Analisa Naratif
Film “Momen” menceritakan tentang seorang kakek pemilik kios pencucian rol
film yang ingin mengabadikan momen terakhir bersama kios pencucian rol filmnya
sebelum rol kios itu tutup untuk selamanya. Beragam momen penting nan sentimental
dalam hidupnya terpajang di dinding kios, salah satunya foto masa kecil cucunya, Dion
(22), saat memegang kamera pertama kali. Kini, Dion adalah seorang fotografer digital. Ia
membantu Kakek mengemas semua barang kios karena mereka harus pergi dari sana.
Saat Dion sibuk mengemas barang, Kakek sibuk memotret kios dengan kamera
analognya. Kakek meminta bantuan Dion untuk memotretnya di dalam kios tetapi ia tidak
ingin dipotret oleh kamera digital; benda yang ‘tidak berseni’. Setelah Dion menuruti
permintaannya, Kakek segera mencuci rol filmnya. Dion berusaha menunda keinginan
Kakek akibat tenggat waktu. Namun, Kakek bersikeras karena tidak ada tempat yang
Mereka pun terlambat, mobil boks telah menunggu tetapi Kakek tidak kunjung
keluar dari dalam kios. Alhasil, Dion berhadapan dengan Wan (33), si anak pemilik kios.
ulang karena proses pencuciannya gagal. Namun, Wan menolak keras. Dion memberikan
satu penawaran terakhir untuk menggunakan kamera digital. Akhirnya, Kakek menerima
Film ini akan berjalan secara linear sesuai waktu dalam film. Melalui editing, mood
film yang ingin dibangun adalah hangat, sepi (keheningan), sedih haru hingga kebahagiaan.
Konsep Editing
Film “Momen” merupakan sebuah film drama yang mengedepankan unsur realitas
yang ada dalam film. Realitas yang dianggap sebagai kenyataan sebenarnya adalah sebuah
peristiwa atau kejadian yang ada disekitar kita baik berupa peristiwa maupun perilaku
Film ini akan mengedepankan konsep Continuity Editing untuk menjabarkan cerita
secara runtut. Penggunaan konsep ini akan mempermudah pada penerapan alur cerita yang
linear dan membuat cerita ini berjalan sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Tujuan
dari konsep continuity editing ini adalah untuk membangun naratif yang baik dari satu shot
ke shot lainnya. Selain itu, penggunaan konsep ini akan membantu penonton menerima
informasi lebih banyak terhadap aspek ruang, waktu dan alur cerita yang dibuat dalam film
ini. (Bordwell, 2011, hlm. 233) Serangkaian shot yang berkesinambungan akan membentuk
sebuah proses menuju tujuan tertentu. Sebagai penerapan konsep yang ada, terdapat
beberapa metode yang akan digunakan dalam konsep continuity editing ini, yaitu :
1. Spatial Continuity
penonton. Karena beberapa adegan yang digunakan dalam pembuatan film ini adalah
Saat dua orang yang berhadapan sedang berdialog, maka yang pertama kali
dibayangkan melintasi dua orang yang berdialog tersebut. Salah satu contoh
b. Establish Shot
Peletakan kamera atau camera placement awal menjadi establish shot yang
subjek itu berada. Umumnya menggunakan type of shot dengan ukuran long-
shot (LS) atau full-shot (FS), walaupun ada yang menggunakan medium long
c. Eyeline Match
d. Shot/Reverse Shot
Menunjukkan bahwa setiap apa yang dilihat oleh tokoh haruslah ditampakkan
Hubungan arah kanan dan kiri sebuah adegan ditentukan oleh posisi,
pergerakan, serta arah pandang karakter. Arah pandang setiap shot perlu
diperhatikan dengan teliti mengenai posisi dan pergerakannya karena hal ini
f. Match on Action
secara presisi dan teliti agar potongannya tidak terasa oleh penonton.
2. Temporal Continuity
continuity inilah maka konsep editing tidak bisa menggunakan dua konsep dalam
satu film.
a. Temporal Order
Pada film Momen peristiwa berlangsung secara linear dimana temporal order
film bersifat kronologis dan tidak menggunakan adegan flashback atau flash
berjalan secara progresif, dan tidak terdapat interupsi. Konsep waktu di dalam
film ini sebenarnya mencoba menerjemahkan wujud waktu ini ke dalam
b. Temporal Duration
- Screen Duration – Dari awal cerita dimulai hingga ending, film akan
- Story Duration – Film Momen bercerita dalam 2 hari, dengan durasi waktu
Pada film ini terdapat manipulasi waktu, dimana Elliptical editing membuat
aksi atau peristiwa dalam cerita lebih singkat dari pada yang terjadi
cerita.
