Disusun oleh:
Alhadi Nelsa
18211120
PASCASARJANA
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2020
1
HALAMAN PERSETUJUAN
2
DAFRTAR ISI
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Estimasi Wujud.............................................................................................6
C. Tujuan Penciptaan.........................................................................................7
D. Manfaat Penciptaan.......................................................................................7
E. Tinjauan Sumber...............................................................................................8
F. Konsep Karya.................................................................................................12
2. Eksplorasi....................................................................................................21
3
A. Latar Belakang
Fokus penciptaan film kabut diinspirasi saat melihat kabut. Kabut adalah
fenomena alam yang biasa dijumpai pada dataran tinggi atau pegunungan. Kabut
muncul rata-rata pada waktu pagi dan sore, saat terjadinya perubahan suhu.
Proses terjadinya kabut secara umum terjadi karena uap air yang berasal dari
tanah lembab, tanaman-tanaman, sungai, danau, dan lautan. Uap air berkembang
menjadi dingin ketika naik ke udara, (Febriyanti 2017, web: SCRIBD). Suasana
dingin, sejuk, taduh, dan tenang dirasa saat melihat kemunculannya. Dibalik
suasana yang dirasakan pada kabut, muncul praduga bagaimana kabut itu
terbentuk muncul dan menghilang. Proses kemunculan kabut tidak dapat dirasa
jelas oleh pandangan mata, begitu juga pada saat kabut menghilang.
Butiran-butiran uap air pada kabut yang muncul akan menghilang, tetapi
tidak lenyap. Kabut menghilang dari pandangan mata dirasa masih tetap ada,
tetapi tidak dapat dilihat oleh kasat mata. Kejadian muncul hilangnya kabut
memberi isyarat pada benak bahwa setelah kehidupan di dunia, diyakini akan ada
kehidupan setelahnya yang tidak dapat dijangkau oleh mata dan logika.
(nebula) yang mengandung debu dan gas, terutama helium dan hydrogen (Sholeh
dan Fatin 2016, web: Tafsir Web). Kabut juga terdapat pada Al-Quran surat
“Kemudian Dia menuju kelangit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu
Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kamu berdua
menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa’ Keduanya menjawab,
‘Kami datang dengan patuh’.”
4
Syaikh Dr. Muhammad Al Asyqar pada tafsir web menafsirkan: “Kemudian Dia
berkehendak atau mulai menciptakan langit yaitu kumpulan gas (kabut) yang
menyerupai asap (sesuatu yang membumbung tinggi dari koboaran api)” Tafsir
surat Fussilat bercerita tentang awal mula langit sebelum terbentuk adalah kabut.
Pesan surat Fussilat tentang kabut sebagai ‘sosok’ awal sebelum terbentuknya
langit, dipahami sebagai tanda terbentuknya alam semeseta, dan juga wujud akan
Kabut selain sebagai salah satu tanda mulainya suatu peradaban pada
dunia, juga kembali disebutkan pada Al-Quran surat Ad-Dukhan ayat 10 memiliki
arti: “Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak
jelas.” Tafsir dari ayat Ad-Dukhan pada hari yang disebutkan, yaitu hari di mana
akan datangnya akhir zaman. Kabut adalah salah satu dari sepuluh tanda akan
suatu peradaban. Kesan atas pesan menjadi daya tarik dan memicu iluminasi1 diri
5
Film Kabut-19 diciptakan melalui proses eksperimen dengan penggunaan
handphone sebagai alat rekam yang digunakan pada setiap tokoh. Hasil dari
eksperimen menimbulkan bentuk sajian baru pada aspek teknis yaitu multiple –
subjective camera, hasil penggabungan dua aspek teknis subjective camera dan
multiple - camera. Eksperimen digunakan pada sajian film Kabut-19 dirasa tetap
untuk menuturkan kesan atas kabut, dan dijadikan gaya berutur pada suatu
ekspresi artistik.
