-dosa kita.
2. Tersenyum
3. Saling mengunjungi
4. Saling memberi hadiah
5. Saling mendoakan

Dalam Amanah ada Ukhuwah


Tanpa Ukhuwah, Amanah terasa berat
Amanah dan Ukhuwah, dua kata yang berbeda
Tapi jika bersama, semuanya menjadi Indah..

Ukhuwah, amanah, dan dakwah. Adalah tiga kata yang bila didendangkan akan terasa
sejuk menghidupi hati, nyaman menenteramkan sanubari. Dan biarkan iman mengantarkan
sang faqir menapaki tangga-tangga ukhuwah, bersama berpadurasa dalam menjalankan
amanah antara sesama pemikul beban dakwah yang panjang jalannya ini. Yang mereka
lakukan tidak lagi sebatas menanggung beban, atau sekedar perasaan saling memahami,
apalagi sekedar saling mengenal. Sudah sangat khatam dan tuntas di antara mereka.
Yang mereka lakukan di setiap interaksi kerjanya adalah saling berlomba
mendahulukan saudaranya agar beristirahat lebih awal, dan mereka bersedia untuk
menyelesaikan (baca: menanggung) amanah saudaranya yang lain. Karena tidak ada
itsar dalam hal peran dan pengorbanan dalam barisan dakwah ini. Ukhuwah menjadi
motor penggeraknya.

Akhi, biarkan saya saja yang menyelesaikan kerjaan ini, Antum istirahat saja dulu
ya begitu gumamnya lirih di sela rutinitas pribadi yang juga tak begitu longgar.

Bukan menafikkan peran, atau melemahkan peran, apalagi ekspresi ketidakpercayaan


pada kemampuan saudara, ini penghargaan, apresiasi terhadap kinerja dengan
memberikan kesempatan untuk beristirahat. Kemudian yang ada adalah masing-masing
dari mereka justru berlomba untuk tidak istirahat. Mereka saling berharap agar
waktu tertahan sedikit lebih lama untuk sekedar bisa memaksimalkan peran. Sebelum
semuanya benar benar usai. Sebelum Allah mencabut kenikmatan perjuangan dan peran
dalam amanah dakwah ini, dan semuanya terasa semakin hangat jika terbingkai dalam
ukhuwah yang tak berkesudahan. Ukhuwah lagi yang menjadi biang keladinya.

Dinamika dan perbagai macam keadaan dalam medan dakwah ini akan kita dapati selama
menjalankan amanah dan kerja-kerja dakwah. Ini tidak hanya antara kita dan objek
dakwah (baca: madu), tapi juga dengan sesama rekan kerja. Apakah ia staff (baca:
jundi) di bawah kita, ketua (baca: masul) di atas kita, ataukah sesama sederajat
posisinya dengan kita (rekan kerja).

Dalam interaksi kerja di medan dakwah, dibutuhkan satu keterikatan hati yang saling
terpaut antara sesama pelakunya, yang di kemudian hari kita menyebutnya dengan
ukhuwah. Jika satu perangkat ini (ukhuwah) tertanam dengan baik, maka akan selalu
ada pundak-pundak lain yang siap membantu kita untuk memikul beban seberapapun
beratnya ia, akan ada kaki-kaki lain yang siap menopang kita untuk berjalan
seberapapun jauhnya ia, dan akan ada hati yang siap menampung semua keluh-kesah
kita setelah semuanya diadukan kepada Dzat yang menciptakan hati itu sendiri.

Dakwah yang panjang jalannya, sedikit pengikutnya, dan banyak permasalahannya ini
akan menyedot semua saripati energi dan perhatian kita. Jika kita sendirian, hampir
bisa dipastikan dalam waktu dekat kita akan roboh kelelahan. Maka sahabatku,
bersabarlah dan senantiasa kuatkanlah kesabaranmu. Akan selalu ada hal yang
mengejutkan dari Allah untuk para rijal-Nya yang senantiasa menolong agama-Nya.

