Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. M. Danar Deswangga, Sp.B
1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Kanker Payudara
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Bedah RS Dr. Sobirin Lubuk Linggau dan RSUP Dr. Moh. Hoesin
Palembang.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Kanker Payudara”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen
Bedah RS Dr. Sobirin Lubuk Linggau dan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. M. Danar Deswangga, Sp.B selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan laporan kasus
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat
memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Carcinoma mammae atau kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar
payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh infiltratif,
destruktif, serta dapat bermetastase. Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia. Kanker payudara adalah kanker paling umum dan juga penyebab utama kematian akibat
kanker pada wanita di seluruh dunia.1
Berdasarkan laporan dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000 wanita meninggal karena
kanker payudara dan dari angka itu, 69% kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2009,
diperkirakan 192.370 kasus baru dari invasive carcinoma mammae didiagnosis di Amerika Serikat
dan 62.280 kasus baru carcinoma mammae insitu.1 Data di Indonesia, kanker payudara menduduki
tempat kedua (11,5%) setelah kanker leher rahim. Di Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus
baru kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut.2,3,4
Dari tahun ke tahun angka kejadian kanker payudara terus meningkat di dunia. Kanker
payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim yang menyerang kaum wanita di
seluruh dunia. Angka kematian akibat kanker di dunia diperkirakan mencapai 4,3 juta per tahun
dan 2,3 juta diantaranya ditemukan di negara berkembang. Sedangkan jumlah penderita baru per
tahun ialah 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta diantaranya ditemukan di negara berkembang.(4)
Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menghadapi kendala sumber daya dan
infrastruktur yang menantang untuk meningkatkan diagosis kanker payudara dengan deteksi dini,
diagnosis, dan pengobatan. Untuk seorang wanita Amerika, risiko seumur hidup terkena kanker
payudara adalah 12,38% atau 1 banding 8. Penurunan signifikan dalam kematian terkait kanker
payudara di Amerika Serikat dari tahun 1975 hingga 2000 disebabkan oleh peningkatan yang
berkelanjutan dalam skrining mamografi dan pengobatan (Shah, Rosso, & Nathanson, 2014).
4
Etiologi yang belum diketahui dengan pasti, perjalanan penyakit yang tidak dapat
diperkirakan serta usaha pencegahan yang sulit dilakukan serta adalah masalah yang sampai saat
ini belum teratasi. Namun demikian usaha-usaha untuk mendeteksi dini dapat dilakukan dengan
baik dengan mengikutsertakan masyarakat melalui penyuluhan. Selain itu, kemajuan dalam
deteksi dini yang dilengkapi dengan kemajuan terapi, baik teknik operasi, radiasi, terapi hormonal
serta khemoterapi, yang didasarkan pada ketepatan penentuan stadium dan pengenalan sifat-sifat
biologis kanker, semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker payudara ini.
Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012, dalam penegakan diagnosis dan
tatalaksana karsinoma payudara SKDI 2 yang mana lulusan dokter umum mampu mendiagnosis
klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang tepat untuk pasien karsinoma
payudara.
5
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny. SA
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Tanggal lahir/Umur : 01 Juli 1967/ 52 tahun
4. Alamat : Lubuk Linggau
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Agama : Islam
7. Status perkawinan : Menikah
8. Tanggal MRS : 5 Juli 2019
9. Bangsal : Teratai
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama: benjolan pada payudara kanan
2. Riwayat perjalanan penyakit :
Os mengeluh muncul benjolan yang terasa nyeri di payudara kanan sebesar ± 5x2
cm sejak 6 bulan SMRS. Awalnya benjolan sebesar kelereng sebanyak satu buah. Benjolan
teraba keras, tidak dapat digerakkan, cairan merah kekuningan dari puting (+), puting
tampak masuk ke dalam (+). Tidak terdapat benjolan di sekitar ketiak dan benjolan lain
pada leher dan di sekitar selangka. Keluhan lain berupa mual, muntah, pusing, nyeri tulang
belakang atau persendian, penurunan nafsu makan, sesak napas, dan pandangan kabur
disangkal.
Os mengaku pertama kali melahirkan di usia 26 tahun, memiliki dua orang anak,
riwayat penggunaan ASI (+) pada anak kedua hanya di satu sisi payudara sebelah kiri.
3. Gaya hidup : merokok (-), konsumsi alkohol (-)
4. Riwayat menstruasi :
Menarche pada usia 12 tahun.
Siklus menstruasi berhenti sejak 2016 pada umur 47 tahun.
5. Riwayat penggunaan KB:
6
Tidak terdapat riwayat penggunaan KB.
6. Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat penyakit keganasan sebelumnya disangkal.
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
7. Riwayat keluarga : riwayat penyakit yang sama dan penyakit keganasan lain dalam
keluarga disangkal.
8. Riwayat pengobatan :
Riwayat biopsi pada tanggal 18 Juni 2019 di RS Dr. Sobirin Lubuk Linggau
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : compos mentis
b. Tekanan darah : 100/70 mmHg
c. Heart rate : 80 kali/menit
d. Respiratory rate : 20 kali/menit
e. Temperature : 36,5oC
f. SpO2 : 99%
2. Keadaan spesifik
a. Kepala : Normocephali
1. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
refleks cahaya (+/+), pupil isokor diameter 3 mm
2. Mulut : mukosa bibir baik
3. Telinga : fungsi pendengaran baik
b. Leher : Pembesaran KGB (-)
c. Thoraks
- Paru
Inspeksi : statis kanan = kiri simetris
Dinamis kanan = kiri normal
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri normal
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
7
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung normal
- Mammae
Inspeksi : kemerahan pada kulit (-), ulkus (-), peau de’orange
(-), terdapat luka jahitan pasca biopsi
Palpasi : massa (+) pada mamma sinistra, jumlah 1, ukuran
±5x2 cm, konsistensi keras, terfiksir,
nyeri (+), nipple discharge (-).
