Anda di halaman 1dari 52

HUBUNGAN POLA KONSUMSI JAJANAN DI SEKOLAH

DENGAN OBESITAS PADA ANAK SD MUHAMMADIYAH 14


PALEMBANG

Proposal Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memeroleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:
Annisa Muthia Haryani
04011381419175

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang

PERSETUJUAN UNTUK SIDANG PROPOSAL SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini, komisi pembimbing proposal skripsi dari


mahasiswa:

Nama : Annisa Muthia Haryani


NIM : 04011381419175
Judul Skripsi :Hubungan Pola Konsumsi Jajanan di Sekolah
dengan Obesitas pada Anak SD Muhammadiyah 14
Palembang

dengan ini menyatakan bahwa proposal ini sudah layak untuk disidangkan pada:

Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :

Palembang, Juli 2017

Pembimbing I

dr. Liniyanti D. Oswari, M.Sc ...........................................


NIP. 19560122 198503 2 004

Pembimbing II

dr.Syarif Husin, M.S. ...........................................


NIP. 19611209 199203 1 003

Mengetahui,
Koordinator Blok Skripsi

dr. Mutiara Budi Azhar, SU, M.Med.Sc.


NIP. 19520107 198303 1001
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kejadian obesitas pada anak-anak yang semakin meningkat


merupakan sebuah fenomena global yang memprihatinkan dan menjadi masalah
kesehatan masyarakat di dunia. Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan (Jahari,2004). Data Riskesdas tahun 2010 menunjukan
obesitas pada balita Indonesia mencapai 14% sedangkan anak usia 15 tahun
keatas persentasenya 19,1%. Tingginya prevalensi obesitas anak disebabkan oleh
pertumbuhan urbanisasi dan perubahan gaya hidup seseorang termasuk asupan.
Salah satu faktor yang menyebabkan obesitas pada anak adalah kebiasaan
mengonsumsi makanan dan minuman jajanan. Diperkuat oleh hasil penelitian
Semito tahun 2014 yaitu jika anak membeli jajanan dalam jumlah banyak maka
dampak yang dapat timbul adalah obesitas atau kegemukan.

Kelaparan saat disekolah adalah salah satu yang menyebabkan anak jajan
di sekolah. Hanya sekitar 5% anak yang membawa makanan atau bekal dari
rumah, sehingga anak yang lain lebih sering membeli jajanan. Frekuensi jajan
yang semakin sering berdampak pada ketidaknormalan status gizi, didapatkan dari
penelitian Tri Puji,dkk (2011) bahwa anak yang frekuensi jajannya 1 hari sekali
didapatkan yang status gizinya tergolong dalam kategori kurus adalah sebanyak 1
orang dan yang tergolong dalam kategori normal adalah sebanyak 2 anak.
Sedangkan anak yang jajan sebanyak 3-4 kali per hari, yang tergolong status gizi
kurus adalah sebanyak 2 anak, status gizi normal sebanyak 11 anak, status gizi
gemuk sebanyak 3 anak.

3
Obesitas bisa diperparah dengan pengonsumsian makanan jajanan dengan
kandungan kalori dan lemak tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan buah yang
cukup sebagai sumber serat. Diperkuat oleh hasil penelitian Ratu Ayu tahun 2011
yaitu faktor risiko utama yang menyebabkan obesitas adalah faktor perilaku, yaitu
pola makan jajanan yang tidak sehat ditambah dengan konsumsi serat (buah dan
sayur) tidak mecukupi, dan fisik yang tidak aktif. Hasil survey Badan POM RI
tahun 2008 menunjukkan bahwa 78% anak sekolah jajan di lingkungan sekolah,
baik di kantin maupun dari penjaja di sekitar sekolah (Robi,2011). Mereka
memiliki kebebasan untuk menggunakan uang jajan mereka untuk membeli
makanan dan minuman sesuai dengan selera mereka sendiri. Biasanya pada jam-
jam pulang sekolah atau jam istirahat, anak-anak akan memanfaatkannya untuk
membeli aneka makanan kecil sebagai camilan. Pada saat menunggu jemputan
atau saat istirahat sering kita jumpai sedang memakan jajanan seperti pempek,
roti, siomay, bakso, aneka es, softdrink dan masih banyak jajanan yang lainnya
(Ninal,2014).

Melewatkan sarapan dapat berisiko menjadi obesitas. Obesitas dapat


terjadi karena ketika anak melewatkan sarapan dan merasa lapar maka mereka
akan mengonsumsi makanan berkalori lebih tinggi yang didapatkan dari makanan
jajanan. Didapatkan dari penelitian Yuni (2012) bahwa anak SD yang melewatkan
sarapannya tergolong tinggi yaitu 40,6%.

Makanan jajanan memberikan kontribusi masing-masing sebesar 22,9%


terhadap keseluruhan asupan energi dan 15,9% protein anak sekolah dasar
(Rahmi,2005). Penelitian lainnya pada anak sekolah menyebutkan makanan
jajanan menyumbang energi 36%, protein 29%, dan zat besi 52%
(Nuryanto,2008). Biasanya makanan jajanan yang mereka sukai adalah makanan
dengan warna, penampilan, tekstur, aroma dan rasa yang menarik.

Penelitian ini dilakukan pada anak Sekolah Dasar Muhammadiyah 14


Palembang karena merupakan salah satu sekolah yang lokasi sekolahnya berada
sangat dekat dengan kumpulan penjual jajanan sekolah, serta counter-counter
penjualan fast food yang mudah dikunjungi dan jumlahnya sangat bervariasi.

4
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebiasaan jajan siswa-siswa di
Sekolah Dasar Muhammadiyah 14 Palembang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis jajanan yang biasa dibeli anak SD Muhammadiyah 14


Palembang?
2. Bagaimana frekuensi jajanan anak SD Muhammadiyah 14 Palembang?
3. Apakah ada hubungan antara pola konsumsi jajanan di sekolah dengan
obesitas pada anak SD Muhammadiyah 14 Palembang?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pola konsumsi jajanan di sekolah


dengan obesitas pada anak SD Muhammadiyah 14 Palembang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi jenis jajanan yang biasa dibeli anak SD


Muhammadiyah 14 Palembang.
2. Mengidentifikasi kandungan kalori jajanan di SD
Muhammadiyah 14 Palembang.
3. Mengidentifikasi frekuensi jajan anak SD Muhammadiyah 14
Palembang.
4. Mengetahui populasi
5. Mengetahui jenis kelamin sampel
6. Mengidentifikasi jumlah anak yang mengalami obesitas di SD
Muhammadiyah 14 Palembang.
7. Mengetahui apakah ibu dan atau bapak anak SD
Muhammadiyah 14 Palembang gemuk atau tidak gemuk.

5
8. Menganalisis hubungan antara pola konsumsi jajanan di
sekolah dengan obesitas pada anak SD Muhammadiyah 14
Palembang.

1.4 Hipotesis
Ada hubungan pola konsumsi jajanan di sekolah dengan obesitas pada
anak Sekolah Dasar Muhammadiyah 14 Palembang.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Aspek Teoritis

Hasil penelitian dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan di


bidang gizi mengenai pola konsumsi jajanan dan obesitas.

