Anda di halaman 1dari 7

NIRMANA, Vol. 20, No. 1, Januari 2020, 9-16 DOI: 10.9744/nirmana.20.1.

9-16
ISSN 0215-0905 print / ISSN 2721-5695 online

Unsur Sinematografi untuk Mendukung Ketegangan


dalam Film “Sasmita Narendra”

Rony Ramadhan
Penciptaan Seni Videografi, Program Pascasarjana
Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Jl. Suryodiningratan No. 8 Yogyakarta
E-mail: rony.ramadhan24@gmail.com

Abstrak

Unsur dramatik pada cerita memiliki peran penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses
penciptaan karya film. Terdapat empat unsur dramatik yaitu conflict, curiosity, surprise, dan
suspense. Keempat unsur tadi merupakan unsur-unsur penting dalam membangun dramatisasi
pada sebuah film. Film “Sasmita Narendra” adalah sebuah film fiksi bergenre thriller dengan latar
belakang kehidupan sosial budaya masyarakat Yogyakarta yang dikerucutkan pada polemik
kehidupan sosial yang terjadi dalam hubungan pernikahan. Konsep karya pada film ini adalah
bagaimana membangun salah satu unsur dramatik yaitu ketegangan dengan menerapkan unsur
sinematografi. Proses perwujudan karya ini dilakukan melalui analisis pada tiap sequence dengan
titik ketegangan yang telah ditentukan untuk mengidentifikasi bagaimana ketegangan tersebut
dapat dibangun dengan unsur sinematografi. Unsur sinematografi tersebut antara lain adalah
komposisi, angle kamera, pergerakan kamera, dan pencahayaan.

Kata Kunci: Unsur Dramatik, Ketegangan, Unsur Sinematografi.

Abstract

The dramatic element in the story plays an important role and cannot be separated from the process
of creating a film work. There are four dramatic elements, namely conflict, curiosity, surprise, and
suspense. These four elements are important in building a dramatization of a film. The film
"Sasmita Narendra" is a fictional thriller film with the background of the socio-cultural life of the
people of Yogyakarta, which is narrowed down to the polemic of social life that occurs in marital
relationships. The concept of the work in this film is how to build a dramatic element, namely tension
by applying cinematographic elements. The process of creating this work is carried out by analyzing
each sequence with a predetermined point of tension to identify how this tension can be built with
cinematographic elements. Cinematographic elements include composition, camera angle, camera
movement, and lighting.

Keywords: Dramatic Elements, Suspense, Cinematographic Elements

Pendahuluan Narendra” terbagi menjadi dua bagian yaitu


mimpi dan realita, dari kedua bagian itu
Berbagai aspek dalam kehidupan ber- memiliki tingkat ketegangan dan konflik
masyarakat selalu terdapat gesekan-gesekan berbeda sehingga visualisasi bagian mimpi dan
yang kadang menimbulkan konflik, salah realita akan dibedakan dengan menggunakan
satunya adalah rasa cinta ataupun rasa unsur sinematografi yang berbeda pula. Dalam
kebencian. Bercerita tentang Sutrisno, seorang sebuah struktur cerita di dalamnya terdapat
suami pengoleksi barang-barang antik yang unsur dramatik di mana menjadi hal penting
mengalami hal-hal aneh setelah menerima dalam membangun dramatisasi cerita.
sebuah keris pusaka dari temannya. Kejadian-
kejadian aneh yang dialami Sutrisno terjadi Unsur dramatik dibagi menjadi 4 yaitu conflict,
dalam mimpi dan terus berulang (looping). curiosity, surprise, dan suspense dimana unsur
Selain itu, Sutrisno juga diikuti oleh sesosok tersebut memiliki peran yang berbeda-beda
bayangan hitam yang melakukan teror ter- namun saling berkaitan satu sama lain
hadap dirinya. Pada sisi yang lain justru istri (Lutters, 2010:100). Munculnya ketegangan
Sutrisno melakukan perselingkuhan dengan (suspense) dalam sebuah film cerita bergenre
Rudi. Struktur cerita dalam naskah “Sasmita thriller tentunya sudah menjadi sebuah

