Cekungan Jawa Timur Utar1
Cekungan Jawa Timur Utar1
Indonesia Barat, terletak dibagian utara Jawa Timur, memanjang barat-timur kurang
Cekungan ini dibatasi oleh Busur Karimunjawa dan Paparan Sunda ke arah timur dan
Barat Laut, sedangkan ke arah Utara dan Barat cekungan dibatasi oleh dataran tinggi
Kalimantan. Bagian Selatan busur vulkanik atau Busur Magmatik membatasi cekungan
dari bagian Timur hingga Selatan. Cekungan Jawa Timur Utara ini terdiri dari sedimen
tersier yang berumur eosen hingga resen yang berada pada batuan dasar (basement)
pra-tersier.
Cekungan belakang busur tersier Jawa Timur Utara memiliki hubungan antara
subduksi lempeng samudera dengan lempeng benua. Akibat dari subduksi ini maka
terjadi aktivitas vulkanik sepanjang tersier yang menghasilkan sedimen untuk pengisian
.
ts
sM
ite at
u
an er
Belitung Basin gr e
SUMATRA us ng
M
eo la
ac s me
J A V A S E A fC
et
r
ce
ou
Sunda- it o e ta
r
Asri lim fC
Basin SE it o
lim
NW
daerah yang mobil serta dibatasi daerah paparan yang stabil. Daerah cekungan
tersebut mempunyai luas lebih dari 200.000 km 2 dan mengandung akumulasi sedimen
dibagian depresi. Bagian utara daerah cekungan ini yang dinamakan cekungan Jawa
Timurlaut terutama terletak di daerah lepas pantai. Cekungan terdiri dari beberapa
bagian cekungan (Kedalaman North Tuban, Kedalaman Pati atau Muriah, cekungan
East Florence, Central Deep) dan daerah tinggian (Karimunjawa, JS- Ridge, Bawean,
Masalembo dan Sibaru) yang umumnya dikendalikan oleh kegiatan tektonik selama
Kapur Akhir hingga Tersier Awal. Pengendapan batugamping dan serpih bersama
Timur oleh Van Bemmelen (1949) terdiri dari daratan aluvium pantai utara Pulau Jawa,
antiklinorium Cepu, serta zona Randublatung yang merupakan zona depresi, termasuk
Sejarah struktur geologi Jawa Timur erat kaitannya dengan sejarah Struktur
Pulau Jawa bagian Barat dan Tektonik regional Asia Tenggara. Daerah ini berada pada
Paparan Sunda bagian Tenggara dan batuan alasnya adalah Cretaceous sampai basal
Tertiary melange.
Terdapat tiga tahap orogenesa yang berpengaruh pada wilayah cekungan Jawa
1. Kapur atas sampai Eosen Tengah. Pada Kapur akhir terjadi deformasi
Paparan Sunda. Pada eosen terjadi rifting yang diikuti oleh pengaktifan
regresi. Fase ini juga ditandai oleh hiatus didaerah Cepu dan dicirikan oleh
akhir. Aktivitas vulkanik busur Sunda Jawa dimulai pada pliosen akhir
Secara umum Cekungan Jawa Timur Utara dibentuk oleh beberapa elemen
terutama dicirikan oleh struktur lipatan, sesar normal, dan banyak terdapat
sesar naik.
dengan pola struktur berarah timur-barat dan terutama dicirikan oleh pola
Kalimantan Selatan.
Secara geologi terbentuknya cekungan Jawa Timur Utara dikendalikan oleh dua
sistem sesar yaitu : sistem sesar mendatar mengiri bearah timur-barat dan timurlaut-
baratdaya.
Gambar 3. Pola Struktur Cekungan Jawa Timur Utara
Menurut Van Bemmelen (1949), Stratigrafi cekungan Jawa Timur Utara dibagi
menjadi tiga sikuen yang utama, termasuk eosen-awal oligosen, akhir Oligosen
- Eosen awal Oligosen, sedimentasi diawali pada kala Eosen Tengah dengan
anggota serpih) yang berakhir pada kala Oligosen Awal. Sikuen dari Eosen-awal
Oligosen terdiri atas batuan klastik eosen diendapkan pada lingkungan alluvial
fluvial dengan kondisi lakustrin dan diyakini merupakan batuan sumber (source
formasi Ngimbang diendapkan Formasi Kujung yang terdiri atas hasil pengendapan
transgresi, sampai Awal Miosen bagian bawah penyebaran proses sedimentasi ini
dan Zone Rembang Madura Utara. Selaras diatas Formasi Kujung pada Miosen
Awal Miosen Tengah bawah diendapkan Formasi Tuban, yang terdiri dari hasil
Selama miosen tengah pasokan sedimen klastik dari bagian Utara dan Selatan
sepanjang Pantai Utara, batuan klastik berasal dari erosi batuan granitik dan
Formasi Mundu menipis ke arah utara menandai fase Regresi pada kala Pliosen.
