Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kayu merupakan material struktural dan banyak disediakan oleh alam dan
diminati di beberapa daerah di Indonesia. Material utama pada bangunan
tradisional Indonesia mayoritas adalah kayu. Peminat kayu pada dunia konstruksi
meningkat dalam beberapa dekade terakhir, dari sisi arsitektur dinilai indah,
mewah, penuh seni, dan nyaman sebagai tempat tinggal. Kerusakan konstruksi
kayu disebabkan oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah cendawan/ jamur,
bakteri, serangga pengerek (rayap), dan pengausan mekanis. Masyarakat
Indonesia, dinilai konsumtif dalam pemeliharaan struktur kayu. Perbaikan dan
perkuatan struktur kayu dengan mengganti dinilai tidak ekonomis, tidak praktis,
lama untuk dikerjakan, dan tidak efektif karena kualitas material pengganti belum
tentu akan lebih baik dari sebelumnya, sehingga diperlukan teknik khusus untuk
penyelesaian masalah tersebut. Penggunaan material komposit Carbon Fiber
Reinforced Polymer (CFRP) dan punched metal plate atau NailPlate (NP) pada
balok kayu struktural direkomedasikan sebagai bahan perbaikan dan perkuatan
kayu struktural. Sifat dan bentuk fisik CFRP adalah ringan, memiliki kekuatan
struktur baik, Modulus of Elastisitas (MoE) mendekati baja, dan lentur namun
menjadi sangat kaku ketika diberi perekat epoxi. NP dibuat dari plat baja ringan
berduri/berpaku akibat di Punch.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah kuat lentur balok dipengaruhi oleh panjang lekatan CFRP pada
tension?
2. Berapa panjang efektif dan efisien lekatan CFRP, untuk mengembalikan (kuat
lentur) balok kepada kondisi sebelum retak/gagal.
3. Apakah perkuatan balok kayu menggunakan NP lebih efektif dibandingkan
CFRP?

1
2

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh perkuatan CFRP dan NP, terhadap beban (P), momen
(M), kekakuan (EI) dan lendutan () pada benda uji.
2. Mengetahui mode kegagalan pada balok kayu dengan artificial crack tanpa
perbaikan dan perkuatan, dan setelah diperkuat CFRP dan NP.

1.4 Batasan Masalah


Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Kayu Meranti (shorea ap) digunakan sebagai benda uji (kerapatan 696,26
kg/m3 dan kadar air 17%) penampang 55mm x 95 mm x 2000mm. Artificial
crack dibuat pada jarak 900 mm (sedalam 25 mm dan lebar 2 mm) dari
tumpuan, digergaji, sebagai bentuk penyederhanaan kerusakan kayu, yang
disebabkan oleh decay. Perbaikan dan perkuatan diberikan pada tensile side
balok kayu.
2. CFRP type SCH-11 (tensile strength = 3,79 GPa, tensile modulus = 230 GPa,
and Ultimate elongation break 1.7%) yang disponsori oleh PT.Fyfe Fibrwrap
Indonesia digunakan sebagai material perkuatan. Material kedua yang
digunakan sebagai pembandingnya adalah NP
3. Sepuluh benda uji dikelompokkan menjadi 4, sebagai berikut:
a. Kelompok A : 1 balok kayu dengan artificial crack dan tidak diperkuat.
b. Kelompok B : 3 balok kayu diperkuat CFRP pada tensile side.
c. Kelompok C : 3 balok kayu diperkuat CFRP pada tensile side dan sisi
kanan-kiri balok setinggi retak.
d. Kelompok D : 3 benda uji balok diperkuat NP
e. Bentang lekatan CFRP pada benda uji Kelompok B dan C masing-masing
0,33L; 0,5L; dan 1,0L (Jarak tumpuan (L) = 1800 mm).
4. Pengujian balok (kayu komposit) dengan four point bending flexural test
(ASTM, D198-15), yaitu diletakkan pada tumpuan dan dibebani 2 beban
terpusat, 600 mm ditengah bentang. 2 LVDT diletakkan sejajar beban
(masing-masing 600 mm dari support) dan 1 LVDT ditengah bentang balok
(900 mm dari support).
3

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Sebagai pengetahuan kepada pembaca, bagaimana cara mengaplikasikan
material komposit , sebagai perkuatan pada balok kayu struktural dengan
kerusakan lokal.
2. Mengetahui bentuk kegagalan pada balok kayu dengan perkuatan CFRP dan
NP ketika dibebani secara terus menerus dengan kecepatan yang konstan.
3. Membantu pembaca untuk mengetahui, bagaimana cara untuk
mengoptimasikan penggunaan CFRP sebagai material komposit pada
perbaikan dan perkuatan struktur balok kayu.