B. Estimasi Wujud
Judul kabut-19 memilki makna yang samar. Kabut dapat diartikan samar,
judul berperan sebagai multitafsir. Angka 19 adalah bilangan asli pertama dan
terakhir, memilki arti suatu kehidpan pasti akan mengalami kematian atau akhir.
tersinpirasi oleh fenome covid-19 yang memiliki dampak besar pada kehidupan
saat ini. Film fiksi eksperimental ini memviualisasikan sekelompok milenial yang
hobi berjejaring dari sudut pandang sebuah hadphone sebagai mata kamera.
beruap “kabut”. Visualisasi kabut sebagai tanda besar akan muncul paada film
6
Gambar 1.1 Contoh aspek ratio 9 : 16
(Dokumen: Capture screen film My Day.mp4 oleh Nelsa 27/12/2019 )
bentuk dari instastory dengan durasi setiap shot 15 detik. Konsep penyajian Film
C. Tujuan Penciptaan
1. Film Kabut diciptakan untuk menghadirkan pesan atas kesan dari kabut.
7
D. Manfaat Penciptaan
film di Indonesia.
E. Tinjauan Sumber
subjective camera adalah bentuk dari gabungan dua gagasan yang sudah ada.
Tinjauan sumber ini diperlukan sebagai pembuktian bahwa pemikiran film Kabut-
19 adalah pemikiran baru dan orisinil. Selain itu, tinjauan sumber digunakan
8
Keramat menggunakan subjective camera dengan satu kamera yang
dipegang oleh salah satu tokoh. Film Kabut mengguakan subjective camera tetapi
berbeda dengan film Keramat, film kabut menggunakan lebih dari satu kamera.
tetapi berbeda dengan fillm karya Purijitpanya. Film karya Purijitpanya Seven
2
Omnibus berasal dari bahasa Latin “omnis” berarti “semua atau banyak”. Pada kesusastraan,
omnibus dapat dikatan sebagai versi besar sebauh antologi. Film omnibus adalah film yang di
dalamnya memilki beberapa sub judul film dengan satu benang merah cerita.
9
Gambar 1.3 Screen shot adegan film Seven Something segmen 14
(Dokumen: Capture screen film Seven Something.mp4 oleh Nelsa 27/12/2019 )
Film Nose Dive, salah satu episode dari serial portal Netflik yaitu Black
tekhnologi. Pada episode Nose Dive, diceritakan kisah seorang wanita yang
dihadapkan oleh tuntutan hidup di dalam bermedia sosial. Film Kabut salah satu
kesan dari fenomone kabut yang dirasa adalah suatu sisi gelap dari kabut yang di
merupakan film bisu, tidak ada dialog hanya kalimat-kalimat yang ditulis tokoh
pada suatu kertas. Film Kabut ini menggunakan struktur film Signs dengan cerita
tiga babak, terbagi pada setiap babaknya menceritakan rutinitas satu hari mulai
10
Gambar 1.5 Screen shot adegan film Sign
(Dokumen: Capture screen film Sign.mp4 oleh Nelsa 27/12/2019 )
Tinjauan sumber film Kabut-19 tidak hanya pada sebuah film, tetapi juga
dari suatu karya yang memiliki ide dasar sama dalam memaknai suatu kabut.
perempuan yang termajinalkan oleh sistem yang berlaku. Kabut dipilih karena
mempunyai interpertasi kelam, oleh karena itu pada karya tari Kabut ingin
menjukan bahwa, wanita berani meneronos kabut yang kelam untuk memiliki
karya tari Yuliarmaheni memiliki kesamaan dari tafsit yang akan disajikan film
Kabut, yaitu suatu yang kelam. Karya musik berjudul Kabut Tiga, dipentaskan di
Taman Budaya Padang pada tahun 1983. Pentas musik yang menghasilkan
Konsep berpijak pada puisi yang berjudul Kabut yang berisi; “Biar padang pasir
berubah menjadi tumpukan mutiara tak kan berguna, kecuali setetes pemberian
11
air bening yang tulusnya rasa” (Ikhwan 60th, wawancara: 12/12/2019). Makna
F. Konsep Karya
kreativitas atau imajinasi, yaitu proses interaksi antara persepsi memori dan
(Bliss 1929: hal.177). Proses penciptaan karya seni pada setiap individu memiliki
Kabut adalah hasil dari sensasi indera pada kemunculan dan menghilangnya
kabut. Hasil dari sensasi indera melalui penangkapan pikiran dan imajinasi
sebagai dasar sosialisasi ide, menafsirkan kabut sebagai salah satu tanda pada
Objek artistik adalah segala hal yang berasal dari sensasi indera dan atau
adalah objek artistik hasil dari intuisi 3, sebagai dasar ide penciptaan karya film.
