Anda di halaman 1dari 10

PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN TERHADAP PATIENT

SAFETY DALAM KEPERAWATAN ANAK

Oleh : Zubaidah
NPM 1006749226

MAHASISWA PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN ANAK

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

2011
PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN TERHADAP PATIENT
SAFETY DALAM KEPERAWATAN ANAK

Oleh : Zubaidah

ABSTRAK

Patient safety pada keperawatan anak merupakan upaya pencegahan injuri pada anak
yang disebabkan langsung oleh pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri. Lebih dari 10
tahun terakhir, patient safety menjadi prioritas utama dalam sistem pelayanan kesehatan.
Tenaga kesehatan termasuk perawat memiliki tanggung jawab terhadap pengobatan dan
perawatan anak selama berada di rumah sakit termasuk patient safety. Salah satu cara
untuk meningkatkan patient safety pada anak adalah penggunaan teknologi informasi
dalam keperawatan.
Telah banyak penelitian terhadap penggunaan teknologi informasi dalam mengurangi
kesalahan dalam pelayanan kesehatan. Kesalahan dalam keperawatan anak berbeda
dibandingkan dengan kesalahan pada keperawatan dewasa. Oleh karena itu diperlukan
suatu sistem informasi yang dirancang khusus untuk meningkatkan patient safety dalam
keperawatan anak. Penggunaan sistem informasi pada keperawatan anak telah terbukti
efektif dalam meningkatkan keamanan pasien. Adapun penggunaan sistem informasi
tersebut seperti pendokumentasian asuhan keperawatan, pemberian obat intravena secara
terus menerus, pendokumentasian grafik pertumbuhan, dan sebagai sumber informasi yang
dapat dipercaya.
Banyak manfaat yang dapat dirasakan terkait penggunaan sistem informasi keperawatan
yang antara lain lebih banyak waktu bersama pasien, mendokumentasikan secara cepat dan
akurat, mengurangi penggunaan kertas serta menurunkan biaya perawatan di rumah sakit.
Namun penggunaan system informasi tidak ada gunanya jika tidak didukung oleh
kemampuan perawat terhadap patient safety, kemampuan serta keterampilan dalam sistem
informasi itu sendiri serta leadership yang mendukung terhadap pelaksanaan sistem
informasi keperawatan.

A. Latar Belakang

Ketika seorang anak menjadi pasien, orang tua meyakini bahwa tenaga kesehatan akan
melakukan hal terbaik untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami. Oleh karena itu
tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab terhadap pengobatan dan perawatan pasien
termasuk keamanan pasien selama berada di rumah sakit atau yang dikenal dengan patient
safety. Patient safety didefinisikan sebagai kebebasan dari trauma atau injuri yang terjadi
secara kebetulan yang dapat disebabkan oleh perawatan medis, seperti rasa sakit atau
kematian akibat kesalahan pemberian obat, salah pasien, dan infeksi nasokomial (Institute of
Medicine, 2000 dalam Miller at al, 2011). Istilah patient safety bukan hanya berfokus pada
strategi pencegahan kecelakaan seperti penggunaan sabuk pengaman dan helm, akan tetapi
konsep patient safety pada keperawatan anak merupakan upaya pencegahan injuri pada
anak yang disebabkan langsung oleh pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri (Miller at al,
2011).

Lebih dari 10 tahun terakhir, patient safety menjadi prioritas utama dalam sistem pelayanan
kesehatan (Miller, 2011). Di united Stated, diperkirakan 44.000-98.000 pasien yang dirawat
setiap tahunnya meninggal akibat kesalahan medis (Institute of Medicine dalam
Miller,2011). Meskipun kesalahan hampir tidak dapat dihindari, akan tetapi patient safety
dapat ditingkatkan dan beberapa rumah sakit telah mencanangkan keamanan sebagai
prioritas utama. Salah satu cara untuk meningkatkan keamanan pasien adalah penggunaan
teknologi informasi dalam pelayanan keperawatan anak.