1.5.2 Aspek Praktis

1. Memberikan informasi bagi orang tua mengenai pengaruh pola


jajan anak terhadap obesitas pada anak.
2. Bagi orang tua dijadikan masukan dalam mengijinkan dan
memberi anak uang jajan untuk mengkonsumsi jajanan di
sekolah.
3. Dapat menjadi dasar untuk memberikan edukasi tentang
pentingnya mengontrol berat badan dan tinggi badan.
4. Mendorong sekolah dan penyedia layanan kesehatan
masyarakat untuk mengadakan penyuluhan tentang pola
konsumsi jajanan yang sehat.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anak Usia Sekolah


a. Pengertian Anak Usia Sekolah menurut Masty, 2009
Sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak- anak
usia 5-13 tahun. Anak-anak usia sekolah dini dinilai menurut
kemampuannya adalah untuk menghasilkan hasil yang bernilai sosial,
seperti nilai-nilai atau pekerjaan yang baik, Erikson dalam Masty tahun
2009 mengidentifikasi masalah sentral psikososial pada masa ini
sebagai krisis antara keaktifan dan inferioritas. Perkembangan
kesehatan membutuhkan peningkatan pemisahan dari orangtua dan
kemampuan menemukan penerimaan dalam kelompok yang sepadan
serta menudingkan tantangan-tantangan yang berada di dunia luar.

b. Pertumbuhan
Selama usia sekolah, pertumbuhan anak tergolong stabil, namun
kecepatan pertumbuhan (growth velocity) tidak secepat ketika bayi
atau remaja (Brown, 2005). Pada usia anak sekolah pertumbuhan
fisiknya tergolong lambat (slow rate) (Worthington, 2000). Rata-rata
pertumbuhan anak-anak usia sekolah per tahun adalah 7 pon atau 3,2
kg untuk berat badan dan 2,5 inchi atau 6 cm untuk tinggi badan
(Brown, 2005). Laju pertumbuhan anak, baik laki-laki maupun
perempuan hampir sama cepatnya sampai usia 9 tahun. Ketika usia 10-
12 tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami percepatan lebih
dahulu dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan, perempuan
memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi (Arisman, 2004 ;
Thrams dan Pipes, 1993).

7
c. Perkembangan Sosial menurut Masti, 2009
Pada periode usia sekolah ini terjadi perkembangan sosialisasi
yang menonjol pada anak. Diantaranya adalah pergaulan anak menjadi
lebih luas, dan tidak terbatas hanya dengan anggota keluarga di rumah.
Masa sekolah memberikan kesempatan kepada anak untuk lebih
banyak bergaul dengan teman sebayanya, selain itu, pada usia sekolah
terjadi perkembangan intelegensi, minat, emosi dan kepribadian.
Perkembangan pada aspek-aspek itulah yang membentuk karakteristik
khas pada anak usia sekolah

d. Nutrisi menurut Minal, 2014


Pada golongan usia ini, gigi susu sudah mulai tanggal dan berganti
menjadi gigi permanen. Pada usia seperti ini anak membutuhkan
energi yang lebih besar, karena melakukan aktivitas yang tinggi.
Misalnya, olahraga, bermain atau membantu orang tua.
Kebutuhan energi untuk anak usia 10-12 tahun lebih besar jika
dibandingkan dengan anak usia 7-9 tahun. Pada usia 10-12 tahun
kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak
laki-laki membutuhkan energi yang lebih banyak dibandingkan anak
perempuan. Hal ini dikarenakan anak laki-laki memiliki aktivitas fisik
yang lebih banyak daripada anak perempuan, disamping itu pada usia
tersebut biasanya anak perempuan sudah mulai haid dan lebih
membutuhkan banyak protein dan zat besi.
Menurut Ari, dkk 2013 Ada beberapa zat gizi yang diperlukan
anak pada usia sekolah, antara lain :
a) Protein
Protein merupakan salah satu zat gizi yang dibuhuhkan
manusia, tidak terkecuali anak-anak pada usia sekolah. Protein
dibutuhkan untuk membangun dan memelihara otot, darah,
kulit, tulang dan jaringan serta organ tubuh lainnya. Selain itu

8
protein juga digunakan untuk menyediakan energi. Protein
terbuat dari asam amino dan ada beberapa asam amino yang
tidak diproduksi oleh tubuh manusia. Untuk mendapatkannya
dengan mengkonsumsi makan makanan yang mengandung
protein. Pada anak usia sekolah, protein berfungsi untuk
pertumbuhan. Bila anak kekurangan protein akan berakibat
pada pertumbuhan yang lambat dan tidak dapat mencapai
kesehatan dan pertumbuhan yang normal. Jika konsumsi
protein berlebihan akan menyebabkan dehidrasi dan suhu
badan sering naik.
Tabel 1. Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan untuk
orang Indonesia (perorang perhari)

Protein (g)
Kelompok Umur
35
4-6 tahun
49
7-9 tahun
Laki-laki

56
10-12 tahun
72
13-15 tahun
Perempuan

60
10-12 tahun
69
13-15 tahun
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2013

b) Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi esensial yang berfungsi
sebagai sumber energi, penyerapan beberapa vitamin dan
memberikan rasa enak dan kepuasan terhadap makanan, selain

9
itu lemak juga sangat penting untuk pertumbuhan, terutama
untuk pertumbuhan membrane sel dan komponen sel otak.
Lemak yang essensial untuk pertumbuhan anak disebut asam
lemak linoleat dan asam lemak alpha linoleat, meskipun lemak
memiliki fungsi yang baik bagi tubuh anak, jumlah lemak yang
masuk kedalam tubuh anak harus diperhatikan. Jangan sampai
jumlah lemak yang masuk kedalam tubuh anak berlebihan,
karena jika jumlah lemak yang masuk berlebihan akan
menimbulkan berbagai macam penyakit degenerative dan
obesitas.

Tabel 2. Angka Kecukupan Lemak yang dianjurkan untuk


orang Indonesia (perorang perhari)
Lemak (g)
Kelompok Umur
n-6 n-3
Total
10,0 0,9
4-6 tahun 62
10,0 0,9
7-9 tahun 72
Laki-laki

12,0 1,2
10-12 tahun 70
16,0 1,6
13-15 tahun 83
Perempuan

10,0 1,0
10-12 tahun 67
11,0 1,1
13-15 tahun 71

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


Tahun 2013
* : asam lemak linoleat
**: asam lemak linolenat

10
c) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi penghasil energi.
Karhohidrat terdiri dari gula atau karbohidrat sederhana
monosakarida (glukosa, fruktosa dan galaktosa) atau disakarida
(sukrosa, laktosa dan maltosa), tepung, dan serat makanan.
Kebutuhan karbohidrat secara tidak langsung berperan dalam
proses pertumbuhan, akan tetapi tetap saja jumlah karbohidrat
yang masuk kedalam tubuh harus diperhatikan. Jangan sampai
jumlah karbohidrat yang masuk kedalam tubuh jumlahnya
melebihi kebutuhan tubuh, karena jika jumlah konsumsi
karbohidrat melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh akan
disimpan dalam tubuh dalam bentuk glikogen atau lemak
tubuh, sehingga akan menyebabkan kegemukan bahkan
obesitas.

Tabel 3. Angka Kecukupan Karbohidrat yang dianjurkan untuk


orang Indonesia (perorang perhari)
Karbohidrat (g)
Kelompok Umur
220
4-6 tahun
254
7-9 tahun
Laki-laki

289
10-12 tahun
340
13-15 tahun
Perempuan

275
10-12 tahun
292
13-15 tahun

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


Tahun 2013

11
d) Vitamin dan Mineral
Vitamin dan Mineral merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh, akan tetapi jumlah yang dibutuhkan sangat kecil jika
dibandingkan dengan jumlah protein, lemak dan karbohidrat
yang dibutuhkan tubuh, akan tetapi sangat penting bagi tubuh.
Vitamin dan mineral mengatur keseimbangan kerja tubuh dan
kesehatan secara keseluruhan.