9
10 Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, Vol. 20, No. 1, Januari 2020: 9-16

kewajaran. Ketegangan dalam sebuah film kamera bertindak sebagai mata dari penonton
dapat disampaikan dengan berbagai cara, yaitu yang tidak kelihatan.
dengan menggunakan berbagai unsur sinema-
tografi. Mascelli juga menjelaskan bahwa menuntut
seluruh perekaman kamera dilakukan secara
Unsur sinematografi memainkan peran yang “mobile” yang akan memperlihatkan pemain
sangat penting dalam produksi-produksi film tersebut bergerak, duduk di kursi atau
maupun televisi, bukan hanya sekadar memandang pemain lainya (Mascelli, 2010:12).
memvisualisasikan sebuah naskah namun Kamera harus bergerak untuk memperagakan
memiliki pemaknaan tersendiri dalam setiap gerakan-gerakan pemain ketika ia berjalan.
gambar yang muncul dalam sebuah layar. Seorang tokoh di dalam adegan yang meman-
Unsur sinematografi yang diterapkan pada dang ke arah lensa membangun keterlibatan
film “Sasmita Narendra” antara lain adalah penonton dalam perekamnya, yakni karena
komposisi, angle kamera, pergerakan kamera, terjadi hubungan antara pemain dan penonton
dan pencahayaan. Biran (2006) juga men- melalui pandangan. Penonton ditempatkan di
jelaskan dengan adanya kemampuan bergerak dalam perekaman, baik dia sendiri sebagai
kamera film yang bisa mengambil objeknya peserta aktif atau bergantian dengan seorang
dari jarak dekat, jarak jauh, bisa berpindah pemain dalam perekaman dan menyaksikan
kemana saja dari objek satu dengan lainya kejadian yang berlangsung melalui matanya.
sesuai dengan yang diinginkan oleh pencerita, Fungsi angle kamera ini untuk membawa mata
maka fokus perhatian penonton bisa dipaksa penonton sebagai mata pemain, sehingga
supaya hanya melihat apa yang diinginkan dihasilkan efek yaitu penonton bisa melihat
oleh pencerita saja sesuai dengan kebutuhan apa yang dilihat pemain secara langsung.
cerita. Kamera subjektif bisa memvisualkan adegan
melalui cara-cara sebagai berikut:
Dalam film “Sasmita Narendra” salah satu 1. Kamera berlaku sebagai mata penonton
unsur sinematografi yang menjadi menarik untuk menempatkan mereka berada di
adalah ketika ketegangan didukung dengan dalam adegan.
angle kamera sebagai sudut pandang. 2. Kamera berganti-ganti tempat dengan
Ketegangan merupakan salah satu unsur seorang yang berada dalam gambar.
dramatisasi yang diterapkan dalam film 3. Kamera bertindak sebagai mata penonton
“Sasmita Narendra”. Munculnya ketegangan yang tidak kelihatan.
secara dominan divisualisasikan dengan angle
kamera subjektif dan point of view dimana Angle kamera point of view atau yang disingkat
penonton akan dibawa seolah ikut merasakan menjadi (POV), merekam adegan dari titik
secara langsung ketegangan yang terjadi di pandang pemain tertentu (Mascelli, 2010:22).
dalam film “Sasmita Narendra” sehingga Mascelli juga menjelaskan bahwa:
penonton hanya akan mendapatkan informasi, “point of view adalah angle kamera objektif,
baik secara visual maupun audio dari satu tapi karena berada di angle kamera objektif
sudut pandang kamera. Angle kamera subjektif dan subjektif maka angle ini harus
adalah sudut pengambilan gambar yang ditempatkan pada kategori yang terpisah
dimana sudut itu mewakili mata penonton. dan diberikan pertimbangan khusus.”

