Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ANALISIS KOMPOSISI DAN CAMERA ANGLES DALAM FILM TIONGKOK


“NICE VIEW”
OLEH:

Ratna Sari Zai Rahel Sere Y. Manullang Ezra Mirael T. Siregar


211501039 211501043 211501054

Rut Yunita Olivia Aritonang


211501068 211501070

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta banyak kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah tentang Analisis Komposisi dan Camera Angles Dalam Film Tiongkok “Nice
View”. Selesainya tugas ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan YME, dan Ibu selaku dosen pengampu
mata kuliah ini.

Besar harapan kami bahwa tugas makalah ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
atau pun pihak yang berkepentingan. Selain itu, tugas ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari bentuk maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan tugas selanjutnya.

Medan, 11 Desember 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. I


DAFTAR ISI ............................................................................................................. II
INFORMASI FILM .................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 2
1.1 Latar belakang ......................................................................................................... 2
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
2.1 Kerangka Konseptual Berkaitan Dengan Sinematografi ......................................... 4
2.2 Analisis ..................................................................................................................... 7
2.2.1 Teknik Komposisi dalam Sinematografi ............................................................... 7
2.2.2 Analisis Teknik Komposisi dalam Sinematografi .................................................. 10
2.2.3 Teknik Kamera Angle dalam Sinematografi ......................................................... 12
2.2.4 Analisis Teknik Kamera Angle dalam Sinematografi ............................................ 14
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 20
LAMPIRAN SINOPSIS............................................................................................... 21

ii
INFORMASI FILM

Gambar 1. Poster Film Tiongkok


Judul Film : Nice View

Nama Pemeran : Jackson Yee (Jing Hao), Yu Tian (Liang Yongcheng), Halin Chen (Jing
Tong), Xi Qi (Wang Chunmei), Jinguo Gong (Zhong Wei), Lei Gong
(Zhang Longhao), Yao Huang (Wu Xiaoli), Wang Ning (Liu Hengzhi),
Eric Wang (Li Ping), Juncong Xu (Zhang Chao)

Sutradara : Wen Muye

Produser : Ning Hao

Durasi : 106 menit

Bahasa pengantar : Mandarin

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Film merupakan media komunikasi yang bersifat audiovisual yang menyampaikan
pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Film juga
dianggap sebagai media komunikasi massa yang efektif kepada kelompok sasarannya,
yaitu massa. Sifat audiovisual film memungkinkan mereka menceritakan banyak cerita
dalam waktu singkat. Saat menonton sebuah film, penonton seolah mampu melampaui
ruang dan waktu untuk menceritakan kisah hidup bahkan mempengaruhi penontonnya
(Asri, 2020).
Perfilman China memiliki potensi yang sangat besar, baik dari segi karya maupun dari
segi penontonnya. Perkembangannyapun sangat dinamis, mulai dari perfilman yang
mengarah pada dunia kungfu, gangster, indegenous, sampai dengan dunia
modernisme, dan fantasi. Film China menyebar di berbagai negara, salah satu di
antaranya adalah di Indonesia (Ahmadi, 2018).
Dalam film tentunya harus turut menghadirkan emosi kesedihan, ketakutan atau rasa
senang melalui keahlian sintaktis sinematik yang telah dikembangkan selama lebih dari
satu abad. Sinematografi pada dasarnya adalah seni bercerita secara visual, dan dapat
didefinisikan sebagai keahlian sinematografer atau spesialis sinematik sebuah film.
Sinematografer memiliki bakat artistik, terutama selera fotografi, dan pemahaman yang
baik tentang teknik dasar fotografi, perbedaan lensa kamera, komposisi fotografi yang
berbeda, jenis kamera video, dan cara kerja kamera video (Prasetyo, 2021).
Sinematografi adalah seni dan teknik menangkap cerita secara visual dan membuat
film. Faktanya, sinematografi secara teknis adalah ilmu yang merekam cahaya baik secara
elektronik pada sensor gambar atau secara kimiawi pada film. Dalam fotografi dan
sinematografi, setiap bagian mempunyai komposisi atau teknik unik dalam
penggunaannya. Dalam fotografi, memiliki beberapa konfigurasi, antara lain Golden Ratio,
Rule of Thirds, Golden Triangle, Balance, Leading Line, dan Lighting. Sinematografi juga
memiliki komposisi seperti rule of third, headroom, noseroom atau lookroom, leadroom,
garis terdepan, dan diagonal. Oleh karena itu, untuk mendapatkan foto yang bagus,
seluruh fotografer harus mempertimbangkan komposisi gambar (Anjaya dan Deli, 2020).