- Supraclavicula
Inspeksi : pembesaran KGB (-)
Palpasi : massa (-)
d. Aksila
Inspeksi : pembesaran KGB (+)
Palpasi : massa (+) pada KGB aksila dextra level I, teraba
keras, tepi rata, mobile, nyeri (-)
8
e. Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
f. Genitalia dan anus : dalam batas normal
g. Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), CRT <2 detik
4. Pemeriksaan Penunjang:
Biopsi
Kesan : Invasive Carcinoma Mamma of No Special Type
5. Diagnosis Banding:
a. IDCM with special type
b. Invasive Lobular Carcinoma Mammae
c. Paget’s disease
6. Diagnosis kerja: Invasive Carcinoma Mamma of No Special Type Sinistra T3N0M0
7. Tatalaksana
1. Rencana operasi
Persiapan
- Pemeriksaan lab dan darah rutin
- EKG
- Rontgen thorax
2. Rawat inap di rumah sakit
- IVFD gtt xx/menit
- Puasa pre op
3. Operasi : Simple Mastectomy
9
4. Perawatan post op : - IVFD gtt /menit
- Antibiotik boardspectrum 2x1 gr IV
- Analgetik 2x1 amp IV
8. Prognosis
a. Quo ad vitam : bonam
b. Quo ad functionam : dubia ad malam
c. Quo ad sanationam : dubia ad malam
9. Follow Up
S: Nyeri di luka operasi
O:
Status Generalikus
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 86 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
Status Lokalis Mamma Dextra
- Inspeksi : Tampak luka operasi (+) tertutup kassa kering(+), drain: 10 cc
serous hemorragic
A: Invasive Carcinoma Mamma Sinistra of No Special Type post Simple Mastectomy
P:
IVFD gtt XX/menit
Antibiotik broadspectrum 2x1 gram IV
Analgetik 2x1 amp IV
10
10. Edukasi
1. Makan makanan tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka operasi.
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Payudara dibatasi oleh kosta II atau kosta III (atau garis subclavicula) di bagian
superior, kosta VI atau kosta VII (submammary fold line) di bagian inferior, garis
parasternal di medial, dan garis aksilaris anterior di bagian lateral.5
Payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adiposa yang tertutup
kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak di atas otot pektoralis mayor dan
12
melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Ukuran payudara bergantung
pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat, bukan pada jumlah
glandulanya. Struktur payudara terdiri dari:5
a. jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
duktus laktiferus yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula),
b. lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligamen
suspensorium Cooper (berkas jaringan ikat fibrosa),
c. lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di 10-100
alveoli sekretori,
d. puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1
cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola,
e. jaringan ikat, pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf yang merupakan
stroma payudara.
13
Suplai darah berasal dari arteri mammaria interna (arteri thoracic interna), yang
merupakan cabang arteri subklavia. Pendarahan tambahan berasal dari arteri aksilaris
melalui cabang arteri torakalis lateralis, arteri torako dorsalis, dan arteri torako
akromialis. Aliran darah balik melalui vena mengikuti perjalanan arteri ke vena
mammaria interna dan cabang-cabang vena aksilaris menuju vena kava superior.5
Aliran limfe pada payudara dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok aksila
dan kelompok mammaria interna, 97% aliran limfatik menuju ke kelenjar getah bening
aksila, sedangkan 3% menuju ke kelenjar getah bening mammaria interna.5
1. Kelompok aksila
Merupakan jalur utama penyebaran regional kanker payudara primer. Menurut
Berg KGB aksila dibagi menjadi tiga, yaitu level I (terletak di lateralis m.
pectoralis minor), level II (di posterior m. pectoralis minor), dan level III (di
medial m. pectoralis minor).
14
Gambar 3. KGB Aksila level I, II, III (Peraboi, 2014)
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan nervus
intercostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatis. Ada beberapa
saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca
pembedahan yakni nervus intercostobrakialis dan nervus kutaneus brakhius medialis
15
yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi
aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa didaerah
tersebut. Saraf n.pektoralis yang mempersarafi m.pektoralis mayor dan minor,
n.torakodorsalis yang mempersarafi m.latissimus dors, dan n.torakalis longus yang
mempersarafi m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi
dengan diseksi aksila.(3)
16
gonadotropin luteinizing (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) mengatur
pelepasan estrogen dan progesteron dari ovarium. Pada gilirannya, pelepasan LH dan
FSH dari sel-sel basofilik dari hipofisis anterior diatur oleh sekresi hormon
gonadotropinreleasing (GnRH) dari hipotalamus. Efek umpan balik positif dan negatif
dari estrogen dan progesteron yang beredar mengatur sekresi LH, FSH, dan GnRH.
Hormon-hormon ini bertanggung jawab untuk pengembangan, fungsi dan
pemeliharaan jaringan payudara.
Pada neonatus perempuan, kadar estrogen dan progesteron yang bersirkulasi
menurun setelah lahir dan tetap rendah sepanjang masa kanak-kanak karena
sensitivitas poros hipotalamus-hipofisis terhadap umpan balik negatif dari hormon-
hormon ini. Dengan terjadinya pubertas, ada penurunan sensitivitas poros
hipotalamus-hipofisis terhadap umpan balik negatif dan peningkatan sensitivitasnya
terhadap umpan balik positif dari estrogen. Kejadian fisiologis ini memulai
peningkatan sekresi GnRH, FSH, dan LH dan akhirnya peningkatan sekresi estrogen
dan progesteron oleh ovarium, yang mengarah pada pembentukan siklus menstruasi.
Pada awal siklus menstruasi, ada peningkatan ukuran dan kepadatan payudara, yang
diikuti oleh pembengkakan jaringan payudara dan proliferasi epitel. Dengan timbulnya
menstruasi, pembengkakan payudara mereda dan proliferasi epitel berkurang. 6
17
Gambar 6. Fisiologi Mammae
a. Epidemiologi
Kanker payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma
serviks uterus. Di Amerika Serikat, kanker payudara merupakan 28% kanker pada wanita
kulit putih, dan 25% pada wanita kulit hitam. Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak
usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia dibawah 20 tahun.
Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidens kanker payudara pada lelaki
hanya 1% dari kejadian pada perempuan.7
Data registrasi kanker di RS Kanker Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan
bahwa kanker payudara memiliki frekuensi tertinggi dari seluruh kanker yang ditemukan
dengan frekuensi relatif sebesar 26%. Di antara keganasan pada wanita, frekuensi relatif
kanker payudara mencakup 42% sedangkan kanker leher rahim 19% di Amerika dan Eropa
yang mencapai 100 per 100.000 penduduk. Perkiraan angka kematian akibat kanker
payudara di Indonesia adalah 18,6 per 100.000. Sebagian besar penderita kanker payudara
di Indonesia berobat dalam stadium lanjut seperti yang terlihat pada laporan angka kejadian
kanker payudara di RS Kanker Dharmais menurut stadium sebagai berikut stadium I 6%,
stadium II 18%, stadium III 44%, stadium IV 32%.5
b. Faktor Risiko
Berbagai faktor dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara, termasuk
bertambahnya usia, riwayat keluarga, paparan hormon reproduksi wanita (baik endogen
maupun eksogen), faktor makanan, penyakit payudara jinak, riwayat reproduksi, dan faktor
lingkungan. Mayoritas faktor-faktor ini membawa peningkatan risiko yang kecil hingga
sedang untuk setiap wanita. Diperkirakan sekitar 50% wanita yang menderita kanker
payudara tidak memiliki faktor risiko yang dapat diidentifikasi melalui usia dan jenis
kelamin wanita.8
I. Faktor Usia
18
payudara adalah risiko seumur hidup 1 dari 8; 1 dari 202 sejak lahir hingga usia 39
tahun, 1 dari 26 dari 40-59 tahun, dan 1 dari 28 dari 60-69 tahun (Shah, Rosso, &
Nathanson, 2014). Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada
wanita usia di bawah 45 tahun dan dua dari tiga keganasan payudara invasif
ditemukan pada wanita berusia 55 tahun (Syamsuhidayat & De Jong, 2017).
Usia merupakan salah satu faktor risiko yang paling penting. Di Amerika
Serikat, risiko dalam hidup seorang wanita untuk menderita kanker payudara adalah
12,15% sepanjang hidupnya. Namun meningkatnya faktor risiko kanker payudara
oleh bertambahnya usia juga ditentukan oleh faktor risiko lainnya yang dimiliki
oleh tiap individu, seperti obesitas penggunaan terapi sulih hormon, atau fungsi
reproduksi.5
Kanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun tapi insidennya
meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun (30,35%). Setelah usia 50 tahun
frekuensinya tetap meningkat tapi perlahan. Perbedaan insiden berdasarkan usia ini
diinterpretasikan sebagai efek dari hormon ovarium pada perkembangan
penyakit.2,3,4
Bertambahnya umur merupakan salah satu faktor risiko tumor/kanker payudara,
diduga karena pengaruh pajanan hormonal dalam waktu lama terutama hormon estrogen
dan juga ada pengaruh dari faktor risiko lain yang memerlukan waktu untuk menginduksi
terjadinya kanker
19
wanita tanpa riwayat keluarga, maka risiko akan meningkat sebesar 1,8 kali jika
terdapat riwayat satu penderita dan meningkat sampai 4 kali jika terdapat tiga atau
lebih penderita kanker payudara dalam keluarga inti. Kanker ovarium dalam
keluarga juga merupakan faktor risiko kanker payudara yang harus
diperhitungkan.5
Riwayat keluarga kanker payudara telah lama dikenal sebagai faktor risiko
penyakit ini. Risiko terkena kanker payudara meningkat 1,5 kali lipat menjadi tiga
kali lipat jika seorang wanita memiliki ibu atau saudara perempuan dengan kanker
payudara.8
Mutasi genetic berhubungan dengan kanker payudara yang diturunkan dalam
keluarga. BRCA1, BRCA2, CHEK2, TP53 (p53), PTEN merupakan onkogen yang
berperan dalam proses ini. Mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 merupakan risiko
kumulatif terkuat untuk terjadinya kanker payudara dengan prevalensi sebesar 5-
10%. Wanita dengan mutasi gen BRCA1 memiliki risiko sebesar 48% untuk
mengalami kanker payudara pada usia 80 tahun, sementara mutasi gen BRCA2
memiliki risiko sebesar 74%.5
20
sulih hormone (TSH) memiliki faktor risiko yang lebih tinggi mengalami kanker
payudara.5
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12 tahun
mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar dari menarche setelah usia 15
tahun. Risiko kanker payudara berkurang sekitar setengahnya jika menopause
terjadi sebelum usia 45 tahun dibandingkan jika menopause terjadi setelah usia 55
2,3,6
tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena eksposure hormon estrogen dan
progesterone yang berkepanjangan yang mempengaruhi pertumbuhan sel-sel
payudara.
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara.
Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali melahirkan
anak pada usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko tiga hingga empat kali lebih
besar dibandingkan perempuan yang melahirkan anak pertamanya sebelum berusia
18 tahun. Wanita yang mempunyai banyak anak (multipara) diasosiasikan dengan
berkurangnya risiko kanker payudara, tentunya setelah memperhitungkan usia saat
melahirkan anak pertama. Menyusui lebih lama juga dianggap dapat menurunkan
risiko kanker payudara.2,4,6
V. Densitas Payudara
Densitas payudara yang tinggi memiliki risiko kanker payudara 4-6 kali lipat
dibandingkan wanita dengan densitas payudara yang rendah. 5 Dalam sebuah studi
kasus kontrol dari 1.112 pasangan kasus kontrol yang menjalani skrining
mamografi, wanita dengan kepadatan payudara lebih dari 75% memiliki
peningkatan peluang kanker payudara 4,7 kali lipat dibandingkan dengan mereka
yang memiliki kepadatan payudara kurang dari 10%.8
21
menurunkan pajanan payudara terhadap progesterone. Pada masa pascamenopause,
penurunan risiko kanker payudara yang disebabkan oleh obesitas secara bertahap
menghilang, dan peningkatan bioavailabilitas estrogen pada masa ini akan
meningkatkan risiko kanker payudara.5
Aktivitas fisik olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko
sebesar 30%.5 Tingkat aktivitas fisik yang rendah adalah faktor risiko kanker
payudara yang mapan di antara wanita pascamenopause dan wanita premenopause.
Sebuah meta-analisis dari 29 studi kasus-kontrol dan 19 studi kohort yang
diterbitkan antara tahun 1994 dan 2006 telah memberikan bukti kuat untuk
hubungan terbalik antara aktivitas fisik dan risiko kanker payudara, mengutip
bahwa bukti untuk hubungan antara aktivitas fisik dan kanker payudara
pramenopause adalah tidak sekuat itu untuk kanker payudara pascamenopause.
Kesimpulan dari meta-analisis adalah bahwa setiap jam tambahan aktivitas fisik per
minggu dapat mengurangi kanker payudara sekitar 6%. Sebuah laporan baru-baru
ini dari Nurses 'Health Study II telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik rekreasi
selama masa muda, yang didefinisikan antara usia 12 dan 22 tahun, mungkin
memiliki dampak yang lebih besar pada risiko kanker payudara premenopause
dibandingkan aktivitas pada usia yang lebih tua.8
Konsumsi alkohol dikethui meningkatkan kadar estradiol dan progesteron
dalam serum darah. Konsumsi alkohol 2 gelas perhari dapat meningkatkan risiko
hingga 21%.5,6 Konsumsi alkohol dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker
payudara yang secara statistik signifikan pada tingkat serendah 5,0 hingga 9,9 g per
hari, setara dengan 3 hingga 6 minuman per minggu (333 kasus / 100000 orang-
tahun). Asupan alkohol baik sebelumnya maupun setelah masa dewasa secara
independen terkait dengan risiko (Shah, Rosso, & Nathanson, 2014).