c. Temporal Frequency
suatu shot dalam sebuah adegan lebih dari sekali, dimana pengulangan waktu
tersebut tidak termasuk dalam film Momen ini. Sebagai syarat untuk
Gaya Editing
Gaya editing dalam film Momen yang bergenre drama ini akan menggunakan
classical cutting, dengan tujuan ingin memberikan serta menciptakan impresi terhadap
dibutuhkan oleh cerita (Giannetti, 2008, hlm. 153). Classical Cutting merupakan
penyusunan dan pengaturan shot secara sistematis dengan cara sedemikan rupa sehingga
penyusunan dilakukan secara berurutan mulai dari extreme longshot (ELS) hingga Extreme
Metode Editing
penyusunan shot-shot. Metode editing yang digunakan dalam film Momen ini secara
gambar membangun ruang dan waktu bagi penonton. Dimana setiap penyambungan shot
dilakukan secara halus seakan-akan penonton tidak merasakan ketergangguan dalam film,
dan penyambungan dibuat sedemikian rupa agar penonton nyaman dan tidak merasakan
interupsi dari cutting itu sendiri. Menurut Bordwell, Thompshon (2016) Continuity editing
Dimensi Editing
Dimensi Editing adalah adanya keterhubungan dimana bila sebuah shot disambung
dengan shot lain, maka pasti kedua shot tersebut memiliki keterkaitan, baik secara grafis
1. Dimensi Grafis
Dimana hubungan antar shot memiliki keterhubungan secara grafis. Ada
beberapa unsur dari grafis yang terdiri dari garis, bentuk, cahaya (terang/gelap),
2. Dimensi ritmis
Sebuah shot yang disambung dengan shot lain akan membentuk sebuah
a. Ritmis Internal
yang bersamaan mobil boks telah datang, namun pekerjaan Dion belum
selesai juga.
3. Dimensi Spatial
dalam film. Film ini menggunakan ruang realita yang sebeneranya, sehingga
penonton ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh yang ada pada film.
4. Dimensi Temporal
Dimensi temporal adalah dimensi yang mencakup waktu dalam cerita film.
dalam cerita. Waktu dalam film dapat dimanipulasi dan dapat mempengaruhi
naratif dengan teknik editing. Dalam memanipulasi waktu, baik itu menambah
yaitu Elliptical editing dan overlapping editing. Elliptical editing membuat aksi
atau peristiwa dalam cerita lebih singkat dari pada yang terjadi sebenarnya.
pengurangan waktu dari waktu yang sebenarnya terjadi. Pada adegan dimana
Akung menyuruh Dion untuk memotret dirinya di depan kios. Setelah
dimana Akung sudah berada dirumah bersama Dion untuk menempel foto
Metode Cutting
Metode cutting yang akan digunakan pada film Momen adalah cut to cut, J Cut dan
optical effect. Cut to cut yaitu merupakan perpindahan antara shot yang satu dengan shot
yang lainnya secara langsung (Bowen, 2013, hlm.30). Fungsi cut to cut digunakan untuk
memperlihatkan aksi dan reaksi pemain, kesinambungan aksi, serta pergantian lokasi.
Sedangkan J cut merupakan penyambungan yang memanipulasi audio shot secara kreatif.