2
Camera angle yang sering juga disebut dengan sudut pengambilan kamera adalah
suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan dengan menempatkan
kamera pada sudut dan ketinggian tertentu. Kesalahan angle camera ada yang
berdampak besar dan ada juga yang kecil yang tidak begitu berpengaruh tapi tetap
mengganggu dalam proses kaidah pengambilan gambar (Sitorus dan Simbolon., 2019).

1.2 Tujuan Makalah


 Untuk mengetahui analisis teknik komposisi dalam sinematografi pada film "Nice
View".
 Untuk mengetahui analisis teknik kamera angle dalam sinematografi pada film “Nice
View”.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Konseptual Berkaitan dengan Sinematografi

Film “Nice View”

The Five C’s of Cinematography

Camera Continuity Composition Close-Ups Cutting


Angles

Objektif Lookroom

Subjektif Pattern and Repetition

Point of Deep Space Composition


View
Balance

Headroom

Kesimpulan

4
Film sebagai salah satu media massa, lewat film informasi dapat dikonsumsi
dengan lebih mendalam karena film merupakan media audio visual. Media ini banyak
digemari oleh masyarakat karena dapat dijadikan sebagai sarana hiburan maupun
penyalur hobi. Film juga merupakan saluran berbagai macam gagasan, ide, konsep serta
mempunyai dampak dari penayangannya. Dampak dari penayangan film, ketika seorang
melihat film, maka pesan yang disampaikan film tersebut secara tidak langsung akan
berperan membentuk persepsi terhadap pesan film tersebut. Meskipun film berupa
tontonan hiburan artinya film berfungsi sebagai hiburan. Sebagai salah satu media massa
efek pesan yang ditimbulkan pada film ialah dalam kemasan realitas simbolik, ada yang
secara langsung dirasakan oleh Khalayak namun ada pula yang berdampak jangka panjang
(Fortaliana dan Sya’Dian, 2021).

"The Five C's of Cinematography" adalah konsep yang dirumuskan oleh Joseph V.
Mascelli. Konsep ini membahas prinsip-prinsip penting yang harus dipahami untuk
menciptakan gambar-gambar yang kuat dan efektif dalam sinematografi (Fortaliana dan
Sya’Dian, 2021).

1. Camera Angle (sudut pandang kamera)


Camera angle merupakan suatu sudut pandang yang mewakili penonton.
Pengambilan suatu sudut pandang suatu kamera yang baik harus sangat
diperhatikan, karena hasil gambar yang baik akan membuat alur sebuah cerita
lebih menarik. Sudut pandang kamera dapat diartikan mata penonton.
Penggunaan camera angle yang baik akan menambah visualisasi dramatic dari
cerita, dan sebaiknya bila pemilihan sudut pandang kamera hanya srabutan tanpa
mempertimbangkan dari nilai-nilai estektika akan merusak atau membingungkan
penonton dengan pelukisan adegan sedemikian rupa hingga maknanya sulit untuk
dipahami (Ibrahim, 2022).
2. Continuity (kesinambungan gambar)
Continuity adalah teknik penggambungan/pemotongan gambar (kesinambungan
gambar) untuk mengikuti suatu aksi melalui satu patokan tertentu. Bertujuan
untuk menghubungkan shot-shot agar aliran adegan menjadi jelas, halus, dan
lancar (smoth/seamless). Dan countinuity edit shot menjadi komponen terkecil