22
wanita juga telah dibuktikan di Jepang setelah serangan nuklir di Hiroshima dan
Nagasaki dan berkorelasi positif dengan kurang dari 35 tahun pada saat paparan
(Shah, Rosso, & Nathanson, 2014).
c. Patogenesis
Terdapat dua jenis sel utama pada kanker payudara orang dewasa, yaitu sel mioepitel
dan sel sekretorik lumen. Secara klinis dan histopatologis terjadi beragam tahap morfologis
dalam perjalanan menuju keganasan. Terjadi hyperplasia ductal, ditandai dengan
proliferasi sel epitel poliklonal yang tersebar tidak rata, yang pola kromatin dan bentuk
intinya saling tumpang tindih, dan lumen duktus yang tidak teratur; sering menjadi tanda
awal keganasan. Sel-sel tersebut relative memiliki sedikit sitoplasma dan batas selnya tidak
jelas dan secara sitologis jinak. Perubahan dari hyperplasia ke hyperplasia atipikal (klonal)
yang sitoplasma selnya lebih jelas, intinya lebih jelas dan tidak tumpang tindih, serta lumen
duktusnya teratur, secara klinis meningkatkan risiko kanker payudara. 9
Setelah hyperplasia atipikal, tahap selanjutnya adalah timbul karsinoma in situ, baik
karsinoma ductal maupun lobuler. Pada karsinoma in situ terjadi proliferasi sel yang
memiliki gambaran sitology sesuai dengan keganasan, tetapi proliferasi sel tersebut belum
menginvasi stroma dan menembus membrane basal. 9
Karsinoma in situ lobuler biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara (bahkan
bilateral) dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat pada pencitraan. Sebaliknya
karsinoma ductal in situ merupakan lesi duktus segmental yang dapat mengalami
kalsifikasi sehingga memberikan penampilan yang beragam. 9
Setelah sel-sel tumor menembus membrane basal dan menginvasi stroma, tumor
tumbuh menjadi invasif, dapat menyebar serta hematogen dan limfogen sehingga
menimbulkan metastasis.9
23
Gambar 7. Tumorigenesis Kanker Payudara (Syamsuhidayat & De Jong, 2017)
1. Karsinoma in situ :
- Ductal carcinoma in situ
- Lobular carcinoma in situ
2. Karsinoma invasive :
- Invasive carcinoma of no special type (NST)
Subtipe : Pleomorphic carcinoma, carcinoma with osteoclast-like stromal giant
cells, carcinoma with melanocytic features
- Invasive Lobular carcinoma :
Subtipe : Classic, Solid, Alveolar, Pleomorphic, Tubulolobular, mied lobular
- Tubular carcinoma
- Mucinous carcinoma
- Carcinoma with medullary features
- Invasive micropapillary carcinoma
- Metaplastic carcinoma of no special type
- Epithelial-myoepithelial tumors
- Intraductal papillary carcinoma
- Paget’s disease of the nip
1. Karsinoma In Situ
Sel-sel kanker in situ atau invasif tergantung pada apakah mereka menyerang
melalui membran basal atau tidak. Deskripsi Broders tentang kanker payudara in situ
menekankan tidak adanya invasi sel ke dalam stroma sekitarnya dan hanya dalam batas
duktal dan alveolar. Karena area invasi mungkin sedikit, diagnosis akurat dari kanker
in-situ memerlukan analisis mikroskopis untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
invasi (Brunicardi, 2018).
24
a. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)
LCIS berasal dari unit lobular duct terminal dan berkembang hanya pada
payudara wanita. Hal ini ditandai dengan distensi dan distorsi unit lobular duktus
terminal oleh sel-sel yang besar tetapi mempertahankan nukleus: sitoplasma yang
normal. Gumpalan mukosa sitoplasma adalah fitur seluler yang khas. LCIS dapat
diamati pada jaringan payudara yang mengandung mikrokalsifikasi, tetapi
kalsifikasi yang terkait dengan LCIS biasanya terjadi pada jaringan yang
berdekatan (Brunicardi, 2018).
25
pleomorfik dengan angka-angka mitosis yang sering melenyapkan lumina dan
menggembungkan saluran-saluran (pola pertumbuhan padat). Dengan
pertumbuhan yang berkelanjutan, sel-sel ini melebihi suplai darah mereka dan
menjadi nekrotik (pola pertumbuhan komedo). Deposisi kalsium terjadi pada area
nekrosis dan merupakan gambaran umum yang terlihat pada mamografi
(Brunicardi, 2018).
Wanita dengan DCIS dan bukti penyakit yang luas (> 4 cm penyakit atau
penyakit di lebih dari satu kuadran) biasanya membutuhkan mastektomi. Terapi
adjuvant tamoxifen dipertimbangkan untuk pasien DCIS dengan penyakit ER-
positif. Gold Standart untuk terapi konservasi payudara untuk DCIS yang
dievaluasi adalah mastektomi. Wanita dirawat dengan mastektomi memiliki
tingkat kekambuhan dan mortalitas lokal <2%. Tidak ada penelitian secara acak
yang membandingkan mastektomi vs operasi konservasi payudara dan tidak ada
penelitian payudara secara acak operasi konservasi dengan atau tanpa radioterapi
untuk DCIS yang dilakukan untuk menunjukkan perbedaan dalam mortalitas.
Wanita dirawat dengan lumpectomy dan terapi radiasi ajuvan memiliki
kekambuhan lokal tingkat yang meningkat dibandingkan dengan mastektomi.
