Anda di halaman 1dari 19

Tutorial A Blok 29 2017

I. Skenario
Dr. Merdu telah berpraktek mandiri di kecamatan Ilalang yang berpenduduk
35.000 jiwa selama 5 tahun. Dr. Merdu minggu yang lalu baru kembali dari
mengikuti seminar tentang topik menggapai SDGs melalui Nawacita dan
merasakan isi seminar tersebut sangat erat dengan tugasnya sebagai pelaku
kesehatan di desa. Dr. Merdu merasa berkewajiban untuk menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang berada di desanya dan sejak iti
dr Merdu berpraktek dengan pendekatan pelayanan Dokter Keluarga.

Dua hari yang lalu dr Merdu mendapatkan ibu Lili yang dirujuk balik oleh RSUD
Kabupaten dengan diagnosis Stroke ec Hipertensi dan diminta untuk
melanjutkan pengobatan untuk pasien tersebut. Pasien sangat berharap untuk tidak
kembali dirawat di RSUD Kabupaten. Dengan berpegangan pada sistem rujukan
di era JKN dan bekal Ilmu Kedokteran Keluarga, dr Merdu melakukan
penatalaksanaan terhadap ibu Lili dengan pendekatan pelayanan dokter Keluarga.

Sebagai dokter yang berpraktek sebagai Dokter Keluarga, dr Merdu menerapkan


prinsip-prinsip, karakteristik, standar dan kompetensi kedokteran keluarga (sesuai
dengan WHO, WONCA), konsep dasar dan pendekatan pelayanan kedokteran
keluarga sebagai landasan dalam bertugas sebagai Dokter yang berpraktek di
Kecamatan Ilalang. Dengan menggunakan konsep-konsep genogram, Mandala of
Health, Konsep Bloom, Konsep L Green, Komunikasi individu dan keluarga serta
APGAR dr Merdu bertekad untuk melakukan penatalaksanaan yang bersifat
promotif dan preventif untuk penyakit ibu Lili di seluruh keluarga yang ada di
kecamatannya.

Dr Merdu ingin berdiskusi dan meminta pendapat anda sebagai pelaku kesehatan
yang memiliki kewajiban yang sama, untuk melakukan penatalaksanaan terhadap
ibu Lili dengan penatalaksanaan pelayanan Dokter Keluarga.

II. Klarifikasi Istilah


1. Dokter Keluarga
Dokter yang memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi kognitas
yang bertitik berat pada keluarga. Dia tidak hanya memandang penderita
sebagai individu yang sakit tetapi bagian dari unit keluarga dan tidak
hanya berobat secara pasif tapi aktif mengunjungi keluarga.

2. Konsep genogram
Suatu alat bantu berupa peta skema( visula map) dari silisilah keluarga
pasien yang berguna bagi pemberi layanan kesehatan untuk segera
mendapatkan informasi tentang nama anggota keluarga pasien, kualitas
hubungan antar anggota keluarga.

3. Mandala of Health
Komponen yang mempengaruhi status kesehatan seseorang yang
menyusun manusia secara utuh yaitu Body, Mind dan Spirit.

4. Konsep Bloom
Konsep dengan tujuan pendidikan yang berbagi 3 domain yaitu cognitive
domain, affective domain dan pyschomotor domain.

5. Konsep L Green
Konsep yang menegaskan tentang pentingnya persiapan sebelum
dilakukan penelitian yang terdiri dari pendekatan diagnostik untuk
menentukan jenis penelitian yang berguna dalam mengubah perilaku dan
kemudian untuk menilai dampaknya.

6. APGAR
Metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan neonatus
dalam menit pertama setelah lahir sampai lima belas menit setelah lahir.

7. WONCA (World Organisation of Family Doctors)


Organisasi profesional secara global yang mewakili dokter keluarga dan
dokter umum di seluruh dunia.

8. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)


Program pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan
kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia bagi dapat
hidup sehat, produktif dan sejahtera.