12
Tabel 4. Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari)
Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Folat Vit Biotin Kolin Vit
Kelompok A D E K B1 B2 B3 B5 B6 (mcg) B12 (mcg) (mg) C
Umur (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mg)

45
4-6 tahun 450 15 7 20 0,8 1,0 9 2,0 0,6 200 1,2 12 250
45
7-9 tahun 500 15 7 25 0,9 1,1 10 3,0 1,0 300 1,2 12 375
Laki-laki

10-12 50
600 15 11 35 1,1 1,3 12 4,0 1,3 400 1,8 20 375
tahun
13-15 75
600 15 12 55 1,2 1,5 14 5,0 1,3 400 2,4 25 550
tahun
Perempuan

10-12 50
600 15 11 35 1,0 1,2 11 4,0 1,2 400 1,8 20 375
tahun
13-15 65
600 15 15 55 1,1 1,3 12 5,0 1,2 400 2,4 25 400
tahun
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
Tabel 5. Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari)
Kalsium Fosfor Magnesiu Natrium Kalium Mangan Tembaga Kromium Besi Iodium Seng Selenium Fluor
Kelompok
(mg) (mg) m (mg) (mg) (mg) (mg) (mcg) (mcg) (mg) (mcg) (mg) (mcg) (mg)
Umur
0,9
4-6 tahun 1000 500 95 1200 3800 1,5 440 15 9 120 5 20
1,2
7-9 tahun 1000 500 120 1200 4500 1,7 570 20 10 120 11 20
Laki-laki

10-12 1,7
1200 1200 150 1500 4500 1,9 700 25 13 120 14 20
tahun
13-15 2,4
1200 1200 200 1500 4700 2,2 800 30 19 150 18 30
tahun
Perempuan

10-12 1,9
1200 1200 155 1500 4500 1,6 700 21 20 120 13 20
tahun
13-15 2,4
1200 1200 200 1500 4500 1,6 800 22 26 150 16 30
tahun
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013

14
e. Perkembangan menurut Cahya,2012
Pada anak usia sekolah, kekuatan otot, koordinasi motorik, dan
stamina meningkat secara terus-menerus. Anak-anak pada usia ini
mampu melakukan pola gerakan yang lebih kompleks, sehingga
mereka memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas seperti dance,
olahraga, dan berbagai aktivitas fisik lainnya. Peningkatan aktivitas
fisik ini juga diikuti oleh peningkatan nafsu makan dan asupan makan
(Brown, 2005). Pada usia anak sekolah juga terjadi perkembangan
kesadaran diri (sense of self). Anak-anak menjadi semakin mandiri dan
belajar akan perannya dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Meningkatnya kemandirian pada usia ini membuat anak mulai lebih
banyak mengonsumsi santapan (meal) dan snack dari luar rumah
sehingga diperlukan pengawasan dan perhatian agar makanan yang
dipilihnya adalah makanan yang baik (Brown, 2005). Jika pada
periode sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan
egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang
ke arah yang lebih konkret, rasional, dan objektif (Devi, 2012).

Tabel 6. Angka Kecukupan Energi yang dianjurkan untuk orang


Indonesia (perorang perhari)

Energi (kkal)
Kelompok Umur
1600
4-6 tahun
1850
7-9 tahun
Laki-laki

2100
10-12 tahun
2475
13-15 tahun
Perempuan

2000
10-12 tahun

13-15 tahun 2125


Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2013

2. Pola Konsumsi Jajanan


Pola konsumsi adalah berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap
hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok
masyarakat tertentu (Aminah,2005). Pola makan adalah cara seseorang
atau sekelompok orang (keluarga) dalam memilih makanan sebagai
tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologis, kebudayaan dan sosial
Pada saat bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan Air Susu Ibu
(ASI) saja sudah cukup, walaupun Air Susu Ibu (ASI) merupakan
makanan terbaik, namun dengan bertambahnya umur, maka anak
memerlukan makanan yang jenisnya berbeda-beda, mereka membutuhkan
makanan lumat, lembek, sampai akhirnya makanan orang dewasa
(Aminah, 2005).
Pola jajan anak merupakan suatu perilaku mengkonsumsi aneka
jajanan yang dilakukan anak pada usia sekolah. Makanan jajanan adalah
jenis makanan yang dijual dikaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar,
di tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis (Winarno, 1997). Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan
minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan
atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain
yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. (Minal
Natya,2014)
Peranan makanan jajanan mulai mendapat perhatian secara
internasional yang banyak menaruh perhatian terhadap studi dan
perkembangan makanan jajanan. Peranan makanan jajanan sebagai
penyumbang gizi dalam menu sehari-hari yang tidak dapat disampingkan.

16
Makanan jajanan mempunyai fungsi sosial ekonomi yang cukup penting,
dalam arti pengembangan makanan jajanan dapat meningkatkan sosial
ekonomi pedagang. Disamping itu makanan jajanan memberikan
kontribusi gizi yang nyata terhadap konsumen tertentu. Kebiasaan jajan di
sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli sudah memenuhi
syarat-syarat kesehatan sehingga dapat melengkapi atau menambah
kebutuhan gizi anak. Makanan jajanan biasanya mengandung lemak yang
tinggi dan memiliki kalori tinggi. Disamping itu juga untuk mengisi
kekosongan lambung, karena setiap 3-4 jam sesudah makan, lambung
mulai kosong. Akhirnya apabila tidak diberi jajan, si anak tidak dapat
memusatkan kembali pikirannya kepada pelajaran yang diberikan oleh
guru dikelasnya. Jajan juga dapat dipergunakan untuk mendidik anak
dalam memilih jajan menurut 4 sehat 5 sempurna (Yusuf, dkk, 2008).
Terlalu sering mengkonsumsi makanan jajanan dapat berakibat
negative. Menurut Minal,2004 dampak yang dapat ditimbulkan antara lain:
a. Menurunnya nafsu makan pada anak.
b. Makanan yang tidak higienis akan memimbulkan berbagai penyakit.
c. Dapat menyebabkan obesitas pada anak.
d. Anak dapat mengalami kekurangan gizi, karena kandungan gizi pada
jajanan belum tentu terjamin.
e. Pemborosan.

Cara lain yang dapat ditempuh antara lain :


a. Hindari makanan yang dijual ditempat terbuka, kotor dan tercemar,
tanpa penutup dan tanpa kemasan.
b. Beli makanan yang dijual ditempat bersih dan terlindung dari
matahari, debu, hujan, angin dan asap kendaraan bermotor.
c. Hindari makanan yang dibungkus dengan kertas bekas atau koran.
Belilah makanan yang dikemas dengan kertas, plastik, atau kemasan
lain yang bersih dan aman.