45% dari kekambuhan ini akan menjadi kanker invasif saat radiasi terapi tidak
digunakan.6
26
2. Karsinoma Mammae Invasive
Kanker payudara invasif digambarkan sebagai lobular atau ductal. Klasifikasi
awal menggunakan istilah lobular untuk menggambarkan kanker invasif yang
berhubungan dengan LCIS, sedangkan semua kanker invasif lainnya disebut sebagai
duktus. Klasifikasi histologis saat ini mengenali tipe-tipe khusus kanker payudara
(10% dari total kasus), yang ditentukan oleh gambaran histologis spesifik. Untuk
memenuhi syarat sebagai kanker tipe khusus, setidaknya 90% kanker harus
mengandung fitur histologis yang jelas. Sekitar 80% kanker payudara invasif
digambarkan sebagai karsinoma duktal invasif tanpa tipe khusus (NST). Kanker ini
umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk daripada kanker tipe khusus. Foote
dan Stewart awalnya mengusulkan klasifikasi berikut untuk kanker payudara invasi:
i. Paget’s disease of the nipple
ii. Invasive ductal carcinoma—Adenocarcinoma with productive fibrosis
(scirrhous, simplex, NST), 80
iii. Medullary carcinoma, 4%
iv. Mucinous (colloid) carcinoma, 2%
v. Papillary carcinoma, 2%
vi. Tubular carcinoma, 2%
vii. Invasive lobular carcinoma, 10%
viii. Rare cancers (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)
27
keberadaan musin intracytoplasmic, yang dapat menggantikan nucleus. Pada klinis,
karsinoma lobular invasif bervariasi dari karsinoma yang tidak jelas secara klinis
hingga yang menggantikan seluruh payudara dengan massa yang tidak jelas.
Seringkali multifokal, multisentris, dan bilateral. Karena pola pertumbuhannya yang
berbahaya dan gambaran mamografi yang halus, karsinoma lobular invasif mungkin
sulit dideteksi. Lebih dari 90% kanker lobular mengekspresikan reseptor estrogen.
e. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis bertujuan untuk mengidentifikasi identitas penderita, faktor risiko,
perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan dan
riwayat penyakit yang pernah diderita. Keluhan utama yang sering umumnya berupa
benjolan di payudara. Nyeri payudara dan nipple discharge adalah keluhan yang jarang
pada kanker payudara dan keadaan ini sering ditemukan pada kelainan jinak seperti
penyakit fibrokistik dan papiloma intraduktal. Malaise, nyeri tulang, sesak napas dan
kehilangan berat badan adalah keluhan yang jarang, tapi merupakan indikasi adanya
metastasis jauh. Keluhan-keluhan kanker payudara umumnya adalah5:
sebagian besar berupa benjolan yang padat keras
perubahan bentuk puting
o retraksi puting
o puting mengeluarkan darah (nipple discharge)
o eksem sekitar puting (Paget’s disease) - perubahan kulit
o lesung pada kulit (dimpling)
o berkerut seperti kulit jeruk (peau d‘orange)
o borok (ulkus)
o eritema, edema
o nodul satelit
benjolan di aksila
28
Keluhan tambahan pada kanker payudara stadium lanjut merupakan manifestasi
adanya metastasis regional, metastasis jauh ataupun komplikasi. Keluhan tambahan ini
meliputi5:
lengan bengkak
nyeri pinggang/punggung atau tulang belakang, lemah atau kelumpuhan
tungkai, atau patah tulang
batuk-batuk kering yang tidak kunjung sembuh
sesak napas jika sudah terdapat pleural efusi atau metastasis di parenkim paru
yang luas
rasa penuh, mual, mata kuning
nyeri kepala yang hebat, kejang, kesadaran menurun
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan sistemik.
Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis (tanda vital
pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya metastasis
dan/atau kelainan medis sekunder. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai
status lokalis dan regionalis. Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, inspeksi dan
palpasi. Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan
posisi lengan di samping, di atas kepala dan bertolak pinggang. Inspeksi pada kedua
payudara, aksila dan sekitar klavikula yang bertujuan untuk mengidentifikasi tanda
tumor primer dan kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening. 5
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang, lengan
ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal. kedua payudara dipalpasi
secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun radial. Palpasi aksila
dilakukan dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan pemeriksa menopang
lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan supraklavikula. 5
Hasil pemeriksaan fisik palpasi untuk status lokalis dan regionalis (bila ada
tumor) dideskripsikan hal-hal berikut ini: 5
29
Apakah ada tumor
Letak tumor
Berapa banyak tumornya
Ukuran tumor (dalam cm)
Konsistensi (padat/padat kenyal - padat keras- kistik)
Permukaan (halus - kasar)
Batas (tegas-tidak tegas sebagian/seluruhnya) dengan jaringan payudara
sekitarnya.
Mobilitas (baik - terbatas - fixed)
Nyeri (ya-tidak)
KGB aksila, infra dan supraklavikula (ada pembesaran KGB, diduga
metastasis/tidak, ukuran dari KGB aksila tersebut).
30
Gambar 11. Teknik Melakukan Palpasi Parenkim Payudara untuk Identifikasi
Tumor Primer dan Palpasi Aksila, Infraklavikula, dan Supraklavikula untuk
Identifikasi Pembesaran Kelenjar Getah Bening Regional.
31
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Mammografi Diagnostik
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic yang
dapat mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15% kanker payudara tidak
bisa divisualisasikan dengan mammografi, 45% kanker payudara dapat dilihat
pada mammografi sebelum mereka dapat diraba. Adanya proses keganasan akan
memberikan tanda–tanda primer dan sekunder.
Mammografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi. Mammogram adalah gambar hasil mammografi. Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi
mammogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan
mediolateralobligue). Tujuan mammografi adalah skrining kanker payudara,
diagnosis kanker payudara, dan follow-up setelah pengobatan. Mammografi
dikerjakan pada wanita usia di atas 35 tahun, namun karena payudara orang
Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mammografi didapat pada usia >40
tahun. Mammografi dilakukan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama haid.
Untuk standardisasi penilaian dan pelaporan hasil mammografi digunakan
BIRADS yang dikembangkan oleh American College of Radiology (Peraboi,
2014).
32
Gambaran mammografi untuk lesi ganas dibagi atas tanda primer dan sekunder.
Tanda sekunder: 5
a. retraksi kulit atau penebalan kulit
b. bertambahnya vaskularisasi
c. perubahan posisi puting
d. kelenjar getah bening aksila (+)
e. keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
f. kepadatan jaringan subareolar yang berbentuk utas.
33
Gambaran kalsifikasi yang diduga ganas menurut kriteria Egan adalah kalsifikasi
dengan lokasi di parenkim payudara, ukuran kurang dari 0,5 mm, jumlah lebih dari 5
dan bentuk stelata. 5
B. USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah mendeteksi massa kistik. Serupa dengan
mammografi, American College of Radiology juga menyusun bahasa standar untuk
pembacaan dan pelaporan USG sesuai dengan BIRADS.5
Karakteristik yang dideskripsikan adalah:
a. bentuk massa
b. Margin
c. Orientasi
d. jenis posterior akustik
e. batas lesi
f. pola echo
34
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya:
• permukaan tidak rata
• taller than wider
• tepi hiperekoik
• echo interna heterogen
• vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor
membentuk sudut 90 derajat.
