Film Keramat karya sutradara Monty Tiwa yang dirilis tahun 2009 ini hadir
ditengah-tengah maraknya pada film bergenre horor. Film ini juga menarik untuk
dianalisa lebih lanjut sebab film ini digarap dengan teknik videografi found footage,
berbeda dari film horor Indonesia lainnya. Selain dari sisi teknis, film yang
mengusung genre triller misteri ini secara naratif mengisahkan tentang gempa
Yogyakarta di tahun 2006 yang tidak terlepas dari adanya mistisisme Jawa sebagai
dalam menampilkan nilai mistik gempa Yogyakarta pada tahun 2006 pada film
Keramat, maka peneliti akan mengkaji tiga gambaran yang dimunculkan dalam film.
Adegan yang dipilih merupakan serangkaian adegan yang mendominasi jalan cerita
film berdasarkan alur dalam film tersebut. Serangkaian adegan tersebut diawali
dengan hilangnya Migi dan dengan bantuan sang dukun, crew produksi mengawali
ketika tiba-tiba seluruh crew produksi terlempar ke candi Ratu Boko. Hingga
akhirnya perjalanan crew produksi berakhir di gunung Merapi tepat sesaat sebelum
terjadinya gempa. Adegan tersebut dapat mencakupi keseluruhan nilai mistik yang
16
Berikut tinjauan peneliti bagaimana teknik videografi yang digunakan dalam
mengemas nilai mistik gempa Yogyakarta tahun 2006 dalam film Keramat.
A. Pantai Parangtritis
Adegan diawali dengan petunjuk Marsum, crew produksi Film Menari di Atas
mengatakan bahwa Migi telah dibawa ke alam lain. Dan Parangtritis adalah
gerbang menuju alam lain itu Oleh masyarakat Jawa, Parangtritis dan Laut
dilepaskan dari beragam mitos yang berkembang di masyarakat Jawa. Salah satu
yang populer adalah hubungan sang penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul
Jawi.2
1
http://sorot.news.viva.co.id/news/read/185790-antara-keraton-dan-merapi
2
n.n, Babad Tanah Jawi ; mulai dari Nabi Adam sampai Tahun 1647, (Yogyakarta : Narasi,
2007)
17
Tabel 1.1
Ritual Tokoh Masrum di Parangtritis
Time
Visual Teknik Sinematografi
Code
00:38:57- Tipe angle:
00:39:12 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium
Long Shot
Movement:
Zoom Out
00:39:12- Tipe angle:
00:39:20 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Long Shot
Movement:
Zoom Out
00:39:20- Tipe angle:
00:39:27 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Extreme
Long Shot
Movement:
Zoom Out
sedang melakukan kegiatan ritual. Dimana ritual menurut orang Jawa adalah
proses menjaga keselarasan antara manusia yang tinggal di alam nyata ini dengan
dunia ghaib yang tidak tampak. Dan pada dasarnya kehidupan orang Jawa
18
upacara itu dilaksanakan untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan
ghaib yang tidak dikehendaki dan sesaji atau korban yang disajikan kepada daya
kamera dari sudut pandang penoton yang dilibatkan. Angle kamera subjektif ini
Eye level angle memberikan kesan objektif yang netral dan sangat berguna
untuk menunjukkan kedudukan yang logis dari hubungan mata ke mata antar
semakin memperkuat kesan bahwa penonton adalah salah satu tokoh dalam
adegan film.