Kamera subjektif membuat perekaman dari Point of view shot adalah sedekat shot subjektif
titik pandang tertentu seseorang dengan dalam kemampuan meng-approach sebuah
penjelasan singkat, kamera bertindak sebagai shot subjektif dan tetap objektif. Point of view
mata penonton. Tiap anggota dari penonton shot bisa digunakan apabila menginginkan
mendapati bahwa ia berada dalam adegan keterlibatan penonton lebih akrab dengan
tidak hanya mengamati kejadian-kejadian kejadian. Penonton dapat dikatakan me-
sebagai pengamat yang tidak tampak langkah ke dalam gambar, menyaksikan para
(Mascelli, 2010:8). Penonton berpartisipasi pemain dan setting dari titik pandang pemin
dalam peristiwa yang disaksikan sebagai tertentu. Cara ini menciptakan kemanung-
pengalaman pribadinya. Angle kamera subjek- galan yang lebih kuat dengan pemain dalam
tif bisa menggambarkan adegan melalui cara action dan memberikan penonton kilasan
dengan kamera berlaku sebagai mata penonton kejadian yang lebih tajam (Mascelli, 2010:23).
untuk mendapatkan emosi tokoh berada di Angle kamera ini memiliki posisi tersendiri
dalam adegan, kamera berganti-ganti dengan dalam pembuatan karya yaitu mendekatkan
seseorang yang berada dalam frame dan penonton ke dalam adegan. Pembuatan shot
Rony R.: Unsur Sinematografi untuk Mendukung Ketegangan 11