Sistem informasi keperawatan diartikan sebagai bagian dari sistem informasi pelayanan
kesehatan yang berhubungan dengan aspek keperawatan, khususnya mempertahankan
dokumentasi keperawatan (Malliarow dan Ziga, 2009). Keperawatan menggunakan sistem
informasi dalam rangka mengkaji kondisi pasien, mempersiapkan perencanaan keperawatan,
dokumentasi keperawatan, dan mengontrol kualitas pelayanan keperawatan. Selain itu
teknologi informasi memberikan manfaat terhadap patient safety dengan meningkatkan
komunikasi dan pengambilan keputusan. Kesalahan dalam keperawatan anak berbeda
dibandingkan dengan kesalahan pada keperawatan dewasa. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa hal yaitu pertama, anak memiliki resiko lebih tinggi terhadap kesalahan akibat
perawatan dibandingkan orang dewasa yang disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan anak, demografi, dan ketergantungan terhadap orang tua atau pemberi
pelayanan kesehatan. Kedua, sistem order secara komputerisasi yang didesain untuk orang
dewasa memiliki keterbatasan dalam mengurangi kesalahan pada anak. Oleh karena itu
diperlukan suatu sistem informasi yang dirancang khusus untuk meningkatkan patient safety
dalam keperawatan anak .
B. Kajian Literatur

1. Patient safety dalam Keperawatan Anak

Untuk mencapai asuhan keperawatan anak yang berkualitas, ada beberapa prinsip yang
harus dipegang untuk menciptakan keamanan pada bayi dan anak. Ada 4 hal yang dapat
mempengaruhi safety pada pelayanan kesehatan yang antara lain: leadership, sistem
pelaporan, problem solving, dan standar perilaku yang jelas.

a. Leadership

Pemimpin memegang peranan penting terhadap perubahan. Tanpa adanya


kepemimpinan, perubahan tidak akan tercapai. Pemimpin bertanggung jawab
terhadap keamanan pasien. Mengembangkan pemahaman bahwa faktor manusia
dapat menghambat keamanan pasien, penerapan ilmu safety, dan pemahaman
terhadap dampak budaya pada keamanan pasien, merupakan kunci yang harus
dipegang oleh pemimpin suatu organisasi kesehatan (Napier dan Knox, 2006).
Pemimpin hendaknya menempatkan safety sebagai prioritas dalam organisasi.

b. Sistem pelaporan

Sistem pelaporan insiden tradisional menggunakan pendekatan person (system


approach) yang menekankan pada keterlibatan individu dalam suatu kejadian.
Pengumpulan data didasarkan pada analisa kasus per kasus daripada mencari pola
sistem secara luas. Lucian leape dalam Napier (2006) menjelaskan bahwa
kesuksesan sistem pelaporan hendaknya merupakan laporan tanpa hukuman,
kerahasiaan, dan independen dengan analisa ahli dan adanya feedback yang teratur.
Oleh karena itu diperlukan pelaporan yang berorientasi pada sistem (Napier, 2006).

c. Problem solving

Salah satu faktor yang penting dalam penyelesaian masalah adalah melibatkan staf
yang paling terlibat dapat masalah. Pemberi pelayanan keperawatan yang secara
langsung berhadapan dengan pasien dapat mengidentifikasi resiko selama mereka
melakukan asuhan keperawatan. Oleh karena itu dengan melibatkan mereka dalam
upaya mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan safety, menjadikan
merekan bertanggunjawab terhadap diri sendiri, teman sejawat dan organisasi.