Penggunaan USG untuk tambahan mammografi meningkatkan akurasinya
sampai 7,4%. Namun USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas
skrining karena didasarkan penelitian ternyata USG gagal menunjukan efikasinya
(Peraboi, 2014). Sensitivitas pemeriksaan untuk status nodus aksila berkisar antara
35% hingga 82% dan spesifisitas berkisar antara 73% hingga 97%.6
USG berguna untuk menentukan ukuran lesi dan bias membedakan lesi
kistik atau solid. Ultrasonography bisa juga digunakan untuk menilai respon
kemoterapi neoadjuvan, membantu ahli bedah dengan cara memberi marker
preoperative untuk menentukan batas-batas sayatan dan sebagai penuntun
(guiding) untuk melakukan biopsy jarum pada lesi yang nonpalpable.9
C. MRI Payudara
Pada MRI payudara akan terlihat kontras antara jaringan payudara dan
lemak karena perbedaan mobilitas dan lingkungan magnet dari atom hidrogen di
air dan lemak. MRI lebih unggul dari mammografi dan USG payudara dalam hal:5
penentuan ukuran dan ekstensi tumor
penemuan lesi multifokal dan multisentrik
penemuan lesi kontralateral
MRI tidak dapat melihat mikrokalsifikasi.
35
mencari fokus primer di payudara pada pasien dengan adenocarcinoma of
unknown origin, dan
mengevaluasi temuan mammogram yang tidak dapat dinilai dengan USG
payudara pasien dengan implan payudara
D. Pemeriksaan Patologi
Pemeriksaan patologi pada kanker payudara meliputi pemeriksaan sitologi,
histopatologi, immunohistokimia (IHK), dan hibridisasi in situ (FISH, CISH, dan
DISH) dan gene array (microarray hanya dilakukan pada penelitian dan kasus
khusus).
Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan yang bersifat sitologi adalah FNAB, imprint, dan analisa cairan
(nipple discharge dan kista). Pemeriksaan ini merupakan bagian dari triple
diagnostic untuk tumor payudara yang teraba atau pada tumor yang tidak teraba
dengan bantuan penuntun pencitraan.
FNAB dilakukan dengan menggunakan jarum no. 27 dengan cara
mengaspirasi sejumlah kecil jaringan tumor kemudian diperiksa di bawah
mikroskop. Jika lokasi tumor dapat diraba dengan mudah, FNAB dapat dilakukan
sambil meraba massa tumor, namun jika tumor tidak dapat diraba maka FNAB
dilakukan dengan panduan USG dalam menentukan arah jarum. Walaupun paling
mudah dilakukan, namun FNAB tidak dapat menentukan grading tumor dan
kadang tidak memberikan diagnosis yang jelas sehingga dibutuhkan biopsi
lainnya.
Pemeriksaan Histopatologi
Bahan pemeriksaan Histopatologi diambil melalui :
36
Core Biopsy
Biopsi Eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
Biopsi Insisional untuk tumor
Operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitif
Inoperable
Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB
37
mengambil sebagian kecil tumor untuk diperiksa secara patologi anatomi
(Syamsuhidayat & De Jong, 2017).
Kombinasi mamografi diagnostik, USG, dan FNAB mencapai akurasi
hampir 100% dalam diagnosis kanker payudara pra operasi. Core biopsy lebih
disukai daripada biopsi terbuka untuk lesi payudara yang nonpalpable karena
prosedur bedah tunggal dapat direncanakan berdasarkan hasil core biopsy.
Keuntungan dari core biopsy termasuk tingkat komplikasi yang rendah, jaringan
parut minimal, dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan biopsi payudara
eksisi (Brunicardi, 2018).
38
4. Staging
Penetapan stadium kanker dapat dengan berbagai cara tetapi yang paling umum
dan aplikatif adalah dengan sistem TNM. Saat ini klasifikasi stadium kanker payudara
berdasarkan kriteria American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi 7 tahun 20105
39
T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau
kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
T4c : T4a dan T4b
T4d : Mastitis karsinomatosis
Nodus limfe regional (N)
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 : Tidak teraba kelenjar axila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain
atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
Metastase jauh (M)
Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula.
40
Pengelompokan stadium secara umum adalah:5
-Stadium in situ: Stadium 0
-Stadium dini: Stadium I dan II
-Stadium lanjut lokal: Stadium III
-Stadium lanjut: Stadium IV
Metastasis
Penetapan untuk M ditentukan dengan pemeriksaan klinis dan penunjang radiologis
meliputi:
Pencitraan rutin yang harus dilakukan untuk menentukan metastasis pada setiap
penderita kanker payudara
1. Foto thoraks
2. USG abdomen bagian atas dan bawah
Pemeriksaan atas indikasi:
1. Skintigrafi tulang, dilakukan pada:
tumor diameter >5cm
klinis curiga metastasis tulang
41
terdapat peningkatan alkali fosfatase.
Apabila tidak dapat dilakukan, dianjurkan untuk dilakukan bone
survey.
2. CT-scan tidak rutin dikerjakan sebagai work-up, namun dilakukan dengan
pertimbangan:
mendekati asal sel tumor jika pemeriksaan pencitraan standar
mendapatkan hasil yang meragukan atau bertentangan.
identifikasi atau konfirmasi adanya kekambuhan loko regional atau
metastatik yang terisolasi.
pada saat nilai biomarker yang meningkat sementara pada klinis
dan pencitraan standar tidak ditemukan kelainan.
c. Metastasis ke KGB supraklavikula dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Penyebaran langsung yaitu melalui kelenjar subklavikula tanpa melalui sentinel nodes.
Penyebaran tidak langsung melalui sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central
42
limfatik terminus yang menyebabkan stasis aliran limfe sehingga terjadi aliran balik
menuju ke KGB supraklavikula.
d. Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna terjadi lebih sering dari yang diduga.
Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di sentral dan kwadran medial. Dian
biasanyaterjadi setelah terjadi metastasis ke aksila.
e. Metastasis ke hepar selain melalui sistem vena dapat juga terjadi melalui sistem limfe.
Keadaan ini dapat terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian bawah payudara
dan terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial. Selanjutnya terjadi stasis aliran limfe yang
berakibat adanya aliran balik limfe ke hepar.