dengan angle ini membuat penonton seolah teknik dalam menerapkan angle kamera
dapat ambil bagian sebagai pemain di dalam objektif ini akan menggunakan beberapa
adegan. teknik pergerakan kamera seperti pan, tilt,
roll, ataupun track shot. Namun tidak hanya
Dari penjabaran di atas, maka penulis menge- teknik-teknik tersebut saja melainkan
mas film ini ke dalam bentuk-bentuk visual dapat digunakannya follow shot sesuai
yang tidak selalu mengenai teknis namun dengan kebutuhan skenario. Pada praktek-
secara filosofi menggambarkan konflik tokoh nya, shot-shot luas seperti Long Shot dan
utama menggunakan unsur sinematografi Full Shot akan digunakan untuk menunjuk-
seperti komposisi, angle kamera, pergerakan kan lokasi atau latar cerita selebihnya
kamera, dan tata cahaya yang dibangun mengandalkan Medium Close Up untuk
sedemikian rupa sehingga dapat mem- menekan ekspresi dan emosional tokoh.
visualisasikan perubahan emosional tokoh Penggunaan lensa dengan focal leght 24 mm
utama dengan penerapan angle kamera sub- dan 35 mm bertujuan memproyeksikan
jektif dan point of untuk mendekatkan dan mata penonton. Ketika shot Medium Close
melibatkan penonton ke dalam cerita. Dengan Up maka seolah-olah penonton ikut men-
adanya angle kamera subjektif dan point of dekati objek begitu sebaliknya.
view ini dirasa dapat mendukung ketegangan
dalam film ini. Perasaan was-was yang dialami b. Mimpi
oleh tokoh utama secara langsung akan Mimpi menurut Sigmund freud adalah
dirasakan juga oleh penonton, menunggu sebentuk pemenuhan keinginan terlarang
sesuatu yang tidak pasti dari peristiwa yang semata, yang dikatakan oleh Freud dalam
akan muncul, menambah rasa harap-harap Calvin S. Hall & Gardner Lindzacy (1998)
cemas dari penonton. Struktur penceritaan dengan mimpi, seseorang secara tidak sadar
dari film “Sasmita Narendra” dibagi menjadi berusaha memenuhi hasrat dan meng-
dua bagian yaitu bagian mimpi dan realita hilangkan ketegangan dengan menciptakan
yang akan dijabarkan sebagai berikut. gambaran mengenai tujuan yang diingin-
kan, karena di alam nyata sulit untuk bisa
a. Realita mengungkapkan kekesalan, keresahan, ke-
Scene realita menceritakan tentang marahan, dendam, dan sejenisnya terhadap
Sutrisno mendapatkan firasat atau per- objek-objek yang menjadi sumber rasa
tanda akan mendapatkan sebuah musibah marah, maka muncullah dalam bentuk
dalam kehidupan rumah tangganya. Suatu mimpi.
hari diceritakan bahwa Sutrisno telah
mengalami mimpi melihat peristiwa aneh Mimpi adalah bagian inti dari
dan ia merasakan mimpi ini seperti sebuah permasalahan cerita film “Sasmita
pertanda yang buruk untuknya. Masalah Narendra”. Scene diawali dengan scene
mulai meningkat ketika Rudi teman lama pertama, dimana Sutrisno pertama kali
Sutrisno sekaligus mantan pacar Tini saat bermimpi melihat sebuah pagelaran
duduk dibangku sekolah akan berkunjung wayang. Diikuti dengan peristiwa-peristiwa
ke rumah mereka namun kedatangan Rudi aneh seperti tokoh utama melihat seorang
tidak disutujui oleh Tini, sehingga memicu raja membawa keris, lalu melihat seorang
awal konflik di rumah ini. Kedatangan Rudi perempuan yang diibaratkan dalam cerita
yang membawa sebuah benda pusaka be- sebagai Ratu Malang sedang menggendong
rupa keris menambah pemicu ketegangan seorang bayi dan juga menyaksikan seorang
yang dibalut dengan kemistisan. Secara dalang sedang memainkan wayangnya
garis besar pada bagian realita menjadi dibunuh oleh raja yang membawa keris
sebuah pemicu konflik dan pertanda akan tersebut. Kejadian mimpi pertama Sutrisno
adanya sebuah peristiwa yang menegang- akan divisualisasikan dengan angle kamera
kan. Pengenalan konflik dibangun di awal subjektif, teknik ini digunakan untuk
cerita sehingga membawa konflik dan memperlihatkan apa yang dilihat oleh tokoh
ketegangan di bagian mimpi. di dalam kejadian yang aneh tersebut,
sehingga diharapkan penonton juga ikut
Angle kamera objektif akan diterapkan merasakan sensasi yang terjadi oleh tokoh
disini untuk menunjukan keseharian juga utama.
suasana yang ada di sekitar tokoh utama.
Fungsi lain juga untuk menginformasikan Dalam naskah “Sasmita Narendra” mimpi
ruang dan waktu yang terjadi. Secara diceritakan dalam 4 tahapan. Tahap per-
12 Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, Vol. 20, No. 1, Januari 2020: 9-16