Di rumah sakit dan klinik anak Minnesota, telah dibentuk tim safety action yang
didesain untuk melibatkan pemberi pelayanan langsung kepada pasien dalam action
perubahan. Tiap tim dibentuk sesuai kebutuhan dari setiap ruangan.

d. Standar perilaku yang jelas

Standar perilaku didefinisikan sebagai saling menghargai, komunikasi terbuka, dan


tanggung jawab untuk mengembangkan praktik dan kebijakan penting yang
memegang peranan penting dalam kejelasan issue, komunikasi terhadap hasil yang
tidak dapat diantisipasi dan partisipasi dalam analisis kejadian (Napier, 2006).
Kebijakan yang mendukung konsistensi dalam praktik perlu dilakukan secara
tertulis.

2. Sistem Informasi Manajemen Keperawatan

Sistem informasi adalah sistem komputer yang mengumpulkan, menyimpan,


memproses, memperoleh kembali, menunjukkan, dan mengkomunikasikan informasi
yang dibutuhkan dalam praktik, pendidikan, administrasi dan penelitian (Malliarou et
al., 2007 dalam Malliarou & Zega, 2009). Banyak manfaat yang didapatkan dalam
penggunaan system informasi. Manfaat tersebut tidak hanya mengurangi kesalahan dan
meningkatkan kecepatan serta keakuratan dalam perawatan, tetapi tetapi juga
menurunkan biaya kesehatan dengan koordinasi dan peningkatan kualitas pelayanan.

Perawat menggunakan sistem informasi keperawatan dengan tujuan untuk mengkaji


pasien secara jelas, menyiapkan rencana keperawatan, mendokumentasikan asuhan
keperawatan, dan untuk mengontrol kualitas asuhan keperawatan. Perawat dapat
memiliki pandangan terhadap data secara terintegrasi (misalnya integrasi antara perawat
dan dokter dalam rencana perawatan pasien).
Manfaat sistem informasi dalam keperawatan (Malliarou & zyga, 2009):

a. Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse station
b. Mengurangi penggunaan kertas
c. Dokumentasi keperawatan secara automatis
d. Standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)
e. Mengurangi biaya
f. Kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur

Beberapa penelitian dalam rangka mengevaluasi penggunaan teknologi informasi dalam


keperawatan anak adalah sebagai berikut:

a. Pediatric growth chart into an electronic health record system (Rosenbloom et al.,
2006).

Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengintegrasikan grafik pertumbuhan pada


anak-anak ke dalam suatu laporan secara elektronik pada beberapa area keperawatan
anak. Keperawatan anak yang memiliki fokus pada pertumbuhan dan perkembangan
anak dalam konteks keluarga, sehingga electronic health record (EHR) diharapkan
memiliki fungsi yang baik dalam mencapai tujuan ini dengan meningkatkan
kesiapan, kejelasan dan akurasi informasi tentang pasien sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan mengurangi tingkat kesalahan. Selain itu karena
komponen penting dalam keperawatan anak adalah mengkaji pertumbuhan untuk
melihat status nutrisi dan kesehatan secara umum, maka EHR diharapkan dapat
mendukung dalam monitoring pertumbuhan anak.

b. Electronic medical record system in a pediatric psycopharmacology program

EMRS adalah data-data yang berhubungan dengan informasi pasien di masukkan


secara langsung kedalam sistem komputerisasi saat pasien datang di klinik. Dalam
penelitian tersebut dimintai pendapat kepada orang tua terkait penggunaan
pencatatan secara elektronik tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa 88%-90% orang
tua mengatakan bahwa penggunaan komputerisasi merupakan hal yang baik, dalam
berhubungan dengan dokter terasa lebih mudah, dan mereka memahami mengapa
komputerisasi digunakan. Dalam penemuan ini mendukung bahwa pengembangan
dan implementasi EMRS pada klinik pediatric psychofarmacology sangatlah
menguntungkan.

c. Comprehensive system to deliver pediatric countinous infusion medication with


standardized concentration (Hilmas, et al., 2010)
Merupakan suatu sistem manajemen pemberian obat secara komprehensif pada anak
yang berdasarkan pada order yang bersifat komputerisasi dengan konsentrasi yang
terstandar. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem telah terbukti
sukses dalam menentukan batas konsentrasi pada pemberian obat melalui infuse
secara terus menerus dan dapat meningkatkan keamanan dengan mengurangi
kesalahan dalam pemberian obat.