3
Intuisi berasal dari bahasa Latin intueri “memperhatikan”, dari in “pada” dan tueri “melihat atau
menonton”. Secara singkat intuisi adalah pengetahuan atau pemahaman, tanpa menggunakan akal
dan penyimpulan secara langsung terhadap sesuatu (Mudhofir 2001: hal.18).
12
Hasil dari sensasi indera terhadap kabut memberikan beberapa arti dari suatu
kabut. Kabut adalah suatu homonim4. Kabut sebagai sekumpulan uap air yang
beredar pada permukaan tanah, juga dapat diartikan sebagai penghalang, samar,
kalimat menjadikan arti lain dari kabut, yaitu dapat diartikan terhalang atau
tersamarkan.
Kabut adalah tanda-tanda akan adanya dunia lain selain di dunia. Selain
sebagai suatu homonim, kabut diliat sebagai isyarat pada benak akan adanya
kehidupan selain di dunia. Seperti Kahn yang berterori tentang awal mula jagat
raya berupa gumpalan kabut, pada Al-Quran jauh sudah dituliskan tentang
“Kemudian Dia menuju kelangit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu
Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kamu berdua
menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa’ Keduanya menjawab,
‘Kami datang dengan patuh’.”
Surat Fussilat bercerita tentang penciptaan langut, yang memilki beberapa tafsir
4
Homonim: kata yang sama ejaan dan bunyinya tetapi berlainan arti (Poerwadarminta 2006: hal.
502).
5
Distraksi: (1) tindakan menggangu dan t urunannya atau keadaan menjadi terganggu, (2) sesuatu
yang berfungsi sebagai pengalihan atau hiburan (Poerwadarminta 2006, hal. 423)
13
Kemudian Dia berkehendak atau mulai menciptakan langit yaitu
kumpulan gas (kabut) yang menyerupai asap (sesuatu yang
membumbung tinggi dari kobaran api). Kemudian Dia berfirman
kepada langit dan bumi usai menciptakan keduanya: “Kalian berdua
akan dihuni oleh orang-orang yang taat dan yang benci” Lalu
keudanya berkata: “Berilah kami orang-orang yang menyerahkan
urusanya kepadaMu tanpda ditunda-tunda”. Itu adalah gambaran
betapa Allah SWT dalam mempersiapkan keduanya agar dapat diambil
manfaatnya dan betapa mereka bergegas melaksanakan perintah sang
maha pencipta.
“Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas.”
Kabut yang muncul dan menghilang tidak dapat dirasa atau dilihat jelas
oleh mata. Tetapi keberadaannya setelah muncul dapat dirasakan dan dinikmati.
bahwa sesungguhnya masih ada, tetapi tidak dapat dilihat dijumpai. Kabut selain
sebagai suatu homonim, juga menjadi isyarat benak atas keberadaanya sebagai
14
paradigma
sintagma
menyamarkan pandangan munculnya peradaban
- Memiliki sifat menghalang - Sebagai tanda akan
- Memiliki sifat distraksi berakhirnya peradaban
Handphone
Kabut jika ditarik garis paradigma9, segala sifat dan pesan yang dialami dan dirasa
Keduanya, jika ditarik garis sintagma10 akan memunculkan makna tersurat dan
sebagai perwakilan kesan dan pesan yang diterima saat melihat kabut. Prioritas
sistematis. Hasil dari kerangka berfikir pada kabut, melalui prinsip, suara hati dan
9
Paradigma adalah satu perangkat tanda (kamus, perbendaharaan kata) yang melaluinya pilihan-
pilihan dibuat, dan hanya satu unit dari pilihan tersebut yang dapat dipilih (Piliang 2003, hal. 259).
10
Sintagma adalah kombinasi tanda denganPerenungan
tanda lainya dari perangkat yang ada berdasarkan
aturan tertentu, sehingga menghasilkan ungkapan bermakna (Piliang 2003, hal.259).