Bingkai visual yang digunakan pada saat adegan ritual ini adalah medium
close up yang berfungsi untuk melihat detail6 dan memperjelas kegiatan Masrum
sang Dukun. Gerak-gerik dan apa saja yang dilakukan Masrum dapat ditangkap
penonton secara jelas. Selain itu pula dengan bingkai visual medium close up,
penonton dapat mengerti bagaimana sikap dan emosi Masrum yang pada saat itu
3
Amin, M. Darori. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa . Yogyakarta: Gama Media., hlm 23
4
Joseph V. Mascelli A.S.C., The Fives of Cinematography., hlm 8
5
Muhammad Nur Siddiq. Angle Kamera, hlm 15
6
Fahruddin, Andi. Dasar-Dasar Produksi Televisi, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2012),
hlm 148-150
19
bahwa Masrum sedang bersungguh-sungguh dan khidmat dalam melakukan
ritualnya.
mengambil posisi sebagai pelaku utama dan apa yang dilakukannya menjadi
fokus penonton.7 Fungsi dari teknik ini adalah biasanya digunakan untuk
mengenal secara detil tentang kepribadian dari obyek visual. Selanjutnya adalah
kamera bergerak zoom out, dari medium close up menuju extreme long shot yang
menuju lautan. Meskipun pergerakan zoom out dari kamera terlihat sedikit kasar
namun justru hal ini menimbulkan kesan bahwa adegan ini natural, alamiah dan
tidak dibuat-buat.
oleh Masrum berhubungan dengan pantai Parangtritis sebagai latar dalam adegan
interaksi antara Masrum dengan gulungan ombak dan kencangnya angin pantai
7
Bayu Tapa Brata, Vicent. 2007. Videografi dan Cinematografi Praktis. Jakarta : PT. Elek
Media Komputindo, hlm 16
8
Naratama. Menjadi Sutradara Televisi : Dengan Single Dan Multi Camera. 2004. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, hlm 24
20
yang membuat rambut Masrum bergerak tak beraturan. Selain itu dengan extreme
long shot penonton dapat melihat bagaimana kesan visual laut yang terhampar
luas dan Masrum sebagai objek visual terlihat kecil. Dalam adegan ini
ditunjukkan bahwa Masrum sebagai manusia hanyalah bagian yang kecil dari
Dengan panjang durasi adegan ritual Masrum dari 00:38:57 - 00:39:12 (70
detik) menunjukkan bahwa ritual Masrum bukanlah bagian dari upaya pemanis
visual akan tetapi merupakan sebuah adegan yang memiliki pengaruh dalam alur
cerita film.
Tabel 1.2
Kemunculan Tokoh Penjual Peyek
Time Code Visual Teknik Sinematografi
00:39:28- Tipe angle:
00:39:41 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Close Up
Movement:
Still
00:39:41- Tipe angle:
00:39:55 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Close Up
Movement:
Zoom In
21
00:39:55- Tipe angle:
00:40:27 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Close Up
Movement:
Zoom Out
00:40:27- Tipe angle:
00:40:46 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Close Up
Movement:
Still
angle kamera subjektif dengan eye level angle memberikan kesan objektif yang
salah satu tokoh dalam adegan film. Hal ini diperkuat dengan adanya dialog
dengan tokoh Dimas yang diikuti oleh tatapan mata yang menghadap ke kamera
membuat penonton makin percaya bahwa mereka juga berada di panggung dan
wajah objek dan memperdalam gambar dengan menunjukkan profil atau aktivitas
9
Film Keramat durasi 00:39:55-00:40:27
22
objek. 10 Grup shot crew produksi yang ditampilkan dalam visual menunjukkan
bagaimana ekspresi bosan Micea, Diaz, Dimas dan Popy karena menunggu.
Kamera bergerak zoom in, dari medium close up menuju close up. Pergerakan
detail profil dari objek. Namun dalam durasi 00:39:32 00:39:58 (26 detik) justru
visual yang dimunculkan dalam adegan berupa objek buram (blur) sehingga detail
profil objek tidak didapat secara jelas. Disini gambaran profil objek terlihat
samar-samar.
Melalui gambar buram (blur) ini adalah penonton dibuat bingung dengan
merupakan gambar fokus dan dapat terlihat secara jelas. Kesan yang muncul
dalam benak penonton adalah objek yang terekam kamera merupakan objek yang
berada dalam batas kewajaran alamiah atau disebut juga sebagai supernatural
objek. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia supernatural diartikan sebagai ajaib
(tidak dapat diterangkan dengan akal sehat); gaib; adikodrati. 11 Secara visual,
dalam adegan ini tokoh penjual peyek digambarkan sebagai objek gaib atau
10
Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 149-151.