17
d. Hindari makanan yang mengandung bahan pangan sintetis berlebih
atau bahan tambahan pangan terlarang dan berbahaya. Biasanya
makanan yang seperti itu dijual dengan harga yang sangat murah.
e. Warna makanan atau minuman yang terlalu mencolok, besar
kemungkinan mengandung pewarna sintetis, sebaiknya jangan dibeli.
f. Untuk rasa, jika terdapat rasa yang menyimpang, ada kemungkinan
panganan tersebut mengandung bahan berbahaya atau bahan
tambahan makanan yang berlebih.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola konsumsi. Salah
satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. (Notoatmodjo, 2005)
Menurut Notoatmodjo,2005 tingkat pengetahuan di dalam domain
kognitif terbagi atas 6 tingkatan, yaitu :
a.) Tahu (know)
b.) Memahami (comprehension)
c.) Aplikasi (aplication)
d.) Analisis (analysis)
e.) Sintesis (synthesis)
f.) Evaluasi (evaluation)
Menurut Notoatmodjo,2005 ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang antara lain:
a.) Pendidikan
b.) Media
c.) Informasi
d.) Sosial budaya dan ekonomi
e.) Lingkungan
f.) Pengalaman
g.) Usia

18
Ada faktor lain yang mempengaruhi pola jajan anak. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Bondika Ariandani Aprilia pada tahun
2011, menjelaskan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi pola
jajan anak SD. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola jajan antara lain :
a. Uang Saku
b. Media massa
c. Pengetahuan Gizi dan Makanan Jajanan
d. Pendidikan Ibu
e. Pekerjaan Ibu
f. Frekuensi Sarapan pagi
g. Frekuensi membawa bekal makanan ke sekolah
h. Ketersediaan makanan jajan

3. Makanan Jajanan Sekolah


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
942/Menkes/SKJVII/2003, makanan jajanan didefinisikan sebagai
makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum, selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran,
dan hotel. Direktorat SPP (Standardisasi Produk Pangan), Deputi III,
Badan POM RI tahun 2012 membedakan jajanan di sekolah menjadi 4
jenis, yaitu:
i. Makanan utama/ Sepinggan
Kelompok makanan utama atau dikenal dengan istilah jajanan
berat". Jajanan ini bersifat mengenyangkan. Contohnya: mie ayam,
bakso, bubur ayam, nasi goreng, gado-gado, soto, lontong isi sayuran
atau daging, dan lain-lain.
ii. Camilan (snack)
Camilan merupakan makanan yang biasa dikonsumsi diluar
makanan utama. Camilan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu camilan
basah dan camilan kering. Camilan basah contohnya: gorengan,

19
lemper, kue lapis, donat, dan jelly, sedangkan camilan kering
contohnya: brondong jagung, keripik, biskuit, kue kering, dan permen.
iii. Minuman
Minuman dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu minuman yang
disajikan dalam gelas dan minuman yang disajikan dalam kemasan.
Contoh minuman yang disajikan dalam gelas antara lain air putih, es
teh manis, es jeruk dan berbagai macam minuman campur (es cendol,
es campur, es buah, es doger, jus buah, es krim), sedangkan minuman
yang disajikan dalam kemasan contohnya minuman ringan dalam
kemasan (minuman soda, teh, sari buah, susu, yoghurt).
iv. Jajanan Buah
Buah yang biasa menjadi jajanan anak sekolah yaitu buah yang
masih utuh, buah yang sudah dikupas dan dipotong, atau jus buah. Jus
buah mengandung serat yang lebih redah. Buah utuh contohnya: buah
manggis, buah jeruk, sedangkan buah potong contohnya: papaya,
nanas, melon, semangka, dan lain-lain.

4. Obesitas
a. Epidemiologi dan Definisi
Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas
kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan (Dorland,2011).
Obesitas adalah kelainan atau penyakit yang ditandai dengan
penimbunan adiposa secara berlebihan, sedangkan overweight adalah
kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal, yang
mungkin dapat disebabkan oleh peningkatan massa otot seperti pada
atlet binaraga. Obesitas dapat ditentukan berdasarkan perhitungan
indeks massa tubuh (IMT) yang lebih dari persentil 95, dan overweight
jika berada di antara persentil 85-95 kurva CDC 2000. Untuk anak di
bawah 2 tahun, obesitas dapat ditentukan apabila IMT >3 standar

20
deviasi 3 SD) diatas median sesuai dengan umur pada kurva WHO.
(Kapita Selekta,2014)
Prevalensi obesitas pada anak meningkat secara drastis. Data tahun
2004 sampai 2006 menunjukkan bahwa 16,3% anak Amerika berusia 2
sampai 19 tahun mengalami obesitas (Indeks Masa Tubuh [IMT]
persentil 95). Peningkatan terbesar prevalensi obesitas terlihat pada
kelompok gizi lebih dan etnis tertentu, seperti Afro-Amerika dan
Meksiko-Amerika, pada kedua populasi ini >30% anak mengalami gizi
lebih.
Banyak anak obesitas menjadi orang dewasa obesitas. Risiko untuk
obesitas yang menetap meningkat sejalan dengan usia dan dan derajat
obesitas. Anak usia 11 tahun dengan gizi lebih berisiko dua kali lipat
lebih besar unuk tetap berstatus gizi lebih pada usia 15 tahun
dibandingkan anak usia 7 tahun dengan gizi lebih. Risiko obesitas pada
masa anak dan tetap obes pada masa dewasa juga dipengaruhi oleh
riwayat keluarga. Bila satu orangtua obes, maka rasio odds anak
tersebut menjadi obes pada masa dewasa adalah 3, tapi bila kedua
orangtua obes, rasio meningkat menjadi 10. (Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Edisi Keenam)

b. Keseimbangan Energi menurut Buku Metabolisme Zat Gizi Edisi 2,


2015
Obesitas merupakan akibat dari ketidakseimbangan energi jangka
panjang, yaitu asupan energi melebihi pengeluaran energi. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan energi positif dan peningkatan
cadangan lemak tubuh. Ketidakseimbangan energi kecil yang
dipertahankan dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan
peningkatan berat badan yang cukup besar.

Obesitas diakibatkan oleh ketidakseimbangan energi positif, yang


dapat diakibatkan dari hal-hal sebagai berikut:

21
Peningkatan asupan energi tanpa perubahan pengeluaran energi
Penurunan pengeluaran energi tanpa perubahan asupan energi
Peningkatan asupan energi dan penurunan pengeluaran energi
Usaha untuk memahami etiologi obesitas memfokuskan pada
perbedaan asupan energi dan pengeluaran energi diantara individu
obesitas dan non-obesitas. Peningkatan asupan energi dan/atau
penurunan pengeluaran energi adalah faktor potensial yang dapat
berperan pada ketidakseimbangan energi positif.

c. Faktor-Faktor Terjadinya Obesitas


1) Keadaan Medis
Obesitas jarang disebabkan karena gangguan metabolisme, ada
sindrom patologis yang muncul dalam kasus ini. Sindrom ini hanya
menerangkan sebagian kecil populasi obesitas dan mencakup
sindrom Prader-Willi, sindrom Laurance-Moon-Bardet Bield,
hipotiroidisme, sindrom Alsrom-Hallgren, sindrom Carpenter,
sindrom Cohen, sindrom Cushings, defisiensi hormon
pertumbuhan, dan sindrom ovarium polikistik. (Buku Metabolisme
Zat Gizi Edisi 2, 2015)

2) Faktor Genetik menurut Ahmad Riza,2014


Parental fatness
Faktor keturunan orangtua yang memiliki riwayat obesitas
akan diturunkan kepada anaknya bahkan ketika saat bayi dan ada
kemungkinan sekitar 80% akan menetap sampai dewasa.
Gangguan jalur sinyal leptin:
Resistensi leptin banyak ditemukan dan berkaitan dengan
timbulnya obesitas. Fungsi leptin adalah menekan nafsu makan
sehingga menurunkan konsumsi makanan hingga akhirnya
terjadilah penurunan berat badan. Leptin bekerja dengan
menghambat sinyal Neuropeptida Y (NPY) (perangsang nafsu

22
makan) dan merangsang pengeluaran sinyal melanokortin (penekan
nafsu makan). Pada resistensi leptin, otak tidak mendeteksi sinyal
leptin yang berfungsi menurunkan nafsu makan.

