Bab 45
Etika Operasi Akut
Lawrence B. McCullough
PENDAHULUAN
Perawatan trauma dilaksanakan untuk menyelamatkan nyawa pasien dan
melindungi kesehatan pasien yang mengalami cedera. Namun, terdapat batasan
obligasi etik untuk memberikan perawatan trauma. Terkadang, suatu kejadian dapat
dijustifikasi secara etik untuk membatasi perawatan medis atau operasi trauma,
terutama berdasarkan penilaian klinis kesia-siaan (clinical judgments of futility.)
Secara umum, kesia-siaan berarti intervensi klinis diyakini tidak memiliki
keluaran sebagaimana yang diharapkan. Aplikasi klinis dari konsep kesia-siaan
membutuhkan definisi yang jelas dari keluaran klinis kondisi tersebut. Tanpa definisi
yang jelas, komunikasi klinis antar dokter atau dengan pasien dan keluarganya
berisiko tinggi untuk timbulnya kebingugan yang tidak diperlukan tentang apa yang
dimaksud dengan interventi yang sia-sia.
Tantangan etik yang terlibat dalam menentukan batasan perawatan klinis dari
diagnosis pasien telah disadari oleh etika medis sejak zaman dahulu. Dalam The Art,
contohnya, penulis Hippocratic mendefinisikan kedokteran termasuk menolak untuk
mengobati mereka yang telah dikalahkan oleh penyakitnya, menyadari dalam
kondisi tersebut ilmu kedokteran tidak berdaya. Akhir-akhir ini, isu penentuan batas
telah munucl dalam konteks perawatan kritis dan bagimana dokter perlu merespon
terhadap permintaan yang tidak sesuai untuk melanjutkan intervensi yang
mempertahankan kehidupan, seperti ventilasi mekanik, pemberian cairan dan nutrisi,
dan dukungan farmakologis untuk fungsi jantung. Isu terkait penentuan batasan saat
ini muncul secara rutin pada situasi setelah operasi, dan kesia-siaan terkadang
digunakan sebagai justifikasi untuk menentukan batas. Tujuan dari bab ini adalah
untuk mengidentifikasi empat konsep kesia-siaan yang utama dan telah
dikembangkan dalam literature bioetik dan kedokteran; serta untuk
menginkorporasikan konsep-konsep ini pada definisi kondisi terminal dan tidak dapat
dikemabalikan (irreversible) ke dalam algoritma yang dapat digunakaan untuk
menentukan batasan yang terjustifikasi secara etis dalam perawatan medis dan operasi
pada pasien trauma.
4. Apakah bukti terbaik yang ada mendukung penilaian klinis agar dapat
diandalkan bahwa intervensi akan efektif secara fisiologis untuk periode
waktu sementara (beberapa hari hingga beberapa minggu) tetapi berujung
kematian (pada unit perawatan kritikal) dengan tanpa kepulihan dalam
kapasitas interaksi sebelumnya? (Kesia-siaan Kematian Segera)
3. Apakah bukti terbaik yang ada mendukung penilaian klinis agar dapat
diandalkan bahwa intervensi akan efektif secara fisiologis, mencegah
kematian segera, tetapi menghasilkan kehilangan kapasitas berinteraksi?
(Kesia-siaan Klinis atau Keseluruhan)
2. Apakah bukti terbaik yang ada mendukung penilaian klinis agar dapat
diandalkan bahwa intervensi akan efektif secara fisiologis, mencegah
kematian segera, tidak menghasilkan kehilangan permanen pada kapasitas
berinteraksi, tetapi menghasilkan status fungsional yang tidak sesuai dengan
kualitas hidup yang dapat diterima? (Kesia-siaan Kualitas Hidup)
Jika jawaban dari pertanyaan kedua adalah Ya, maka obligasi etik untuk
melanjutkan intervensi telah berakhir karena kesia-siaan fisiologis. Penilaian
berdasarkan bukti terhadap kesia-siaan fisiolgis pada intervensi perawatan kritikal
berarti kematian segera tidak dapat dicegah. Maka, tidak ada ekspektasi yang
memungkinkan bahwa target jangka pendek, juga target jangka panjang, dari
kelanjutan intervensi perawatan kritikal dapat dicapai. Alternatif dari penghentian
perawatan yang mempertahankan kehidupan menjadi memungkinkan secara medis
dan perlu ditawarkan, dengan penjelasan bahwa penggunaan intervensi perawatan
klinis yang tidak diekspektasikan untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan
bukanlah standar perawatan untuk pasien tersebut.