tama mimpi yang menggambarkan seluruh adegan lengkap dengan struktur alur
bagaimana semua permasalahan utama yang sesuai terhadap skenario film. Setelah
Sutrisno dirangkum menjadi satu yang mengalami berkali-kali pemotongan dan
divisualisaikankan dengan teknik angle pembuangan scene, durasi film menjadi 24
kamera subjektif dalam sebuah pagelaran menit dengan tetap menggunakan struktur
wayang. Mimpi berikutnya yaitu mimpi alur nonlinier. Picture lock film ini tidak
tahap kedua, ketiga, dan keempat yang mengurangi jalur cerita meski durasi di-
dialami Sutrisno setelah mendapat keris persingkat. Tensi dramatik pada adegan yang
yang dibawa oleh Rudi. Keris menjadi benda dibangun melalui rangkaian shot justru lebih
yang membawa sebuah bencana dalam mudah dihidupkan dengan mempermainkan
kehidupan Sutrisno. Scene mimpi kedua, perpindahan shot di dalam tahap editing.
ketiga dan keempat dimulai dari scene 13
hingga scene 26 dikemas dengan konsep Secara khusus film “Sasmita Narendra”
ellipsis narrative yaitu peristiwa yang menggunakan angle kamera subjekif dan point
diulang-ulang. Untuk menandai bahwa of view dalam mendukung ketegangan atau
peristiwa itu diulang ulang adalah ketika suspense dibagian mimpi pada scene 13 sampai
keris pemberian dari Rudi bergetar sendiri 26. Dimana angle kamera subjekif maupun
di dalam sebuah lemari. point of view shot akan membawa penonton
lebih dekat dengan apa yang dilihat oleh tokoh
Dari kedua struktur cerita tersebut ketegangan utama serta membawa penonton seolaholah
secara dominan muncul pada bagian mimpi. ikut terlibat secara langsung dalam setiap
Bagian mimpi menjadi tempat dimana konflik peristiwa yang dihadapi oleh tokoh utama.
dan masalah-masalah pada tokoh utama
terjadi, sehingga ketegangan yang dirasakan
dengan tokoh utama yang terjadi disepanjang
film muncul pada bagian mimpi. Penggunaan
teknik angle kamera subjektif secara dominan
akan diterapkan pada beberapa adegan atau
scene yang dirasa sesuai dengan faktor-faktor
pembentuk suspense atau ketegangan. Teknik
angle kamera subjektif digunakan untuk men-
dukung munculnya rasa harap-harap cemas
atau was-was dari penonton. Penonton seolah-
olah akan dilibatkan secara penuh masuk ke
dalam cerita dan terlibat langsung secara
visual maupun suara. Penonton akan dibawa
untuk menunggu sesuatu yang tidak pasti atau Gambar 1. Storyboard Penerapan Angle Kamera
sesuatu yang akan muncul selanjutnya Subjektif
sehingga memunculkan rasa tegang tersebut.
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa salah
Pergerakan kamera yang dinamis dan satu contoh penerapan teori angle kamera
mengikuti tokoh utama memungkinkan untuk subjektif fungsinya adalah menggantikan
merekam setiap kejadian yang dilihat tokoh salah satu pemain dalam cerita yaitu sosok
utama, dan pergerkan yang dinamis ini dapat misterius supaya penonton tidak dapat
menambah dramatisasi suatu adegan. Dalam mengidentifikasi identitas dari sosok
mendukung pergerakan kamera yang dinamis misterius.
ini, digunakan teknik handheld. Handheld
diterapkan dalam scene ini untuk menambah Angle kamera point of view digunakan untuk
seolah-olah penonton masuk ke dalam tempat mendukung ketegangan cerita dimana pe-
kejadian tersebut dan teknik handheld ini nonton akan diajak lebih dekat dengan apa
menggambarkan keadaan yang tergesa-gesa yang dilihat oleh tokoh utama. Mise-en-scene
atau genting. merupakan pokok utama dalam komponen-
komponen yang membentuk sebuah sudut
Pembahasan pengambilan gambar, seperti setting, property,
pencahayaan, dan yang paling utama dalam
Hasil awal penggabungan rangkaian shot pada penggunaaan angle kamera subjektif ataupun
film fiksi “Sasmita Narendra” mencapai 38 point of view shot adalah blocking pemain
menit. Rought cut pertama tersebut berisi dalam setting dan juga pergerakan pemain
Rony R.: Unsur Sinematografi untuk Mendukung Ketegangan 13

tokoh utama. Setiap scene akan memiliki mise-


en-scene yang berbeda-beda, dan sudut dari
pengambilan gambar ini akan diterapkan se-
suai dengan treatment naskah dan sutradara
dengan memanfaatkan mise-en-scene yang ada
sesuai naratif yang dibuat.

