Anda di halaman 1dari 24

Kabut

Sebagai Ide Penciptaan Film


Berjudul “Kabut-19”

PROPOSAL TESIS KARYA SENI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna meperoleh derajat Magister (S2)
Program Studi Seni

Disusun oleh:
Alhadi Nelsa
18211120

PASCASARJANA
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2020

1
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing


Pada tanggal 20 April 2020

Di setujui dan disahkan


oleh pembimbing:

Prof. Dr. Pande Made S, S.Kar., M.Si


NIP. 195312311976031014

2
DAFRTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Estimasi Wujud.............................................................................................6

C. Tujuan Penciptaan.........................................................................................7

D. Manfaat Penciptaan.......................................................................................7

E. Tinjauan Sumber...............................................................................................8

F. Konsep Karya.................................................................................................12

1. Kabut sebagai objek artistik........................................................................12

2. Handphone sebagai metafor.......................................................................15

G. Metode Peciptaan Karya.............................................................................19

1. Intuisi dan Imajinasi....................................................................................19

2. Eksplorasi....................................................................................................21

3
A. Latar Belakang

Fokus penciptaan film kabut diinspirasi saat melihat kabut. Kabut adalah

fenomena alam yang biasa dijumpai pada dataran tinggi atau pegunungan. Kabut

muncul rata-rata pada waktu pagi dan sore, saat terjadinya perubahan suhu.

Proses terjadinya kabut secara umum terjadi karena uap air yang berasal dari

tanah lembab, tanaman-tanaman, sungai, danau, dan lautan. Uap air berkembang

menjadi dingin ketika naik ke udara, (Febriyanti 2017, web: SCRIBD). Suasana

dingin, sejuk, taduh, dan tenang dirasa saat melihat kemunculannya. Dibalik

suasana yang dirasakan pada kabut, muncul praduga bagaimana kabut itu

terbentuk muncul dan menghilang. Proses kemunculan kabut tidak dapat dirasa

jelas oleh pandangan mata, begitu juga pada saat kabut menghilang.

Butiran-butiran uap air pada kabut yang muncul akan menghilang, tetapi

tidak lenyap. Kabut menghilang dari pandangan mata dirasa masih tetap ada,

tetapi tidak dapat dilihat oleh kasat mata. Kejadian muncul hilangnya kabut

memberi isyarat pada benak bahwa setelah kehidupan di dunia, diyakini akan ada

kehidupan setelahnya yang tidak dapat dijangkau oleh mata dan logika.

Kant menyatakan bahwa awalnya alam raya merupakan gumpalan kabut

(nebula) yang mengandung debu dan gas, terutama helium dan hydrogen (Sholeh

dan Fatin 2016, web: Tafsir Web). Kabut juga terdapat pada Al-Quran surat

Fussilat ayat 11 yang memiliki arti:

“Kemudian Dia menuju kelangit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu
Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kamu berdua
menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa’ Keduanya menjawab,
‘Kami datang dengan patuh’.”

4
Syaikh Dr. Muhammad Al Asyqar pada tafsir web menafsirkan: “Kemudian Dia

berkehendak atau mulai menciptakan langit yaitu kumpulan gas (kabut) yang

menyerupai asap (sesuatu yang membumbung tinggi dari koboaran api)” Tafsir

surat Fussilat bercerita tentang awal mula langit sebelum terbentuk adalah kabut.

Pesan surat Fussilat tentang kabut sebagai ‘sosok’ awal sebelum terbentuknya

langit, dipahami sebagai tanda terbentuknya alam semeseta, dan juga wujud akan

adanya suatu peradaban.

Kabut selain sebagai salah satu tanda mulainya suatu peradaban pada

dunia, juga kembali disebutkan pada Al-Quran surat Ad-Dukhan ayat 10 memiliki

arti: “Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak

jelas.” Tafsir dari ayat Ad-Dukhan pada hari yang disebutkan, yaitu hari di mana

akan datangnya akhir zaman. Kabut adalah salah satu dari sepuluh tanda akan

datangnya akhir dari kehidupan dunia. Hudzaifah bin Usaid radhiallahu’anhu,

Nabi Shallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Kiamat itu tidak akan terjadi sebelum (terdapat) sepuluh


tanda-tandanya.’ Lalu beliau menyebutkannya, yaitu munculnya kabut
tebal, Dajjal, Dabbah, matahari terbit dari sebelah Barat, turunnya Nabi
Isa bin Maryam a.s., munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terjadinya gerhana
bulan dari arah Timur, di arah Barat, dan di Jazirah Arab, dan tanda
akhirnya adalah api yang keluar dari lembah Yaman yang menggiring
manusia dari tempat mereka berkumpul - H.R. Muslim. 2901” (Hasanah
2019, web: Bincang Syariah).
Kabut memiliki pesan pada benak sebagai tanda awal peradaban, dan akhir dari

suatu peradaban. Kesan atas pesan menjadi daya tarik dan memicu iluminasi1 diri

pada pembentukan sebuah karya film.


1
Tahap iluminasi: pada tahap ini, ide-ide bermunculan dari pikiran yang menyediakan dasar untuk
respon kreatif. Ide-ide tersebut bisa berupa bagian-bagian keseluruhan, atau langsung keseluruhan
(Setiawan 2015).

5
Film Kabut-19 diciptakan melalui proses eksperimen dengan penggunaan

handphone sebagai alat rekam yang digunakan pada setiap tokoh. Hasil dari

eksperimen menimbulkan bentuk sajian baru pada aspek teknis yaitu multiple –

subjective camera, hasil penggabungan dua aspek teknis subjective camera dan

multiple - camera. Eksperimen digunakan pada sajian film Kabut-19 dirasa tetap

untuk menuturkan kesan atas kabut, dan dijadikan gaya berutur pada suatu

ekspresi artistik.

B. Estimasi Wujud

Judul kabut-19 memilki makna yang samar. Kabut dapat diartikan samar,

terhalang, distraksi, ataupun segala sesuatu yang ditafsirkan penonton, karena

judul berperan sebagai multitafsir. Angka 19 adalah bilangan asli pertama dan

terakhir, memilki arti suatu kehidpan pasti akan mengalami kematian atau akhir.

Kabut-19 pada film merupakan suatu sebuah tanda berkah ataupun

musibah tergantung setiap orang menyikapi dan berfikir. Perwujudan kabut-19

tersinpirasi oleh fenome covid-19 yang memiliki dampak besar pada kehidupan

saat ini. Film fiksi eksperimental ini memviualisasikan sekelompok milenial yang

hobi berjejaring dari sudut pandang sebuah hadphone sebagai mata kamera.

Kabut-19 mengisahkan sekelompok milenieal yang terkena suatu kejadian besar

beruap “kabut”. Visualisasi kabut sebagai tanda besar akan muncul paada film

berupa simbol-simbol tertentu.

6
Gambar 1.1 Contoh aspek ratio 9 : 16
(Dokumen: Capture screen film My Day.mp4 oleh Nelsa 27/12/2019 )

Aspek ratio film Kabut-19 adalah 9:16 potrait. Penyajian menggunakan

bentuk dari instastory dengan durasi setiap shot 15 detik. Konsep penyajian Film

Kabut-19 dengan menggunakan handphone masing-masing penonton.

C. Tujuan Penciptaan

1. Film Kabut diciptakan untuk menghadirkan pesan atas kesan dari kabut.

2. Film Kabut diciptakan sebagai wujud ekspresi artistik pada pembentukan

film fiksi eksperimen.

7
D. Manfaat Penciptaan

1. Kontribusi untuk pencipta

Film Kabut diciptakan sebagai alternatif pada gaya bertutur penciptaan

sebuah film fiksi.

2. Kontribusi pada masyarakat

Hasil eksperimen film Kabut diharapkan bermanfaat sebagai rujukan pada

pembuatan film dengan menggunakan handphone.

3. Kontribusi untuk dunia ilmu

Film fiksi eksperimen dengan judul Kabut, diharapkan dapat digunakan

sebagai salah satu informasi pada bidang keilmuan dan pengembangan

film di Indonesia.

E. Tinjauan Sumber

Penciptaan film Kabut-19 yang menggunakan ekperimen multiple –

subjective camera adalah bentuk dari gabungan dua gagasan yang sudah ada.

Tinjauan sumber ini diperlukan sebagai pembuktian bahwa pemikiran film Kabut-

19 adalah pemikiran baru dan orisinil. Selain itu, tinjauan sumber digunakan

sebagai pengembangan ilmu ataupun ide dalam pencimpataan film Kabut-19.

(Tiwa 2009, video download: indomovie88) pada film Keramat. Menceritakan

sekelompok orang yang mengalami hal mistis.

8
Keramat menggunakan subjective camera dengan satu kamera yang

dipegang oleh salah satu tokoh. Film Kabut mengguakan subjective camera tetapi

berbeda dengan film Keramat, film kabut menggunakan lebih dari satu kamera.

Gambar 1.2 Screen shot adegan film Keramat


(Dokumen: Capture screen film Keramat.mp4 oleh Nelsa 27/12/2019 )

Film omnibus2 Seven Something judul 14 (Purijitpanya 2007, video

download: indomovie88), film asal Thailand yang menceritakan kisah sepasang

remaja disetiap kegiatannya merekam menggunakan handphone. Film kabut akan

menyajikan cerita tentang keseharian orang yang tersibukan oleh handphone

tetapi berbeda dengan fillm karya Purijitpanya. Film karya Purijitpanya Seven

Something judul 14 merekam keseharian seseorang dengan kesibukannya

menggunakan handphone, sedangkan film kabut handphone yang dijadikan

aktifitas tokoh itu yang dijadikan alat rekam.

2
Omnibus berasal dari bahasa Latin “omnis” berarti “semua atau banyak”. Pada kesusastraan,
omnibus dapat dikatan sebagai versi besar sebauh antologi. Film omnibus adalah film yang di
dalamnya memilki beberapa sub judul film dengan satu benang merah cerita.

9
Gambar 1.3 Screen shot adegan film Seven Something segmen 14
(Dokumen: Capture screen film Seven Something.mp4 oleh Nelsa 27/12/2019 )

Film Nose Dive, salah satu episode dari serial portal Netflik yaitu Black

Mirror. Serial yang menceritakan tentang sisi gelap dari perkembangan

tekhnologi. Pada episode Nose Dive, diceritakan kisah seorang wanita yang

dihadapkan oleh tuntutan hidup di dalam bermedia sosial. Film Kabut salah satu

kesan dari fenomone kabut yang dirasa adalah suatu sisi gelap dari kabut yang di

simbolisasikan dari penggunaan handphone sebagai ekspresi artistik.

Gambar 1.4 Screen shot adegan film Nosedive


(Dokumen: Capture screen film Nosedive.mp4 oleh Nelsa 27/12/2019 )

Film Signs (Huges 2008, video donwload: youtube), bercerita tentang

karyawan perusahaan yang terjebak dengan rutinitas pekerjaan. Film ini

merupakan film bisu, tidak ada dialog hanya kalimat-kalimat yang ditulis tokoh

pada suatu kertas. Film Kabut ini menggunakan struktur film Signs dengan cerita

tiga babak, terbagi pada setiap babaknya menceritakan rutinitas satu hari mulai

dari bangun tidur.

10
Gambar 1.5 Screen shot adegan film Sign
(Dokumen: Capture screen film Sign.mp4 oleh Nelsa 27/12/2019 )

Film pendek MyDay karya Nelsa, dokumenter bisu pendek mengisahkan

keseharian sebuah handphone sebagai individu yang dipergunakan oleh

seseorang. MayDay adalah karya film eksplorasi diri untuk mendekatkan

pengetahuan oleh sudut pandang handphone yang digunakan disetiap harinya.

Tinjauan sumber film Kabut-19 tidak hanya pada sebuah film, tetapi juga

dari suatu karya yang memiliki ide dasar sama dalam memaknai suatu kabut.

Karya tari berjudul Kabut 13 tahun 2014, dipentaskan di Sanggar Geoks

Singapadu, Gianyar, Bali. Kabut 13 mengisahkan tentang konflik batin seorang

perempuan yang termajinalkan oleh sistem yang berlaku. Kabut dipilih karena

mempunyai interpertasi kelam, oleh karena itu pada karya tari Kabut ingin

menjukan bahwa, wanita berani meneronos kabut yang kelam untuk memiliki

suatu keputusan (Yuliarmaheni 56th, wawancara: 12/12/2019). Kabut dari tafsiran

karya tari Yuliarmaheni memiliki kesamaan dari tafsit yang akan disajikan film

Kabut, yaitu suatu yang kelam. Karya musik berjudul Kabut Tiga, dipentaskan di

Taman Budaya Padang pada tahun 1983. Pentas musik yang menghasilkan

kontroversi dengan pelemparan telur busuk, dikarenakan saat itu sedang

menyajikan komposisi musik kotemporer menggunakan alat musik berupa triplek.