15
Berfikir Melingkar
(Prioritas)
Handphone
Handphone dipilih sebagai simbol dari rasa yang muncul pada kabut, juga
untuk memberikan pesan dan kesan yang dirasa, juga menampilkan makna
tersurat dan tersirat melalui karya film. Kepentingan muncul pada proses
suara hati yang turut adil memberi informasi dalam menentukan prioritas.
bersama’ dalam praktik-praktik konsumsi orang muda (Willis 1990: hal. 105).
beberapa fitur menjadikan handphone beralih fungsi pada awalanya sebagai alat
11
Komodifikasi: Prosesyang diasosiasikan dengan kapitalisme di mana objek, kualitas, dan tanda-
tanda diubah menjadi komuditas, yaitu sesuatu yang tujuan utamanya adalah terjual di pasar (Chris
2005: hal. 87).
16
komunikasi, sekarang dapat sebagai alat pemesanan transportasi, media infomasi,
peran penting pada kehidupan saat ini, melalui imajinasi dan penalaran, dijadikan
GAGASAN
Penggunaan
tokoh sebagai kameramen
Multiple –
IDE
Subjective
Handphone
sebagai IMAJINASI GAGASAN Camera
metafor
Penggunaan
handphone
Penciptaan karya seni tidak dapat dipisahkan oleh sebuah ungkapan “ex
nihilo nihil fit”, dari ketiadaan tidak terjadi apa-apa (Bagus 2005: hal. 23).
Handphone sebagai penganti titik mata kamera menimbulkan efek aspek teknis
subjective camera, dan setiap tokoh sekaligus sebagai kameramen adalah bentuk
multiple - subjective camera, sebagai gaya bertutur pada cerita film Kabut.
dua atau lebih kamera yang terhubung dalam satu sistem. Pada awalnya dilakukan
dalam suatu studio produksi program televisi, dengan sistem yang terintegrasi
12
Secara harafiah cashless berarti tidak menggunakan uang tunai. Pada era digital cashless
mengacu pada penggunaan pembayaran digital (Hadijah 2017, web: Cermati).
13
Ekspreimen merupakan suatu alur kegiatan yang dilakukan dalam proses kreasi artistik (Kartika
2016, hal: 34).
17
pada suatu alat yang disebut switcher14. Sistem ini pertama kali digunakan stasiun
televisi BBC pada program “Queen Messenger” tahun 1928 (Teguh 2018, web:
wordpress). Pada produksi film pengelolaan proses penggunaan lebih dari satu
kamera dalam satu kali take action15, adalah bentuk teknik multiple-camera.
Kelebihan multiple – camera pada proses produksi terletak pada efesiensi waktu
menggunakan satu kamera yang dibawa salah satu tokoh untuk merekam. Selain
itu, pada film independen Amerika Serikat Paranormal Activiy (Peli 2007, video
dowload: youtube), menjadikan kamera sebagai sudut pandang CCTV 16. Dengan
kata lain, subjective camera atau kamera subjektif adalah penggunaan kamera
yang menggantikan titik pandang suatu subjek ataupun objek yang berada dalam
dalam film baik sebagai peserta aktif atau berganti tempat dengan titik pandang
digunakan pada cerita, pokok masalah, ataupun ide cerita, tetapi digunakan dalam
14
Switcher atau vision mixer adalah alat yang digunakan menerima dan memilih gambar dari
beberapa sumber video (Teguh 2018, web: wordpress).
15
Take action arti Indonesia: mulai bertindak (Kamuslengkap 2013, web: kamuslengkap). Pada
film kalimat take diucapkan oleh clapperman (orang yang memegang clapperboard) dan action
diucapkan oleh director, sebagai mulainya tidakan merekam adegan. Satu kali take bisa ditandai
awal kamera merekam hingga kamera mematikan tombol rekam atau saat director memberi kode
cut.
16
CCTV (Closed Circuit Television) adalah alat perekam yang menghasilkan data audio visual
dengan mengirimkan sinyal secara tertutup ke sebuah monitor (Wijaya 2019, web: wijaya
elektrik). Biasanya CCTV diletakan disudut ruangan sebagai alat pantau.