11
http://kbbi.web.id/supernatural
23
mahkluk halus (memedi, lelembut, demit) merupakan kebudayaan mistisisme
masyakarat Jawa.12
grup shot, dari sini mulai terlihat jelas bagaimana profil objek tokoh penjual
peyek dan interaksinya dengan crew produksi. Melalui gambaran ini terlihat
Namun ekspresi senyuman penjual peyek ini mulai menjadi pertanyaan yang
mendekat ke arah kamera dengan mimik muka yang serius sembari berkata Hati-
hati ya Mas. Jangan lupa berdoa, saya doakan selamat. Adegan ini merupakan
point dari serangkaian adegan dengan latar belakang pantai Parangtritis bahwa
12
Kamil Kartapraja, Aliran dan Kepercayaan di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Masagung,
1985), hlm. 59
24
Tabel 1.3
Interaksi Tokoh Penjual Peyek dengan Masrum
Time Code Visual Teknik Sinematografi
00:40:47- Tipe angle:
00:40:52 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Extreme Long Shot
Movement:
Zoom In
00:40:52- Tipe angle:
00:41:23 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Long Shot
Movement:
Still
00:41:23- Tipe angle:
00:41:47 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Long Shot
Movement:
Tracking Follow
00:41:47- Tipe angle:
00:41:48 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Long Shot
Movement:
Tracking Follow
25
00:41:48- Tipe angle:
00:42:05 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Extreme Long Shot
& Long Shot
Movement:
Zoom In & Zoom
Out
penjual peyek dengan Masrum. Adegan ini diawali dengan extreme long shot
yang selain berguna untuk menunjukkan latar belakang adegan namun juga
berguna untuk menunjukkan jarak antara kamera dengan objek. 13 Secara visual
penonton dapat melihat bahwa interaksi penjual peyek dan Masrum berada di
posisi yang jauh dengan kamera sehingga menimbulkan suatu kewajaran jika
zoom in dari extreme long shot menuju long shot sedikit banyak membantu
ditampilkan berupa pergerakan kamera still atau stabil sehingga penonton dapat
Melalui bingkai visual medium shot dengan tipe objek visual two shot,
penonton dapat melihat bagaimana gerak-gerik tokoh penjual peyek dan Masrum
13
Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 149-151.
26
Kesan yang ditimbulkan melalui visual ini adalah timbulnya rasa
keingintahuan yang besar terhadap pembicaraan kedua objek setelah tidak adanya
alat bantu dengar. Selain timbulnya rasa keingintahuan penonton, ada kesan aneh
dan tidak wajar yang diterima oleh penonton ketika dalam adegan dimunculkan
visual gestur Masrum yang membungkukkan badan dan mengatur posisi tangan
tokoh penjual peyek. Tanda penghormatan Masrum kepada tokoh penjual peyek
Adegan selanjutnya visual adegan masih bertahan dengan bingkai visual long
shot dengan latar belakang ombak yang bergulung dan penjual peyek sebagai
objek visual. Sekali lagi penonton disuguhkan gambar buram (blur) dari tokoh
penjual peyek. Gambar buram ini memberikan kesan penonton tidak diberikan
informasi yang utuh terhadap tokoh penjual peyek. Pergerakan kamera saat
merekam adegan ini follow tracking dengan mengikuti penjual peyek sebagai
objek visual seolah merespon keingintahuan penonton terhadap detail profil tokoh
penjual peyek.