Kemudian secara tidak selaras diendapkan formasi Lidah yang terdiri dari anggota
Plio-Plistosen.
Pada sikuen ini pengendapan dimulai dari bagian timur oleh batugamping dari
dengan penurunan muka air laut pada Oligosen akhir sampai Miosen awal dan
cekungan didominasi oleh karbonat hasil dari runtuhan eastern margin fault scarp.
Progradational complex terbentuk selama fase akhir eustatic drop dan mengandung
lensa wacke-packstone.
Formasi Ngimbang terdiri atas perulangan dari batupasir, serpih, lanau, dan sisipan
bewarna abu-abu muda hingga hitam, karbonatan, karbonan. Bagian atas terdiri dari
batugamping abu-abu hingga coklat muda, getas, kristalin dengan sisipan tipis
serpih karbonatan dan napal. Formasi Ngimbang diendapkan pada Laut Dangkal.
2. Formasi Kujung transgressive system tract: Penurunan muka air laut pada akhir
Oligosen awal Miosen dilanjutkan oleh relatif naiknya air laut. Hubungannya
bagian bawah Formasi Kujung. Batuannya didominasi oleh marl interbedded dengan
lapisan tipis green fossiliferous sandstone dan limestone, dan mengandung banyak
foraminifera, alga dan pecahan koral. Pada bagian atas Formasi Kujung,
lingkungan laut terbuka selama Oligosen akhir. Ciri utama yang dijumpai pada
formasi ini adalah dijumpainya napal dan lempung napalan abu-abu kehijauan
timur kearah Tuban dan Madura. Formasi ini berumur Oligosen atas dengan
3. Formasi Prupuh highstand systems track: bagian akhir dari sikuen ini di cirikan
dengan bioclastic limestone Formasi Prupuh. Formasi ini terdiri dari interbedded
terakumulasi pada lingkungan neritik selama Oligosen akhir sampai awal Miosen.
4. Formasi Tuban, ciri litologi nya lempung dengan sisipan napal yang kaya
Dibagian atas didominasi oleh batugamping pasiran putih kekuningan. Formasi ini
5. Formasi Tawun (Anggota Tawun) terdiri atas perselingan antara batupasir dan serpih
Formasi ini tersebar luas di zone Rembang bagian barat. Peta ketebalan
menunjukkan penebalan kearah utara dan menipis ke arah selatan. Kisaran umur
formasi ini Miosen Tengah, dan diendapkan pada lingkungan yang tidak begitu jauh
serpih, dan lempung.Dijumpai juga batugamping sebagai cerat atau lapisan tipis.
Batupasir bewarna putih susu sampai abu-abu tersusun atas kuarsa berukuran
tersemen lempung atau karbonat kadang dijumpai pirit, glaukonit, karbon, sebagian
7. Formasi Bulu, disusun oleh batugamping pasiran berlapis tipis, terdapat sisipan
napal berwarna abu-abu. Umur formasi diperkirakan Bagian bawah Miosen Atas,
dan diendapkan pada lingkungan paparan dangkal pada zona neritik tengah.
8. Formasi Wonocolo didominasi napal, napal lempungan dan napal pasiran, napal
dan kalkarenit. Formasi ini mempunyai penyebaran yang luas dengan arah timur-
barat dan menipis kearah utara dan timur. Diperkirakan berumur Miosen Akhir
(bawah-tengah) dan diendapkan pada laut terbuka pada kedalaman antara (100-
500)m
napal dan batupasir. Bagian bawah terdiri atas perulangan antara batupasir
karbonatan dan selingan kalkarenit, dan dibagian atas ukuran butir abtupasir
Struktur sedimen diabgian atas berupa silang siur palung dengan skala besar.
10. Formasi Mundu dijumpai napal bewarna kehijauan-hijauan, masif dan kaya
Diperkirakan berumur Pliosen diendapkan pada laut terbuka, zona batial pada
bagian bawah dan berkembang ke arah atas pada ingkungan paparan dangkal
pada laut dangkal secara lateral menjemari dengan formasi Mundu dan Formasi
Lidah
12. Formasi Lidah terutama disusun oleh batulempung abu-abu kebiruan, dibagian
yang dikenal dengan Anggota Malo. Formasi ini berkembang pada Zona
Randublatung muali dari Purwodadi hingga antiklin Lidah didaerah Surabaya dan
pada Zona Rembang dari Pati hingga Tuban. Didaerah Rembang Formasi ini
menumpang tidak selaras diatas batupasir karbonatan anggota Selorejo dari formasi
kearah atas.