Gen spesifik yang mengatur obesitas:


Pada hewan coba yang mengalami obesitas, ditemukan
adanya mutasi pada suatu gen ob (Lepob), dengan adanya mutasi
pada gen ini menyebabkan sinyal lapar dan kenyang menjadi
terganggu dan tikus cenderung makan lebih banyak akibat adanya
mutasi pada gen ini. Beberapa gen juga bisa mengakibatkan
terjadinya obesitas yang sangat parah, seperti adanya mutasi pada
gen yang mengkode propiomelanocortin (POMC), mutasi pada gen
ini menyebabkan terjadinya kegagalan sintesis dari a melanocyte-
stimulating hormone yang memiliki fungsi untuk menekan nafsu
makan

3) Faktor yang Memengaruhi Asupan Energi menurut Buku


Metabolisme Zat Gizi Edisi 2, 2015
Faktor Lingkungan
Perubahan gaya hidup, termasuk makanan di luar rumah
yang semakin mudah diperoleh, ukuran porsi, serta ketersediaan
makanan tinggi-energi dan rendah-gizi yang semakin meningkat,
dapat menyebabkan peningkatan asupan energi. Sebagai contoh,
makanan tinggi-energi di Amerika Serikat sangat mudah diperoleh
di berbagai tempat seperti pada mesin penjual otomatis dan toko-
toko kecil, dan lebih murah daripada buah dan sayuran segar.
Mesin penjual otomatis ditempatkan di fasilitas rekreasi, sekolah,
gedung kantor, dan pasar yang tersebar di seluruh lingkungan
masyarakat. Mesin penjual otomatis biasanya diisi dengan
makanan tinggi-energi dan rendah-gizi atau jus dan minuman soft
drink.

23
Strategi pemasaran dan pengiklanan pada televisi dan
papan reklame mendorong konsumsi makanan tinggi-energi dan
rendah-gizi. Studi telah menunjukkan bahwa pengiklanan makanan
tersebut pada jam menonton televisi tertentu meningkatkan
permintaan anak-anak atas makanan tertentu.
Faktor Perilaku
Beberapa pola makan telah dihipotesiskan meningkatkan
asupan energi dan telah menjadi fokus penelitian. Pola makan ini
mencakup diet yang memiliki lemak tinggi, densitas energi tinggi,
indeks glikemik tinggi, dan serat rendah. Diet tinggi lemak telah
ditargetkan sebagai penyebab kelebihan asupan energi karena
kepadatan energi dan palatabilitas yang tinggi pada lemak.

4) Faktor yang Memengaruhi Pengeluaran Energi menurut Buku


Metabolisme Zat Gizi Edisi 2, 2015
Ketidakaktifan fisik
Energi yang dikeluarkan pada aktifitas fisik sangat
menentukan pengeluaran energi harian, tetapi menyumbang kurang
dari 50% total pengeluaran energi padas ebagian besar orang.
Penurunan aktifitas fisik akan mengurangi pengeluaran energi. Jika
energi yang dikeluarkan pada aktifitas fisik berkurang tanpa
diiringi penurunan asupan energi, ketidakseimbangan energi positif
akan terjadi. Data WHO baru-baru ini menunjukkan bahwa 60%
populasi dunia tidak memenuhi pedoman aktifitas fisik yang
direkomendasikan.
Faktor lingkungan menyebabkan penurunan aktivitas pada
individu di negara maju dan berkembang. Kemajuan teknologi
dalam bidang komputer, peralatan yang menghemat tenaga kerja
untuk produksi makanan atau barang-barang, dan belanja online
mengurangi waktu yang digunakan untuk aktivitas di rumah.
Bepergian dengan mobil mengurangi lama waktu berjalan

24
meskipun untuk jarak dekat. Tinggal di daerah yang tidak aman
dapat menghalangi berjalan ke dan dari sekolah, juga latihan dan
bermain di luar. Semua perubahan ini berperan pada pengurangan
pengeluaran energi harian dan berpotensi pada kenaikan berat
badan.

Perilaku tidak aktif


Menonton televisi adalah perilaku tidak aktif yang paling
umum dalam gaya hidup zaman sekarang. Kebanyakan penelitian
mengenai waktu tidak aktif adalah ketika di depan layar (yaitu,
penggunaan komputer, handphone, video game, dan media
elektronik lainnya) atau menonton televisi. Total waktu didepan
layar telah melonjak pada tahun-tahun belakangan ini, menambah
waktu aktivitas tidak aktif. Gadget membuat anak lupa waktu dan
tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Penelitian mengenai
perilaku saat menonton televisi menyatakan bahwa konsumsi
energi (misalnya makan makanan ringan) meningkat,
mengakibatkan ketidakseimbangan energi positif dan berpotensi
meningkatkan berat badan. Beberapa studi menunjukkan bahwa
iklan televisi terkait makanan akan mengakibatkan peningkatan
asupan energi total saat menonton televisi.

Perilaku Makan menurut Ahmad Riza,2014


Perilaku makan yang bisa menyebabkan terjadinya obesitas di
antaranya yaitu :
a. Frekuensi memakan snack yang tidak terkontrol
Memakan snack di antara waktu makan memang bisa
mencegah terjadinya hipoglikemia, akan tetapi konsumsi snack
saat menonton televisi atau setelah makan besar, bisa
menyebabkan peningkatan konsumsi energi yang signifikan.

25
Tidak hanya frekuensinya saja, kandungan bahan-bahan yang
ada dalam snack pun menjadi salah satu faktornya.
b. Makan di luar rumah
Makanan yang bisa didapatkan di luar rumah cenderung
memiliki tingkat energi, kadar lemak, lemak jenuh, kolesterol,
dan sodium lebih tinggi daripada makanan rumahan. Selain itu
porsi makanan yang disajikan biasanya lebih besar dan tidak
sesuai dengan porsi tiap individu. Porsi yang lebih besar
meningkatkan konsumsi energi per harinya, sehingga timbul
keseimbangan energi positif dan memicu terjadinya obesitas.
c. Komposisi kandungan makanan tidak sesuai
Komposisi kandungan makanan berperan penting pada proses
timbulnya obesitas. Makanan yang mengandung lemak jenuh
tinggi bisa berpotensi menimbulkan obesitas dan penyakit
lainnya. Makanan yang mengandung gula buatan memiliki
kadar indeks glikemik yang tinggi sehingga proses lapar
menjadi lebih cepat dan seseorang akan makan lagi dalam
waktu yang berdekatan. Kurangnya karbohidrat kompleks dan
serat juga cepat memicu terjadinya lapar sehingga orang akan
cenderung makan dalam waktu yang berdekatan juga.

d. Pengukuran Obesitas (Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit


Metabolik,2014)
Penentuan obesitas pada anak bisa dilakukan menggunakan 3 metode,
yaitu:
1. Menggunakan kurva data Centers for Disease Control and
Prevention (CDC)
Jika menggunakan cara ini yang dilakukan adalah
mengukur berat badan adan hasilnya dibandingkan dengan berat
badan ideal sesuai tinggi badan (BB/TB). Disebut sebagai obesitas,

26
jika berat badan menurut tinggi badan di atas persentil 90% atau
120% dibandingkan berat badan ideal.
2. Pengukuran Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh
(IMT)
The World Health Organization (WHO) 1997, The National
Institutes of Health di tahun 1998, dan The Expert Committe on
Clinical Guidelines for overweight in adolescent Preventive
Service merekomendasikan penggunaan BMI atau IMT sebagai
tolak ukur obesitas pada anak di atas 2 tahun. Cara yang dilakukan
untuk pengukuran IMT, yaitu:
IMT = Berat Badan (BB) / Tinggi Badan dalam meter (m)2
Setelah mendapatkan hasil IMT, selanjutnya menentukan
klasifikasi IMT tersebut dengan menggunakan tabel batas ambang
IMT untuk Indonesia.