oleh Micea sehingga fokus objek dari tokoh penjual peyek teralihkan ke sebagian
wajah Micea. Dan ketika proses transisi ini selesai, tokoh penjual peyek tidak lagi
dimunculkan dalam visual kamera. Transisi visual yang terjadi secara tiba-tiba
memberikan kesan bahwa tokoh penjual peyek tersebut menghilang secara tiba-
27
tiba pula dalam durasi 00:41:47-00:41:48 (1 detik). Setelah adegan hilangnya
tokoh penjual peyek, kamera bergerak secara tidak beraturan zoom in zoom out
zoom in zoom out, long shot extreme long shot long shot extreme long
menunjukkan bahwa dilihat dari jarak dekat maupun dari kejauhan tokoh penjual
peyek memang telah benar-benar hilang. Sekali lagi penonton diberikan fakta
B. Keraton
Satu lagi keanehan yang dialami oleh crew produksi yang secara tiba-tiba
menyerupai gerbang dari sebuah istana. Istana atau keraton dalam pandangan
berbagai kekuatan dari dua alam. Jadi raja dipandang sebagai pusat komunitas di
dunia seperti halnya raja menjadi mikrokosmos dari wakil Tuhan dengan keraton
sebagai tempat kediaman raja. Keraton merupakan pusat keramat kerajaan dan
28
kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah kedaulatannya dan membawa
Dalam film Keramat, latar belakang keraton ini memegang peranan penting
dalam alur cerita film. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan panjang durasi
penggunaan latar belakang yang lain dalam film, latar belakang keraton ini
Tabel 1.1
Fase Transisi dari Pantai Parangtritis menuju Kraton
Time Code Visual Teknik Sinematografi
00:42:51- Tipe angle:
00:42:54 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Unknown
Movement:
Tracking From Till
Up to Till Down
00:42:54- Tipe angle:
00:43:25 Subjektif
Level angle:
Dutch angle
Shot Size:
Long Shot
Movement:
Still
14
https://www.facebook.com/pageKataKita/posts/1071323096292408:0
29
00:43:25- Tipe angle:
00:43:45 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Long Shot
Movement:
Crazy Angle
tracking form till up to till down. Pergerakan kamera ini diibaratkan sebagai
gerakan mata yang mengikuti posisi kepala yang terjatuh atau terjerembab. Shot
size yang digunakan dalam gambaran pingsan ini adalah unknown atau tidak
diketahui sebab dalam fase transisi visual ini tidak ada objek yang direkam oleh
kamera. Fase transisi ini kemudian berakhir ketika perlahan kamera menemukan
objek visual yang dapat direkam. Meskipun demikian, objek visual yang
ditampilkan justru berupa objek yang tidak sejajar dengan garis linier kamera.
Dalam sinematografi ini disebut dengan dutch angle, dimana angle ini berfungsi
Pergerakan kamera dalam visual ini merupakan gambar stabil, dengan durasi
00:42:54-00:43:25 (31 detik), dan dengan bingkai visual long shot, visual ini
ingin menunjukkan bahwa latar belakang film telah berpindah secara tiba-tiba.
Durasi sepanjang 31 detik, film ini juga berusaha memberikan ruang yang cukup
30
untuk penonton menafsirkan dimana latar film ini akan terjadi. Secara visual,
objek yang ditampilkan berupa hamparan rerumputan dan sebuah bangunan kuno
yang terbuat dari bahan dasar batu dan berbentuk gapura atau pintu gerbang. Hal
ini juga didukung dengan penggunaan bingkai visual long shot yang berguna
dutch angle berubah menjadi eye level. Dari posisi yang tidak sejajar dengan garis
linear kamera menjadi sejajar, hal ini memberikan kesan terbangun dari pingsan
setelah kamera melalui fase transisi dan berada dalam posisi dutch angle. Namun
kesan terbangun dari pingsan dan keterkejutan pasca pingsan dibangun secara
alamiah melalui mata kamera dengan pergerakan kamera crazy angle, bergerak
tidak beraturan. Secara visual kamera bergerak pan left kemudian pan right lalu
identifikasi awal setelah kamera dibuat bingung dengan kejadian pada fase
group shot crew produksi yang ikut tersadar bahwa mereka telah berpindah
lokasi. Kestabilan kamera ini memberikan kesan kestabilan kesadaran dan emosi
kamera yang secara sederhana dapat dimaknai sebagai pesan beruntung aku
tidak sendirian.
