MODUL LK 3.1
NAMA SESI3 Perawatan Berkala Sistem Pengapian1
Merawat Berkala Sistem Pengapian 1
Tujuan :
1. Menjelaskan prinsip kerja sistem pengapian baterai konvensional
2. Merawat berkala sistem pengapian baterai konvensional
Instruksikerja
Jawaban:
1. Cara kerja sistem pengapian konvensional baterai pada dasarnya sama dengan sistem pengapian
konvensional magnet. Namun terdapat perbedaan dalam pemasangan/perangaian platina. Dalam
sistem pengapian magnet, platina dirangkai secara paralel dengan koil pengapian, sedangkan
dalam sistem pengapian baterai dirangkai secara seri. Oleh karena itu, dalam sistem pengapian
baterai, rangkaian primer pengapian baru akan terjadi secara sempurna (arus mengalir dari baterai
sampai massa) jika posisi platina dalam keadaan tertutup.
Pada saat ignition switch (kunci kontak) dinyalakan, dan posisi platina dalam keadaan menutup, arus dari
baterai mengalir ke massa melalui kumparan primer koil pengapian dan platina. Dengan mengalirnya arus
tersebut, pada inti besi koil pengapian akan timbul medan magnet.
Pada saat platina terbuka oleh cam, aliran arus pada rangkaian primer akan terputus. Hal ini akan
menyebabkan terjadi induksi sendiri pada kumparan primer sebesar 200 V 300 V. Karena perbandingan
kumparan sekunder lebih banyak dibanding kumparan primer, maka pada kumparan sekunder terjadi
induksi yang lebih besar sekitar 10KV 20KV yang bisa membuat terjadinya percikan bunga api pada busi
untuk pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Induksi ini disebut induksi bersama (mutual
induction).
Sama halnya seperti pada sistem pengapian konvensional yang menggunakan magnet, untuk
menghasilkan tegangan induksi yang besar maka pada saat platina mulai membuka, tidak boleh ada
percikan bunga api dan aliran arus dari platina tyang cenderung ingin terus mengalirkannya ke massa. Oleh
karena itu, pada rangkaian sistem pengapian baterai juga dipasang kondensor/kapasitor untuk mengatasi
percikan pada platina saat mulai membuka tersebut.
2. Berikut akan dijelaskan satu persatu dari ketujuh langkah kerja dalam perawatan sistem pengapian
konvensional.
A) Memeriksa secara visual kelainan pada komponen dan rangkaian sistem pengapian
o Memeriksa jumlah elektrolit baterai (kurang atau tidak), Memeriksa sambungan terminal baterai (kotor atau
tidak), Memeriksa kondisi kabel baterai dari kemungkinan putus atau terbakar.
o Memeriksa koil pengapian dari kemungkinan terminalnya kotor, kabel kendor, putus, terbakar atau bodi retak.
o Memeriksa distributor dari kemungkinan retak, kotor, terminal aus dan pemasangan kurang baik.
o Memeriksa kabel busi dari kemungkinan atau pemasangan kurang tepat.
B) Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah busi
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
o Lepas kabel tegangan tinggi yang menempel dibusi, catat urutan kabel yang dilepas agar urutan pengapian
tidak salah, karena kabel busi harus dipasang sesuai dengan urutan pengapian atau firing order (FO) yang
benar.
o Pasang kembali busi pada silinder. Pemasangan yang benar adalah memutar busi dengan tenaga ringan, setelah
ulir habis mengencangkan 1/4 putaran dengan kunci busi.
Saat kita melakukan pengujian busi di luar silinder, kita dapat menyimpulkan busi masih baik, namun
terdapat kemungkinan saat di dalam silinder busi mati karena busi bekerja pada tekanan lebih tinggi,
sehingga kesimpulan kita salah, untuk mengatasi hal tersebut dibuat Spark plug cleaner and tester.
1. Pasang busi yang akan dibersihkan pada lubang pembersih (3), tekan tombol udara untuk membersihkan
kotoran yang menempel.
2. Tekan tombol pasir pembersih sehingga pasir pembersih akan menyemprot rongga busi (atur tekanan 3-4
kg/cm2, waktu 3-4 detik).