Tabel 7. Indeks Massa Tubuh menurut Depkes 2003


Indeks Massa Tubuh Kategori
(IMT)
Sangat Kurus
<17,0 (Kekurangan berat badan tingkat berat)

Kurus
17,0-<18,5 (Kekurangan berat badan tingkat ringan)

18,5-25,0 Normal

Gemuk
>25,0-27,0 (Kelebihan berat badan tingkat ringan)

Obesitas
>27,0 (Kelebihan berat badan tingkat berat)

Menurut Depkes, 2003, jika seseorang termasuk kategori:

a. IMT <17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan


kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi
Kronis (KEK) berat.
b. IMT 17,018,4: keadaan orang tersebut disebut kurus

27
dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK
ringan.
c. IMT 18,525,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori
normal.
d. IMT 25,127,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk
dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
e. IMT >27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan
kelebihan berat badan tingkat berat.

3. Pengukuran Langsung Lemak Subkutan


Cara yang dilakukan untuk cara ini adalah dengan mengukur Tebal
Lipatan Kulit (TLK). Empat macam cara yang bisa digunakan
untuk mengukur TLK yang tepat untuk mendapatkan proporsi
lemak tubuh yaitu TLK biseps, triseps, subskapular, dan
suprailiaka. Dikatakan obesitas jika, TLK triseps persentil ke-85.

28
KERANGKA TEORI

Pola Makan

Pola Makan Harian Pola Konsumsi Jajan

Alokasi/Frekuensi Komposisi/ Jenis


jajan yang sering makanan

Meals Snack

Peningkatan food Karbohidrat dan Kurang serat Mengandung zat


intake lemak yang tinggi dan protein pewarna, zat
penyedap, zat
pengawet

Kalori tinggi

Obesitas

29
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain


cross-sectional (potong lintang) berdasarkan data primer berupa formulir
ingatan makan jajanan 24 jam, questioner, dan pengukuran BB dan TB
siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah 14 Palembang.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Muhammadiyah 14 Palembang


pada bulan September 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar
Muhammadiyah 14 Palembang pada tahun 2017

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V Sekolah


Dasar Muhammadiyah 14 Palembang pada tahun 2017 dengan jumlah 351
siswa berdasarkan dari hasi survey pendahuluan.

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Siswa SD Muhammadiyah 14 Palembang yang berumur 7-14 tahun


b. Siswa SD Muhammadiyah 14 Palembang yang bersedia menjadi
responden

30
2. Kriteria Eksklusi
a. Siswa dalam keadaan sakit (penyakit infeksi seperti diare) yang
dapat membiaskan hasil penelitian.
b. Siswa yang mengonsumsi obatobatan tertentu (misalnya: obat
golongan steroid dan antihistamin) secara teratur.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kejadian obesitas


pada siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah 14 Palembang tahun
ajaran 2016/2017.

3.4.2 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

1. Pola konsumsi jajanan, yang terdiri dari:

a. Frekuensi jajan setiap hari


b. Jenis jajanan yang sering dikonsumsi
c. Jumlah kalori makanan jajanan yang dikonsumsi

2. Genetik orangtua

31
32

3.5. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Obesitas Peningkatan berat badan Timbangan Pengukuran berat Dikategorikan berdasarkan Recommended Ordinal
melampaui batas badan, badan dan tinggi Terminology oleh Barlow (2007), yakni:
kebutuhan fisik dan staturmeter, badan, lalu di-
1. Obesitas ( 95th percentile)
skeletal, akibat kurva per- bandingkan
penimbunan lemak tubuh tumbuhan dengan kurva 2. Tidak obesitas ( <95th percentile)
yang berlebihan (Dorland, CDC 2000 pertumbuhan
2011) berdasarkan CDC 2000
usia dan jenis
kelamin
2. Pola Konsumsi Suatu kegiatan
Jajanan mengonsumsi jajan yang
dilakukan secara terus
menerus sehingga menjadi
suatu kebiasaan (Minal,
2014).
a. Frekuensi Jajan Seberapa sering siswa Kuesioner Wawancara Dikategorikan berdasarkan Noviani,dkk (2016): Ordinal
membeli jajanan berupa a. Sering (>2 kali/hari)
makanan atau minuman di b. Tidak Sering (<2 kali/hari)
lingkungan sekolah c. Tidak pernah
(KBBI, 2010).
33
b. Jenis Jajanan Jenis makanan atau minum- Food recall Wawancara Dikategorikan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (2014), yaitu : Nominal
an yang sering dikonsumsi 24 hours
siswa SD Muhammadiyah a. Karbohidrat
14 Palembang. b. Lemak
c. Protein
c. Kalori total Kalori yang didapatkan dari NutriSurvey Dari hasil Dikategorikan menurut Tanziha,dkk (2012) dalam Pedoman Jajanan Ordinal
makanan jajanan jajanan yang dikonsumsi Erhardt 2004 food recall Anak Sekolah Untuk Pencapaian Gizi Seimbang Bagi Orang Tua,
oleh siswa SD 24 hours Guru, dan Pengelola Kantin (2013), yaitu:
Muhammadiyah 14 1. Lebih (>20% terhadap kecukupan gizi harian)
Palembang. 2. Cukup (<20% terhadap kecukupan gizi harian)

Tabel 6. Angka Kecukupan Energi yang dianjurkan untuk orang


Indonesia (perorang perhari) menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomoe 75 Tahun 2013

Energi (kkal)
Kelompok Umur
1600
4-6 tahun

7-9 tahun 1850

Laki-laki

2100
10-12 tahun
2475
13-15 tahun
Perempuan

2000
10-12 tahun

13-15 tahun 2125


34

3. Genetik Orangtua Keadaan orangtua siswa Kuesioner Wawancara Dikategorikan menurut Rahayu (2014) yaitu: Ordinal
SD Muhammadiyah 14 1. Orangtua tidak gemuk, apabila kedua orangtua siswa tidak
Palembang (gemuk atau
tidak gemuk). gemuk
2. Ibu gemuk , apabila hanya ibu yang gemuk
3. Ayah gemuk, apabila hanya ayah yang gemuk
4. Kedua orangtua gemuk, apabila kedua orangtua siswa gemuk
3.6 Cara Kerja

3.6.1 Cara Pengumpulan Data

1. Cara mendapatkan IMT

Berikut alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran berat


badan dan tinggi badan:

1. Timbangan berat badan GEA


2. Alat ukur tinggi badan microtoise

Prosedur yang dilakukan pertama yaitu responden diminta untuk


melepaskan sepatu dan kaus kaki atau alas kaki lainnya. Responden
dipersilahkan naik ke timbangan untuk diukur berat badannya.
Kemudian, responden diminta untuk berdiri di depan dinding yang
sudah dipasang alat ukur tinggi badan microtoise. Dalam posisi
berdiri responden diukur tinggi badannya. Hasil pengukuran berat dan
tinggi badan digunakan untuk mengukur IMT. IMT dihitung
berdasarkan rumus berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan
2
tinggi badan dalam meter yang dikuadratkan (m ). Standar yang biasa
digunakan untuk anak usia lebih dari 5 tahun adalah CDC 2000.

