Proposal Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memeroleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Annisa Muthia Haryani
04011381419175
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
dengan ini menyatakan bahwa proposal ini sudah layak untuk disidangkan pada:
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Koordinator Blok Skripsi
PENDAHULUAN
Kelaparan saat disekolah adalah salah satu yang menyebabkan anak jajan
di sekolah. Hanya sekitar 5% anak yang membawa makanan atau bekal dari
rumah, sehingga anak yang lain lebih sering membeli jajanan. Frekuensi jajan
yang semakin sering berdampak pada ketidaknormalan status gizi, didapatkan dari
penelitian Tri Puji,dkk (2011) bahwa anak yang frekuensi jajannya 1 hari sekali
didapatkan yang status gizinya tergolong dalam kategori kurus adalah sebanyak 1
orang dan yang tergolong dalam kategori normal adalah sebanyak 2 anak.
Sedangkan anak yang jajan sebanyak 3-4 kali per hari, yang tergolong status gizi
kurus adalah sebanyak 2 anak, status gizi normal sebanyak 11 anak, status gizi
gemuk sebanyak 3 anak.
3
Obesitas bisa diperparah dengan pengonsumsian makanan jajanan dengan
kandungan kalori dan lemak tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan buah yang
cukup sebagai sumber serat. Diperkuat oleh hasil penelitian Ratu Ayu tahun 2011
yaitu faktor risiko utama yang menyebabkan obesitas adalah faktor perilaku, yaitu
pola makan jajanan yang tidak sehat ditambah dengan konsumsi serat (buah dan
sayur) tidak mecukupi, dan fisik yang tidak aktif. Hasil survey Badan POM RI
tahun 2008 menunjukkan bahwa 78% anak sekolah jajan di lingkungan sekolah,
baik di kantin maupun dari penjaja di sekitar sekolah (Robi,2011). Mereka
memiliki kebebasan untuk menggunakan uang jajan mereka untuk membeli
makanan dan minuman sesuai dengan selera mereka sendiri. Biasanya pada jam-
jam pulang sekolah atau jam istirahat, anak-anak akan memanfaatkannya untuk
membeli aneka makanan kecil sebagai camilan. Pada saat menunggu jemputan
atau saat istirahat sering kita jumpai sedang memakan jajanan seperti pempek,
roti, siomay, bakso, aneka es, softdrink dan masih banyak jajanan yang lainnya
(Ninal,2014).
4
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebiasaan jajan siswa-siswa di
Sekolah Dasar Muhammadiyah 14 Palembang.
5
8. Menganalisis hubungan antara pola konsumsi jajanan di
sekolah dengan obesitas pada anak SD Muhammadiyah 14
Palembang.
1.4 Hipotesis
Ada hubungan pola konsumsi jajanan di sekolah dengan obesitas pada
anak Sekolah Dasar Muhammadiyah 14 Palembang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Pertumbuhan
Selama usia sekolah, pertumbuhan anak tergolong stabil, namun
kecepatan pertumbuhan (growth velocity) tidak secepat ketika bayi
atau remaja (Brown, 2005). Pada usia anak sekolah pertumbuhan
fisiknya tergolong lambat (slow rate) (Worthington, 2000). Rata-rata
pertumbuhan anak-anak usia sekolah per tahun adalah 7 pon atau 3,2
kg untuk berat badan dan 2,5 inchi atau 6 cm untuk tinggi badan
(Brown, 2005). Laju pertumbuhan anak, baik laki-laki maupun
perempuan hampir sama cepatnya sampai usia 9 tahun. Ketika usia 10-
12 tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami percepatan lebih
dahulu dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan, perempuan
memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi (Arisman, 2004 ;
Thrams dan Pipes, 1993).
7
c. Perkembangan Sosial menurut Masti, 2009
Pada periode usia sekolah ini terjadi perkembangan sosialisasi
yang menonjol pada anak. Diantaranya adalah pergaulan anak menjadi
lebih luas, dan tidak terbatas hanya dengan anggota keluarga di rumah.
Masa sekolah memberikan kesempatan kepada anak untuk lebih
banyak bergaul dengan teman sebayanya, selain itu, pada usia sekolah
terjadi perkembangan intelegensi, minat, emosi dan kepribadian.