9. SDGs
17 tujuan dengan 169 pencapaian yang terukur dan tenggat yang telah
ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk
kemaslahatan manusia dan bumi.

10. Nawacita
Istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskrit. Nawa itu 9 dan Cita itu
harapan. Pada konteks ini merujuk pada program prioritas pemerintahan
Jokowi dan Jusuf Kalla.

III. Identifikasi Masalah


1. Dr. Merdu telah berpraktek mandiri di kecamatan Ilalang yang
berpenduduk 35.000 jiwa selama 5 tahun. Dr. Merdu minggu yang lalu
baru kembali dari mengikuti seminar tentang topik menggapai SDGs
melalui Nawacita dan merasakan isi seminar tersebut sangat erat dengan
tugasnya sebagai pelaku kesehatan di desa. Dr. Merdu merasa
berkewajiban untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang berada di desanya dan sejak iti dr Merdu berpraktek
dengan pendekatan pelayanan Dokter Keluarga.
2. Dua hari yang lalu dr Merdu mendapatkan ibu Lili yang dirujuk balik oleh
RSUD Kabupaten dengan diagnosis Stroke ec Hipertensi dan diminta
untuk melanjutkan pengobatan untuk pasien tersebut. Pasien sangat
berharap untuk tidak kembali dirawat di RSUD Kabupaten. Dengan
berpegangan pada sistem rujukan di era JKN dan bekal Ilmu Kedokteran
Keluarga, dr Merdu melakukan penatalaksanaan terhadap ibu Lili dengan
pendekatan pelayanan dokter Keluarga.
3. Sebagai dokter yang berpraktek sebagai Dokter Keluarga, dr Merdu
menerapkan prinsip-prinsip, karakteristik, standar dan kompetensi
kedokteran keluarga (sesuai dengan WHO, WONCA), konsep dasar dan
pendekatan pelayanan kedokteran keluarga sebagai landasan dalam
bertugas sebagai Dokter yang berpraktek di Kecamatan Ilalang. Dengan
menggunakan konsep-konsep genogram, Mandala of Health, Konsep
Bloom, Konsep L Green, Komunikasi individu dan keluarga serta APGAR
dr Merdu bertekad untuk melakukan penatalaksanaan yang bersifat
promotif dan preventif untuk penyakit ibu Lili di seluruh keluarga yang
ada di kecamatannya.
4. Dr Merdu ingin berdiskusi dan meminta pendapat anda sebagai pelaku
kesehatan yang memiliki kewajiban yang sama, untuk melakukan
penatalaksanaan terhadap ibu Lili dengan penatalaksanaan pelayanan
Dokter Keluarga.

IV. Analisis Masalah


a. Apa definisi dokter keluarga? 1
b. Apa syarat menjadi dokter keluarga? 2
c. Apa fungsi dokter keluarga? 3
d. Apa tugas dokter keluarga? 4
e. Apa kompetensi Dokter Keluarga? 1
f. Apa saja standar pelayanan dokter keluarga? 2
g. Apa saja prinsip pelayanan dokter keluarga menurut WHO ? 3
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini
dalam banyak terbitannya. Prinsip-prinsip ini juga merupakan
simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer
dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip
pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga adalah
memberikan/mewujudkan:
1. Pelayanan yang holistic dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral
dari keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan
kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat
dipertanggungjawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

h. Apa saja prinsip pelayanan dokter keluarga menurut WONCA? 4


i. Apa saja karakteristik pelayanan dokter keluarga? 1
j. Apa saja isi dari Nawacita? 2
k. Apa saja isi dari SDGs? 3
SDGs memiliki 17 Goals dan 169 Target. Adapun 17 Goals SDGs adalah
sebagai berikut:

1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun [7 target]


2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan [8
target]
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi
semua orang di segala usia [13 target]

3.1. Pada 2030, mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70


per 100.000 kelahiran hidup;