2. Questioner

Kuesioner (pedoman wawancara) diberikan kepada subjek


penelitian untuk mengetahui identitas dan informasi mengenai pola
konsumsi jajanan dan genetik orangtua. Pengisian menggunakan teknik
wawancara yang dilakukan langsung oleh peneliti kepada siswa.

3. Formulir Ingatan Makan Jajanan 24 jam


Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat
semua makanan dan minuman jajanan yang dikonsumsi responden
dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang

35
36

lalu selama 2 hari. Dalam membantu responden mengingat apa jajanan


yang dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti saat
istirahat, saat pulang sekolah, dan sebagainya.
Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat
(gram). Dalam menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran berat (gram)
pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh: ukuran
rumah tangga (piring, gelas, sendok dan lain-lain) atau model dari
makanan (food model).
Petugas selanjutnya menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi
dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) lalu
membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
(DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

3.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Cara Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dan direduksi
sesuai hal-hal yang paling pokok dan penting serta disajikan dalam bentuk
narasi dan tabel distribusi frekuensi. Analisis data dengan analisis univariat
dan bivariat

3.7.2 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel-


variabel yang diteliti, baik yang termasuk ke dalam variabel terikat maupun
variabel bebas sehingga diketahui variasi dan variabel-variabel yang diteliti.

a. Variabel tergantung yaitu obesitas.


b. Variabel bebasnya meliputi
1. Pola konsumsi jajanan, yang terdiri dari: frekuensi jajan, jenis
jajanan, dan kalori total makanan jajanan
2. Genetik orangtua

37

3.7.3 Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan


antara variabel terikat dan variabel bebas. Analisis dilakukan dengan uji
statistik Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% dan nilai 0,05.
Variabel terikat dan variabel bebas dinyatakan sebagai berhubungan apabila
nilai odds ratio (OR >2,000) dan dinyatakan sebagai hubungan bermakna
apabila niali p <0,05. Nilai p inilah yang akan menentukan apakah H0
penelitian ditolak atau diterima. Jika p value < 0,05 maka H0 ditolak dan jika
p value > 0,05 maka H0 diterima.

Analisis yang akan dilakukan berupa:


a. Hubungan obesitas dengan frekuensi jajan setiap hari
b. Hubungan obesitas dengan jenis jajanan yang dikonsumsi
c. Hubungan obesitas dengan jumlah kalori makanan jajanan
yang dikonsumsi
d. Hubungan obesitas dengan genetik orangtua
38

3.8 Kerangka Operasional

Pengumpulan data primer siswa Sekolah Dasar


Muhammadiyah 14 Palembang

Pola Jajan Obesitas

Ingatan makan jajanan Observasi: TB dan BB


24 jam selama 2 hari:
Identitas: umur, jenis
jadwal, jenis, dan
kelamin, genetik
asupan jajanan yang
orangtua
dikonsumsi

Data dari food recall kita


dapat jenis jajanan lalu Data dari observasi dan
dianalisis dengan identitas digunakan untuk
menggunakan program menghitung IMT, lalu
Nutrisurvey untuk
mengetahui nilai asupan menentukan obesitas
kalori

Pengolahan data

Analisis data

Ada hubungan antara pola konsumsi jajanan dan obesitas pada siswa Sekolah
Dasar Muhammadiyah 14 Palembang
39

3.9. Rencana Kegiatan

Tabel 10. Rencana Kegiatan Penelitian dan Penulisan Skripsi


Tahun 2017
Kegiatan Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des.
Pengajuan
Judul
Penyusunan
Proposal
Sidang dan
Revisi
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengolahan
dan Analisis
Data
Penyusunan
Laporan
Skripsi
Sidang dan
Revisi Skripsi
40

3.10. Rencana Anggaran Penelitian

Tabel 11. Rencana Anggaran Penelitian


Alat dan Bahan Jumlah Harga Total (Rp)
Satuan (Rp)
Timbangan badan digital 1 buah 150.000 150.000

Staturmeter 1 buah 40.000 40.000

Kertas A4 70gr 2 rim 35.000 70.000

Tinta printer 2 buah 40.000 80.000

Jilid dan fotokopi 4 rangkap 20.000 80.000

Biaya tak terduga 100.000 100.000

Souvenir 360 buah 3.000 1.080.000

Total (Rp) 1.600.000


41

BAB IV
JUSTIFIKASI ETIK

4.1. Rangkuman Karakteristik Penelitian


Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik
dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorland,2011)..
Angka kejadian obesitas pada anak-anak yang semakin meningkat merupakan
sebuah fenomena global yang memprihatinkan dan menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia. Tingginya prevalensi obesitas anak disebabkan oleh
pertumbuhan urbanisasi dan perubahan gaya hidup seseorang termasuk asupan.
Salah satu faktor yang menyebabkan obesitas pada anak adalah kebiasaan
mengonsumsi makanan dan minuman jajanan. Diperkuat oleh hasil penelitian
Semito tahun 2014 yaitu jika anak membeli jajanan dalam jumlah banyak maka
dampak yang dapat timbul adalah obesitas atau kegemukan. Keadaan ini dapat
menurunkan kualitas hidup anak. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian ini
guna mengetahui pola konsumsi jajanan siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah 14
Palembang serta menganalisis hubungannya dengan kejadian obesitas pada siswa
SD Muhammadiyah 14 Palembang . Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang pola konsumsi jajanan pada siswa sekolah dasar di
Kota Palembang dan pengaruhnya terhadap kejadian obesitas sehingga orang tua
lebih memperhatikan kesehatan anaknya.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
menggunakan desain cross sectional (potong lintang) yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan pola konsumsi jajanan dengan obesitas pada siswa Sekolah
Dasar Muhammadiyah 14 Palembang. Subjek penelitian ini adalah siswa yang
bersekolah di Sekolah Dasar Muhammadiyah 14. Perlakuan pada subjek meliputi
pemeriksaan berat badan dan tinggi badan dan wawancara menggunakan
kuesioner dan formulir ingatan makan jajanan 24 jam.
42

4.2 Analisis Kelayakan Etik


Penelitian ini didasari oleh landasan scientific yang kuat sehingga peneliti
yakin bahwa hasil dari penelitian ini akan membuahkan hasil yang sesuai dengan
tujuan dan akan memberikan manfaat. Siswa yang bersedia menjadi subjek
penelitian ini akan mendapatkan manfaat yaitu dapat mengetahui apakah siswa
tersebut mengalami obesitas atau tidak. Tidak ada paksaan pada siswa dalam
kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Siswa yang bersedia menjadi subjek
penelitian tidak memiliki beban khusus bila ikut serta dalam penelitian ini. Setiap
siswa akan diperlakukan secara adil selama penelitian berlansung. Segala
keadaan yang ada pada subjek penelitian akan dilaporkan secara jujur. Dalam
penelitian ini semua biaya pemeriksaan akan ditanggung oleh peneliti.
Kerahasiaan subjek penelitian akan dijaga walaupun subjek meninggal dunia.
Etika penelitian menjadi prinsip etik dalam pengolahan penelitian ini mulai
dari penerapan topik hingga penyajian hasil penelitian. Prinsip-prinsip yang
mendasari adalah beneficience, respect for human dignity, dan justice.