Fungsi J cut membuat suara yang terdapat pada shot selanjutnya dapaat ditampilkan lebih
awal untuk menyelaraskan konteks dan / atau subteks. Selain cut to cut terdapat juga optical
effect seperti Dissolve, fade in, dan fade out berfungsi sebagai bergantian waktu dan
pergantian shot secara gradasi, terlihat oleh mata penonton yang digunakan pada beberapa
Breakdown Scene
Menampilkan kesibukan penduduk khas kota besar di era modern. Di tengah kesibukan
itu, hadir beberapa fotografer digital. Fotografer yang satu sedang memotret jalanan,
Editing :
Sebagai pembuka pada awal scene penggunaan Fade in ditampilkan yang bertujuan
Adegan ini menampilkan sebuah kios tua milik Akung yang sangat sepi di tengah area
pertokoan. Kios tersebut merupakan tempat pencucian rol film yang tertulis pada papan
nama reyot didepannya telah dibuka sejak 1978. Tentunya jika dibandingkan toko
Editing :
Dalam scene ini akan menggunakan konsep continuity editing dengan metode cutting
cut to cut untuk memberikan informasi dari setiap pemotongan, serta bertujuan untuk
kesinambungan dari cerita agar penonton dengan mudah dalam menangkap informasi
yang ada pada film. Penggunaan dimensi spasial dengan establish berguna untuk
Jam dinding analog kios menunjukan pukul 12 siang. Beragam alat fotografi analog
memenuhi rak kios. Namun siang itu, kardus kosong juga bertebaran di lantai. Akung
yang tampak murung dan lesu sedang memotret sudut-sudut kios menggunakan kamera
analognya. Dion yang merupakan cucu Akung sedang mengemas barang kedalam
kardus seorang dengan sedikit terburu-buru. Lalu akung bertanya kepada Dion apakah
dirinya lelah sembari menawarinya minum. Dion menjawab bahwa dirinya tidaklah
lelah. Melanjutkan kembali kegiatannya, Akung bercerita kepada Dion bahwa kiosnya
dahulu sangat lah hebat, sambil melihat salah satu pigura foto analog yang
menampilkan masa kejayaan kios Akung. Dion menutup kardus yang telah terisi penuh,
lalu berjalan dan memberitahu jika lebih dari jam 3 dan barang kios belum selesai maka
Wan sang pemilik kios akan marah. Kemudian akung meminta tolong kepada Dion
untuk memotret dirinya. Dion yang hendak mengambil kamera digital dilarang oleh
Akung, dan menyuruhnya untuk menggunakan kamera analog milik Akung. Dion
memotret Akung di depan meja kasir sesuai dengan permintaanya. Setelah memotret
Akung ingin langsung mencuci foto tersebut namun Dion menahannya agar Akung
dapat membantunya membereskan barang. Akung menolak hal tersebut dan tetap
bersikukuh ingin menyuci filmnya sendiri. Dion mengingatkan agar Akung tidak telat
Editing :
Dalam scene ini akan awal dengan transisi cut to cut untuk menunjukan kepada
penonton informasi waktu yang terjadi. Secara keseluruhan scene ini akan
menggunakan konsep continuity editing dengan metode cutting cut to cut, untuk
memberikan informasi dari setiap pemotongan serta bertujuan agar penonton lebih
mudah dalam menerima informasi. Keselarasan dalam dimensi grafis diperlukan juga
agar tidak
yang tak kunjung keluar dari dalam kios. Dion akhirnya berhadapan dengan Wan si
pemilik kios tersebut. Tepat setelahnya, Akung datang dengan terburu-buru. Ia semakin
cemas menyadari kehadiran Wan. Akung memberitahu bahwa rol yang baru saja ia
gunakan untuk memotret kios sebagai kenang-kenangan telah rusak. Ia meminta waktu
agar bisa memotret ulang foto tersebut. Wan menolak hal itu dikarenakan penyewa
baru sedang menuju kios tersebut. Dion yang iba lalu menepuk bahu Akung, ia
menitipkan kamera miliknya dan memberitahu bahwa dirinya saja yang mengurus hal
itu.
Editing :
Pada scene ini akan sedikit lebih banyak pengeksplorasian dalam editing, dalam
dimensi ritmis internal maupun eksternal. Mulai dari pergerakan pemain, kamera dan
dramatik yang tinggi, terutama pada bagian ketika Dion mengetahui Wan yang datang
Saat sedang menutup pintu kios, Akung terpaku di lawang pintu. Ia mengamati
sekeliling kios yang nyaris kosong total. Akung berjalan menuju kasir dimana terdapat
kamera analognya bersebelahan dengan kamera digital milik Dion. Akung yang
penasaran lalu meneliti kamera Dion. Ia menemukan cara untuk menyalakan kamera
tersebut. Disana akung menemukan beragam foto dan video dirinya yang penuh
nostalgia. Namun ada satu foto yang membuatnya terus merenung, yaitu foto saat ia
membersihkan kamera analognya dengan sangat teliti. Akung memutuskan untuk
mengambil salah satu pigura fotonya dari dinding (yang belum diperlihatkan jelas pada
Editing :
Di dalam scene ini akan menggunakan konsep continuity yang akan diaplikasikan
dengan metode penyambungan cut to cut. Untuk eksplorasinya sendiri akan berfokus
kepada dimensi temporal atau pembentukan ruang dimana akan menggunakan metode
establish untuk menggambarkan sekeliling kios akung yang nyaris kosong total.
Bertujuan untuk memberikan penonton rasa empati terhadap apa yang karakter rasakan.
penampilan papan nama kiosnya yang telah reot dengan pigura foto yang ia bawa.