Perkembangan pada aspek-aspek itulah yang membentuk karakteristik
khas pada anak usia sekolah
8
protein juga digunakan untuk menyediakan energi. Protein
terbuat dari asam amino dan ada beberapa asam amino yang
tidak diproduksi oleh tubuh manusia. Untuk mendapatkannya
dengan mengkonsumsi makan makanan yang mengandung
protein. Pada anak usia sekolah, protein berfungsi untuk
pertumbuhan. Bila anak kekurangan protein akan berakibat
pada pertumbuhan yang lambat dan tidak dapat mencapai
kesehatan dan pertumbuhan yang normal. Jika konsumsi
protein berlebihan akan menyebabkan dehidrasi dan suhu
badan sering naik.
Tabel 1. Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan untuk
orang Indonesia (perorang perhari)
Protein (g)
Kelompok Umur
35
4-6 tahun
49
7-9 tahun
Laki-laki
56
10-12 tahun
72
13-15 tahun
Perempuan
60
10-12 tahun
69
13-15 tahun
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2013
b) Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi esensial yang berfungsi
sebagai sumber energi, penyerapan beberapa vitamin dan
memberikan rasa enak dan kepuasan terhadap makanan, selain
9
itu lemak juga sangat penting untuk pertumbuhan, terutama
untuk pertumbuhan membrane sel dan komponen sel otak.
Lemak yang essensial untuk pertumbuhan anak disebut asam
lemak linoleat dan asam lemak alpha linoleat, meskipun lemak
memiliki fungsi yang baik bagi tubuh anak, jumlah lemak yang
masuk kedalam tubuh anak harus diperhatikan. Jangan sampai
jumlah lemak yang masuk kedalam tubuh anak berlebihan,
karena jika jumlah lemak yang masuk berlebihan akan
menimbulkan berbagai macam penyakit degenerative dan
obesitas.
12,0 1,2
10-12 tahun 70
16,0 1,6
13-15 tahun 83
Perempuan
10,0 1,0
10-12 tahun 67
11,0 1,1
13-15 tahun 71
10
c) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi penghasil energi.
Karhohidrat terdiri dari gula atau karbohidrat sederhana
monosakarida (glukosa, fruktosa dan galaktosa) atau disakarida
(sukrosa, laktosa dan maltosa), tepung, dan serat makanan.
Kebutuhan karbohidrat secara tidak langsung berperan dalam
proses pertumbuhan, akan tetapi tetap saja jumlah karbohidrat
yang masuk kedalam tubuh harus diperhatikan. Jangan sampai
jumlah karbohidrat yang masuk kedalam tubuh jumlahnya
melebihi kebutuhan tubuh, karena jika jumlah konsumsi
karbohidrat melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh akan
disimpan dalam tubuh dalam bentuk glikogen atau lemak
tubuh, sehingga akan menyebabkan kegemukan bahkan
obesitas.
289
10-12 tahun
340
13-15 tahun
Perempuan
275
10-12 tahun
292
13-15 tahun
11
d) Vitamin dan Mineral
Vitamin dan Mineral merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh, akan tetapi jumlah yang dibutuhkan sangat kecil jika
dibandingkan dengan jumlah protein, lemak dan karbohidrat
yang dibutuhkan tubuh, akan tetapi sangat penting bagi tubuh.
Vitamin dan mineral mengatur keseimbangan kerja tubuh dan
kesehatan secara keseluruhan.