d. Reliable child health resources for parent (Banasiak & Golterman, 2011)

Merupakan suatu sistem informasi kesehatan melalui internet dan strategi


mendapatkan sumber kesehatan anak yang dapat dipercaya. Sistem ini dibuat melalui
web site. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas informasi kesehatan
yang beredar di internet untuk para orang tua. Dari hasil penelitian tersebut
didapatkan bahwa web site dari pemerintah dan institusi pendidikan dan yang
disponsori oleh organisasi kesehatan paling bisa dipercaya dibandingkan dengan web
site lainnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
merekomendasikan kepada orang tua untuk mencari sumber informasi kesehatan
yang dapat dipercaya.

e. Computerized provider order entry in pediatric oncology : design, implementation,


and outcomes (Chen & Lehman, 2011)
Merupakan order yang dilakukan secara komputerisasi yang dilakukan pada area
onkologi anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah order
secara komputerisasi dapat meningkatkan keamanan pasien anak. Dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa penerapan system dapat meningkatkan patient safety.

3. Peran Sistem Informasi terhadap Patient safety dalam Keperawatan Anak

Teknologi informasi dapat mengurangi kesalahan dengan 3 cara, yaitu mencegah


kesalahan dan kejadian yang merugikan, memfasilitasi respon yang lebih cepat terhadap
kejadian yang merugikan dan memberikan arah serta feedback terhadap kejadian yang
merugikan (Bates & Gawande, 2003).
Strategi teknologi informasi dalam mencegah kesalahan dan kejadian yang merugikan
adalah:
a. Meningkatkan komunikasi
Kegagalan dalam komunikasi khususnya dalam serah terima pasien antar shif baik
oleh dokter dan perawat merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan
dalam asuhan keperawatan. Dengan adanya sistem informasi keperawatan, kesalahan
dapat diminimalkan, karena seluruh informasi yang berkaitan dengan pasien mudah
diakses dan terkomunikasikan dengan baik melalui sistem.
b. Memberikan akses informasi
Dengan meningkatnya akses terhadap referensi informasi yang dibutuhkan dapat
meningkatkan safety. Informasi yang dibutuhkan melaui textbook, informasi obat-
obatan, dan manajemen penyakit infeksi dengan mudah dapat diakses melalui
komputer.
c. Mengharuskan informasi dan membantu dalam kalkulasi
Informasi yang didapat melalui komputer lebih mudah dibaca dan lebih lengkap
karena sistem memaksa pengguna untuk memasukkan informasi yang lengkap sesuai
dengan aturan yang ada dalam sistem. Misalnya instruksi dan resep dokter akan lebih
mudah dibaca. Selain itu penggunaan komputer juga dapat mengurangi kesalahan
dalam penghitungan dosis obat.
d. Monitoring
Dengan sistem komputerisasi monitoring keadaan pasien akan lebih mudah dan
akurat serta dapat mendeteksi adanya masalah pada pasien. Misalnya smart
monitor dapat mencari signal jika ada permasalahan pada pasien. Sehingga kejadian
yang tidak diinginkan dapat terdeteksi secara dini untuk dapat dilakukan tindakan
segera.
e. Mendukung pengambilan keputusan
Sistem informasi dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Dengan data-data
yang terdeteksi melalui sistem, pemberi pelayanan kesehatan baik dokter maupun
perawat dapat dengan cepat menentukan tindakan selanjutnya sesuai kondisi pasien.
f. Respon yang cepat terhadap kejadian yang tidak diinginkan
Sistem informasi dengan komputerisasi juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, melakukan intervensi dini, dan mengarahkan kejadian yang tidak
diinginkan.

