OPEN FRACTURE
Dikatakan fraktur terbuka jika terdapat hubungan antara daerah yang fraktur
dengan dunia luar, biasanya karena kulit di atasnya sudah tidak intak. Fraktur
merupakan terbuka emergensi bedah ortopedi, karena risiko untuk terjadinya
infeksi pada tulang yang fraktur tinggi. Komplikasi jangka panjang adalah
terancamnya fungsi tungkai, dan dalam kasus infeksi sistemik dapat mengancam
jiwa (Budiman, 2010).
Jika tidak ditangani dalam waktu 6 jam (golden period) akan menimbulkan
osteomyelitis. Karena pada 6 jam pertama investasi kuman masih melekat secara
fisik sehingga dapat dibersihkan dengan pencucian saja, sedangkan di atas golden
period kuman akan melekat secara kimiawi dan sulit dibersihkan dengan pencucian
saja (Ashford et al., 2004).
I Kulit terbuka < 1 cm, bersih; paling mungkin lesi dalam daripada
luar; kontusio otot minimal, fraktur transversum atau oblique yang
sederhana
1. ABCD
Nilai status kesadaran, bebaskan airway, breathing,
resusitasi cairan, dan hentikan perdarahan.
2. Cuci luka
Mencuci luka dengan larutan NaCl fisiologis bertujuan
menghilangkan kontaminasi makro dan bekuan darah yang dapat
meminimalkan kontaminasi serta kerusakan jaringan.
3. Debridement dalam golden period (6 jam) dengan general
anestesia.
Adanya jaringan yang mati akan mengganggu proses
penyembuhan luka dan merupakan daerah tempat pembenihan
bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit,
jaringan subkutaneus, lemak, fasia, otot dan fragmen-fragmen yang
lepas.
4. Imobilisasi, luka ditutup kain bersih, fragmen jangan dimasukkan
2. Fase Reparasi
3. Fase Remodeling
mmHg
o Ahli bedah harus melakukan fasciotomi; bagaimanapun, pada
tungkai yang tekanannya meningkat atau terdapat penundaan
pembedahan, fasciotomi emergensi mungkin perlu dilakukan di
departemen emergensi.
o Pendekatan dua-insisi fasciotomi pada tungkai bawah merupakan
prosedur langsung dan dapat dipercaya, mengingat bahwa
anatominya mudah dipahami.
III. DISLOKASI
Menilai status neurovaskular dari kaki sebagai bagian dari survei sekunder.
Pertimbangkan pengurangan mendesak setiap dislokasi yang menyebabkan
kompromi neurovaskular signifikan.
c. Nyeri
-tertutup
- terbuka
b. Immobilisasi
- fixasi dalam
- fixasi luar
- gips circuler
c. Rehabilitasi
Lesi vaskuler besar yang tersering adalah arteri poplitea dan arteri radialis,
arteri inguinalis, arteri brachialis dan arteri femoralis. Diagnosis umumnya
ditegakkan dengan arteriografi atau Dopler, dan pengukuran saturasi O2 jari distal.
Penanganan cedera vena diligasi dan berikan resusitasi cairan. Kontrol pendarahan
dengan penekanan untuk pembuluh darah proksimal dari cedera (misalnya, tekanan
femoralis di luka ekstremitas bawah) (Scott, 2011).
Gejala klinis yang ditampilkan bergantung kepada tipe trauma arteri yang
dialami. Tipe trauma yang paling sering terjadi adalah laserasi parsial dan transeksi
komplit. Transeksi komplit dapat berakibat kepada retraksi dan trombosis pada
ujung proksimal dan distal pembuluh darah, yang dapat menyebabkan iskemia.
Sementara itu, laserasi parsial dapat menyebabkan perdarahan persisten atau
pembentukan pseudoaneurisma. Laserasi parsial, seperti halnya kontusio, dapat
dibarengi dengan flap intima, yang dapat berujung kepada trombosis. Kontusio
arteri kecil dengan intima flap yang terbatas dapat tidak menyebabkan penurunan
hemodinamik daerah distal, dan karena itu dapat tidak terdiagnosis. Hal ini disebut
sebagai trauma arteri occult atau minimal jika dilihat dari angiografi. Trauma ini memiliki
risiko trombosis yang kecil, dan seringkali dapat sembuh secara spontan. Trauma arteri
dan vena yang bersamaan dapat menyebabkan terbentuknya fistula arteriovena.
Bruit pada daerah cedera dan Hematoma sekitar lesi yang tidak
sekitarnya meluas
Pada dasarnya, semakin cepat tindakan semakin baik hasilnya. Bila ada
perdarahan yang banyak dan atau memancar yang akan membahayakan jiwa,
tentunya pertolongan pertama adalah menghentikan perdarahan sedangkan tindakan
definitif dilakukan setelah perdarahan berhenti. Perdarahan diatasi dengan
penekanan di atas daerah perdarahan. Pemasangan turniket tidak boleh dilakukan
karena dapat merusak sistem kolateral yang ikut terbendung.
Golden period pada lesi vaskuler adalah 6-12 jam. Tanda-tanda iskemia
yang jelas terlihat umumnya pada kulit, tetapi sebenarnya otot dan saraf lebih tidak
tahan terhadap adanya iskemia.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman C. 2010. Patah Tulang dan Pembidaian. Bandung: KORPS Sukarela PMI
UNPAD. xa.yimg.com/kq/groups/.../Patah+Tulang+dan+Pembidaian.pptx (10
Desember 2012)
Paula R. 2007. Compartment syndrome, extremity. http://www.emedicine.com (29
Januari 2013)
Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar:
2007. pp. 352-489
Ashford RU, Frasquet-Garcia A, Patel KK, Campbell P. 2004. Delays in open fracture
management: Where do they occur? Injury; 35(11): 1107-9
Simon RR, Sherman SC, Koenigsknecht SJ. 2001. Emergency orthopedics the
extremities. 4th ed. New York, McGraw-Hill
Jusi HD. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008.
H:50-65.
nd
Rich NM, Mattox KL, Hirshberg A. Vascular Trauma 2 Ed. USA: Elsevier Saunders. 2004.