31
Tabel 1.2
Pertunjukan Wayang
Time Code Visual Teknik Sinematografi
00:45:35- Tipe angle:
00:46:40 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Long Shot / Wide
Movement:
Tracking Follow
00:46:40- Tipe angle:
00:46:49 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Long Shot
Movement:
Tracking Follow
00:46:49- Tipe angle:
00:47:09 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Close Up
Movement:
Tracking Follow
Pasca adegan fase transisi sebagaimana dijelaskan pada tabel 2.1, adegan dilanjutkan
dengan crew produksi yang berada di hutan setelah melewati gerbang keraton. Dalam
merekam bingkai visual close up bayangan tokoh Semar dalam pakeliran yang
15
32
menunjukkan detail gerakan Semar sedang memberikan nasehat kepada anak-
anaknya Bagong, Gareng, dan Petruk. Kemudian kamera bergerak zoom out untuk
menangkap bingkai visual yang digunakan pada adegan ini adalah long shot atau
wide yang berguna untuk menggambarkan kesan objektif dan netral sekaligus
Suasana mencekam di hutan yang dialami oleh crew produksi semakin tegang
pergerakan kamera tracking follow mengikuti pergerakan tokoh Popy yang saat
itu berada dibalik layar pakeliran. Peristiwa gaib yang hendak ditunjukkan dalam
visual adalah tidak adanya dalang yang menggerakkan wayang pada saat itu.
dengan digunakannya bingkai visual long shot atau wide menegaskan bahwa
sejauh objek yang dapat ditangkap kamera tidak terdapat suatu aktivitas apapun
yang menunjukkan bahwa wayang sedang digerakkan secara sengaja oleh benda
bergerak tracking follow dengan shot size close up yang menunjukkan detail
ekspresi terkejut, kalut, sekaligus kegetiran yang dialami oleh crew produksi;
Sadha, Diaz, Popy, Micea, Dimas, dan Brama. Detail ekspresi masing-masing
tokoh yang terekam dalam kamera ikut membangun suasana mencekam dalam
33
Adegan peristiwa gaib yang digambarkan melalui pagelaran wayang ini
kemudian dilanjutkan dengan arti dari ucapan tokoh Semar .menungso wes
podo rusak, alam bakale ngamuk. Yen alam ngamuk, menungso bakal sengsoro.
menjaga alam agar kita semua selamat. Kalimat ini merupakan inti pesan dalam
film sekaligus menjadi panduan kepada penonton bahwa adegan berikutnya akan
Tabel 1.2
Ujian Harta, Wanita, dan Tahta16
Time Code Visual Teknik Sinematografi
00:47:53- Tipe angle:
00:48:29 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Close Up
Movement:
Tracking Follow
00:48:29- Tipe angle:
00:48:39 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Long Shot/ Wide
Movement:
Zoom In to Crazy
Angle
16
Godaan Tiga Ta tersebut mudah membuat kita melik anggendong lali, mudah
membuat kita lupa diri, lupa pada tata nilai, lupa akan baik buruk halal haram, sehingga bisa
menjerumuskan kita pada kenistaan.