12
Tabel 4. Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari)
Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Folat Vit Biotin Kolin Vit
Kelompok A D E K B1 B2 B3 B5 B6 (mcg) B12 (mcg) (mg) C
Umur (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mg)
45
4-6 tahun 450 15 7 20 0,8 1,0 9 2,0 0,6 200 1,2 12 250
45
7-9 tahun 500 15 7 25 0,9 1,1 10 3,0 1,0 300 1,2 12 375
Laki-laki
10-12 50
600 15 11 35 1,1 1,3 12 4,0 1,3 400 1,8 20 375
tahun
13-15 75
600 15 12 55 1,2 1,5 14 5,0 1,3 400 2,4 25 550
tahun
Perempuan
10-12 50
600 15 11 35 1,0 1,2 11 4,0 1,2 400 1,8 20 375
tahun
13-15 65
600 15 15 55 1,1 1,3 12 5,0 1,2 400 2,4 25 400
tahun
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
Tabel 5. Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari)
Kalsium Fosfor Magnesiu Natrium Kalium Mangan Tembaga Kromium Besi Iodium Seng Selenium Fluor
Kelompok
(mg) (mg) m (mg) (mg) (mg) (mg) (mcg) (mcg) (mg) (mcg) (mg) (mcg) (mg)
Umur
0,9
4-6 tahun 1000 500 95 1200 3800 1,5 440 15 9 120 5 20
1,2
7-9 tahun 1000 500 120 1200 4500 1,7 570 20 10 120 11 20
Laki-laki
10-12 1,7
1200 1200 150 1500 4500 1,9 700 25 13 120 14 20
tahun
13-15 2,4
1200 1200 200 1500 4700 2,2 800 30 19 150 18 30
tahun
Perempuan
10-12 1,9
1200 1200 155 1500 4500 1,6 700 21 20 120 13 20
tahun
13-15 2,4
1200 1200 200 1500 4500 1,6 800 22 26 150 16 30
tahun
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
14
e. Perkembangan menurut Cahya,2012
Pada anak usia sekolah, kekuatan otot, koordinasi motorik, dan
stamina meningkat secara terus-menerus. Anak-anak pada usia ini
mampu melakukan pola gerakan yang lebih kompleks, sehingga
mereka memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas seperti dance,
olahraga, dan berbagai aktivitas fisik lainnya. Peningkatan aktivitas
fisik ini juga diikuti oleh peningkatan nafsu makan dan asupan makan
(Brown, 2005). Pada usia anak sekolah juga terjadi perkembangan
kesadaran diri (sense of self). Anak-anak menjadi semakin mandiri dan
belajar akan perannya dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Meningkatnya kemandirian pada usia ini membuat anak mulai lebih
banyak mengonsumsi santapan (meal) dan snack dari luar rumah
sehingga diperlukan pengawasan dan perhatian agar makanan yang
dipilihnya adalah makanan yang baik (Brown, 2005). Jika pada
periode sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan
egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang
ke arah yang lebih konkret, rasional, dan objektif (Devi, 2012).
Energi (kkal)
Kelompok Umur
1600
4-6 tahun
1850
7-9 tahun
Laki-laki
2100
10-12 tahun
2475
13-15 tahun
Perempuan
2000
10-12 tahun
16
Makanan jajanan mempunyai fungsi sosial ekonomi yang cukup penting,
dalam arti pengembangan makanan jajanan dapat meningkatkan sosial
ekonomi pedagang. Disamping itu makanan jajanan memberikan
kontribusi gizi yang nyata terhadap konsumen tertentu. Kebiasaan jajan di
sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli sudah memenuhi
syarat-syarat kesehatan sehingga dapat melengkapi atau menambah
kebutuhan gizi anak. Makanan jajanan biasanya mengandung lemak yang
tinggi dan memiliki kalori tinggi. Disamping itu juga untuk mengisi
kekosongan lambung, karena setiap 3-4 jam sesudah makan, lambung
mulai kosong. Akhirnya apabila tidak diberi jajan, si anak tidak dapat
memusatkan kembali pikirannya kepada pelajaran yang diberikan oleh
guru dikelasnya. Jajan juga dapat dipergunakan untuk mendidik anak
dalam memilih jajan menurut 4 sehat 5 sempurna (Yusuf, dkk, 2008).
Terlalu sering mengkonsumsi makanan jajanan dapat berakibat
negative. Menurut Minal,2004 dampak yang dapat ditimbulkan antara lain:
a. Menurunnya nafsu makan pada anak.
b. Makanan yang tidak higienis akan memimbulkan berbagai penyakit.
c. Dapat menyebabkan obesitas pada anak.
d. Anak dapat mengalami kekurangan gizi, karena kandungan gizi pada
jajanan belum tentu terjamin.
e. Pemborosan.
17
d. Hindari makanan yang mengandung bahan pangan sintetis berlebih
atau bahan tambahan pangan terlarang dan berbahaya. Biasanya
makanan yang seperti itu dijual dengan harga yang sangat murah.
e. Warna makanan atau minuman yang terlalu mencolok, besar
kemungkinan mengandung pewarna sintetis, sebaiknya jangan dibeli.