Gejala kanker payudara metastasis terkait dengan lokasi dan luas tumor. Kanker
payudara metastatik (stadium IV) didefinisikan oleh penyebaran tumor di luar payudara,
dinding dada, dan kelenjar getah bening regional. Penyebaran tumor dapat terjadi melalui
darah dan pembuluh limfatik dan melalui ekstensi langsung melalui dinding dada. Situs
yang paling umum untuk metastasis kanker payudara termasuk tulang, paru-paru, hati,
kelenjar getah bening, dinding dada, dan otak. 8
43
(Sumber: Jatoi, Kaufman, & Petit, 2006 )
f. Terapi
Terapi pada kanker payudara harus didahului diagnosis kerja yang definitif
(termasuk penetapan stadium). Diagnosis dan terapi pada kanker payudara harus dilakukan
dengan pendekatan komprehensif; artinya seluruh diagnosis yang sudah ditegakkan harus
diterapi (diagnosis utama, sekunder dan komplikasi).
Terapi utama pada solid tumor (kanker padat) adalah pembedahan, sedangkan terapi
non-bedah terdiri dari terapi radiasi, kemoterapi, terapi hormon, terapi target, imunoterapi
dan terapi komplementer. Terapi pada kanker payudara ditentukan oleh stadium. Dikenal
keadaan khusus kanker payudara yang memerlukan terapi tersendiri (keganasan pada usia
ekstrem, lakilaki, kehamilan, Phyllodes, Paget’s disease). Setiap tujuan terapi, komplikasi
dan efek samping dari tindakan yang harus dikomunikasikan kepada pasien dan keluarga.5
Berbagai pandangan tentang terapi dapat dibagi atas:5
a. Menurut Tujuannya
44
kuratif, berharap terapi yang diberikan akan menghasilkan “kesembuhan” dan
dengan demikian akan meningkatkan periode bebas penyakit dan kesintasan.
paliatif dan simtomatik, terapi yang diberikan akan memperbaiki keadaan umum
penderita dengan sedikit harapan memperpanjang kesintasan.
b. Menurut Jenis
primer, yaitu memberikan terapi dengan fokus pada kanker sebagai penyakit
primernya (dapat berupa terapi utama, adjuvan/neoadjuvan).
sekunder, memberikan terapi atas penyakit sekunder/ komorbid (penyakit
komorbid/sekunder adalah penyakit lain di luar penyakit primer atau kanker
tersebut yang mungkin akan dapat mempengaruhi prognosis atau mempengaruhi
terlaksananya terapi primer).
terapi komplikasi, yaitu terapi khusus terhadap komplikasi yang terjadi akibat
penyakit primernya (kanker).
misal:
o fiksasi interna pada fraktur tulang panjang akibat metastasis
o aspirasi cairan pleura pada efusi pleura metastasis.
Terapi Pembedahan
45
Pembedahan merupakan terapi utama untuk pengobatan kanker payudara stadium
awal. Saat ini terapi pembedahan kanker payudara telah mengalami kemajuan seiring
dengan perkembangan pengetahuan perilaku biologis (biologic behavior) kanker payudara.
Pembedahan pada kanker payudara bervariasi menurut luasnya jaringan yang diambil
dengan tetap berpatokan pada kaidah onkologi, yaitu eksisi luas dengan tepi dan dasar
sayatan bebas tumor.
Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS (breast conserving surgery),
simple mastectomy, modified radical mastectomy, dan radical mastectomy. Di antara
beberapa jenis operasi tersebut metode yang paling tua adalah mastektomi radikal klasik
dari Halsted.
Dikatakan bahwa mastektomi radikal klasik tidak lebih superior dibanding MRM
dalam hal kesintasan.
46
Mastektomi simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta tumor, kulit di
atas tumor dan kompleks puting-areola, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
- tumor Phyllodes besar
- keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan tumor
- Paget’s disease tanpa massa tumor
- DCIS
Mastektomi subkutan
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor
dengan preservasi kulit payudara dan kompleks puting-areola tanpa diseksi kelenjar getah
bening aksila. Indikasi:
- mastektomi profilaktik
- ginekomastia
47
kanker payudara stadium awal pada pasien yang memenuhi syarat. Tambahan radioterapi
pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik. 5
Indikasi: 5
- kanker payudara stadium dini/awal.
Kontra indikasi : 5
- kanker payudara yang multisentris, terutama multisentris yang lebih dari satu
kuadran dari payudara
- kanker payudara dengan kehamilan
- penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
- tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat : 5
- terjangkaunya sarana mammografi, potong beku, dan radioterapi
- proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang memadai
- pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam
- dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten
Terapi radiasi atau radioterapi menggunakan sinar pengion untuk membunuh sel
kanker. Indikasi:
48
iii. Kemoterapi
Terapi hormon adalah terapi sistemik kanker payudara yang ditujukan pada
sel kanker yang memiliki reseptor hormon positif. Definisi reseptor hormon positif
adalah ER dan/atau PR yang positif >1% dengan pewarnaan imunohistokimia.
Status menopause pasien harus dipertimbangkan dalam memilih terapi hormon
(premenopause atau pascamenopause)
Pemberian obat-obatan untuk terapi hormon pada kanker payudara
berdasarkan reseptor hormon positif dan dibedakan menurut status menopause
pasien. Pada pasien pascamenopause pemberian aromatase inhibitor atau
pemberian tamoxifen mempunyai angka kesintasan yang sama (ATAC trial).
Sedangkan pada pasien premenopause stadium IV kombinasi supresi atau ablasi
ovarium dan tamoxifen telah menjadi standar. 5
Suatu studi multi senter yang menilai efektivitas pengobatan adjuvan
kemoterapi dan terapi hormon dengan median follow-up 12,3 tahun menyebutkan
49
tidak ada perbedaan bermakna dalam kesintasan (Overall Survival) dan periode
bebas penyakit (Disease- Free Survival) pemberian secara bersamaaan
(concurrent) atau berurutan (sequential). 5
Bilamana status menopause tidak jelas, maka kriteria penentuan sebagai
pascamenopause adalah sebagai berikut: 5
- amenorea lebih dari 12 bulan tanpa penggunaan alat KB atau pengaruh
obat-obatan
- bilateral oophorectomy
- usia lebih dari 55 tahun
- kastrasi radiasi dan amenorea lebih dari 3 bulan
- menggunakan TSH tetapi usia lebih dari 55 tahun
Bila pasien tidak memenuhi keadaan sebagai di atas dan usia kurang dari 55 tahun
maka penentuan status menopause ditentukan dengan pengukuran FSH dan estradiol
minimal 4 minggu setelah berhenti menggunakan TSH atau kontrasepsi oral.5
50
Wanita berusia 35-39 tahun sebaiknya melakukan satu kali baseline mammography.