34
00:52:43- Tipe angle:
00:55:22 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Shot
Movement:
Tracking Follow
00:55:22- Tipe angle:
00:56:41 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Very Long Shot
Movement:
Tracking Follow
01:13:56- Tipe angle:
01:14:53 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Close Up
Movement:
Tracking Follow
01:14:53- Tipe angle:
01:15:10 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Close Up
Movement:
Tracking Follow to
Crazy Angle
Setelah kejadian pagelaran wayang gaib yang dialami oleh para crew
Tiga Ta yaitu Harta, Wanita, dan Tahta yang dalam filosofi Jawa ketiga hal
ini akan membuat kita melik anggendong lali, mudah membuat kita lupa
35
diri, lupa pada tata nilai, lupa akan baik buruk halal haram, sehingga bisa
menjerumuskan kita pada kenistaan. 17 Godaan harta dalam film Keramat ini
Adegan diawali dengan visual tokoh Brama yang secara tiba-tiba menemukan
batu akik merah delima, dan sebilah keris dari balik semak-semak. Dengan
masih digunakannya tipe dan level angle subjektif serta eye level, film ini
pandang orang pertama melalui kacamata penonton sebagai bagian yang ikut
pandangan pada objek visual yang dalam hal ini adalah batu akik dan keris
direkam. Kedalaman gambar dan profil yang ditunjukkan dalam adegan ini
adalah bagaimana hubungan batu akik dan keris serta gesture ketakjuban
titik fokus dalam adegan ini adalah kegiatan Brama. Melalui tracking follow
cara berpikir Brama pada saat itu ketika ia tidak menghiraukan peringatan
17
36
tokoh lainnya dengan mengatakan Aku bisa kaya sekarang. Minggir, aku
menunjukkan akibat yang diterima oleh tokoh Brama yang gelap mata setelah
mendapatkan harta tiba-tiba. Visual yang terekam kamera dalam adegan ini
balik gelapnya malam. Bingkai visual yang digunakan dalam adegan ini
adalah long shot atau wide yang berguna untuk menunjukkan keseluruhan
gambaran dari pokok materi objek visual dan latar belakangnya. Melalui
alamiahnya tubuh Brama yang tertarik kedalam latar belakang yang gelap
kekuatan misterius yang menarik tubuh Brama. Hal ini ditegaskan melalui
pergerakan kamera zoom in, dan type shot yang berubah dari single shot
menuju group shot. Dengan pergerakan kamera zoom in, penonton diberikan
dan gesture Brama. Dan type shot single shot menuju group shot
37
Tidak berselang lama setelah hilangnya tokoh Brama, visual
menampilkan pergerakan dari zoom in yang stabil menuju crazy angle. Crazy
segera berlari menjauh dari latar dimana tokoh Brama hilang. Tercatat dalam
sebelum akhirnya visual menampilkan fase transisi cut to black atau tampilan
berupa visual berwarna hitam yang digunakan untuk melakukan time skip.
ujian. Kali ini ujian wanita dalam durasi 00:52:43-00:55:22. Dalam durasi
digunakan adalah medium shot dimana dalam bingkai visual ini bertujuan
dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi pemain. 18 Dalam visual
produksi pada saat itu. Pergerakan kamera tracking follow atau bergerak
mengikuti tokoh Diaz ingin menunjukkan kepada penonton bahwa kali ini
18
38
Kejadian yang menimpa tokoh Brama kembali terulang, melalui
gesture yang ditampilan dapat diambil pengertian bahwa tokoh Diaz telah
gelap mata. Sebab tokoh lain telah berusaha membujuk Diaz agar tidak
terjebak di hutan. Alasannya sederhana, para crew melihat adanya hal ganjil
dari tokoh wanita dadakan ini. Pertama, kemunculan tokoh wanita ini terkesan
berusaha mencari jalan keluar dari hutan. Kedua, tokoh wanita dadakan ini
justru membujuk Diaz agar tidak pergi dan bertahan di lokasi tersebut. Itulah
Melalui bingkai visual Very Long Shot, gambar yang terekam dalam
kamera adalah bagaimana Diaz dan tokoh wanita dadakan tersebut memilih
untuk bertahan dalam kegelapan, jauh dari sumber cahaya utama yaitu lampu
kamera. Pergerakan kamera yang digunakan dalam adegan ini adalah pan left
dan tracking follow. Dengan pergerakan kamera Pan left, penonton dapat
melihat bagaimana kamera bergerak menjauhi objek visual tokoh Diaz dan
penonton diberikan petunjuk bahwa peran utama Diaz telah hilang dan
selanjutnya peran utama akan digantikan kepada salah satu diantara crew
produksi yang tersisa yaitu Popy, Micea, Sadha, Dimas, dan Cungkring.