C. Kesimpulan dan Rekomendasi

Dengan kemajuan teknologi informasi akan membantu perawat dalam meningkatkan


kualitas asuhan keperawatan anak. Banyak manfaat yang dapat dirasakan terhadap
penggunaan teknologi informasi dalam keperawatan yang antara lain meningkatkan jumlah
waktu perawat bersama pasien, mengurangi penggunaan kertas sehingga mengurangi biaya
perawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan secara cepat dan akurat. Beberapa
penelitian juga telah membuktikan bahwa penggunaan sistem informasi dapat mengurangi
kesalahan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak baik yang dirawat di rumah
sakit maupun di rawat jalan. Melalui teknologi informasi dapat meningkatkan komunikasi
antara pemberi pelayanan kesehatan, mempermudah akses informasi yang dibutuhkan,
melakukan penghitungan dengan cepat dan akurat, monitoring, mendukung pengambilan
keputusan serta memfasilitasi respon secara cepat terhadap kejadian yang tidak diinginkan.
Hal tersebut merupakan cara sistem informasi keperawatan dalam meningkatkan patient
safety selama pasien berada di rumah sakit.

Untuk memaksimalkan penggunaan sistem informasi keperawatan secara komprehensif


maka penulis merekomendasikan:

1. Tingkatkan kesadaran dan pengetahuan terkait patient safety dalam keperawatan anak.
2. Untuk meminimalkan bahaya pada anak, gunakan sistem informasi yang spesifik untuk
keperawatan anak.
3. Tingkatkan praktik berdasarkan pembuktian ilmiah (Evidence-based practice)
4. Kuasai pengetahuan dan keterampialn dalam penggunaan sistem informasi dengan baik
sebelum menggunakan system tersebut.
5. Tingkatkan kemampuan leadership dalam keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Bates, D.W., Gawande, A.A. (2003) Improving Safety with Information Technology. The New
England Journal of Medicine 348: 2526-34.

Castle, B.V.D., Kim, J., Pedreira, M.L.G., Paiva, A., Goossen, W., Bates, D.W. (2004). Information
technology and Patient safety in Nursing practice: an International Perspective.
International Journal of Medicine Informatics 73, 607-614.

Chen, A.R., Lehmann, C.U. (2011). Computerized Provider Order Entry in Pediatric Oncology:
Design, Implementation, and outcomes. Journal of Oncology Practice Vol. 7, issue 4.

Golterman, L., Banasiak, N.C. (2011). Evaluating Web Sites: Reliable Child Health Resources for
Parents. Pediatric Nursing, Vol 37, no. 2.

Heydrich, J.G., Demaso, D.R., Irwin, C., Steingard, R.J., Cohane, I. S., Beardslee, W.R. (2000).
Implementing of an Electronic Medical Record system in a Pediatric Psycofarmacology
Program. International Journal of Medical Informatics, 57, 109-116.

Hilmas, E., Sowan, A., Gaffoor, M., Vaidya, V. (2010) Implementation and Evaluation of a
Comprehensive system to deliver Pediatric continuous Infision Medications with
Standardized Concentrations. American Journal Health System Phar, volume 67.

Miller, M.R., Takata, G., Stucky, E. R., Neuspiel, D.R. (2011). Principles of Pediatric Patient safety:
Reducing Harm Due to Medical Care. Pediatrics, 127,1199.

Malliarou, M., Zyga, S. (2009). Advantages of Information system in Health Services. Sport
Management International Journal, vol 5 number 2.

Napier, J., Knox, E. (2006). Basic concepts in Pediatric Patient safety: Action Toward a safer Health
Care System. Clinical Pediatric Emergency Medicine 7:226-230@ Published by Elsevier
Inc.

Roenbloom, S.T., et al. (2006). Implementing Pediatric Growth Chart into an Electronic Health
Record System. Journal of the American Medical Informatic Association, volume 13
Number3.

*
Mahasiswa S2 Program Magister Keperawatan kekhususan keperawatan anak FIK UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai