Anda di halaman 1dari 17

Konsep Editing Film “Momen”

Naufal Fernando Fauzan (Kelompok 12)

 Analisa Naratif

Film “Momen” menceritakan tentang seorang kakek pemilik kios pencucian rol

film yang ingin mengabadikan momen terakhir bersama kios pencucian rol filmnya

sebelum rol kios itu tutup untuk selamanya. Beragam momen penting nan sentimental

dalam hidupnya terpajang di dinding kios, salah satunya foto masa kecil cucunya, Dion

(22), saat memegang kamera pertama kali. Kini, Dion adalah seorang fotografer digital. Ia

membantu Kakek mengemas semua barang kios karena mereka harus pergi dari sana.

Saat Dion sibuk mengemas barang, Kakek sibuk memotret kios dengan kamera

analognya. Kakek meminta bantuan Dion untuk memotretnya di dalam kios tetapi ia tidak

ingin dipotret oleh kamera digital; benda yang ‘tidak berseni’. Setelah Dion menuruti

permintaannya, Kakek segera mencuci rol filmnya. Dion berusaha menunda keinginan

Kakek akibat tenggat waktu. Namun, Kakek bersikeras karena tidak ada tempat yang

pantas untuk memproses momen ‘sakral’ ini selain kiosnya sendiri.

Mereka pun terlambat, mobil boks telah menunggu tetapi Kakek tidak kunjung

keluar dari dalam kios. Alhasil, Dion berhadapan dengan Wan (33), si anak pemilik kios.

Perdebatan mereka terpotong oleh kehadiran Kakek. Ia memohon-mohon untuk memotret

ulang karena proses pencuciannya gagal. Namun, Wan menolak keras. Dion memberikan

satu penawaran terakhir untuk menggunakan kamera digital. Akhirnya, Kakek menerima

dengan lapang dada

Film ini akan berjalan secara linear sesuai waktu dalam film. Melalui editing, mood

film yang ingin dibangun adalah hangat, sepi (keheningan), sedih haru hingga kebahagiaan.
 Konsep Editing

Film “Momen” merupakan sebuah film drama yang mengedepankan unsur realitas

yang ada dalam film. Realitas yang dianggap sebagai kenyataan sebenarnya adalah sebuah

peristiwa atau kejadian yang ada disekitar kita baik berupa peristiwa maupun perilaku

setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.

Film ini akan mengedepankan konsep Continuity Editing untuk menjabarkan cerita

secara runtut. Penggunaan konsep ini akan mempermudah pada penerapan alur cerita yang

linear dan membuat cerita ini berjalan sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Tujuan

dari konsep continuity editing ini adalah untuk membangun naratif yang baik dari satu shot

ke shot lainnya. Selain itu, penggunaan konsep ini akan membantu penonton menerima

informasi lebih banyak terhadap aspek ruang, waktu dan alur cerita yang dibuat dalam film

ini. (Bordwell, 2011, hlm. 233) Serangkaian shot yang berkesinambungan akan membentuk

sebuah proses menuju tujuan tertentu. Sebagai penerapan konsep yang ada, terdapat

beberapa metode yang akan digunakan dalam konsep continuity editing ini, yaitu :

1. Spatial Continuity

Menguraikan ruang secara utuh agar tidak menjadi pertanyaan di benak

penonton. Karena beberapa adegan yang digunakan dalam pembuatan film ini adalah

adegan dialog maka adegan tersebut digunakan dalam menjelaskan kesinambungan

ruang yang ada.


a. Garis imajiner/ Kaidah 180

Saat dua orang yang berhadapan sedang berdialog, maka yang pertama kali

dilakukan adalah menentukan garis imajiner (imaginary line) yang

dibayangkan melintasi dua orang yang berdialog tersebut. Salah satu contoh

terdapat pada scene saat Dion dan Wan sedang berbincang.

b. Establish Shot

Peletakan kamera atau camera placement awal menjadi establish shot yang

berfungsi memperlihatkan subjek dan seluas mungkin lingkungan dimana

subjek itu berada. Umumnya menggunakan type of shot dengan ukuran long-

shot (LS) atau full-shot (FS), walaupun ada yang menggunakan medium long

shot (MLS) ataupun medium shot (MS).

c. Eyeline Match

Menurut David Bordwell & Kristin Thompson. Film Art : An Introduction

eyeline match merupakan sebuah garis mata yang seolah-olah

menghubungkan kedua mata tokoh sehingga posisi tokoh dapat terjelaskan.