39
Ujian terakhir dalam scene dengan latar belakang keraton ini adalah
bahwa jika ingin selamat crew produksi yang terisa saat itu harus keluar dari
dalam hutan sebelum matahari terbit, tokoh Micea yang memiliki watak
ia tidak dapat melanjutkan usaha keluar dari hutan. Setidaknya itulah yang
digunakan dalam adegan ini adalah medium close up, dengan menggunakan
bingkai visual ini penonton dapat melihat secara detail bagaimana ekspresi
bahwa peran utama dalam adegan kali ini adalah Micea. Selanjutnya dalam
jabatan yang lebih tinggi kepada Cungkring yang saat itu hanya berprofesi
sebagai kameramen behind the scene menjadi kameramen utama dalam film.
berakibat fatal. Hal tersebut ditampilkan melalui bingkai visual medium close
40
berteriak seperti orang yang kehilangan kontrol atas dirinya. Kejadian ini
Hal ini menimbulkan kesan kepanikan yang dialami oleh tokoh Popy, Sadha,
Kuasa
Segera setelah mendengar nasehat dari sang ratu, sisa tim produksi
memutuskan untuk keluar dari tempat itu sebelum matahari terbit. Lokasi terakhir
adalah gunung Merapi, diyakini sebagai pusat kerajaan mahluk halus, sebagai
swarga pangrantunan, tempat di alam baka untuk menunggu giliran para roh
konflik panjang sekaligus menjadi akhir dari perjalanan spiritual dari crew
produksi. Sesaat setelah sampai di kaki gunung Merapi, terjadi gempa bumi
berkekuatan 5,9 pada skala Richter.20 Jumlah korban tewas gempa Jogjakarta
menembus angka 6.200 orang dengan korban luka 46.000 dengan lebih dari
33.000 orang luka berat. Dan lebih dari 67.000 bangunan hancur total dalam
19
http://sorot.news.viva.co.id/news/read/185790-antara-keraton-dan-merapi
20
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Yogyakarta_2006
41
gempa tersebut, sementara lebih dari 70.000 bangunan lain rusak berat, demikian
Tabel 3.3
Tiba di lereng gunung Merapi
Time Code Visual Teknik Sinematografi
01:15:11- Tipe angle:
01:15:19 Subjektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Shot
Movement:
Tracking Follow
and Crazy angle
01:15:19- Tipe angle:
01:17:00 Objektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Long Shot/ Wide
Movement:
Still
01:17:00- Tipe angle:
01:17:48 Objektif
Level angle:
Dutch angle
Shot Size:
Long Shot/ Wide
Movement:
Crazy Angle
Angin. Pergerakan kamera tracking follow mengikuti tokoh Sadha dan Migi,
21
http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2006/06/060601_quakeupdate.shtml
42
dua dari tiga orang crew produksi yang berhasil keluar dari hutan. Dalam
hutan dengan menggunakan crazy angle; gerakan kamera yang tak beraturan.
Gerakan kamera menampilkan gerakan berayun ke sisi kanan dan kiri dalam
jeda waktu yang berkesinambungan. Sesaat berhenti, lalu bangkit dan berdiri.
melelahkan.