5
pembentukan efek logis gaya naratif. Shot yang sekaligus menjadi bagian dari
kesatuan adegan yang disebut scene. Scene adalah tempat atau setting dimana
kejadian itu terjadi. Adapun beberapa bentuk continuity yang digunakan agar
memudahkan penyampaian pesan, menghibur dan memberikan makna yang
berdampak efektif bagi pemirsa (Fachruddin, 2012).
3. Composition (komposisi)
Komposisi adalah suatu cara untuk meletakkan objek gambar di dalam layar
sehingga gambar tersebut tampak menarik, menonjol dan bisa mendukung alur
cerita. Secara sederhana komposisi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
membuat sebuah gambar dalam sebuah frame terlihat menarik dan objek yang
ingin ditampilkan terlihat lebih menonjol. Menurut Bambang Semedhi, seperti
yang ditulis dalam bukunya, teori komposisi terdiri dari tiga unsur, yaitu:
- Rule of third
- Golden mean area
- Diagonal depth
(Ibrahim, 2022).
4. Close-Ups (pemotretan detail)
Close up sendiri berarti pengambilan gambar dengan ukuran shoot dari atas
kepala hingga atas pundak, biasanya digunakan untuk mengungkapkan suatu
penekanan dialog dari para pemain didalam suatu film. Medium shoot adalah
pengambilan gambar dengan ukuran shoot dari atas kepala hingga bawah
dada/perut, biasa nya ingin menampilkan objek sedang dalam suatu tempat dan
lingkungan yang ingin diperlihatkan oleh sang sutradara. Long shoot adalah
pengambilan gambar dengan ukuran shoot dari atas kepala sampai bawah kaki,
biasanya ukuran shoot ini diambil dengan maksud ingin menampilkan objek denga
aktivitas tambahan dari sekeliling objek, misalnya orang yang sedang beraktivitas
disamping objek. Establise shoot adalah pengambilan gambar yang bertujuan
untuk menunjukan seting waktu, tempat dan lokasi si objek saat menjalankan
aktifitasnya, biasanya shoot ini diambil dari kejauhan (Ibrahim, 2022).
5. Cutting (pemotongan)

6
Cutting dalam sinematografi dibutuhkan sebagai transisi diantara penyambungan
shot-shot gambar secara ritmis sehingga persepsi penonton tidak merasakan
gambar-gambar terputus/terpotong-potong. Hal tersebut terkenal dengan
invisible editing atau dengan kata lain sebagai penyambung potongan-potongan
gambar yang tidak menimbulkan kesan penyambungan gambar tersebut (Ibrahim,
2022).

2.2 Analisis
2.2.1 Teknik Komposisi dalam Sinematografi
a. Rule of Thirds
Teknik komposisi dalam sinematografi yang pertama adalah rule of thirds. Yang
dimaksud dengan rule of thirds adalah teknik komposisi yang membagi frame ke dalam
3×3 bagian atau 9 kotak. Aturan ini mengusulkan bahwa titik awal perkiraan yang berguna
untuk setiap pengelompokkan komposisi adalah menempatkan point of interest utama di
tempat kejadian pada salah satu dari empat persimpangan garis interior. Aturan
komposisi ini merupakan atuan sederhana yang efektif untuk komposisi frame apapun.
b. Headroom
Headroom atau head room adalah salah satu konsep komposisi estetika yang
membahas posisi vertikal relatif subyek di dalam frame gambar. Headroom sejatinya
mengacu pada jarak antara bagian atas kepala subyek dan bagian atas frame. Namun,
istilah ini terkadang digunakan sebagai pengganti lead room, nose room, atau look
room. Jumlah headroom yang secara estetika dianggap menyenangkan adalah kuantitas
yang dinamis, yang berubah secara relatif terhadap seberapa banyak frame yang diisi oleh
subyek.
c. Noseroom atau Lookrom
Noseroom atau lookroom adalah salah satu konsep komposisi yang cenderung
menempatkan aktor di tengah tengah frame gambar. Noseroom atau lookroom adalah
ruang antara subyek dan tepi layar. Jika sebuah karakter diputar ke samping, seolah-olah
pandangannya memiliki bobot visual tertentu. Hasilnya, kita jarang memposisikan kepala
di bagian tengah frame dengan tepat, kecuali saat sang aktor kurang lebih melihat