f. Untuk rasa, jika terdapat rasa yang menyimpang, ada kemungkinan
panganan tersebut mengandung bahan berbahaya atau bahan
tambahan makanan yang berlebih.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola konsumsi. Salah
satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. (Notoatmodjo, 2005)
Menurut Notoatmodjo,2005 tingkat pengetahuan di dalam domain
kognitif terbagi atas 6 tingkatan, yaitu :
a.) Tahu (know)
b.) Memahami (comprehension)
c.) Aplikasi (aplication)
d.) Analisis (analysis)
e.) Sintesis (synthesis)
f.) Evaluasi (evaluation)
Menurut Notoatmodjo,2005 ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang antara lain:
a.) Pendidikan
b.) Media
c.) Informasi
d.) Sosial budaya dan ekonomi
e.) Lingkungan
f.) Pengalaman
g.) Usia
18
Ada faktor lain yang mempengaruhi pola jajan anak. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Bondika Ariandani Aprilia pada tahun
2011, menjelaskan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi pola
jajan anak SD. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola jajan antara lain :
a. Uang Saku
b. Media massa
c. Pengetahuan Gizi dan Makanan Jajanan
d. Pendidikan Ibu
e. Pekerjaan Ibu
f. Frekuensi Sarapan pagi
g. Frekuensi membawa bekal makanan ke sekolah
h. Ketersediaan makanan jajan
19
lemper, kue lapis, donat, dan jelly, sedangkan camilan kering
contohnya: brondong jagung, keripik, biskuit, kue kering, dan permen.
iii. Minuman
Minuman dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu minuman yang
disajikan dalam gelas dan minuman yang disajikan dalam kemasan.
Contoh minuman yang disajikan dalam gelas antara lain air putih, es
teh manis, es jeruk dan berbagai macam minuman campur (es cendol,
es campur, es buah, es doger, jus buah, es krim), sedangkan minuman
yang disajikan dalam kemasan contohnya minuman ringan dalam
kemasan (minuman soda, teh, sari buah, susu, yoghurt).
iv. Jajanan Buah
Buah yang biasa menjadi jajanan anak sekolah yaitu buah yang
masih utuh, buah yang sudah dikupas dan dipotong, atau jus buah. Jus
buah mengandung serat yang lebih redah. Buah utuh contohnya: buah
manggis, buah jeruk, sedangkan buah potong contohnya: papaya,
nanas, melon, semangka, dan lain-lain.
4. Obesitas
a. Epidemiologi dan Definisi
Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas
kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan (Dorland,2011).
Obesitas adalah kelainan atau penyakit yang ditandai dengan
penimbunan adiposa secara berlebihan, sedangkan overweight adalah
kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal, yang
mungkin dapat disebabkan oleh peningkatan massa otot seperti pada
atlet binaraga. Obesitas dapat ditentukan berdasarkan perhitungan
indeks massa tubuh (IMT) yang lebih dari persentil 95, dan overweight
jika berada di antara persentil 85-95 kurva CDC 2000. Untuk anak di
bawah 2 tahun, obesitas dapat ditentukan apabila IMT >3 standar
20
deviasi 3 SD) diatas median sesuai dengan umur pada kurva WHO.
(Kapita Selekta,2014)
Prevalensi obesitas pada anak meningkat secara drastis. Data tahun
2004 sampai 2006 menunjukkan bahwa 16,3% anak Amerika berusia 2
sampai 19 tahun mengalami obesitas (Indeks Masa Tubuh [IMT]
persentil 95). Peningkatan terbesar prevalensi obesitas terlihat pada
kelompok gizi lebih dan etnis tertentu, seperti Afro-Amerika dan
Meksiko-Amerika, pada kedua populasi ini >30% anak mengalami gizi
lebih.
Banyak anak obesitas menjadi orang dewasa obesitas. Risiko untuk
obesitas yang menetap meningkat sejalan dengan usia dan dan derajat
obesitas. Anak usia 11 tahun dengan gizi lebih berisiko dua kali lipat
lebih besar unuk tetap berstatus gizi lebih pada usia 15 tahun
dibandingkan anak usia 7 tahun dengan gizi lebih. Risiko obesitas pada
masa anak dan tetap obes pada masa dewasa juga dipengaruhi oleh
riwayat keluarga. Bila satu orangtua obes, maka rasio odds anak
tersebut menjadi obes pada masa dewasa adalah 3, tapi bila kedua
orangtua obes, rasio meningkat menjadi 10. (Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Edisi Keenam)
21
Peningkatan asupan energi tanpa perubahan pengeluaran energi
Penurunan pengeluaran energi tanpa perubahan asupan energi
Peningkatan asupan energi dan penurunan pengeluaran energi
Usaha untuk memahami etiologi obesitas memfokuskan pada
perbedaan asupan energi dan pengeluaran energi diantara individu
obesitas dan non-obesitas. Peningkatan asupan energi dan/atau
penurunan pengeluaran energi adalah faktor potensial yang dapat
berperan pada ketidakseimbangan energi positif.