Realisasi shot 2
Gambar 4. Realisasi shot menerapkan angle
kamera subjektif

Dari penjabaran naskah dan adegan dengan


visual pada Gambar 3 dan Gambar 4
dapat dilihat pembangunan ketegangan
pada mimpi per-tama dimulai dengan
Sutrisno tiba-tiba terbangun dari tidurnya
Gambar 2. Storyboard Penerapan Angle Kamera
POV
karena mendengar suara gemuruh dari
dalam lemari keris. Shot dengan adegan
a. Scene 13 foreshadowing atau ancaman terlihat pada
Gambar 3 yang dimana Sutrisno sedang
INT. RUANG TAMU – MALAM HARI
melihat keris yang bergetar kemudian
CAST : SUTRISNO
muncul sesosok misterius dari luar rumah
bersamaan dengan petir menyambar.

Penerapan angle kamera subjektif pada


Gambar 4 memposisikan penonton sebagai
pengamat langsung dan terlibat dalam
peristiwa yang dialami Sutrisno. Penonton
diajak merasakan ketidakpastian informasi
sehingga terbangun sebuah ketegangan.
Perspektif pada Gambar 3 memanfaatkan
Storyboard 1 komposisi negative space yang dimana me-
nempatkan tokoh utama pada sudut kiri
frame dan memotong arah pandang dari
tokoh utama bertujuan untuk memberikan
ruang kosong dalam frame, guna memberi
informasi kepada penonton bahwa terda[at
sebuah pertanda dengan sesosok bayangan
masuk ke dalam dapur.

Realisasi shot 1 Melalui penggunaan angle kamera subjektif


untuk mendukung ketegangan dalam scene,
Gambar 3. Realisasi shot Sutrisno melihat keris
bergetar kemudian sosok misterius
Gambar 3 dan 4 memberikan informasi
terlihat dari luar rumah kepada penonton perihal sosok misterius
yang menjadi sebuah ancaman bagi
Sutrisno.

b. Scene 19
Penggunaan angle kamera subjektif pada
scene 19 diletakkan pada awal adegan
ketika Sutrisno berjalan mendekat ke dapur
setelah ia mendengar sesuatu yang terjatuh
di lantai. Ketika sesampainya di dapur, ia
mendapati ada panci yang sudah berada
Storyboard 2 terjatuh kemudian Sutrisno ingin meng-
14 Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, Vol. 20, No. 1, Januari 2020: 9-16

ambil panci tersebut, namun dari arah


belakang terlihat sosok misterius yang
selalu mengikutinya.

Storyboard shot 3

Storyboard shot 1

Realisasi shot 3
Gambar 7. Realisasi shot 3 berdasarkan story-
Realisasi shot 1 board di dalam scene 19

Gambar 5. Realisasi shot 1 berdasarkan story-


board di dalam scene 19.
Pada shot 3 saat Sutrisno mengambil panci
divisualisasikan dengan menggunakan tek-
nik dutch angle untuk memberikan kesan
bahwa ada suatu pertanda yang buruk akan
terjadi. Dutch angle juga muncul pada
bagian akhir pada shot 4 adegan di scene 19
ketika Sutrisno menuju ke kamar Rudi
untuk menunjukkan kegelisahan yang se-
makin kuat dalam diri Sutrisno karena ia
menduga bahwa sososk misterius tersebut
Storyboard shot 2 adalah temannya sendiri yaitu Rudi.