Jika jawaban dari pertanyaan kedua adalah Tidak, maka intervensi
perawatan kritikal perlu dilanjutkan, sembari pertanyaan ketiga ditanyakan, yaitu
mempertanyakan kesia-siaan kematian segera. Jika jawaban pertanyaan ketiga
berdasarkan bukti adalah Ya, obligasi etik untuk melanjutkan intervensi telah
berakhir karena kesia-siaan kematian segera. Tidak ada ekspektasi yang
memungkinkan bahwa target jangka pendek, juga target jangka panjang, dari
kelanjutan intervensi perawatan kritikal dapat dicapai. Alternatif dari penghentian
perawatan yang mempertahankan kehidupan menjadi memungkinkan secara medis
dan perlu ditawarkan, dengan penjelasan bahwa penggunaan intervensi perawatan
klinis yang tidak diekspektasikan mencegah kematian pasien yang tidak
diekspektasikan untuk mencapai kepulihan kesadaran sebelum kematiannya bukanlah
standar perawatan untuk pasien tersebut.
Jika jawaban dari pertanyaan ketiga adalah Tidak maka intervensi
perawatan kritikal perlu dilanjutkan, sembari pertanyaan keempat ditanyakan, yaitu
mempertanyakan kesia-siaan klinis atau keseluruhan. Jika jawaban pertanyaan
keempat berdasarkan bukti adalah Ya, obligasi etik untuk melanjutkan intervensi
telah berakhir karena kesia-siaan klinis atau keseluruhan. Justifikasi pada hal ini lebih
kompleks daripada dua pertanyaan pertama. Terdapat ekspektasi yang memungkinkan
untuk target jangka pendek, tetapi tidak ada ekspektasi yang memungkinkan pada
target jangkan panjang dari intervensi perawatan kritikal yang dapat dicapai, karena
keluaran yang tidak dapat diterima dari perspektif klinis. Alternatif dari penghentian
perawatan yang mempertahankan kehidupan menjadi memungkinkan secara medis
dan perlu ditawarkan, dengan penjelasan bahwa penggunaan intervensi kritikal untuk
pasien yang tidak diekspektasikan untuk mencapai kepulihan kesadaran dan kapasitas
berinteraksi bukanlah standar perawatan untuk pasien tersebut. Jika dibutuhkan,
perbedaan antara target jangka pendek dari perawatan kritikal, yang dapat dicapai,
dan target jangka panjang dari perawatan kritikal, yang tidak diekspektasikan untuk
tercapai, perlu dijelaskan.
Jika jawaban dari pertanyaan keempat adalah Tidak maka intervensi
perawatan kritikal perlu dilanjutkan, sembari pertanyaan kelima ditanyakan. Jika
jawaban pertanyaan kelima adalah Ya, obligasi etik untuk melanjutkan intervensi
telah berakhir karena kesia-siaan kualitas hidup. Justifikasi pada hal ini menjadi
sedikit lebih kompleks. Terdapat ekspektasi yang memungkinkan untuk pencapaian
target jangka pendek. Tetapi, tidak ada ekspektasi yang memungkinkan pada target
jangkan panjang dari intervensi perawatan kritikal yang dapat dicapai, karena
keluaran yang tidak dapat diterima dari perspektif pasien (walaupun keluaran dapat
diterima dari perspektif klinis). Alternatif dari penghentian perawatan yang
mempertahankan kehidupan menjadi memungkinkan secara medis dan perlu
ditawarkan, dengan penjelasan bahwa penggunaan intervensi kritikal untuk pasien
yang tidak konsisten dengan keluaran kualitas hidup yang diinginkan bukanlah
standar perawatan untuk pasien tersebut.
Jika jawaban dari pertanyaan ini adalah Tidak, dokter perlu mengelola
ketidakpastian secara prospektif dengan menjadi waspada akan perkembangan
prognosis atau tren terhadap satu atau lebih dari ketiga konsep kesia-siaan ini. Perlu
adanya diskusi terbuka dan lengkap antara dokter UGD dengan rekan kerjanya pada
perawatan kritikal di rumah sakit tentang perencanaan penerimaan pasien yang mana
dokter UGD berpendapat bahwa terdapat suatu tren menuju kesia-siaan. Dokter UGD
dan koleganya di rumah sakit perlu bekerjasama untuk mempersiapkan wali yang
membuat keputusan untuk keputusan mengenai penetapan batas intervensi perawatan
kritikal jika pertanyaan yang disebutkan diatas pada algoritma yang diajukan perlu
dijawab secara afirmatif.
KESIMPULAN
Etik adalah komponen esensial dalam perawatan operasi atau medis untuk
pasien trauma. Obligasi dokter dan timnya adalah untuk melakukan intervensi klinis
yang diekspektasikan memnungkinkan untuk mencegah kematian segera dari pasien
trauma dan mencapai keluaran yang dapat diterima setelah intervensi perawatan
kritikal tersebut. Obligasi ini juga disertai batasan yang dijustifikasi secara etik,
berdasarkan legislasi arahan yang advanced dan empat konsep kesia-siaan. Batasan
ini dapat ditentukan secara sistematis menggunakan algoritma pembuatan keputusan
untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dan rekomendasi pada
perawatan pasien trauma.