3.2. Pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat
dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka
Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka
Kematian Balita 25 per 1.000 KH;

3.3. Pada 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan


penyakit tropis yang terabaikan, serta memerangi hepatitis, penyakit
bersumber air dan penyakit menular lainnya;

3.4. Pada 2030, mengurangi sepertiga kematian prematur akibat


penyakit tidak menular melalui pencegahan dan perawatan, serta
mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental;
3.5. Memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan zat,
termasuk penyalahgunaan narkotika dan alkohol yang
membahayakan;

3.6. Pada 2020, mengurangi setengah jumlah global kematian dan


cedera akibat kecelakaan lalu lintas;

3.7. Pada 2030, menjamin akses semesta kepada pelayanan kesehatan


seksual dan reproduksi, termasuk Keluarga Berencana (KB),
informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi ke dalam
strategi dan program nasional;

3.8. Mencapai universal health coverage, termasuk perlindungan


risiko keuangan, akses kepada pelayanan kesehatan dasar berkualitas
dan akses kepada obat-obatan dan vaksin dasar yang aman, efektif,
dan berkualitas bagi semua orang;

3.9 Pada 2030, mengurangi secara substansial kematian dan kesakitan


akibat senyawa berbahaya serta kontaminasi dan polusi udara, air,
dan tanah.

4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong


kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang [10 target]
5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita
dan perempuan [9 target]
6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang [8 target]
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan dan
modern bagi semua orang [5 target]
8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan
berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan produktif dan
pekerjaan yang layak bagi semua orang [11 target]
9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi
[8 target]
10. Mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara [10 target]
11. Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman,
berketahanan dan berkelanjutan [10 target]
12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan [11 target]
13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya [5 target]
14. Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya
laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan [10
target]
15. Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem
daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan,
memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi
tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati [12
target]
16. Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta
membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh
tingkatan [12 target]
17. Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of
implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan berkelanjutan [19 target]

l. Apa saja tujuan pelayanan dokter keluarga? 4


m. Apa saja manfaat pelayanan dokter keluarga? 1
n. Apa saja ruang lingkup dokter keluarga? 2
o. Bagaimana sistem rujukan di era JKN? 3
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan
sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.
Ketentuan Umum
1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan
yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan
kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan
kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau
dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan spesialistik.
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan
kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub
spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
5. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan
tingkat pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem
rujukan dengan mengacu pada peraturan perundangundangan
yang berlaku.
6. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai
dengan sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori
pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur sehingga tidak
dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.
7. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan
maka BPJS Kesehatan akan melakukan recredentialing
terhadap kinerja fasilitas kesehatan tersebut dan dapat
berdampak pada kelanjutan kerjasama.
8. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun
vertikal.
9. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar
pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak
dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
10.Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar
pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan
dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi atau sebaliknya.
11.Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke
tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,
peralatan dan/ atau ketenagaan.
12.Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau
kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat
ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah
dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka
panjang; dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana,
prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara
berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh
fasilitas kesehatan tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka
pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya
dapat diberikan atas rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya
dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes
primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk
langsung ke faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah
ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan
pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan
dalam kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan
mengikuti ketentuan yang berlaku
b. bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
dan atau Pemerintah Daerah.
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus
yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut
hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
d. pertimbangan geografis; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat
memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat
pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar
kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberipelayanan
kesehatan tingkat pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke
pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan
diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu
rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang atau tindakan
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
p. Apa konsep dasar pelayanan dokter keluarga? 4
q. Apa sifat dokter keluarga dengan pendekatan holistik dalam
prakteknya? 1
r. Bagaimana isi dari konsep genogram? 2
s. Bagaimana isi dari konsep bloom? 3
Konsep hidup sehat H.L.Bloom sampai saat ini masih relevan untuk
diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat
secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam
bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini
diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh.
H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan
faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.

Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life


style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor
genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi
yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan
masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia
merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar
ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan
karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan
faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat
dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.

Kaitan teori H.L Bloom dengan status kesehatan seseorang dapat


dilihat dari keempat factor tersebut yang pertama adalah
lingkungan: orang yang bermukim di tempat yang bisa dikatakan
kumuh tentu akan berbeda status kesehatannya dengan yang tinggal
dikompleks elit dan asri. hal ini dikarenakan kebersihan udara dan
daerah sekitar tempat tinggal memiliki keadaan yang sangat
berbeda. anak-anak yang tinggal dikompleks elit atau bersih maka
akan lebih terjaga kesehatannya di bandingakan anak-anak yang
tinggal didaerah kumuh. Kemudian yang kedua adalah perilaku:
perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat
kesehatan di masyarakat. Hal ini juga berpengaruh terhadap status
kesehatan seseorang karena berkaitan dengan gaya hidup &
kebiasaan pola makan seseorang. Pola makan yang sehat dapat
menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit
jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-
lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga
dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna. Yang ketiga
adalah pelayanan kesehatan: Masyarakat yang belum atau tidak
pernah mendapat arahan tentang kesehatan ataupun pengobatan
yang tepat akan berbeda status kesehatannya dengan mereka yang
sudah mendapatkan arahan, pengobatan, dan sosialisasi kesehatan.
Hal ini dikarenakan kesadaran mereka yang akan semakin
meningkat tentang pentingnya kesehatan. Dalam hal ini dibutuhkan
peran aktif dari tenaga medis untuk memberikan sosialisasi dan
pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat agar status
kesehatan masyarakat dapat meningkat. Yang kempat adalah
keturunan: Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada
dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, hal ini juga dapat dikait
kan dengan status kesehatan seseorang, misalnya dari golongan
penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronchial.

Hendrik L Bloom juga menyebutkan 12 indikator yang


berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu:

1. Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari


masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian
masyarakat yang bukan karena mati tua.

2. Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara


fisiologis dan anatomis dari masyarakat.

3. Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat


tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.
4. Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang
dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan
peranan sosialnya karena sakit.

5. Participation in health care: yaitu kemampuan dan kemauan


masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu
dalam keadaan sehat.

6. Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari


anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah
kesehatan.

7. Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap


lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.

8. Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap


sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.

t. Bagaimana isi dari Mandala of Health? 4

u. Bagaimana isi dari APGAR? 1


APGAR score adalah skor yang digunakan untuk
menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang
setiap anggota keluarga terhadap hubungannya
dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score
meliputi :
1) Adaptation : kemampuan anggota keluarga
tersebut beradapatasi dengan anggota keluarga
yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran
dari anggota keluarga yang lain.
2) Partnership : menggambarkan komunikasi,
saling membagi saling mengisi antara anggota
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh
keluarga tersebut.
3) Growth : menggambarkan dukungan
keluarga terhadap hal hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4) Affection : menggambarkan hubungan kasih
sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
5) Resolve : menggambarkan kepuasan anggota
keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang
dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

v. Bagaimana cara penerapan komunikasi pasien dan keluarga? 2


w. Apa pengertian dan konsep pelaksanaan promosi dan pencegahan
penyakit? 3

V. Hipotesis
Dokter Merdu telah berpraktek sebagai dokter keluarga sesuai dengan
semua prinsip dokter keluarga.

VI. Learning Issue


1. SDGs & Nawacita 4
2. Dokter Keluarga 1
3. Prinsip-prinsip, karakteristik, standar dan kompetensi kedokteran
keluarga (WHO & WONCA), konsep dasar dan pendekatan
kedokteran keluarga sebagai landasan praktek pelayanan kesehatan
dengan pendekatan keluarga. 2
4. Sifat dokter keluarga dengan pendekatan holistik dalam prakteknya 3
Bersifat holistic artinya tidak dibatasi pada masalah biomedis pasien saja,
tetapi juga dengan melihat latar belakang pada sosial-budaya pasien yang
mungkin berkaitan dengan penyakitnya. Misalnya, banyak penyakit didapat
dari pekerjaannya seperti nyeri otot dan tulang, randang saluran napas,
radang kulit atau kelelahan. Jika penyakit tersebut tidak ditangani secara
holistik dan hanya terfokus pada gejala atau penyakitnya saja, maka tidak
akan benar-benar disembuhkan.