d. Shot/Reverse Shot

Menunjukkan bahwa setiap apa yang dilihat oleh tokoh haruslah ditampakkan

di dalam urutan shot-nya. Apapun bentuknya harus diperlihatkan, baik orang

lain maupun benda.


e. Screen Direction

Hubungan arah kanan dan kiri sebuah adegan ditentukan oleh posisi,

pergerakan, serta arah pandang karakter. Arah pandang setiap shot perlu

diperhatikan dengan teliti mengenai posisi dan pergerakannya karena hal ini

digunakan untuk menjaga kesinambungan pada film ini.

f. Match on Action

Match on action merujuk kepada sebuah teknik editing dimana editor

melakukan penyambungan (cutting) suatu gerak yang terbagi menjadi dua

shot atau lebih. Saat melakukan penyambungan shot-shot tersebut dilakukan

secara presisi dan teliti agar potongannya tidak terasa oleh penonton.

2. Temporal Continuity

Perhitungan rentan waktu di dalam film pada konsep kesinambungan waktu

(temporal continuity) adalah satu film utuh. Dikarenakan konsepsi temporal

continuity inilah maka konsep editing tidak bisa menggunakan dua konsep dalam

satu film.

a. Temporal Order

Pada film Momen peristiwa berlangsung secara linear dimana temporal order

film bersifat kronologis dan tidak menggunakan adegan flashback atau flash

forward. Konsep waktu dalam kehidupan sebeneranya adalah waktu yang

berjalan secara progresif, dan tidak terdapat interupsi. Konsep waktu di dalam
film ini sebenarnya mencoba menerjemahkan wujud waktu ini ke dalam

rangkaian gambar-gambar dalam urutannya.

b. Temporal Duration

- Screen Duration – Dari awal cerita dimulai hingga ending, film akan

menghabiskan waktu sekitar 5-10 menit.

- Story Duration – Film Momen bercerita dalam 2 hari, dengan durasi waktu

sekitar 2-6 jam pada setiap harinya.

Pada film ini terdapat manipulasi waktu, dimana Elliptical editing membuat

aksi atau peristiwa dalam cerita lebih singkat dari pada yang terjadi

sebenernya. Hal tersebut dimanfaatkan untuk pembatasan informasi dalam

cerita.

c. Temporal Frequency

Temporal Frequency merupakan pengulangan waktu dengan memperhatikan

suatu shot dalam sebuah adegan lebih dari sekali, dimana pengulangan waktu

tersebut tidak termasuk dalam film Momen ini. Sebagai syarat untuk

memenuhi continuity, frekuensi hanya terjadi 1 kali.

 Gaya Editing

Gaya editing dalam film Momen yang bergenre drama ini akan menggunakan

classical cutting, dengan tujuan ingin memberikan serta menciptakan impresi terhadap

penonton. Classicism merupakan sambungan dalam sebuah film yang digunakan

mendramatisasi, mengklarifikasi, menjelaskan, menggarisbawahi, dan menekankan


sesuatu. Dalam merealisasikannya dilakukan dengan cara menentukan type of shot yang

berfungsi sebagai penekanan dramatik dan penegasan informasi-informasi penting yang

dibutuhkan oleh cerita (Giannetti, 2008, hlm. 153). Classical Cutting merupakan

penyusunan dan pengaturan shot secara sistematis dengan cara sedemikan rupa sehingga

dapat menuntun penonton lebih mudah menerima informasi. Sebagai metodenya

penyusunan dilakukan secara berurutan mulai dari extreme longshot (ELS) hingga Extreme

Closeup (ECU) atau sebaliknya.

 Metode Editing

Metode editing adalah pendekatan dalam melakukan penyambungan dan

penyusunan shot-shot. Metode editing yang digunakan dalam film Momen ini secara

keseluruhan adalah continuity cutting. Continuity editing adalah bagaimana penyuntingan

gambar membangun ruang dan waktu bagi penonton. Dimana setiap penyambungan shot

dilakukan secara halus seakan-akan penonton tidak merasakan ketergangguan dalam film,

dan penyambungan dibuat sedemikian rupa agar penonton nyaman dan tidak merasakan

interupsi dari cutting itu sendiri. Menurut Bordwell, Thompshon (2016) Continuity editing

dikonsepkan untuk menyampaikan dampak tertentu kepada penonton, menyampaikan

cerita dengan baik melalui beberapa penggabungan shot.3

 Dimensi Editing

Dimensi Editing adalah adanya keterhubungan dimana bila sebuah shot disambung

dengan shot lain, maka pasti kedua shot tersebut memiliki keterkaitan, baik secara grafis

(gambar), ritmis (ritme), spasial (ruang) dan temporal (waktu).