4. Sejarah Geologi
Pengendapan dimulai di kala Eosen (pre CD unit) dengan genanglaut yang luas
diatas permukaan batuan dasar yang tidak rata dan berumur Mesozoikum. Genanglaut
ini berlanjut sampai kala Miosen Tengah, mengendapkan secara mulus lapisan tebal
batuan karbonat dari Formasi CD dan Kujung. Masih dalam kala Miosen Tengah,
pengendapan diikuti oleh tahap susut laut yang terus berlanjut sampai akhir Miosen.
Lapisan-lapisan sedimen terdiri atas serpih, batugamping dan batuan Formasi OK.
Kemudian diikuti oleh daur-daur pengendapan ukuran kecil pada Miosen Akhir sampai
Pliosen, Pliosen dan Pliosen sampai saat ini dimana pengendapan batuan karbonat
pulau Jawa dan Pulau Madura, sedangkan arah jurus struktur berubah tiba-tiba menjadi
suatu jalur engsel sempit yang terletak tepat di utara pulau Madura. Lebih dari 3.000 m
gejala tektonik muda dari zaman Tersier dan melanjutkan diri kearah timur ke zona
Randublatung walaupun kelanjutannya lagi kearah timur kurang diketahui dengan pasti.
Bagian selatan dari daerah cekungan yang terletak di daratan biasanya dikenal
sebagai cekungan Jawa timur. Cekungan ini meliputi zona fisiografi yang jelas berbeda
satu dengan lainnya yaitu zona Rembang dan zona Randublatung yang berbukit-bukit
dan daerah rendah yaitu daerah depresi sentral Kendeng. Pola struktur dicirikan oleh
arah timur-Barat. Suatu arah lain ialah Timurlaut-Baratdaya mempengaruhi jalur dari
depresi dan tinggian Pati. Lapisan batuan tebal yang diendapkan di cekungan Jawa
Timur juga memperlihatkan siklus transgresi-regresi yang sama seperti yang dijumpai di
kawasan lepas pantai Jawa Timurlaut. Adanya bongkah-bongkah eksotik batupasir dan
sejak Eosen dan disusul dengan pengendapan lapisan-lapisan napal dan serpih yang
Regresi dimulai pada kala Miosen Akhir dengan pengendapan batuan klastik
paralik yang untuk sebagiannya ditutupi oleh terumbu gamping atau ekivalennya secara
lateral.
Minyak yang diproduksikan di daratan (cekungan Jwa Timur) berasal dari
batupasir berumur Miosen, Pliosen dan Plistosen Bawah dari selang yang sifatnya
regresif itu (Formasi-formasi Ngrayong, Wonocolo, Ledok dan Lidah). Bagian terbesar
dari 27 buah lapangan yang telah ditemukan di cekungan Jawa Timur merupakan
akumulasi-akumulasi yang sangat kecil dan saat ini sudah ditinggalkan atau merupakan
kala Pliosen dan Plistosen. Cadangan potensial dilepas pantai (cekungan Jawa
dasar umur Eosen dan juga didalam batugamping serta batupasir dari formasi OK.
5. Petroleum System
Source Rock
Source rock utama di cekungan ini adalah organic rich shale dan coal dari
endapan Eosen formasi Ngimbang. Selain itu diduga bahwa endapan Oligosen formasi
Kujung dan endapan Miosen formasi OK juga merupakan source rock yang baik.
1. Endapan Eosen
cekungan ini, meyuplai 95% dari total hidrokarbon di cekungan ini. Source rock
ini merupakan perselingan shale dan coal kaya akan organik. Pada beberapa
tempat batulempung dan batulanau juga berperan sebagai source rock. Source
rock ini memiliki ketebalan yang bervariasi dan kandungan TOC yang bervariasi,
2. Endapan Oligosen
menunjukkan potensi yang baik untuk menjadi source rock dengan kandungan
3. Endapan Miosen
Endapan Miosen formasi OK yaitu perselingan batupasir dan shale dan coal
menunjukkan potensi menjadi source rock dengan kandungan TOC diatas 1%.
Reservoir Rock
Batuan reservoir pada cekungan Jawa Timur Utara ditemukan pada endapan-
hidrokarbon namun belum diteliti lebih jauh. Batuan yang berpotensi sebagai reservoir
adalah:
1. Endapan Eosen
4000md.