c. Scene 21
INT. DEPAN RUANG PIRINGAN HITAM –
MALAM HARI

Scene 21 ini merupakan adegan Sutrisno


melihat sosok misterius berada di ruangan
Realisasi shot 2 piringan hitam. Suasana dalam scene ini
Gambar 6. Realisasi shot 2 berdasarkan story- divisualisasikan dengan angle kamera sub-
board di dalam scene 19 jektif menggantikan 2 tokoh yang ada dalam
cerita, yaitu sudut pandang Sutrisno dan
Angle kamera subjektif pada scene ini sosok misterius.
fungsinya untuk mendukung ketegangan
yang terjadi di dalam cerita dengan
melibatkan penonton secara langsung
terhadap situasi yang dihadapi oleh tokoh
utama. Penonton didekatkan dengan
peristiwa yang terjadi di dalam cerita
karena angle kamera point view secara
langsung membawa penonton ke dalam
sudut pandang tokoh utama. Secara
personal penonton seolah-olah dibawa
masuk ke dalam cerita. Storyboard shot 1
Rony R.: Unsur Sinematografi untuk Mendukung Ketegangan 15

Simpulan
Film “Sasmita Narendra” merupakan realisasi
dari realita kehidupan romansa yang terjadi di
dalam hubungan suami istri dengan konflik
utama perselingkuhan yang direpresentasikan
dengan sebuah keris, dihadirkan di dalam film
melalui mimpi tokoh utama yang ditunjukkan
melalui rasa penasaran, frustasi, ketakutan,
Realisasi shot 1
ketegangan, dan kesetiaan. Kesetiaan tersebut
Gambar 8. Realisasi shot 3 berdasarkan story- muncul di akhir suatu kejadian menjadi
board di dalam scene 21 gambaran atau nilai positif untuk masyarakat
tentang proses dalam menjalani hubungan
Sudut pandang Sutrisno yang ditunjukkan
suami istri. Sudut pandang Sutrisno sengaja
pada shot 1 digunakan ketika Sutrisno mengob-
dipilih di dalam film “Sasmita Narendra”
servasi ruangan barang koleksi miliknya
supaya penonton dapat ikut merasakan apa
karena ia melihat sesosok bayangan di dalam
yang sebenarnya terjadi pada diri seorang
ruangan tersebut. Salah satu ciri dari angle
suami yang memiliki seorang istri selingkuh
kamera subjektif adalah arah pandang pemain
dengan orang lain.
langsung kearah lensa kamera. Pada scene 21
shot 2 Sutrisno melihat langsung ke arah
kamera sehingga efek yang ditimbulkan adalah Penggunaan angle kamera subjektif dan point
penonton diposisikan menjadi sosok misterius of view pada film fiksi “Sasmita Narendra” yang
tersebut. Hal ini dilakukan untuk menyem- bertujuan untuk meningkatkan ketegangan
bunyikan identitas sosok misterius dan dapat diterapkan dalam menyajikan konflik
mengajak penonton untuk masuk ke dalam utama melalui hubungan antar karakter tokoh.
cerita melalui angle kamera subjektif dari Emosi atau kejadian yang dialami tokoh utama
sudut pandang pemain di dalamnya. dapat tervisualisasikan dengan penerapan
angle kamera subjektif yang berfungsi untuk
membuat penonton menanti resiko yang bakal
dihadapi oleh tokoh. Ketegangan penonton
akan semakin meningkat jika penonton tahu
hambatan yang akan dihadapi oleh tokoh
cukup besar dan keberhasilannya semakin
kecil, sehingga ikut larut merasakan suasana
serta emosi yang dialami oleh tokoh Sutrisno.

Storyboard shot 2 Daftar Pustaka

Biran, M. Y. 2006, Teknik Menulis Skenario


Film Cerita, PT Dunia Pustaka Jaya dan
PT Demi Gisela Citra Pro, Jakarta.
Hall, C.S & Lindzey, G., 1998. Theories of
Personality. New York: J. Wiley and Sons.
Lutters, E. 2010, Kunci Sukses Menulis
Skenario, PT Grasindo, Jakarta.
Masceli, A.S.C., and Joseph V. 1987, Angle
Realisasi shot 2 Kontiniti-Editing-Closeup-Komposisi
Gambar 8. Realisasi shot 2 berdasarkan storyboard dalam Sinematografi, Proyek Terjemahan
di dalam scene 21 Yayasan Citra, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai