Anda di halaman 1dari 10

BAB I

A. LATAR BELAKANG KARYA

Salah satu kepercayaan masyarakat indonesia adalah, di penghujung hari

(maghrib) pada saat itulah setan berkeliaran menculik anak dan

mengganggu aktivitas manusia.

Banyak cara orang tua dalam mealarang anaknya, mulai dari

menuntunya dengan baik, mengajarkan satu persatu, menegurnya dengan

keras, hingga menakut-nakuti anaknya dengan hal mistis seperti hantu dan

makhluk aneh lainnya.

Patekong atau Sipak Tekong adalah permainan masa kecil yang

sama dengan petak umpet, yang mana ada 1 orang yang jaga, dan yang

lainnya bersembunyi. dan ada sebuah kaleng berisikan kerikil yang di

letakan di lingkaran, dan siapapun yang pertama kali keluar dari

persembunyian, ia harus menendang kaleng tersebut untuk memperpanjang

durasi persembunyian. Permainan dan larangan bermain di waktu maghrib

seperti ini sering penulis alami pada masa kecil, hingga membuat penulis

ingin memvisualkan bagaimana jika hal yang di gunakan untuk menakuti-

nakuti seperti di atas benar adanya terjadi.

Dari mitos yang beredar di masyarakat, cara orang tua mendidik

anaknya, juga permainan masa kecil menjadikan tema penciptaan yang

dijadikan dalam bentuk Naskah yang berjudul Patekong, Naskah Patekong

dengan genre Horror ini bercerita tentang 4 orang anak yang pada akhirnya

1
2

di sembunyikan oleh Setan karena menghiraukan perkataan orang tua

mereka yang telah melarang mereka bermain patekong di penghujung hari.

Himawan pratista pada bukunya (Memahami film,2008:4)

Menjelaskan bahwa film dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu Film fiksi,

Dokumenter dan eksperimental1. Penulis tertarik mengangkat ide ini dalam

format Film Fiksi karena ada suatu daya ketertarikan terhadap Film yang

Bergenre Horror dan menurut penulis tema yang digagas patut di jadikan

media informasi yang berformat film fiksi, juga dapat membawa penonton

hikmad dalam menyaksikan suatu cerita sehingga dapat menimbulkan kesan

nyata. seperti yang dijelaskan oleh Joseph V Mascelli dalam bukunya The

Five C’s of Cinematography.

Film adalah rekaman peristiwa dari suatu kenyataan, karangan atau


fantasi belaka. Citra-citra yang dihasilkan haruslah merupakan reproduksi
kehidupan sesungguhnya, atau suatu dunia pura-pura yang meyakinkan.2
Dalam penggarapan film fiksi Patekong Penulis berperan sebagai

seorang Editor yang dimana penulis bertanggung jawab dalam proses

penyelesaian film tersebut atau berkerja diwilayah pasca produksi. Editor

sangat berpengaruh dalam sebuah rangkaian tim kerja pada produksi film.

Karena segala bentuk hal yang berkaitan dengan proses produksi sebuah

film diselesaikan oleh seorang editor. Jadi bentuk akhir dari penyelesaian

dari sebuah film bertumpu pada proses editing yang dipertanggungjawabkan

oleh editor.

1
Pratista, Himawan,2008. Memahami Film :4
2
Mascelli, Joseph V,2010. The Five C’s of Cinematography. Jakarta : Fakultas Film dan
Televisi IKJ, Hal:119
3

Dalam proses pasca produksi seorang editor memberikan sentuhan

khusus dalam merakit susunan gambarnya Untuk memperoleh hasil yang

maksimal dalam menciptakan sebuah film perlu adanya sebuah konsep baik

itu dalam pengadeganan, konsep gambar, suara dan editing. Penulis

menggunakan teknik Cross Cutting

Cross Cutting adalah serangkaian shot yang memperlihatkan dua

aksi peristiwa atau lebih pada lokasi berbeda yang di lakukan secara

bergantian.3. ketertarikan penulis dalam menggunakan teknik ini adalah

untuk memberikan informasi cerita di berbagai tempat sekaligus di waktu

yang bersamaan, dan juga semakin menambah unsur ketegangan.

Di dalam Editing terkandung beberapa Aspek Editing yang

diantaranya, Kontuinitas Grafik, Aspek Ritmik, Aspek Spasial dan Aspek

Temporal. Pada teori pendukung ini penulis menggunakan Aspek Spasial

untuk memanipulasi ruang. Aspek spasial adalah cara seorang editor untuk

memanipulasi ruang tanpa sedikitpun mengurangi ketegangan dengan cara

menghubungkan shot dengan shot lain sehingga menimbulkan makna dan

efek yang berbeda.

B. RUMUSAN MASALAH PENCIPTAAN

Sesuai dengan uraian di atas, Maka penulis merumuskan ide

penciptaan karya film fiksi ini adalah bagaimana Menerapkan Aspek Spasial

dengan teknik Cross Cutting untuk mempertinggi Suspense.

3
Pratista, Himawan,2008. Memahami Film :186
4

C. TUJUAN PENCIPTAAN

1. TUJUAN UMUM

Berdasarkan Rumusan Masalah Penciptaan, Tujuan penulis

Menerapkan Aspek Spasial dengan teknik Cross Cutting untuk

mempertinggi Suspense.

2. TUJUAN KHUSUS

Terciptanya film fiksi Patekong dengan Menerapkan Aspek Spasial

dengan teknik Cross Cutting untuk mempertinggi Suspense melalui

penyambungan shot dan scene yang berbeda latar tempat dan

memanipulasinya bolak balik secara bergantian.

D. MANFAAT PENCIPTAAN

1. Manfaat Teoritis

Manfaat Penciptaan terhadap karya adalah agar penerapan

Aspek Spasial dengan teknik Cross Cutting terbentuk melalui adegan

yang berbeda namun berkesinambungan agar tercapainya suspense

2. Manfaat praktis

Dengan tercapainya penerapan Aspek Spasial dengan teknik

Cross Cutting pada editing film Patekong di harapkan memberikan

manfaat bagi semua kalangan.


5

1. Pengkarya

Menambah pengalaman baru dalam menyuting sebuah film

dengan mengaplikasikan beberapa teori/ konsep editing untuk di

terapkan ke dalam sebuah film.

2. Institusi

Dengan teraplikikasikannya teori maupun konsep yang di

pakai semoga dapat menjadi bahan rujukan serta dapat di

kembangkan kembali dalam menyuting sebuah film.

3. Masyarakat

Menjadi sebuah informasi dan menghadirkan isu-isu yang

menarik untuk di kembangkan ke dalam sebuah film serta

menjadikan sebuah tontonan yang menarik dan menghibur.

E. KEASLIAN KARYA

1. Sandekala

Gambar 1
Poster Film Sandekala
(Sumber : letterboxd.com, 2020)
6

Seorang ibu dan anak perempuannya berjalan pulang melalui gang-

gang sepi. Saat petang menjelang, sepertinya ada sesuatu yang mengintai

dan menguntit mereka sepanjang jalan. Film pendek yang di sutradarai oleh

Amriy Ramadhan ini telah memenangkan Best Short Fiction Film XXI pada

tahun 2016. Film sandekala ini menjadi rujukan bagi menulis karena

mengangkat tema yang sama yaitu tentang kepercayaan yang beredar di

masyarakat jika melakukan aktivitas di penghujung hari. Pada film ini

menurut penulis juga memanfaatkan aspek spasial dengan beberapa adegan

yang memanipulasi ruang, namun perbedaannya adalah, pada film Patekong

penulis sebagai editor akan menerapkan teknik Cross Cutting

2. Inception

Gambar 2
Poster Film Inception
(Sumber : Wikipedia, 2020)

Inception adalah film fiksi ilmiah tahun 2010 yang disutradarai

oleh Christopher Nolan menceritakan tentang Cobb, mata-mata ahli,

mencuri informasi dari targetnya dengan masuk ke dalam mimpi mereka. Ia

diburu atas pembunuhan istrinya, dan satu-satunya cara untuk menebus


7

semua ini, adalah degan Inception. Pada film ini beberapa adegan

menggunakan teknik editing Cross Cutting dimana pada beberapa adegan

terlihat perpindahan ruang dan waktu yang di lakukan secara bolak balik

dan menahan penonton dalam keadaan cemas. Namun perbedaan dengan

film Patekong akan di garap dengan genre horor sementara film Inception di

garap dengan genre Fiksi ilmiah.

3. Munafik

Gambar 3
Poster Film Munafik
(Sumber : Wikipedia, 2020)

Film Munafik adalah film horor supranatural Malaysia tahun 2016 yang

disutradarai oleh Syamsul Yusof. Film tersebut bercerita tentang Adam,

seorang praktisi medis Muslim yang tidak dapat menjalankan pekerjaannya

dan menerima kenyataan kematian istrinya. Setelah bertemu Maria, hal-hal

yang meresahkan mulai terjadi. Pada film munafik ini juga terdapat

beberapa adegan dengan teknik editing Cross Cutting yang mana adanya

perpindahan ruang dan waktu namun saling berketerkaitan cerita, sehingga


8

menimbulkan konflik yang cukupmenarik dan terciptanya ketegangan pada

penonton.