2. Endapan Oligosen
Batupasir dan batugamping Kujung merupakan reservoir yang baik pada daerah
barat cekungan. Batuan reservoir ini memiliki porositas sampai 25% dan
permebilitas sampai 150 md. Pada lapangan Camar, KE, Mudi dan BD,
3. Endapan Miosen
Pada bagian barat, tengah, dan selatan dari cekungan ini, reef buildup Kujung
porositas sampai 25% dan dan permebilitas sampai 150 md. Pada lapangan
porositas 18-33% dan permebilitas 1-300 md. Batupasir Ngrayong pada offshore
Pada bagian selatan cekungan ini, batupasir dan batugamping Paciran berperan
Seal Rock
Endapan tersier yang memiliki ukuran butir halus berperan sebagai batuan
tudung yang baik. Batuan tudung ini dapat berperan sebagai tudung pada bagian atas
lapisan reservoir. Akan tetapi akibat deformasi yang tinggi di daerah cekunagn ini,
beberapa bataun tudung ini pecah sehingga minyak bergerak naik ke reservoir yang
1. Endapan Eosen
Shale Ngimbang merupakan batuan tudung di daerah barat cekungan, Shale ini
2. Endapan Oligosen
Shale dan batuan karbonat Kujung merupakan batuan tudung pada daerah utara
3. Endapan Miosen
Shale Tuban merupakan seal rock regional. Shale ini terendapkan diatas batuan
reservoir Kujung dan Prupuh. Shale Wonocolo juga berperan sebagai seal rock
4. Endapan Plio-Plistosen
Pada lapangan Terang dan Sirasun, shale Lidah berperan sebagai seal rock
Trap
Beberapa trap utama yang berperan dalam petroleum system di cekungan ini :
Trap ini berasosiasi dengan proses rifting dan graben yang terjadi fase deformasi
awal Eosen sampai awal Oligosen, antara lain pinch out dan stratigraphic on-lap.
Trap ini berasosiasi dengan reef buildup dan tinggian purba. Namun trap-trap ini
umumnya kurang baik karena adanya fase pengangkatan dan erosi. Sikuen on-
lap pada bagian atas reef juga berpotensi sebagai trap namun harus dikaji lebih
jauh lagi.
3. Trap Miosen
Trap ini berasosiasi dengan fase kompresi dan deformasi pada akhir Miosen,
seperti struktur antiklin dan antiform. Reef berumur Pliosen yang tumbuh pada
Maturasi hidrokarbon utama terjadi pada Miosen tengah sampai akhir, pada saat
belum matang.
berakhir.
Proses maturasi pada bagian selatan cekungan terjadi pada awal Miosen karena
proses burial sudah berlangsung sebelum proses deformasi. Sedangkan pada daerah
tengah cekungan, proses maturasi terjadi pada Miosen tengah karena bagian ini pada
awalnya merupakan deposenter dan puncak burial terjadi pada Miosen tengah.
source rock Ngimbang. Pada lapangan Poleng, migrasi diduga sesaat setelah proses
generasi. Saat Kujung unit I baru terendapkan, reservoir Kujung unit II dan III sudah
mulai terisi oleh hidrokarbon dalam sistem tertutup. Migrasi terjadi dalam jarak yang
Pada daerah selatan cekungan, reservoir reef buildup Kujung terisi oleh
hidrokarbon dari formasi Ngimbang. Namun pada saat fase deformasi, sikuen yang
onlap terhadap reef bulidup ini terpatahkan dan memigrasi kembali hidrokarbon ini
5. Konsep Eksplorasi
Madura.
Mudi)
2001 : Lapangan baru ditemukan di daerah lama (lapangan Banyu Urip, Bukit
Tua)
Konsep eksplorasi pada cekungan Jawa Timur Utara berbeda pada tiap bagian /
wilayah cekungan. Konsep eksplorasi ini didasarkan pada formasi, umur, kondisi
stratigrafi dan litologi, dan trap yang berkembang. Konsep yang berpotensi adalah pada
Konsep alluvial fan berkembang pada graben di bagian utara dan selatan
cekungan. Trap disini terbentuk oleh batupasir yang on-lap terhadap blok sesar yang
berkembang selama fase ekstensional Eosen. Namun konsep ini belum dibuktikan.
tinggian basement. Konsep ini berkembang pada wilayah tepi platform utara dan
tinggian lokal selatan cekungan. Konsep ini terbukti di lapangan Camar dan
batugamping Kujung.
Konsep wrench antiklin berkembang pada sepanjang zona tengah dan utara
cekungan. Konsep antiklin murni dan antiform berasosiasi dengan tektonik kompresi
dan berkembang sepanjang tengah dan selatan cekungan. Konsep ini terbukti pada
Paleosen material pasir terisolasi oleh sesar normal dan membentuk trap. Konsep ini
belum terbukti.
Konsep reef karbonat merupakan konsep paling utama dan sudah terbukti pada
lapangan Camar, Poleng dan Mudi. Reef buildup berkembang pada Platform utara dan
Referensi :
- Petroleum Geology of Indonesian Basin Volume IV east Java Basin originated and