1. Dimensi Grafis
Dimana hubungan antar shot memiliki keterhubungan secara grafis. Ada

beberapa unsur dari grafis yang terdiri dari garis, bentuk, cahaya (terang/gelap),

warna, dan gerak (subyek/kamera). Keterhubungan dari dimensi grafis secara

berkesinambungan akan menciptakan graphical continuity atau terpadu

(graphical match) yang disesuaikan kebutuhan penceritaan nantinya.

2. Dimensi ritmis

Sebuah shot yang disambung dengan shot lain akan membentuk sebuah

hubungan ritme (ritmis). Sedangkan ritme sendiri terbagi menjadi 2 jenis.

a. Ritmis Internal

Ritme internal menurut Frierson (2018) dipengaruhi oleh elemen yang

terdapat pada shot, terutama pergerakan objek dan karakter. Sementara

dengan memperhatikan setiap aspek dari mise en scene seperti camera

movement beserta elemen lainnya seperti focal length, camera placement,

serta pencahayaan akan memberikan pengaruh pada ritmis internal. Dapat

di klasifikasikan lebih lanjut berdasarkan arah tempo dan pola

pergerakannya untuk menjaga kesinambungan gambar agar penonton tidak

merasakan adanya gangguan.

b. Ritmis eksternal merupakan ritme yang terbentuk dari penyambungan shot.

Durasi shot dapat digunakan untuk mempersingkat atau memperpanjang

suatu adegan. Dengan membuat shot lebih panjang akan menghasilkan

ritme yang lambat, sedangkan memperpendek shot akan menciptakan ritme

yang cepat. (Bordwell, 2011, hlm. 224).


- Dipercepat : Adegan saat Dion sedang mengemas barang kios disaat

yang bersamaan mobil boks telah datang, namun pekerjaan Dion belum

selesai juga.

- Diperlambat : Adegan disaat Akung dan Dion sedang memajang foto

terakhir Akung bersama kiosnya.

3. Dimensi Spatial

Dimensi Spasial adalah bentuk dimensi penceritaan yang dibentuk dengan

penyambungan satu shot dengan shot lainnya berdasarkan terbentuknya ruang

dalam film. Film ini menggunakan ruang realita yang sebeneranya, sehingga

penonton ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh yang ada pada film.

4. Dimensi Temporal

Dimensi temporal adalah dimensi yang mencakup waktu dalam cerita film.

Dimensi temporal dimanfaatkan untuk mendukung pembatasan informasi

dalam cerita. Waktu dalam film dapat dimanipulasi dan dapat mempengaruhi

naratif dengan teknik editing. Dalam memanipulasi waktu, baik itu menambah

atau mengurangi kejadian, Bordwell membagi teknik tersebut menjadi dua,

yaitu Elliptical editing dan overlapping editing. Elliptical editing membuat aksi

atau peristiwa dalam cerita lebih singkat dari pada yang terjadi sebenarnya.

Sebaliknya, overlapping membuat adegan atau peristiwa dalam cerila lebih

panjang daripada yang terjadi sebeneranya (Bordwell, 2017, hlm.228-229).

Film ini akan menggunakan metode elliptical editing dimana terdapat

pengurangan waktu dari waktu yang sebenarnya terjadi. Pada adegan dimana
Akung menyuruh Dion untuk memotret dirinya di depan kios. Setelah

pemotretan tersebut adegan langsung disambung dengan keesokan harinya

dimana Akung sudah berada dirumah bersama Dion untuk menempel foto

tersebut di dinding rumah Akung.

 Metode Cutting

Metode cutting yang akan digunakan pada film Momen adalah cut to cut, J Cut dan

optical effect. Cut to cut yaitu merupakan perpindahan antara shot yang satu dengan shot

yang lainnya secara langsung (Bowen, 2013, hlm.30). Fungsi cut to cut digunakan untuk

memperlihatkan aksi dan reaksi pemain, kesinambungan aksi, serta pergantian lokasi.

Sedangkan J cut merupakan penyambungan yang memanipulasi audio shot secara kreatif.

Fungsi J cut membuat suara yang terdapat pada shot selanjutnya dapaat ditampilkan lebih

awal untuk menyelaraskan konteks dan / atau subteks. Selain cut to cut terdapat juga optical

effect seperti Dissolve, fade in, dan fade out berfungsi sebagai bergantian waktu dan

pergantian shot secara gradasi, terlihat oleh mata penonton yang digunakan pada beberapa

bagian didalam film.

 Breakdown Scene

1. EXT. JALAN RAYA KOTA – SIANG

Menampilkan kesibukan penduduk khas kota besar di era modern. Di tengah kesibukan

itu, hadir beberapa fotografer digital. Fotografer yang satu sedang memotret jalanan,

sementara yang lainnya sedang memotret model.

Editing :
Sebagai pembuka pada awal scene penggunaan Fade in ditampilkan yang bertujuan

untuk memberikan informasi pengenalan setting pada cerita. Di awalan scene

penggunaan Fade in ditampilkan berguna untuk memberikan informasi pengenalan

setting atau awalan pada penceritaan.

2. EXT. DEPAN KIOS AKUNG – SIANG

Adegan ini menampilkan sebuah kios tua milik Akung yang sangat sepi di tengah area

pertokoan. Kios tersebut merupakan tempat pencucian rol film yang tertulis pada papan

nama reyot didepannya telah dibuka sejak 1978. Tentunya jika dibandingkan toko

sebelahnya, kios tersebut sangat ketinggalan zaman.

Editing :

Dalam scene ini akan menggunakan konsep continuity editing dengan metode cutting

cut to cut untuk memberikan informasi dari setiap pemotongan, serta bertujuan untuk

kesinambungan dari cerita agar penonton dengan mudah dalam menangkap informasi

yang ada pada film. Penggunaan dimensi spasial dengan establish berguna untuk

membentuk ruang serta ritme eksternal diperlambat sebagai upaya penggambaran

klasik yang menampilkan kios tua milik Akung.

3. INT. DALAM KIOS AKUNG – SIANG

Jam dinding analog kios menunjukan pukul 12 siang. Beragam alat fotografi analog

memenuhi rak kios. Namun siang itu, kardus kosong juga bertebaran di lantai. Akung

yang tampak murung dan lesu sedang memotret sudut-sudut kios menggunakan kamera

analognya. Dion yang merupakan cucu Akung sedang mengemas barang kedalam
kardus seorang dengan sedikit terburu-buru. Lalu akung bertanya kepada Dion apakah

dirinya lelah sembari menawarinya minum. Dion menjawab bahwa dirinya tidaklah

lelah. Melanjutkan kembali kegiatannya, Akung bercerita kepada Dion bahwa kiosnya

dahulu sangat lah hebat, sambil melihat salah satu pigura foto analog yang

menampilkan masa kejayaan kios Akung. Dion menutup kardus yang telah terisi penuh,

lalu berjalan dan memberitahu jika lebih dari jam 3 dan barang kios belum selesai maka

Wan sang pemilik kios akan marah. Kemudian akung meminta tolong kepada Dion

untuk memotret dirinya. Dion yang hendak mengambil kamera digital dilarang oleh

Akung, dan menyuruhnya untuk menggunakan kamera analog milik Akung. Dion

memotret Akung di depan meja kasir sesuai dengan permintaanya. Setelah memotret

Akung ingin langsung mencuci foto tersebut namun Dion menahannya agar Akung

dapat membantunya membereskan barang. Akung menolak hal tersebut dan tetap

bersikukuh ingin menyuci filmnya sendiri. Dion mengingatkan agar Akung tidak telat

untuk membantunya membereskan barang-barang.

Editing :

Dalam scene ini akan awal dengan transisi cut to cut untuk menunjukan kepada

penonton informasi waktu yang terjadi. Secara keseluruhan scene ini akan

menggunakan konsep continuity editing dengan metode cutting cut to cut, untuk

memberikan informasi dari setiap pemotongan serta bertujuan agar penonton lebih

mudah dalam menerima informasi. Keselarasan dalam dimensi grafis diperlukan juga

agar tidak

4. EXT. DEPAN KIOS AKUNG – SORE


Dion melihat jam miliknya, waktu menunjukan pukul setengah 4. Mobil boks telah

menunggu, namun Dion belum juga menyelesaikan pekerjaanya. Ditambah Akung

yang tak kunjung keluar dari dalam kios. Dion akhirnya berhadapan dengan Wan si

pemilik kios tersebut. Tepat setelahnya, Akung datang dengan terburu-buru. Ia semakin