18
tokoh sekaligus sebagai operator kamera menggunakan handphomne masing-
dirasa lebih memaksimalkan metafora dari kabut yang ingin disampaikan. Selain
Intuisi dan imajinasi adalah sesuatu yang tidak bisa dirancang, kedatanganya
secara tiba-tiba yang diterima oleh seorang seniman. Penciptaan film Kabut
berawal dari niat untuk menciptakan film melalui eksperimen. Keinginan dan
kepentingan merangsang individu saat melihat Kabut. Niat awal dari keinginan
untuk menciptakan karya film eksperimen, terbawa oleh alam bawah sadar yang
memicu daya imajinasi saat melihat kabut. Intuisi hadir sesaat melihat kabut yang
bentuk, wujud, dan di mana saat kabut belum muncul, serta bagaimana bentuk,
wujud, dan ke mana kabut menghilang. Kerja kreatif untuk mencapai penciptaan
film Kabut yang dilandaskan intuisi dan imajinasi, proses berikutnya memilki
a. Tahap Persiapan
isyarat pada benak. Isyarat yang dirasa sebagai tanda awal terciptanya
17
Storytelling adalah kemampuan penyaji untuk menyampaikan sebuah cerita. Secara singkat
dapat dipahami bahwa storytelling merupakan teknik cara bertutur.
19
kehidupan dunia dan salah satu tanda peringatan akan datangnya akhir
b. Tahap Inkubasi
jelas keberadaanya saat ini, dan juga dapat mewakili sifat dari kabut.
c. Tahap Ilumisasi
masing.
d. Tahap Vertifikasi
20
2. Eksplorasi
dalamnya. Hasil yang dirasa berupa kesepian, tidak tau arah dan ketakutan, yang
lain selain di dunia. Segala yang tampak jelas dari kabut menimbulkan rasa
nyaman, sejuk, dingin, ataupun tentram, dibalik itu jika kita berada didalamnya
21
Gambar 1.7 Shot-shot pada film My Day
(Dokumen: Capture screen film My Day.mp4 oleh Nelsa 27/12/2019 )
Gambar yang diambil pada suatu kamera dibatasi oleh frame18. Variable
beberapa sudut pandang; (1) Sutradara, (2) tokoh, dan (3) handphone.
18
Garis batas atas, bawah, kanan, dan kiri sisi paling luar layar..
22
DAFTAR PUSTAKA
23
———. 2014b. “METAFORA.” Blog. Wordpress. 18 September 2014.
https://cinemaillusion.wordpress.com/.
Primadi. 1978. Proses Kreasi Appresiasi Belajar. Bandung.
Purijitpanya, Paween. 2007. Seven Something. Mp4. 14. Thailand.
Setiawan, Erie. 2015. SERBA SERBI INTUISI MUSIKAL DAN YANG ALAMIAH
DARI PERISTIWA MUSIK. Yogyakarta.
Sholeh, Awaludin, dan Azyan Liyana Fatin. 2016. “AL-QUR’AN, ANGKASA
DAN SAINSTEK.” 2016, 2.
Sulaiman, Dr. Muhammad. 2019. “SURAT FUSSILAT AYAT 11.” TAFSIR
WEB. 2019. https://tafsirweb.com/8993-sura-fussilat-aya-11.html.
Sunarto, Bambang. 2013. Epistimologi Penciptaan Seni. Yogyakarta: IDEA Press.
Susanto, Fredyu. 2009. “Sudut Pengambilan Gamabr.” Blog. Frendyusanto’s
Blog. 2009. https://fredysusanto.wordpress.com/2009/05/03/sudut-
pengambilan-gambar/amp.
Teguh. 2018. “single camera vs multi camera.” Blog. Wordpress. 32/01 2018.
teguhdepok.wordpress.com/2018/01/31/single-camera-vs-multi-camera/.
Tiwa, Monty. 2009. Keramat. Mp4. indomovies88.id/keramat-2009/.
Wijaya. 2019. “Apa itu CCTV? Apa Manfaatnya?!!” Blog. Wijaya Elektrik. 2019.
https://wijayaelektrik.com/blog/76_Apa-itu-CCTV-Apa-
Manfaatnya---.html.
Willis, P. 1990. Common Culture. Milton. Keynes.
Yudo. 2013. “Apa sih Omnibus Itu.” Blog. 2013.
http://pelitaku.sabda.org/node/872.
Yuliarmaheni, Ni Nyoman. 2014. Kabut 13. Mp4. Studi Geok Singapadu Gianya
Bali.
24