22
makan) dan merangsang pengeluaran sinyal melanokortin (penekan
nafsu makan). Pada resistensi leptin, otak tidak mendeteksi sinyal
leptin yang berfungsi menurunkan nafsu makan.
23
Strategi pemasaran dan pengiklanan pada televisi dan
papan reklame mendorong konsumsi makanan tinggi-energi dan
rendah-gizi. Studi telah menunjukkan bahwa pengiklanan makanan
tersebut pada jam menonton televisi tertentu meningkatkan
permintaan anak-anak atas makanan tertentu.
Faktor Perilaku
Beberapa pola makan telah dihipotesiskan meningkatkan
asupan energi dan telah menjadi fokus penelitian. Pola makan ini
mencakup diet yang memiliki lemak tinggi, densitas energi tinggi,
indeks glikemik tinggi, dan serat rendah. Diet tinggi lemak telah
ditargetkan sebagai penyebab kelebihan asupan energi karena
kepadatan energi dan palatabilitas yang tinggi pada lemak.
24
meskipun untuk jarak dekat. Tinggal di daerah yang tidak aman
dapat menghalangi berjalan ke dan dari sekolah, juga latihan dan
bermain di luar. Semua perubahan ini berperan pada pengurangan
pengeluaran energi harian dan berpotensi pada kenaikan berat
badan.
25
Tidak hanya frekuensinya saja, kandungan bahan-bahan yang
ada dalam snack pun menjadi salah satu faktornya.
b. Makan di luar rumah
Makanan yang bisa didapatkan di luar rumah cenderung
memiliki tingkat energi, kadar lemak, lemak jenuh, kolesterol,
dan sodium lebih tinggi daripada makanan rumahan. Selain itu
porsi makanan yang disajikan biasanya lebih besar dan tidak
sesuai dengan porsi tiap individu. Porsi yang lebih besar
meningkatkan konsumsi energi per harinya, sehingga timbul
keseimbangan energi positif dan memicu terjadinya obesitas.
c. Komposisi kandungan makanan tidak sesuai
Komposisi kandungan makanan berperan penting pada proses
timbulnya obesitas. Makanan yang mengandung lemak jenuh
tinggi bisa berpotensi menimbulkan obesitas dan penyakit
lainnya. Makanan yang mengandung gula buatan memiliki
kadar indeks glikemik yang tinggi sehingga proses lapar
menjadi lebih cepat dan seseorang akan makan lagi dalam
waktu yang berdekatan. Kurangnya karbohidrat kompleks dan
serat juga cepat memicu terjadinya lapar sehingga orang akan
cenderung makan dalam waktu yang berdekatan juga.
26
jika berat badan menurut tinggi badan di atas persentil 90% atau
120% dibandingkan berat badan ideal.
2. Pengukuran Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh
(IMT)
The World Health Organization (WHO) 1997, The National
Institutes of Health di tahun 1998, dan The Expert Committe on
Clinical Guidelines for overweight in adolescent Preventive
Service merekomendasikan penggunaan BMI atau IMT sebagai
tolak ukur obesitas pada anak di atas 2 tahun. Cara yang dilakukan
untuk pengukuran IMT, yaitu:
IMT = Berat Badan (BB) / Tinggi Badan dalam meter (m)2
Setelah mendapatkan hasil IMT, selanjutnya menentukan
klasifikasi IMT tersebut dengan menggunakan tabel batas ambang
IMT untuk Indonesia.
Kurus
17,0-<18,5 (Kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5-25,0 Normal
Gemuk
>25,0-27,0 (Kelebihan berat badan tingkat ringan)
Obesitas
>27,0 (Kelebihan berat badan tingkat berat)
27
dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK
ringan.
c. IMT 18,525,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori
normal.
d. IMT 25,127,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk
dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
e. IMT >27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan
kelebihan berat badan tingkat berat.
28
KERANGKA TEORI
Pola Makan
Meals Snack
Kalori tinggi
Obesitas
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar
Muhammadiyah 14 Palembang pada tahun 2017
1. Kriteria Inklusi
30
2. Kriteria Eksklusi
a. Siswa dalam keadaan sakit (penyakit infeksi seperti diare) yang
dapat membiaskan hasil penelitian.
b. Siswa yang mengonsumsi obatobatan tertentu (misalnya: obat
golongan steroid dan antihistamin) secara teratur.