7
melihat langsung ke arah kamera atau menjauh dari kamera. Umumnya, semakin kepala
berpaling ke samping maka semakin banyak noseroom yang diperbolehkan.
d. Leadroom atau Leadspace
Lead room adalah ruang terbuka yang dilihat oleh aktor dalam film dan ruang ini
berada di depan atau di hadapan aktor. Jika aktor sedang melihat frame kiri, maka aktor
harus ditempatkan pada frame kanan begitu juga sebalikyan. Hal ini
membuat framing atau pembingkaian menjadi nyaman karena subyek sedang melihat
ruang terbuka di depannya.
e. Leading Lines
Leading lines pada umumnya adalah garis imajiner yang membentang dari satu
obyek ke obyek lain untuk menarik perhatian khalayak dari fokus obyek utama ke obyek
sekunder. Leading lines menciptakan adanya pergerakan yang menambah energi gambar.
f. Diagonals
Sebagaimana halnya leading lines, diagonal juga menarik perhatian khalayak ke
arah yang menciptakan gerakan. Teknik komposisi ini lebih banyak diterapkan dalam
fotografi, namun dalam sinematografi teknik komposisi ini juga merupakan cara yang
bagus untuk menciptakan kinesis.
g. Figure to ground
Komposisi ini berkaitan erat dengan mata manusia yang cenderung
memperhatikan hal-hal yang kontras. Adanya kontras antara subyek dan latar belakang
dapat menciptakan kedalaman serta dapat membantu khalayak untuk mengarahkan
subyek ke dalam ruang.
h. Pattern and Repetition
Komposisi ini terkait dengan ketertarikan manusia pada pola. Dengan
menggunakan pola dan pengulangan, akan menarik perhatian khalayak kepada gambar.
i. Balance
Keseimbangan visual ataupun kekurangseimbangan visual adalah salah satu
bagian penting komposisi dalam sinematografi. Setiap elemen dalam komposisi visual
memiliki bobot visual masing-masing. Elemen-elemen tersebut dapat diatur ke dalam
komposisi yang seimbang maupun komposisi yang tidak seimbang. Bobot visual sebuah

8
obyek utamanya ditentukan oleh ukuran obyek dan dipengaruhi oleh posisi obyek
tersebut dalam sebuah frame, warna obyek, serta pergerakan obyek.
j. Frame within a Frame
Terkadang komposisi menuntut sebuah frame yang berbeda dari aspek rasio film.
Untuk mengatasinya adalah dengan dengan menggunakan frame within a frame dalam
artian menggunakan elemen-elemen framing dalam mengambil gambar. Frame within a
frame sangat berguna bagi film berformat layar lebar dan dapat digunakan tidak hanya
untuk mengubah aspek rasio pengambilan gambar tetapi juga untuk memusatkan
perhatian pada elemen cerita yang penting.
k. Static Composition
Komposisi statis adalah komposisi yang mayoritas menggunakan garis horizontal
dan garis vertikal. Secara teori, garis horizontal dan vertikal bersifat menenangkan.
l. Dynamic Composition
Selain komposisi statis atau static composition, ada pula yang disebut dengan
komposisi dinamis atau dinamic composition. Komposisi dinamis adalah komposisi yang
memiliki banyak garis diagonal. Dinamisme atau kegembiraan berasal dari fakta bahwa
diagonal agak mengganggu.
m. Deep Space Composition
Deep space composition adalah komposisi visual yang secara total menempatkan
informasi atau subyek yang penting pada semua bagian frame dan menciptakan sebuah
ilusi kedalaman.
n. Shot Composition
Pada umumnya, dalam sebuah komposisi terbagi menjadi tiga bidang
yaitu background atau latar belakang, middleground atau latar tengah,
dan foreground atau latar depan. Latar belakang sebuah komposisi adalah bidang dalam
komposisi yang terletak jauh di belakang aktor. Latar tengah sebuah komposisi adalah
bidang visual yang terletak antara latar belakang dan latar depan, latar depan sebuah
komposisi adalah bidang visual yang tampak paling dekat dengan actor. Skala komponen
ini sering berkorelasi dengan dominasi gambar. Biasanya, latar depan seringkali paling
dominan karena skala obyek gambar yang lebih besar. Namun hal ini tidaklah mutlak

9
karena terdapat berbagai macam faktor lainnya yang dapat mengubah dominasi
komposisi.