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu


peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari
fisik, metal, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan
fisik dan sosialnya.

1) Pasien adalah manusia seutuhnya


Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien
sebagai manusia yang seutuhnya.
2) Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien
sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa
keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi kesehatan pasien.
3) Pelayanan menggunakan segala sumber disekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar
kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan
keluarganya.
5. Sistem rujukan diera JKN saat ini 4
6. Penatalaksanaan Stroke ec Hipertensi dengan pendekatan pelayanan
dokter keluarga. 1
7. Konsep genogram, mandala of health, konsep bloom dan apgar dalam
penatalaksanaan masalah kesehatan individu dan keluarga 2
8. Komunikasi dengan pasien dan keluarga 3
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan
oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa
mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu
dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat
membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak
hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik
kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada
dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien
selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga
akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa
semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya
bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah
kesehatannya.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak
memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih
sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak
hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya
komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang
diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan
masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.

Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan
untuk melakukannya. Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi,
membangun komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi prioritas.
Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk
dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau
keluarganya. Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam
pengembangan komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi perubahan
sikap dalam hubungan dokter-pasien.

Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter,
lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan
efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan


komunikasi yang digunakan:
Disease centered communication style atau doctor centered
communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter
dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan
penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
Illness centered communication style atau patient centered
communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan
pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan
pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya,
harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.

Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan,


serta kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya
tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered
communication style.

Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan


melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu
sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan
mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.

Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic


Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan
betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati
disusun dalam batasan definisi berikut:

1) kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien


(a physician cognitive capacity to understand patients needs),
2) menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien
(an affective sensitivity to patients feelings),
3) kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan
empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to
patient).

Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati


yang dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding
System (ECCS) Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut:

Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien

Mengacuhkan pendapat pasien

Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien


seperti Kalau stress ya, mengapa datang ke sini? Atau Ya,
lebih baik operasi saja sekarang.
Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu

A ha, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis,


membalikkan badan, menyiapkan alat, dan lain-lain

Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit

Pasien, Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja

Dokter, Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?

Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien

Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau
menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?

Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien

Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar


usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga

Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and


experience) dengan pasien.

Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda


berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan,
kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat,
khawatir

Tujuan

Dari sekian banyak tujuan komunikasi maka yang relevan dengan profesi
dokter adalah:

(1) Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan


pasien).

(2) Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien,


untuk kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk
kemampuan finansial.
(3) Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah
kesehatan pasien.

(4) Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang


penyakit/masalah yang dihadapinya.

(5) Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-


langkah atau halhal yang telah disetujui pasien.

Manfaat

Berdasarkan hari penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di


antaranya:

(1) Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari


dokter atau institusi pelayanan medis.

(2) Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar


hubungan dokter-pasien yang baik.

(3) Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.

(4) Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal
dalam menghadapi penyakitnya.

9. Konsep pelaksanaan promosi dan pencegahan penyakit. 4


VII. Kerangka Konsep
VIII. Kesimpulan

2- Amel , ney, pavvy


3- Alia, rahma, bev
4- Rurie, yudis, shiva
5- Dhilla, dunda, shalini
Dikumpul esok jam 7.00pm. Anmal dan LI dijawab. Gk dihitung kalo anmal gk
dijawab.
Terakhir 3
presentan
- Print + kerangka konsep
- Ppt

Anda mungkin juga menyukai