2. Genetik orangtua
31
32
Energi (kkal)
Kelompok Umur
1600
4-6 tahun
Laki-laki
2100
10-12 tahun
2475
13-15 tahun
Perempuan
2000
10-12 tahun
3. Genetik Orangtua Keadaan orangtua siswa Kuesioner Wawancara Dikategorikan menurut Rahayu (2014) yaitu: Ordinal
SD Muhammadiyah 14 1. Orangtua tidak gemuk, apabila kedua orangtua siswa tidak
Palembang (gemuk atau
tidak gemuk). gemuk
2. Ibu gemuk , apabila hanya ibu yang gemuk
3. Ayah gemuk, apabila hanya ayah yang gemuk
4. Kedua orangtua gemuk, apabila kedua orangtua siswa gemuk
3.6 Cara Kerja
2. Questioner
35
36
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dan direduksi
sesuai hal-hal yang paling pokok dan penting serta disajikan dalam bentuk
narasi dan tabel distribusi frekuensi. Analisis data dengan analisis univariat
dan bivariat
Pengolahan data
Analisis data
Ada hubungan antara pola konsumsi jajanan dan obesitas pada siswa Sekolah
Dasar Muhammadiyah 14 Palembang
39
BAB IV
JUSTIFIKASI ETIK
4.4. Kesimpulan
Penelitian akan dilaksanakan berdasarkan landasan scientific yang kuat,
bermanfaat untuk dilaksanakan, tidak membahayakan serta merugikan subjek
penelitian, dan dilaksanakan dengan menghormati martabat subjek sebagai
manusia, sehingga penelitian ini layak etik untuk dilaksanakan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S. 2005. Gambaran Konsumsi Makan dan Status Gizi Baduta (0-24
bulan) di Kelurahan Tanjung Leidong, Kecamatan Kualuh Leidong,
Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara Tahun 2005. Skripsi FKM- USU,
Medan.
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia.
Brown, J. E. 2005. Nutrition Through the Life Cycle Second Edition. Thomson
Wadsworth, Amerika Serikat.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2000. CDC Growth Charts.
(https://www.cdc.gov/growthcharts/cdc_charts.htm, diakses 10 Juli 2017).
Dorland, W.A. Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia.
Lanham-New, S.A., Ian A.M., and Helen M.R. 2015. Metabolisme Zat Gizi Edisi
2. TerjemahanOleh: Kristandyo,L.R., et al., EGC, Jakarta, Indonesia.
Marchdante, et al., 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam.
Saunders Elsevier, Singapore.
Noviani, K., Effatul A., dan Dewi A. 2016. Kebiasaan Jajan dan Pola Makan serta
Hubungannya dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah di SD Sonosewu
Bantul Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. Vol.4, No.2, Mei
2016: 97-104.
Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah untuk Pencapaian Gizi Seimbang Bagi
Orang Tua, Guru dan Pengelola Kantin. 2013. Direktorat SPP, Deputi III,
Badan POM RI, Jakarta.
45
Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. 2011. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik
Dan Penyakit Metabolik. Balai Penerbit IDAI, Jakarta, Indonesia.
Tanto, C., et al., 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Media Aeskulapius,
Jakarta.
World Health Organization (WHO). 2000. Obesity: Preventing and managing the
global epidemic:WHO Obesity Technical Report series 894. World Health
Organization, Geneva.
Worthington, B.S., Williams R.S.R. 2000. Nutrition Throughout the Life Cycle
Fourth Edition. McGraw- Hill, Amerika Serikat.
46
LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN
Assalamualaikum Wr.Wb.
Salam Sejahtera,
LEMBAR PERNYATAAN
Nama :
Tempat/ Tanggal Lahir :
Alamat :
Kelas :
No. HP :
(______________________)
Nama dan Tanda Tangan
49
LEMBAR IDENTITAS
a. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Alamat :
Telp./Hp :
Tempat/ Tanggal Lahir :
Umur :
Anak ke : dari bersaudara
Lampiran 5. Kuesioner
Ayah gemuk
tidak gemuk
Ibu gemuk
tidak gemuk
51
BIODATA
Foto
Berwarna
Nama : Annisa Muthia Haryani 3x4