3. Ulangi langkah 1. dan 2. diatas sampai busi bersih. Setelah busi bersih maka tekan tombol udara (1) agar pasir
yang masih menempel dapat bersih.
1. Pasang busi pada lubang tempat pemeriksaan, bila diameter lubang dengan busi tidak tepat ganti ukuran
lubang (diameter lubang yang tersedia untuk ukuran busi 10mm, 12mm dan 14mm).
2. Tekan tombol spark test, dan lihat apakah terdapat percikan api pada celah jarum, yang dapat dilihat pada kaca
pandang (9) dan (10), bila ada berarti alat berfungsi.
3. Pasang kabel tegangan tinggi pada terminal busi.
4. Tekan tombol spark test (6), pada beberapa kondisi tekanan, seperti ditunjukan tabel di bawah ini.
Tekanan yang Hasil pengujian yang seharusnya
digunakan
Tekanan 2-3 kg/cm2 Terjadi percikan api pada kaca pandang (9)
Tekanan 3-4 kg/cm2 Terjadi percikan pada kaca pandang (9) dan (10)
Tekanan 2-3 kg/cm2 Terjadi percikan api pada kaca pandang (10) saja berarti busi
sudah jelek
o Atur selektor multi meter kearah X1ohm, kalibrasi ohm meter dengan cara menghubungkan kedua colok ukur,
setel penunjukan jarum tepat pada 0 ohm, bila penyetelan tidak tercapai periksa/ganti baterai multi meter.
o Periksa tahanan resistor dengan menghubungkan colok ukur pada kedua resistor. Nilai tahanan resistor
seharusnya 1,3-1,5 ohm. Pada koil pengapian jenis internal resistor, pengukuran resistor dengan
menghubungkan colok ukur pada terminal (B) dan terminal (+)
3.
Sebelum kita melakukan pekerjaan merawat berkala system pengapian pada kendaraan, maka
kita harus mempersiapkan dulu beberapa hal :
1. Persiapan perlengkapan keselamatan kerja (fender, grill, steering, floor cover dan lain-
lain)
2. Persiapan untuk bekerja diantaranya tool set, tacho meter, dwell tester, multitester dan
lain-lain
3. Perlengkapan lain yang menunjang pekerjaan
5. Sistem Pengapian
Engine adalah salah satu bagian penting dari kendaraan, yang di dalamnya terdiri dari
komponen-komponen yang kompleks dan saling terhubung. Sehingga engine memerlukan
perawatan yang rutin agar kerja komponen dalam engine dapat bekerja dengan baik. Kendaraan
yang dioperasikan dalam jangka waktu tertentu akan mengalami perubahan pada komponen
fungsional termasuk perubahan kualitas pelumas. Sehingga membutuhkan pemeliharaan untuk
mengembalikan kondisi kerja engine atau yang disebut dengan Tune Up.
Pemakaian kendaraan dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan komponen kendaraan yang
bergerak yang mempunyai clearance akan selalu mengalami perubahan, sehingga akan
mengurangi kelancaran siklus kerja engine. Akibatnya tenaga kurang, suara komponen engine
yang bergerak menjadi berisik, dalam jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan
kerusakan pada beberapa komponen engine dikarenakan ada perubahan setting komponen.
Engine merupakan sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan.
Sehingga permasalahan gangguan kendaraan jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama
akan mengakibatkan kerusakan yang sifatnya kompleks. Tanpa perawatan dan pengawasan
yang rutin pada kendaraan berdampak perbaikan yang kompleks juga. Tidak menuntut
kemungkinan membutuhkan beaya yang cukup banyak dan masa pakai kendaraan yang
pendek.
Setiap pabrikan kendaraan bermotor biasanya sudah menentukan perawatan rutin atau berkala
untuk engine. Tune-up yang dimaksud adalah servis berkala sesuai rekomendasi produsen.
Sebagai contoh mulai dari perawatan berkala untuk 1000 km sampai 120.000 km. Akan tetapi
perawatan tersebut hanya untuk kendaraan yang tergolong baru. Dan akan berbeda jika
perawatan untuk kendaraan yang tergolong lama.