Wanita berusia 40-49 tahn sebaiknya melakukan mammografi setiap 2 tahun dan
wanita berusia lebih dari 50 tahun sebaiknya melakukan mammografi setiap tahun.
h. Diagnosis Banding
I. IDCM with special types
IDCM dengan tipe khusus (special types) terdiri dari:
Medullary carcinoma
Mucinous (colloid) carcinoma
Papillary carcinoma
Tubular carcinoma
infiltrat limforetikular padat yang sebagian besar terdiri atas limfosit dan sel
plasma;
inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan menunjukkan mitosis
aktif;
pola pertumbuhan seperti lembaran dengan diferensiasi duktus atau alveolar
minimal atau tidak ada.
Sekitar 50% dari kanker ini berhubungan dengan DCIS, yang secara
khas muncul di pinggiran kanker, dan <10% menunjukkan reseptor hormon.
Wanita dengan kanker ini memiliki tingkat kelangsungan hidup 5 tahun lebih
baik daripada wanita dengan NST atau karsinoma lobular invasif (Brunicardi,
2018).
51
Mucinous cacinoma (karsinoma koloid) merupakan jenis lain dari
kanker payudara, menyumbang 2% dari semua kanker payudara invasif dan
biasanya muncul pada populasi lansia sebagai tumor besar. Kanker ini
didefinisikan oleh kumpulan musin ekstraseluler, yang mengelilingi agregat
sel kanker tingkat rendah. Permukaan potongan kanker ini berkilau dan
memiliki kualitas agar-agar. Fibrosis bervariasi, dan ketika terdapat fibrosis
yang banyak akan memberikan konsistensi yang kuat terhadap kanker. Lebih
dari 90% karsinoma mucinous menampilkan reseptor hormon. Metastasis
kelenjar getah bening terjadi pada 33% kasus, dan angka kelangsungan hidup
5 dan 10 tahun berturut-turut adalah 73% dan 59%. Karena komponen
mukosa, sel-sel kanker mungkin tidak jelas di semua bagian mikroskopis, dan
analisis beberapa bagian sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis
karsinoma mukosa (Brunicardi, 2018).
52
karsinoma tubular atau dengan kribriform karsinoma invasif, kanker tipe
khusus yang terkait erat dengan karsinoma tubular, akan mengembangkan
metastasis kelenjar getah bening aksila. Namun, keberadaan penyakit
metastasis pada satu atau dua kelenjar getah bening aksila tidak
mempengaruhi kelangsungan hidup. Metastasis jauh jarang terjadi pada
karsinoma tubular dan karsinoma kribriform invasif. Pendekatan
kelangsungan hidup jangka panjang 100% (Brunicardi, 2018).
53
BAB IV
ANALISIS KASUS
Dari informasi yang didapatkan melalui autoanamnesis, diketahui bahwa pasien telah
mengalami keluhan benjolan di payudara kanan sejak enam bulan SMRS dan awalnya seukuran
kelereng. Pasien baru datang berobat setelah 5 bulan akibat rasa nyeri pada benjolan yang semakin
mengganggu dan ukuran benjolan yang semakin besar dengan cepat disertai dengan keluarnya
cairan bewarna merah kekuningan dari puting.
Faktor risiko penyakit dapat digali dari autoanamnesis. Diketahui pasien berusia 52 tahun,
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, status menikah, memiliki dua orang anak riwayat menarche
saat usia 12 tahun. Pasien mengaku tidak pernah menggunakan KB apapun. Informasi mengenai
usia 52 tahun dapat mendukung diagnosis karsinoma mamma karena wanita berusia 50 tahun,
riwayat menarch dini pada usia 12 tahun, termasuk faktor risiko terkena kanker payudara (Peraboi,
2014). Riwayat adanya penyakit yang sama, maupun keganasan lain dalam keluarga disangkal.
Pemeriksaan fisik terkait benjolan di payudara kiri pada pasien ini bertujuan untuk
mengonfirmasi informasi yang diberikan pasien pada tahap anamnesis dan menentukan diagnosis
penyakit. Dari hasil pemeriksaan fisik inspeksi ditemukan luka jahitan pasca biopsi perubahan
warna kulit, peau de orange (-), retraksi putting (-), tidak ditemukan ulkus/borok dan nipple
discharge (-). Pada pemeriksaan palpasi ditemukan massa dengan konsistensi keras, berbatas tidak
tegas, terfiksir, ukuran ± 5x2 cm, tidak ditemukan benjolan di tempat lain (supraclavicular, leher,
payudara kanan, ketiak kanan dan ketiak kiri).
54
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dicurigai adanya keganasan sehingga dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mengonfirmasi kecurigaan adanya keganasan dan menegakkan
diagnosis. Dilakukan pemeriksaan biopsi dengan kesan invasive carcinoma mamma of no special
type pada mamma sinistra, sehingga dilakukan operasi. Operasi yang dilakukan adalah Simple
Mastectomy yaitu pengangkatan seluruh payudara beserta tumor, kulit di atas tumor dan kompleks
puting-areola, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2009. Available from :
www.who.int.
2. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk (editor). Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1995. Hlm: 342-364.
3. Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol PERABOI 2003. PERABOI. Jakarta. Edisi Pertama.
2004. Hlm: 2-15.
4. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer. Dennis A. Casciato and Berry B.
Lowitz (editors). Manual on Clinical Oncology. Lippincott Williams and Wilkins.
Philadelphia. 2000. Page: 11.
5. Peraboi. 2014. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Jakarta: Divisi Bedah Onkologi
RS Kanker Dharmais.
6. Brunicardi, F. 2018. Schwartz’s Principle of Surgery 10th Edition.
7. De Jong, Wim . Buku Ajar Ilmu Bedah . EGC. Jakarta. Edisi Pertama . 2005 . Hlm : 387-402.
8. DeVita, Vincent T., Lawrence, Theodore S., Rosenberg, Steven A. 2011. DeVita, Hellman,
and Rosenberg’s Cancer: Principles and Practice Oncology 9th Ed.
9. Syamsuhidayat, R., De Jong, W. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah De Jong Edisi 4. EGC.
10. Komite Nasional Penanggulangan Kanker. Panduan Nasional Penanganan Kanker. Versi
2015. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
56