Pigura tersebut berisi foto Akung muda saat memasang papan nama kiosnya untuk
pertama kali. Karena hal tersebut Akung merasa sangat tersentuh. Ia memutuskan untuk
menghampiri Dion dan Wan yang masih bernegosiasi. Dion dan Wan berhenti, Akung
menyodorkan kamera digital kepada Dion. Lalu ia menyuruh Dion untuk memotret
dirinya di depan kios. Dion terpaku dengan heran, kemudian ia tersenyum haru. Dion
mulai memotret, sementara Akung berpose. Foto terakhir Akung yang tersenyum lebar
Editing :
Untuk konsep yang ada pada scene ini, metode editing dan metode cutting yang
digunakan masih sama dengan scene sebelumnya, dimana hal tersebut masih menjadi
satu bagian dari peristiwa yang ada pada scene sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk
memberikan informasi serta kesinambungan certia dari setiap pemotongan dalam film.
untuk menggambarkan Akung yang merasa tersentuh, terutama pada bagian akhir
terakhir Akung bersama kiosnya di dinding. Pigura foto tersebut berada diantara foto
analog bersejarah lainnya dari kios, beserta karya foto digital milik Dion. Akung
kemudian mengusap rambut Dion sembari memuji dirinya dan tersenyum lebar. Akung
meminta Dion untuk mengajari Akung memotret dengan digital. Dion membalas
dengan omongan Akung yang menganggap bahwa memotret digital itu mudah. Akung
yang mengelak hal tersebut dan mereka tertawa kecil. Dion merangkul bahu Akung
Editing :
Di scene terakhir film ini, penggunaan konsep continuity editing dan metode
pemotongan J cut akan diterapkan sebaik mungkin agar medapatkan unsur dramatik
sesuai yang diinginkan, serta memberikan penonton informasi terakhir pada film ini
dan menutup seluruh scene yang ada. Pada shot terakhir di scene 6 terdengar suara
shutter dari kamera digital Dion yang mengabadikan momen akung bersama kios
kesayangannya, kemudian nuansa pagi yang terdapat awal scene ini akan didengarkan
terlebih dahulu ketimbang menampilkan visualnya, yaitu ketika Akung dan Dion
sedang memajang foto pada hari berikutnya. Dengan penerapan metode ini berfungsi
untuk menyambungkan pesan antara scene ke 6 dan scene ke 7 secara simultan.
Eksplorasi dimensi editing disini akan menggunakan unsur ritmis serta grafis, dimana
unsur ritmis sendiri akan digunakan untuk memperlambat ritme agar menghasilkan
dramatik yang kuat. Kesimbungan grafis sendiri juga merupakan hal yang ikut di
eksplorasi dalam scene ini, dimana letak penempatan Akung dan Dion memajang foto
terakhir bersama kiosnya di dinding. Pigura foto tersebut terletak diantara foto analog
bersejarah lainnya dari kios, beserta karya foto digital milik Dion.
Konsep Opening, Tipografi, Judul dan Credit Title
A. Opening
Konsep opening dalam film ini akan dimulai dengan bumper FFTV IKJ, lalu setelah
itu dilanjut dengan frame kosong (blackscreen) kemudian dibuka dengan shot yang
tersebut hadir beberapa fotografer digital. Fotografer yang satu sedang memotret
jalanan, sementara yang lainnya sedang memotret model, hal tersebut bertujuan
sebagai identifikasi awal bahwa film ini berhubungan dengan fotografi sebagai
penguat dari shot sebelumnya. Disaat yang bersamaan ditampilkan judul film
B. Judul
Judul film ini sendiri adalah “Momen”. Makna dari judul film ini adalah merupakan
sebuah penggambaran peristiwa atau kejadian yang besar kemungkinan tidak akan
yang telah Akung lalui bersama kiosnya, kamera yang merupakan sebuah alat untuk
Tipografi dalam judul yang ada pada film ini adalah “Book Antiqua” nuansa
dalam font yang kami pilih untuk film ini adalah sebagai bentuk yang dapat
mewakilkan sesuatu yang telah usang. Font Book Antiqua sendiri termasuk
kedalam karakterisitik Serif dimana Serif itu sendiri adalah satu font tertua.
Penggunaan font tersebut juga dapat memberikan arti bahwa sesuatu yang
tradisional, historis dan klasik dapat dihadirkan dengan penyajian yang formal.
C. Credit Title
Konsep credit title yang akan kami buat dalam film ini secara sederhana seperti
pada umumnya, dimana akan terlihat frame kosong (blackscreen) setelah film
berakhir lalu kemudian muncul nama-nama cast dan terdapat juga jobdesc setiap
crew secara roll up dari bawah frame menuju ke atas frame. Sedangkan jenis
tipografi untuk tulisan credit title menggunakan font Times New Roman. Selain itu,
sebagai pengiring credit title menambahkan soundtrack yang bernuansa sendu dan