1.6 Keaslian Penelitian


1.6.1 Penelitian menggunakan FRP
Penelitian mengenai perbaikan dan perkuatan balok kayu menggunakan FRP
sebelumnya sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti dan diaplikasikan
langsung dalam konstruksi kayu oleh beberapa pelaksana konstruksi.

Dalam tulisan jurnal oleh Genstile, et al., (2000), GFRP digunakan sebagai
perkuatan jembatan kayu pada tensile side dan diuji dengan metode four point
bending. 5 LVDT dipasang pada balok kayu dan hasil pengujian ditunjukkan
dengan meningkatnya kekuatan lentur (Fb) sebesar 25% hingga 50%.

Pada jurnal Cruz, et al., (2001), FRP digunakan sebagai perkuatan pada panel
dinding batu dan memberikan hasil menjanjikan dan berpotensi baik jika
dikerjakan in-situ untuk pasangan bata. Perbaikan dan perkuatan FRP mampu
meningkatkan kekuatan dinding panel sebesar 73% hingga 127% dari kekuatan
awal dinding panel, dan peningkatan daktalitas antara 158% hingga 316% dari
deformasi maksimum pengujian diagonal.

Perkuatan pada balok kayu menggunakan GFRP dalam jurnal Gentile, et al.,
2002) dibagi menjadi 2 skala pengujian. 22 spesimen dengan skala setengah dan 4
balok kayu dengan skala penuh, diuji lentur dan persentase rasio perkuatan
terhadap balok adalah 0,27% s/d 0,82 %. Kegagalan pada benda uji berubah dari
4

kegagalan brittle menjadi gagal compression, dan kuat lentur (Fb) meningkat dari
18% hingga 46%.

Perkuatan pada balok kayu menggunakan CFRP (Buell, et al., 2005) diuji
mengikuti standar tes (ASTM, D198-15), dengan 3 variasi model lekatan dan
diuji geser, terbukti mampu meningkatkan kekuatan geser 68%, dari pada tanpa
perkuatan. Daktalitas lendutan balok kayu meningkat sebesar 29%-40%
dibandingkan terhadap balok tanpa perkuatan.

Penelitian perkuatan sambungan baut menggunakan konektor plat metal dari


Pryda (Awaludin, et al., 2005), diperkuat sekitar 50 70 % dari ultimate strength,
terlihat bahwa penambahan pelat metal dari Pryda mampu meningkatkan kekuatan
ultimate dari sambungan baut secara signifikan. Peningkatan kekuatan ultimate
lebih tinggi pada sambungan baut, yang diperkuat 75% dibandingkan 50% pada
sambungan baut.

Fiber digunakan sebagai material perkuatan kayu laminasi (Andre, 2006). Sifat
dari beberapa serat alam (bambu, rami, kapas, woll, dll) menjanjikan jika
digunakan sebagai alternatif dari serat kaca perkuatan pada beberapa aplikasi.

Efektifitas FRP sebagai perkuatan geser lentur kayu (Hay, et al., 2006) mengacu
kepada konsep ramah lingkungan, murah tetapi tetap tahan lama dan diuji
menggunakan balok kayu Cemara dengan penampang 100 mm x 400 mm dan
panjang 3650 mm, diambil dari bagian jembatan berusia 40 tahun. Konstribusi
lekatan diagonal terbukti mampu meningkatkan kekuatan balok sekitar 12% dari
beban layan dan 40% dari beban ultimit. hasil ini membuktikan metoda lekatan
FRP secara diagonal lebih efektif dari pada menggunakan sistem lekatan vertikal
pada daerah ujung balok, yang disebut dengan daerah gagal geser.

Pengaruh perkuatan fiber glass pada serat tensile balok laminasi kayu Meranti
(Anshari, 2006) menggunakan 3 specimens lentur 5x5x76 cm3 mampu
meningkatkan kuat lentur (Fb) laminasi balok, pada tensile side sebesar 9,52%
dan 12,53%, menggunakan fiber glass di atas lapisan terbawah dibandingkan
dengan tanpa perkuatan sama sekali.
5

Perkuatan lentur pada balok kayu laminasi menggunakan steel dan Carbon Fiber
Reinforced Polymer (CFRP) dalam jurnal Jacob, et al. (2007) mampu
meningkatkan kekakuan dari 80% hingga 107%, momen (M) balok laminasi
meningkat dari 57% hingga 96% (hasil pengujian).