F. LANDASAN TEORI PENCIPTAAN

Editing merupakan salah satu elemen sinematik dalam pembentukan

sebuah film. Sebelum memasuki proses editing segala sesuatu yang

berkaitan dengan produksi, seperti komposisi-komposisi adegan, gerakan-

gerakan pemain kamera, efek-efek cahaya, pemilihan warna, penataan

kamera serta unsur-unsur visual lainnya dari setting, costum, latar belakang

dan property harus terpadu atas dasar akibat secara komulatif ketika adegan-

adegan tiba pada penyuntingan akhir.4 Seluruh elemen-elemen mise-en-

scene, dan sinematografi sudah final ketika akan memasuki proses editing,

sehingga tidak menyulitkan proses penyuntingan editing. Dalam tahap ini

shot-shot yang telah diambil dipilih, diolah dan di rangkai hingga menjadi

satu rangkaian kesatuan yang utuh, Definisi editing pada tahap produksi

adalah proses pemilihan serta penyambungan gambar-gambar yang telah di

ambil. Sementara defenisi editing setelah film jadi (pasca produksi) adalah

teknik-teknik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shotnya5. Editor

berusaha memberikan keanekaragaman visual pada film melalui pemilhan

shot, aransemen dan timing secara ahli. Ia menciptakan kembali, bukan

membuat lagi, rekaman kejadian untuk mencapai efek secara kumulatif

yang seringkali lebih besar dari action action dalam satu-satu scene yang di

kumpulkan bersama. Adalah tanggup jawab editor untuk menghasilkan film

4
Joseph V. Marselli, 2010. A.S.C The Five C’s of Cinematography , Motion Picture Filming
Tecnique Simplified. Jakarta. Fakultas Film dan televise IKJ. 328
5
Pratista, Himawan,2008. Memahami Film :169
9

yang terbaik dari bahan yang ada seringkali Editor yang baik menukar

konsep "pictur supervisor" dengan kosep asli sutradara atau juru kamera.

Hanya setelah melalui pertimbangan yang seksama mengenai kemungkinan

kombinasi-kombinasi dari sekian shot serta efek-efek yang diinginkan,

Maka barulah editor merakit scene6. Di dalam editing terdapat beberapa

aspek editing diantaranya:

a. Kontinuitas Grafik

b. Apek Ritmik

c. Aspek Spasial

d. Apek Temporal

Salah satu dari aspek editing diatas adalah Aspek Spasial.

Aspek spasial adalah cara seorang editor untuk memanipulasi ruang tanpa

sedikitpun mengurangi ketegangan dengan cara menghubungkan shot

dengan shot lain sehingga menimbulkan makna dan efek yang berbeda.

Dari beberapa penjelasan tentang editing, Kusen Doni hermansyah

merangkum beberapa penjelasan tersebut, Suatu kordinasi satu shoot dengan

shoot yang lain sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh sesuai dengan

ide, konsep cerita ataupun skenarionya. Sederhananya seorang editor

melakukan kordinasi shoot memilih materi memotong dan menyambung

materi sesuai dengan script. Dalam Menyambung antara shoot satu dengan

shoot dua penulis menggunakan bentuk editing yang umum di gunakan para

editor yaitu Cut, Cut merupakan transisi shoot per shoot secara lansung,

Shoot A lansung berubah seketika menjadi shoot B. Jenis transisi shoot ini

6
Joseph V. Marselli, 2010. A.S.C The Five C’s of Cinematography , Motion Picture Filming
Tecnique Simplified. Jakarta. Fakultas Film dan televise IKJ. 299
10

sangat fleksibel digunakan, Sehingga dapat digunakan pada gaya editing

kontiniuti maupun diskontinuiti.

Pendekatan yang akan penulis terapkan dalam menyunting gambar

adalah Cross Cutting yaitu serangkaian shot yang memperlihatkan dua aksi

peristiwa atau lebih pada lokasi berbeda yang dilakukan secara bergantian.

Teknik ini secara efektif mampu memberikan informasi cerita di beberapa

tempat sekaligus dalam waktu yang sama. Yang mana bertujuan untuk

mempertinggi suspense dengan menahan penonton dalam keadaan cemas

ketika kejadian bergerak ke arah klimaks.

Anda mungkin juga menyukai