2.2.2 Analisis Teknik Komposisi dalam Sinematografi


 Rule of Thirds

Gambar 2. Scene Film “Nice View”


Scene 1: Adegan ini memperlihatkan Jing Hao yang melalukan rutinitas tiap
malamnya untuk membuat dosis obat adiknya.
 Headroom

Gambar 3. Scene Film “Nice View”


Scene 2: Adegan ini memperlihatkan Jing Hao dan adiknya setelah mereka selesai
menyikat gigi.
 Noseroom atau Lookroom

10
Gambar 4. Scene Film “Nice View”
Scene 3: Adegan ini memperlihatkan perbincangan Jing Hao yang mana ia
menjelaskan tentang biaya untuk perawatan adiknya yang sedang sakit.
 Diagonals

Gambar 5. Scene Film “Nice View”


Scene 4: Adegan ini memperlihatkan Jing Hao dan timnya sedang mengerjakan
tugas mereka dalam mengolah hp lama menjadi yang baru.
 Pattern and Repetition

Gambar 6. Scene Film “Nice View”


Scene 5: Adegan ini memperlihatkan Jing Hao dan timnya sedang berfoto untuk
pertama kalinya agar usaha mereka dapat berjalan dengan baik.
 Balance

11
Gambar 7. Scene Film “Nice View”
Scene 6: Adegan ini memperlihatkan Jing Hao yang sedang berdiri didepan
panggung untuk memperkenalkan produk dan usaha barunya yang ia rintis selama
6 tahun lamanya.

2.2.3 Teknik Kamera Angle dalam Sinematografi


a. Objective Camera Angle
Teknik ini memfilmkan dari sudut pandang sampingan. Penonton melihat
peristiwa tersebut melalui sudut pandang pengamat yang tidak terlihat, seolah-olah
sedang menguping. Juru kamera dan sutradara terkadang merujuk terhadap perlakuan
kamera candid ini sebagai sudut pandang penonton. Karena mereka tidak menyajikan
acara tersebut dari sudut pandang siapa pun dalam adegan itu, sudut kamera obyektif
tidak bersifat pribadi. Objek foto yang difoto tampak tidak menyadari kamera dan tidak
melihat langsung ke lensa. Jika, seorang pemain melihat ke dalam lensa secara tidak
sengaja, meskipun dengan pandangan sekilas, pemandangan harus diambil ulang - jika
sudut objektif dipertahankan. Kebanyakan adegan film difilmkan dari sudut pandang
kamera objektif.
b. Subjective Camera Angle
Sudut kamera subjektif memfilmkan dari sudut pandang pribadi. Penonton
berpartisipasi dalam aksi layar. Penonton diposisikan didalam gambar, baik sebagai
partisipan aktif atau dengan bertukar tempat dengan orang yang ada didalam gambar dan
seakan-akan melihat peristiwa itu dengan matanya. Penonton juga terlibat dalam gambar
Ketika pemeran dalam adegan melihat langsung ke lensa kamera sehingga membentuk
hubungan mata ke mata antara pemain dan penonton.
c. Point-of-View Camera Angle

12
Bidikan sudut pandang sedekat mungkin dengan tujuan tembakan bisa mendekati
keadaan objektif. Kamera diposisikan di sisi pemain subjektif - yang sudut pandangnya
adalah sedang digambarkan. Penampil tidak melihat melalui mata pemain, seperti sudut
pandang subjektif di mana kamera bertukar tempat dengan pemutar layar. Namun, dia
melihat kejadian itu dari sudut pandang pemain, seolah-olah berdiri di sampingnya.
Dengan demikian, sudut kamera tetap objektif, karena merupakan pengamat yang tidak
terlihat tidak terlibat dalam aksi. Sebuah Pemain di layar melihat ke arah pemain yang
sudut pandangnya digambarkan, terlihat agak ke samping kamera - bukan ke dalam lensa
kamera.
d. Subject size dan Camera height
1. Subject size
 Extreme Long Shot (ELS) merupakan bidikan jarak jauh yang ekstrem
menggambarkan area yang sangat luas dari jarak yang sangat jauh.
 Long Shot (LS) merupakan Sebuah tembakan jarak jauh mengambil seluruh
area aksi. Tempat, orang, dan benda yang ada di dalamnya adegan
ditampilkan dalam gambar panjang untuk memperkenalkan penonton
dengan penampilan mereka secara keseluruhan.
 Medium Shot (MS atau MED didefinisikan sebagai bidikan antara long-shot
dan close-up. Pemain difilmkan dari atas lutut, atau tepat di bawah
pinggang.
 Typical Two Shot adalah tipe bidikan yang dilakukan dengan menampilkan
dua orang dalam sebuah frame kamera. Penggunaan teknik satu ini
dilakukan untuk membangun hubungan antara kedua subyek yang saling
berinteraksi dan terlibat dalam tindakan tertentu.
 Close-Up merupakan teknik pengambilan gambar dari bahu hingga kepala
seseorang. Teknik pengambilan gambar ini menunjukkan ekspresi, emosi,
dan perasaan yang dirasakan oleh suatu karakter.
 Insert adalah salah satu teknik pengambilan gambar dalam film, yaitu
gambar close-up yang disisipkan ke dalam adegan dramatis, biasanya
bertujuan agar penonton dapat melihat apa yang dilihat oleh karakter di
layer