4.3 Prosedur Informed Consent


Siswa yang bersedia menjadi subjek penelitian terlebih dahulu diberikan
penjelasan dan informasi yang cukup tentang apa yang akan dilakukan dalam
penelitian ini, kemudian siswa akan menandatangani surat pernyataan kesediaan
ikut serta dalam penelitian. Tidak terdapat unsur paksaan dalam penelitian ini.
Para siswa dapat menolak untuk menjadi subjek penelitian dan dapat
mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau sanksi
apapun.

4.4. Kesimpulan
Penelitian akan dilaksanakan berdasarkan landasan scientific yang kuat,
bermanfaat untuk dilaksanakan, tidak membahayakan serta merugikan subjek
penelitian, dan dilaksanakan dengan menghormati martabat subjek sebagai
manusia, sehingga penelitian ini layak etik untuk dilaksanakan.
43

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. 2005. Gambaran Konsumsi Makan dan Status Gizi Baduta (0-24
bulan) di Kelurahan Tanjung Leidong, Kecamatan Kualuh Leidong,
Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara Tahun 2005. Skripsi FKM- USU,
Medan.

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia.

Barlow S.E. 2007. Expert Committee Recommendations Regarding The


Prevention, Assessment, and Treatment of Child and Adolescent
Overweight and Obesity: Summary Report. Pediatrics, 120(Suppl. 4), S164-
S192.

Brown, J. E. 2005. Nutrition Through the Life Cycle Second Edition. Thomson
Wadsworth, Amerika Serikat.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2000. CDC Growth Charts.
(https://www.cdc.gov/growthcharts/cdc_charts.htm, diakses 10 Juli 2017).

Departemen Kesehatan. 2003. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang


Dewasa. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Dorland, W.A. Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia.

Fitri, C. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi


Makanan Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Rawamangun 01 Pagi
Jakarta Timur Tahun 2012 . Skripsi pada jurusan FKM UI, Jakarta.
44

Jahari A. 2004. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Antropometri. Puslitbang Gizi


dan Makanan, Bogor, Indonesia.

Keast, Nickhar, ONeil C. 2010. Snacking is assotiatesd with reduced risk of


overweight and reduced abnormal obesity in adolescence: National Health
And Nutrition Excumination Survey (NHANES). The American Journal of
Clinical Nutrition; 92:42835.

Lanham-New, S.A., Ian A.M., and Helen M.R. 2015. Metabolisme Zat Gizi Edisi
2. TerjemahanOleh: Kristandyo,L.R., et al., EGC, Jakarta, Indonesia.

Marchdante, et al., 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam.
Saunders Elsevier, Singapore.

Mariza, Y. 2012. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan


dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurungan
Kota Semarang. Skripsi Ilmu Gizi FK UNDIP, Semarang.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. : Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi
yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia, Jakarta.

Noviani, K., Effatul A., dan Dewi A. 2016. Kebiasaan Jajan dan Pola Makan serta
Hubungannya dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah di SD Sonosewu
Bantul Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. Vol.4, No.2, Mei
2016: 97-104.

Pedoman Gizi Seimbang. 2014. Kementerian Kesahatan Republik Indonesia,


Jakarta.

Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah untuk Pencapaian Gizi Seimbang Bagi
Orang Tua, Guru dan Pengelola Kantin. 2013. Direktorat SPP, Deputi III,
Badan POM RI, Jakarta.
45

Semito,M. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan, Pola Konsumsi Jajanan dan


Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten Cilacap. Skripsi FT
UNY, Yogyakarta.

Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. 2011. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik
Dan Penyakit Metabolik. Balai Penerbit IDAI, Jakarta, Indonesia.

Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek.


Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan, Jakarta, Indonesia.

Tanto, C., et al., 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Media Aeskulapius,
Jakarta.

World Health Organization (WHO). 2000. Obesity: Preventing and managing the
global epidemic:WHO Obesity Technical Report series 894. World Health
Organization, Geneva.

Worthington, B.S., Williams R.S.R. 2000. Nutrition Throughout the Life Cycle
Fourth Edition. McGraw- Hill, Amerika Serikat.
46

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Proposal Skripsi


47

Lampiran 2. Lembar Penjelasan

LEMBAR PENJELASAN

Assalamualaikum Wr.Wb.

Salam Sejahtera,

Saya, Annisa Muthia Haryani, mahasiswi semester VII Fakultas


Kedokteran Universitas Sriwijaya, saat ini sedang melakukan penelitian yang
berjudul Hubungan Pola Konsumsi Jajanan di Sekolah dengan Obesitas pada
Anak SD Muhammadiyah 14 Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pola makan dengan status gizi pada siswa Sekolah
Dasar Muhammadiyah 14 Palembang.

Untuk kepentingan pengumpulan data, saya mengharapkan partipasi Anda


sebagai responden, serta kesediaannya untuk diukur berat badan dan tinggi
badannya, serta dalam mengisi questioner dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan
kebiasaan Anda sehari-hari. Semua informasi yang tertera akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya diketahui oleh responden dan peneliti.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan


Anda, saya ucapkan terima kasih.

Palembang, ..... Agustus 2017

Annisa Muthia Haryani


48

Lampiran 3. Lembar Pernyataan

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)


MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :
Tempat/ Tanggal Lahir :
Alamat :
Kelas :
No. HP :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian


Hubungan Pola Konsumsi Jajanan di Sekolah dengan Obesitas pada Anak SD
Muhammadiyah 14 Palembang, dengan sukarela dan tanpa adanya paksaan dari
pihak mana pun. Saya bersedia menjalani pengukuran berat badan dan tinggi
badan, dan akan mejawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan
sejujur-jujurnya sesuai dengan kebiasaan saya sehari-hari.

Palembang, ..... Agustus 2017


Yang membuat pernyataan,

(______________________)
Nama dan Tanda Tangan
49

Lampiran 4. Lembar Identitas

LEMBAR IDENTITAS

a. Identitas Responden

Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Alamat :
Telp./Hp :
Tempat/ Tanggal Lahir :
Umur :
Anak ke : dari bersaudara

b. Status Gizi (diisi oleh peneliti)


Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
50

Lampiran 5. Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI JAJANAN

No Pertanyaan Diisi Petugas

Apakah adik biasa jajan?


1. Jarang ( 2 kali dalam sehari)
1 [ ]
2. Sering (>2 kali dalam sehari)
3. Tidak pernah

Ayah gemuk

tidak gemuk

2 Apakah orangtua adik gemuk?

Ibu gemuk

tidak gemuk
51

Lampiran 6. Formulir Ingatan Makan Jajanan 24 jam


52

BIODATA
Foto
Berwarna
Nama : Annisa Muthia Haryani 3x4

Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 25 November 1996


Alamat : Jl. Cemara No.9B Lahat Sumatera Selatan
Telpon/HP : 082186739813
Email : annisamuthia537@yahoo.com
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : H. Musad Idris
Ibu : Hj. Halikus Zahro
Jumlah Saudara : 2 (dua)
Anak Ke : 3 (tiga)
Riwayat Pendidikan : TK Santo Yosef Lahat (2001-2002)
SD Santo Yosef Lahat (2002-2008)
SMP Santo Yosef Lahat (2008-2011)
SMA Global Mandiri Jakarta (2011-2014)
Fakultas Kedokteran Unsri (2014-sekarang)

Palembang, Agustus 2017

(Annisa Muthia Haryani)

Anda mungkin juga menyukai