Perkuatan FRP digunakan pada balok kayu dengan sistem lekatan luar dalam
jurnal Rismunarsi (2009) dengan uji eksperimental balok. Kuat lentur meningkat
dari 1,81% hingga 28,92% jika dibandingkan dengan balok kayu kruing tanpa
perkuatan. Ketika diberi beban sebesar 5500 kg terjadi penurunan defleksi ()
sebesar 1,6%, dengan perkuatan FRP pada sepertiga bentang, dan 19,9% di
sepanjang bentang, dibandingkan tanpa FRP

Aplikasi perbaikan dan perkuatan struktur dilakukan pada pile dermaga dengan
teknik FRP-bracing, steel jacket dan fiberglass untuk meningkatkan masa layan
dan mempertahankan nilai sejarah dari bangunan kayu dermaga (Jack W, et al.,
2010).

Performa kayu laminasi dengan perkuatan geser dan lentur menggunakan FRP
dalam tulisan jurnal Gentry (2011), pada kayu laminasi dan menyatu menjadi
Ply-wood-FRP. FRP juga dimasukkan kedalam lubang yang sudah dibor tegak
lurus arah laminasi untuk menambahkan kuat geser laminasi balok kayu, yang
disebut dengan metode pin, terbukti mampu meningkatkan kekuatan geser
laminasi balok kayu dari 40% hingga 100%.

Kekuatan lentur (fb) dan kekakuan (EI) pada balok kayu diperkuat menggunakan
GFRP (Alhayek, et al., 2012) dan diuji dengan konfigurasi three-point-bending,
dibagi menjadi 2 grup pengujian. Grup pertama, balok kayu diperkuat pada sisi
tension saja terbukti mampu meningkatkan kekuatan dan kekakuan balok masing-
masing sebesar 36% dan 3%. Pada Grup kedua, balok diperkuat pada tension and
kompresi, kekuatan balok berhasil ditingkatkan sebesar 31% dan kekakuan 3,5%
pada balok kayu.

Tinjauan lentur laminasi Meranti balok kayu (Pratama, 2012) menggunakan fiber
stripe, direkatkan pada lapisan paling bawah balok kayu, terbukti baik untuk
6

meningkatkan kuat lentur (ft) sebesar 448 kg/cm2. Pada pengujian lentur balok
laminasi kombinasi, balok kayu mampu menerima beban maksimum sebesar 2950
kg.

Daktalitas dari balok kayu dengan diperkuat FRP (Ahmad, 2013), diuji pada 5
spesimens dimensi 100 mm x 200 mm x 3000 mm dan diberi lubang-lubang
kecil dengan diameter 2 mm dan berjarak 10 mm untuk meningkatkan kapasitas
ikatan FRP-kayu, mampu memberikan presentase peningkatan daktalitas sebesar
37,5% dan indeks daktalitas tertinggi mengalami kenaikan sebesar 88,2%. Semua
balok dalam penelitian ini tidak mengalami kegagalan karena terkelupas atau
debonding, hal itu membuktikan bahwa fungsi lubang sebagai pengikat
permukaan kayu dan FRP, bekerja dengan baik.

1.6.2 Penelitian menggunakan Nailplate


Pengaruh jumlah Pryda Claw Nailplate dan perekat terhadap kuat lentur pada butt
join dalam jurnal oleh Setyawan (2010) dengan penampang 60 x 100 x 2500 mm
(balok kayu) melalui pengujian lentur (jarak tumpuan 2000 mm) menunjukkan
peningkatan kuat lentur balok dari 3 jenis sambungan tegak masing-masing
sebesar 82,62%, 65,18% dan 61,89% dibandingkan balok tanpa sambungan.

Analisis dari perkuatan kayu menggunakan punched metal plate dalam jurnal
Jacob (1999) diuji lentur (three-point-bending) menunjukkan peningkatan hasil
kekuatan dan kekakuan (EI) balok 120 mm sebesar 20 hingga 30%. Tetapi, fungsi
dari perkuatan tersebut tidak berpengaruh pada balok 170 mm.

Dari semua penelitian sebelumnya mengenai perkuatan dan perbaikan balok kayu
menggunakan CFRP dan NP, belum ada satupun penelitian menggunakan balok
kayu dengan artificial crack maupun decay.

Anda mungkin juga menyukai