cemas menyadari kehadiran Wan. Akung memberitahu bahwa rol yang baru saja ia

gunakan untuk memotret kios sebagai kenang-kenangan telah rusak. Ia meminta waktu

agar bisa memotret ulang foto tersebut. Wan menolak hal itu dikarenakan penyewa

baru sedang menuju kios tersebut. Dion yang iba lalu menepuk bahu Akung, ia

menitipkan kamera miliknya dan memberitahu bahwa dirinya saja yang mengurus hal

itu.

Editing :

Pada scene ini akan sedikit lebih banyak pengeksplorasian dalam editing, dalam

dimensi ritmis internal maupun eksternal. Mulai dari pergerakan pemain, kamera dan

untuk faktor eksternalnya yaitu percepatan yang diberikan diharapkan memberikan

dramatik yang tinggi, terutama pada bagian ketika Dion mengetahui Wan yang datang

dan roll yang digunakan Akung memotret kiosnya telah rusak.

5. INT. DALAM KIOS AKUNG – SORE

Saat sedang menutup pintu kios, Akung terpaku di lawang pintu. Ia mengamati

sekeliling kios yang nyaris kosong total. Akung berjalan menuju kasir dimana terdapat

kamera analognya bersebelahan dengan kamera digital milik Dion. Akung yang

penasaran lalu meneliti kamera Dion. Ia menemukan cara untuk menyalakan kamera

tersebut. Disana akung menemukan beragam foto dan video dirinya yang penuh

nostalgia. Namun ada satu foto yang membuatnya terus merenung, yaitu foto saat ia
membersihkan kamera analognya dengan sangat teliti. Akung memutuskan untuk

mengambil salah satu pigura fotonya dari dinding (yang belum diperlihatkan jelas pada

penonton), lalu berjalan keluar bersama kamera digital Dion.

Editing :

Di dalam scene ini akan menggunakan konsep continuity yang akan diaplikasikan

dengan metode penyambungan cut to cut. Untuk eksplorasinya sendiri akan berfokus

kepada dimensi temporal atau pembentukan ruang dimana akan menggunakan metode

establish untuk menggambarkan sekeliling kios akung yang nyaris kosong total.

Bertujuan untuk memberikan penonton rasa empati terhadap apa yang karakter rasakan.

Selain itu untuk memperkuat kesan dramatik, ritme akan diperlambat.

6. EXT DEPAN KIOS AKUNG – SORE

Akung mengamati lingkungan di sekelilingnya, kemudian ia membandingkan

penampilan papan nama kiosnya yang telah reot dengan pigura foto yang ia bawa.

Pigura tersebut berisi foto Akung muda saat memasang papan nama kiosnya untuk

pertama kali. Karena hal tersebut Akung merasa sangat tersentuh. Ia memutuskan untuk

menghampiri Dion dan Wan yang masih bernegosiasi. Dion dan Wan berhenti, Akung

menyodorkan kamera digital kepada Dion. Lalu ia menyuruh Dion untuk memotret

dirinya di depan kios. Dion terpaku dengan heran, kemudian ia tersenyum haru. Dion

mulai memotret, sementara Akung berpose. Foto terakhir Akung yang tersenyum lebar

bersama kios kesayangannya.

Editing :

Untuk konsep yang ada pada scene ini, metode editing dan metode cutting yang

digunakan masih sama dengan scene sebelumnya, dimana hal tersebut masih menjadi
satu bagian dari peristiwa yang ada pada scene sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk

memberikan informasi serta kesinambungan certia dari setiap pemotongan dalam film.

Eksplorasi editingnya sendiri akan memanfaatkan ritme eksternal yang diperlambat

untuk menggambarkan Akung yang merasa tersentuh, terutama pada bagian akhir

scene diharapkan dramatiknya berkurang agar memberikan kesan kehangatan.

7. INT. RUMAH AKUNG – PAGI


Keesokan harinya, akung berada dirumah bersama Dion. Mereka sibuk memajang foto

terakhir Akung bersama kiosnya di dinding. Pigura foto tersebut berada diantara foto

analog bersejarah lainnya dari kios, beserta karya foto digital milik Dion. Akung

kemudian mengusap rambut Dion sembari memuji dirinya dan tersenyum lebar. Akung

meminta Dion untuk mengajari Akung memotret dengan digital. Dion membalas

dengan omongan Akung yang menganggap bahwa memotret digital itu mudah. Akung

yang mengelak hal tersebut dan mereka tertawa kecil. Dion merangkul bahu Akung

sambil berjalan keluar frame.

Editing :

Di scene terakhir film ini, penggunaan konsep continuity editing dan metode

pemotongan J cut akan diterapkan sebaik mungkin agar medapatkan unsur dramatik

sesuai yang diinginkan, serta memberikan penonton informasi terakhir pada film ini

dan menutup seluruh scene yang ada. Pada shot terakhir di scene 6 terdengar suara

shutter dari kamera digital Dion yang mengabadikan momen akung bersama kios

kesayangannya, kemudian nuansa pagi yang terdapat awal scene ini akan didengarkan

terlebih dahulu ketimbang menampilkan visualnya, yaitu ketika Akung dan Dion

sedang memajang foto pada hari berikutnya. Dengan penerapan metode ini berfungsi
untuk menyambungkan pesan antara scene ke 6 dan scene ke 7 secara simultan.

Eksplorasi dimensi editing disini akan menggunakan unsur ritmis serta grafis, dimana

unsur ritmis sendiri akan digunakan untuk memperlambat ritme agar menghasilkan

dramatik yang kuat. Kesimbungan grafis sendiri juga merupakan hal yang ikut di

eksplorasi dalam scene ini, dimana letak penempatan Akung dan Dion memajang foto

terakhir bersama kiosnya di dinding. Pigura foto tersebut terletak diantara foto analog

bersejarah lainnya dari kios, beserta karya foto digital milik Dion.
 Konsep Opening, Tipografi, Judul dan Credit Title
A. Opening

Konsep opening dalam film ini akan dimulai dengan bumper FFTV IKJ, lalu setelah

itu dilanjut dengan frame kosong (blackscreen) kemudian dibuka dengan shot yang

menampilkan kesibukan penduduk khas kota besar di era modern. Sebagai

pembuka awal scene penggunaan Fade in ditampilkan dengan tujuan untuk

memberikan informasi pengenalan setting pada cerita. Lalu ditengah kesibukan

tersebut hadir beberapa fotografer digital. Fotografer yang satu sedang memotret

jalanan, sementara yang lainnya sedang memotret model, hal tersebut bertujuan

sebagai identifikasi awal bahwa film ini berhubungan dengan fotografi sebagai

penguat dari shot sebelumnya. Disaat yang bersamaan ditampilkan judul film

Momen, judul menghilang seiring digunakannya efek dissolve.

B. Judul

Judul film ini sendiri adalah “Momen”. Makna dari judul film ini adalah merupakan

sebuah penggambaran peristiwa atau kejadian yang besar kemungkinan tidak akan

terulang untuk kedua kalinya. Penggambaran tersebut menginterpretasikan apa

yang telah Akung lalui bersama kiosnya, kamera yang merupakan sebuah alat untuk

menangkap suatu peristiwa atau kejadian berperan sebagai pemicu untuk

mengingat kembali momen tersebut.

Tipografi dalam judul yang ada pada film ini adalah “Book Antiqua” nuansa

dalam font yang kami pilih untuk film ini adalah sebagai bentuk yang dapat

mewakilkan sesuatu yang telah usang. Font Book Antiqua sendiri termasuk

kedalam karakterisitik Serif dimana Serif itu sendiri adalah satu font tertua.
Penggunaan font tersebut juga dapat memberikan arti bahwa sesuatu yang

tradisional, historis dan klasik dapat dihadirkan dengan penyajian yang formal.

C. Credit Title

Konsep credit title yang akan kami buat dalam film ini secara sederhana seperti

pada umumnya, dimana akan terlihat frame kosong (blackscreen) setelah film

berakhir lalu kemudian muncul nama-nama cast dan terdapat juga jobdesc setiap

crew secara roll up dari bawah frame menuju ke atas frame. Sedangkan jenis

tipografi untuk tulisan credit title menggunakan font Times New Roman. Selain itu,

sebagai pengiring credit title menambahkan soundtrack yang bernuansa sendu dan

hangat yang didominasi dengan permainan instrumental, dikarenakan music ini

cocok untuk mengakhiri film dan juga credit title.

Anda mungkin juga menyukai