bingkai visual ini terekam bagaimana gesture objek visual yakni tokoh Sadha
yang sedang berjuang dengan sisa-sisa tenaganya dan tokoh Migi yang dalam
keadaan tidak sadar dalam panggulan Sadha. Selain itu juga dengan bingkai
visual medium shot, penonton dapat melihat latar belakang adegan telah
berubah, di lereng gunung Merapi dengan setting visual didominasi oleh batu-
batuan khas gunung dan gunung Merapi sebagai latar belakangnya. Berbeda
halnya ketika adegan di dalam keraton, setting visual didominasi oleh barisan
tokoh dalam film. Efek kabut ini menunjukkan bahwa sisa crew produksi
yang berhasil keluar dari keraton telah melalui garis waktu dari malam hari
43
Selanjutnya dalam durasi 01:15:19-01:17:00 dimunculkan teknik
menggunakan tipe angle subjektif sebagai point of view, dalam visual justru
penonton sebagai pengamat dan tidak ikut berperan lagi sebagai pemain.
Pergantian tipe angle ini ditandai dengan pergerakan kamera yang turut
ini memberikan kesan bahwa kamera yang digunakan telah diletakkan sejajar
yang ada dalam bingkai. Dengan bingkai visual long shot / wide yang dapat
objek. Dalam visual group shot terlihat bagaimana ekspresi tokoh Popy, Migi,
betapa campur aduknya perasaan mereka pada saat itu. Dengan durasi kurang
lebih dua menit, penonton diberi ruang yang luas untuk menafsirkan
bagaimana ekspresi dari masing-masing tokoh dan interaksi antar tokoh dalam
frame.
44
yang diperlihatkan dalam frame semakin kuat hingga mengakibatkan
perubahan pada level angle yang semula digunakan adalah eye level, berubah
menjadi dutch angle; posisi kamera dalam kemiringan yang tidak sejajar
dengan garis linier tanah. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya gempa bumi
Popy, dan Migi sedang berlari menjauh hingga out-frame (keluar dari frame).
Saat itu objek visual yang dapat ditangkap oleh mata kamera berupa gambar
gambar berkedip, blank, normal, blank, normal, dan pada akhirnya pada visual
inilah kondisi alamiah kamera yang sedang tidak dalam posisi yang baik
45
Tabel 3.3
Slide Animasi Cliping Surat Kabar
Time Code Visual Teknik Sinematografi
01:17:47- Tipe angle:
01:17:51 Objektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Shot
Movement:
Track In
01:17:51- Tipe angle:
01:17:55 Objektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Shot
Movement:
Track In
01:17:55- Tipe angle:
01:17:59 Objektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Shot
Movement:
Track In
01:17:59- Tipe angle:
01:18:03 Objektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Shot
Movement:
Track In
46
01:18:03- Tipe angle:
01:18:07 Objektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Shot
Movement:
Track In
01:18:07- Tipe angle:
01:18:11 Objektif
Level angle:
Eye Level
Shot Size:
Medium Shot
Movement:
Track In
sebagaimana penjelasan tabel 3.1, bahwa fase ini menandai akhir dari proses
perekaman visual melalui mata kamera sebab kamera telah mati karena gempa
shot size medium shot memberikan penekanan pada detail objek visual yang
ditampilkan dalam frame. Pergerakan kamera track in, memberikan titik fokus
47
memberikan kesan misterius dan kengerian yang mendalam dari peristiwa
gempa bumi.
berupa potongan koran dengan headline 27 Mei, Jam 05:57 WIB Gempa
dalam adegan terakhir dengan latar gunung Merapi yang diperlihatkan sebagai
getaran yang kuat. Getaran yang dimaksud dalam visual adalah Gempa
Tektonik yang berpusat di Bantul. Dan keterangan jam 05.57 WIB dalam
spiritual crew produksi Menari diatas Angin yang dimulai dari latar Pantai
Parangtritis hingga Gunung Merapi sebagai bukan gejala alam biasa. Dengan
Konten visual ini berusaha menjelaskan sisi logis dari film Keramat sekaligus
48
menjadi bukti otentik yang memperkuat konten visual dalam setiap adegan
dalam film.
The Scene dan Kru Film Hilang Ditelan Gempa Bantul. Konten visual
dalam frame ini memberikan petunjuk yang lebih detail mengenai penjelasan
49