Jika kita seorang masul atau kepada departemen, kita akan mendapati berbagai macam
karakter jundi. Jundi yang merupakan salah satu orang yang dulunya mati-matian
sepenuhnya memperjuangkan kita hingga mendapati posisi (baca: amanah) sedemikian
sekarang ini, dan ketika suatu saat kita membutuhkan mereka, macam-macam respons
mereka terhadap panggilan kita. Ada yang dengan sigap, ada yang penuh alasan, ada
yang selalu meminta pembenaran, ada yang tak mau patuh dan justru menghindar. Namun
adapula yang rela jauh-jauh mendatangi kita di sela-sela kesibukan mereka, untuk
sekedar menyampaikan tabayyun ketidakmampuannya untuk membantu kerja-kerja kita.
Bukan untuk meminta maaf atau dimaklumi, tapi sebagai wujud bhakti seorang jundi
kepada qiyadahnya. Kedua karakter jundi tersebut masing-masing akan mendapatkan
amal sesuai dengan tingkat kesungguhan (baca: jihad) mereka masing-masing.

Di Jamaah ini, ketika kita mendapati posisi sebagai jundi, sebagai staff, atau
anggota dalam satu kepengurusan (struktur) dakwah, kitapun akan mendapati berbagai
karakter pimpinan (baca: qiyadah). Ada yang sangat luwes, ada yang sangat
perhatian, ada yang acuh, ada yang simpati, ada yang tak mau peduli. Kesemuanya
melebur bersama keahlian dan kecakapan kepemimpinannya masing-masing. Dan kesabaran
serta keistiqamahan kita sebagai jundi ketika menemui berbagai karakter tersebut,
bisa saja mengantarkan kita mendapatkan derajat amal terbaik dari sekian banyak
amal dan kerja-kerja kita. Lantas kenapa harus menyalahkan qiyadah ketika kita
tidak beres menyelesaikan amanah yang telah dibebankan kepada kita?

Di sini, di jamaah ini. Apakah kita seorang jundi ataupun kita seorang qiyadah.
Mari tetap bekerja pada wilayah kerja kita masing-masing. Daripada kita sibuk
menghitung ketidakcocokan antara kita dengan partner kerja, dengan jundi, ataupun
dengan qiyadah kita, saya kira jauh lebih bijak untuk kita menghabiskan waktu untuk
memproduktifkan peran, sebelum semuanya benar-benar berakhir, sebelum amanah ini
berpindah pundak ke pemikul beban yang lain.

Di sini, di jamaah dakwah ini. Kadang, mungkin saja kita berpikir untuk bekerja
sendirian saja, tidak perlu repot-repot menyamakan gerak dengan rekan kerja, jundi,
ataupun qiyadah kita. Ketika kita mengalami kondisi ini, teringat taujih hamasah
dari Ust Salim A Fillah yang sedikit saya gubah,

Dalam berjamaah, ada pembelajaran kesabaran. Bahwa berjalan bersama itu jauh lebih
lama daripada berjalan sendirian. Ya karena memang dakwah ini jalannya panjang,
jadi kita tidak perlu terburu-buru untuk mencapai ujungnya. Sedang kitapun tak
pernah tahu kapan berakhirnya. Yang harus kita lakukan adalah memaksimalkan peran,
memperbaiki sendi keimanan, kemudian dengannya kita akan menuai indahnya ukhuwah.
Karena sehebat apapun kapasitas kita, jika berjuang sendirian akan terasa lebih
melelahkan. Untuk itulah, tepat kiranya jika kalimat Ukhuwah Qabla Amanah menjadi
pegangan bagi para aktivis dan pegiat dakwah. Ciptakan ukhuwah yang harmonis dan
penuh kenikmatan, kemudian bekerja dalam amanah apapun akan terasa lebih
menyenangkan. Insya Allah.

Anda mungkin juga menyukai