Tata Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat biasanya terdiri atas dua kata atau lebih
yang mengandung makna.
Unsur-unsur pembentuk kalimat: Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Keterangan (K),
dan Pelengkap (Pel). Contoh:
Kami mengendarai sepeda ke sekolah
S P O K
a. Jenis-jenis kalimat.
1) Kalimat aktif
2) Kalimat pasif
3) Kalimat tunggal
4) Kalimat majemuk
(a) Kalimat majemuk setara
(b) Kalimat majemuk bertingkat
(c) Kalimat majemuk campuran
Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan tindakan dan predikatnya
menunjukkan perbuatan.
1
Bahan Bacaan Tata Kalimat dan Wacana
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu perbuatan. Kata kerja kalimat
pasif menggunakan imbuhan di, ter, atau ke-an.
Contoh:
Air itu diminum Ayah.
S P O
Ali tertabrak sepeda.
S P O
Pelari itu kehausan.
S P
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas atas satu subjek, satu predikat,
dan satu objek atau keterangan.
Contoh:
Udin mandi.
S P
Beni makan roti.
S P O
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Contoh:
Udin membersihkan kaca, Siti menyapu lantai.
Ruangan kelas sudah bersih tetapi halaman sekolah masih kotor.
Kalimat majemuk terdiri atas:
2
Bahan Bacaan Tata Kalimat dan Wacana
S P K S P O
2) Susi menonton televisi sedangkan Adi membaca buku.
S P O S P O
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat tunggal yang salah satu unsurnya diperluas
sehingga membentuk pola baru. Ciri-ciri kalimat ini adalah memiliki induk kalimat dan
anak kalimat.
Contoh:
Udin tertidur ketika belajar Matematika.
Wacana
Wacana diartikan sebagai ucapan lisan dan dapat juga berupa tulisan, tetapi
persyaratannya harus dalam satu rangkaian dan dibentuk oleh lebih dari sebuah
kalimat. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas
kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang
mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata (Tarigan dalam Djajasudarma, 1994:5).
a. Kohesi
Kohesi merupakan hubungan keterkaitan antarposisi yang dinyatakan secara ekplisit
oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk
wacana (Hasan Alwi, 2003:427). Jika dalam sebuah wacana terdapat keserasian
3
Bahan Bacaan Tata Kalimat dan Wacana
hubungan antarunsur-unsur yang ada dalam wacana maka wacana tersebut merupakan
wacana yang kohesif.
Contoh:
Seminggu lamanya Udin dan Siti berlibur di rumah pamannya. Udin dan Siti memperoleh banyak
informasi baru mengenai tanaman jagung untuk melengkapi tugasnya membuat laporan.
Informasi itu antara lain adalah bahwa jagung merupakan salah satu tanaman yang dijadikan
bahan makanan pokok di berbagai tempat, juga di Indonesia. Contohnya, penduduk Pulau
Madura menjadikan jagung sebagai makanan pokoknya. Jagung merupakan salah satu tanaman
penghasil karbohidrat yang sangat diperlukan oleh tubuh. Selain itu, dia juga mencari gambar-
gambar tentang perkembangbiakan tanaman jagung untuk melengkapi laporannya.
Wacana di atas termasuk wacana yang tidak kohesif. Penggunaan kata ganti dia pada
kalimat tersebut tidak jelas mengacu kepada Udin atau Siti. Wacana tersebut menjadi
kohesif jika kata ganti dia diganti dengan mereka.
b. Koherensi
Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi
suatu untaian yang logis sehingga mudah memahani pesan yang dikandungnya.
Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya
sehingga wacana tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh.
Contoh:
Pak Gani memilih bertanam singkong di ladangnya. Ladang Pak Gani cukup luas. Pak Gani
bertanam singkong, karena menurutnya nilai jual tanaman singkong cukup tinggi. Daun
singkong dapat dijual untuk dimasak sebagai sayur. Di samping itu, umbinya merupakan salah
satu bahan makanan penghasil karbohidrat.
Wacana di atas adalah wacana yang koheren karena terdapat kesatuan makna kalimat-
kalimat yang ada di dalamnya.
DISCLAIMER