13
 Descriptive shot merupakan bidikan bergerak yang dapat dilakukan dengan
kamera berputar ke arah objek.
2. Camera height
 Level angle (Eye level) ialah angle kamera yang cukup umum dan paling
sering digunakan. Eye level atau sudut pandang yang sejajar dengan mata
manusia.
 High angle disebut juga sudut pandang dari atas, membuat objek kelihatan
kecil dan objek menjadi seperti miniatur. Sudut pandang ini bisa juga
digunakan untuk mengambil pemandangan dari ketinggian untuk memberi
kesan luas.
 Low Angle atau sudut pandang dari bawah membuat objek terlihat lebih
tinggi dan kokoh. Biasanya, low angle digunakan untuk pemotretan
arsitektur karena memberikan kesan kokoh dan megah.

2.2.4 Analisis Teknik Kamera Angle dalam Sinematografi


 Objective Camera Angle

Gambar 8. Scene Film “Nice View”


Scene 1: Adegan ini memperlihatkan suasana jalan raya pada siang hari. Adegan
ini direkam melalui angle dengan jenis objective camera angle, extra-long shot
dan high angle.

14
Gambar 9. Scene Film “Nice View”
Scene 2: Adegan ini memperlihatkan seorang kakek yang sedang menonton
televisi disorot dari belakang. Adegan ini direkam melalui angle dengan jenis
objective camera angle, medium shot dan eye level angle.

Gambar 10. Scene Film “Nice View”


Scene 3: Adegan ini memperlihatkan suasana tempat tinggal Jing Hao dan Jing
Tong. Adegan ini direkam melalui angle dengan jenis objective camera angle,
long shot dan high angle.

Gambar 11. Scene Film “Nice View”

15
Scene 4: Adegan ini memperlihatkan Jing Hao sedang mengikat tali sepatu Jing
Tong. Adegan ini direkam melalui angle dengan jenis objective camera angle,
two-shot dan high angle.

Gambar 12. Scene Film “Nice View”


Scene 5: Adegan ini memperlihatkan HP yang sedang diperbaiki Jing Hao. Adegan
ini direkam melalui angle dengan jenis objective camera angle, close up dan low
angle.
 Subjective Camera Angle

Gambar 13. Scene Film “Nice View”


Scene 6: Adegan ini memperlihatkan Jing Hao sebagai objek utama adegan.
Adegan ini direkam melalui angle dengan jenis subjective camera angle, medium
shot dan high angle.

16
Gambar 14. Scene Film “Nice View”
Scene 7: Adegan ini memperlihatkan Jing Tong yang menghadap kearah kamera
(dalam adegan mengarah ke kakaknya). Adegan ini direkam melalui angle dengan
jenis subjective camera angle, long shot dan eye level angle.

 Point of View Camera Angel

Gambar 15. Scene Film “Nice View”


Scene 8: Adegan ini memperlihatkan Jing Hao sedang mengobrol dengan
seseorang. Adegan ini direkam melalui angle dengan jenis point of view camera
angle, extra-long shot dan low angle.

17
Gambar 16. Scene Film “Nice View”
Scene 9: Adegan ini memperlihatkan Jing Hao sedang mengobrol dengan
seseorang. Adegan ini direkam melalui angle dengan jenis point of view camera
angle, two-shot dan eye level angle.

Gambar 17. Scene Film “Nice View”


Scene 10: Adegan ini memperlihatkan Jing Hao sedang mengobrol dengan Jing
Tong. Adegan ini direkam melalui angle dengan jenis point of view camera angle,
two-shot (Dimana objek kiri (Jing Hao) lebih dominan akibat posisi dan lighting)
dan eye level angle.

18
BAB III
KESIMPULAN
 Kerangka konseptual berkaitan dengan sinematografi pada film "Nice View" adalah
camera angels (sudut kamera), continuity (kontinuitas), composition (komposisi),
close-ups (pemotretan detail), cutting (pemotongan)
 Teknik komposisi dalam sinematografi pada film "Nice View" digunakan jenis
komposisi Rule of Thirds, Headroom, Noseroom atau Lookroom, Diagonals, Pattern
and Repetition dan Balance
 Teknik kamera angle dalam sinematografi pada film “ The Captain” digunakan secara
objektif (memotret dari sudut pandang sampingan) dan subjektif (memotret dari
sudut pandang pribadi) serta terdapat point of view dari pemain

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2018. Knight Of Shadows (Between Yin dan Yang): Interpretasi Film China
Dalam Perspektif Psikologis-Filosofis. Jurnal Bahasa Indonesia, Sastra, Dan
Pengajarannya. 4(2) : 162 -173.
Asri, R. 2020. Membaca Film Sebagai Sebuah Teks: Analisis Isi Film “Nanti Kita Cerita
Tentang Hari Ini (Nkcthi). Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial. 1(2) : 74-86.
Deli., Anjaya, A. 2020. Studi Perbedaan Komposisi Pada Sinematografi Dan Efek Yang
Dihasilkan. Jurnal UIB. 1(1) : 604 – 612.
Prasetyo, M. E. 2021. Kajian Komposisi Visual Pada Film Serial Netflix Drama Fiksi Ilmiah
Berjudul The 100 Karya Jason Rothenberg. Jurnal Titik Imaji. 4(1) : 45-64.
Sitorus, C. P., Simbolon, B. R. 2019. Penerapan Angle Camera Dalam Videografi Jurnalistik
Sebagai Penyampai Berita Di Metro Tv Biro Medan. Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi.
4(2) : 137-150.

20
LAMPIRAN SINOPSIS FILM
Nice View merupakan film drama keluarga China yang fokus pada kerja keras
seorang kakak untuk mendapatkan biaya pengobatan adiknya. Film itu berhasil masuk 9
besar film terlaris di dunia pada 2022. Berikut sinopsis film Nice View.
Nice View mengisahkan kehidupan Jing Hao (Jackson Yee) yang berusia 20 tahun dan
hidup di Shenzhen bersama adik perempuannya Jing Tong (Ha Lin).
Setiap hari, ia bekerja keras untuk memastikan kehidupan adiknya setelah sang
ibu meninggal dunia. Tak hanya itu, ia juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan
Jing Tong bisa segera pulih dari penyakit yang mengganggu pernapasan. Berdasarkan
keterangan dokter, Jing Tong yang kini berusia enam tahun harus menjalani operasi
secepat mungkin, atau sebelum berusia delapan tahun sehingga pemulihan bisa lebih
cepat. Kondisi tersebut membuat Jing Hao memutar otak demi bisa mengumpulkan uang
setidaknya 300 ribu hingga 500 ribu yuan atau setara Rp650,1 juta hingga Rp1,08 miliar
untuk biaya operasi, perawatan, dan obat-obatan Jing Tong. Semua angka tersebut
terlihat mustahil didapatkan Jing Hao yang sehari-hari hanya bekerja sebagai tukang
reparasi handphone.
Awalnya, ia merasa mungkin untuk mulai mengumpulkan uang tersebut dengan
memperbaiki handphone rusak, membuatnya seperti baru, dan menjualnya kepada
penjual handphone di counter-counter. Namun, harapan itu pupus setelah pemerintah
China menetapkan hal tersebut sebagai bisnis ilegal. Sehingga, Jing Hao kembali bekerja
serabutan demi mengumpulkan uang. Pada suatu hari, Jing Hao tersadar memiliki
keahlian dalam bidang elektronik terutama handphone. Hal itu yang kemudian menjadi
dasar baginya untuk mencoba bangkit demi mendapatkan uang operasi sang adik.

21

Anda mungkin juga menyukai