Konsep berpijak pada puisi yang berjudul Kabut yang berisi; “Biar padang pasir

berubah menjadi tumpukan mutiara tak kan berguna, kecuali setetes pemberian

11
air bening yang tulusnya rasa” (Ikhwan 60th, wawancara: 12/12/2019). Makna

dari puisi menggambarkan tentang kesemuan, kegelisahan, dan keresahan yang

dihadapi pada femomena kehidupan sosial.

F. Konsep Karya

Seniman dapat diartikan sebagai manusia yang mengalami proses-proses

kreativitas atau imajinasi, yaitu proses interaksi antara persepsi memori dan

persepsi luar (Primadi 1978: hal.43). Pengetahuan yang terorganisir, preskriptif,

dan rasional yang dapat dibuktikan secara eksperimental, berisi konsep-konsep,

dan hubungan-hubungan bersifat presepsional adalah suatu bentuk proses cipta

(Bliss 1929: hal.177). Proses penciptaan karya seni pada setiap individu memiliki

dimensi masing-masing, sesuai proses aktivitas dan penghayatan. Penciptaan film

Kabut adalah hasil dari sensasi indera pada kemunculan dan menghilangnya

kabut. Hasil dari sensasi indera melalui penangkapan pikiran dan imajinasi

sebagai dasar sosialisasi ide, menafsirkan kabut sebagai salah satu tanda pada

umat manusia, bahwasanya ada kehidupan lain setelah kehidupan di dunia.

1. Kabut sebagai objek artistik

Objek artistik adalah segala hal yang berasal dari sensasi indera dan atau

pemikiran, yang mempunyai eksistensi subtantif (Sunarto 2013: hal.56). Kabut

adalah objek artistik hasil dari intuisi 3, sebagai dasar ide penciptaan karya film.
3
Intuisi berasal dari bahasa Latin intueri “memperhatikan”, dari in “pada” dan tueri “melihat atau
menonton”. Secara singkat intuisi adalah pengetahuan atau pemahaman, tanpa menggunakan akal
dan penyimpulan secara langsung terhadap sesuatu (Mudhofir 2001: hal.18).

12
Hasil dari sensasi indera terhadap kabut memberikan beberapa arti dari suatu

kabut. Kabut adalah suatu homonim4. Kabut sebagai sekumpulan uap air yang

beredar pada permukaan tanah, juga dapat diartikan sebagai penghalang, samar,

ataupun suatu distraksi5. “Pandangan terkabutkan”, adalah salah satu contoh

kalimat menjadikan arti lain dari kabut, yaitu dapat diartikan terhalang atau

tersamarkan.

Kabut adalah tanda-tanda akan adanya dunia lain selain di dunia. Selain

sebagai suatu homonim, kabut diliat sebagai isyarat pada benak akan adanya

kehidupan selain di dunia. Seperti Kahn yang berterori tentang awal mula jagat

raya berupa gumpalan kabut, pada Al-Quran jauh sudah dituliskan tentang

fenomena keberadaanya. Surat Fussilat ayat 11 memiliki arti:

“Kemudian Dia menuju kelangit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu
Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kamu berdua
menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa’ Keduanya menjawab,
‘Kami datang dengan patuh’.”

Surat Fussilat bercerita tentang penciptaan langut, yang memilki beberapa tafsir

(Sulaiman 2019, web: Tafsir Web):

a. Tafsir Al-Mulyassar/Kementrian Agama Saudi Arabia:


Kemudian Allah –Subhanahu- menciptakan langit yang saat itu berupa
asap, Allah berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Tunduklah kalian
berdua kepada perintah-Ku secara suka rela atau terpaksa, kalian
berdua tidak mempunyai pilihan kecuali itu.” Maka keduanya
menjawab, “Kami datang dengan suka rela, tidak ada keinginan bagi
kami tanpa keinginan-Mu wahai Rabb kami.”
b. Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir/Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al
Astqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah:

4
Homonim: kata yang sama ejaan dan bunyinya tetapi berlainan arti (Poerwadarminta 2006: hal.
502).
5
Distraksi: (1) tindakan menggangu dan t urunannya atau keadaan menjadi terganggu, (2) sesuatu
yang berfungsi sebagai pengalihan atau hiburan (Poerwadarminta 2006, hal. 423)

13
Kemudian Dia berkehendak atau mulai menciptakan langit yaitu
kumpulan gas (kabut) yang menyerupai asap (sesuatu yang
membumbung tinggi dari kobaran api). Kemudian Dia berfirman
kepada langit dan bumi usai menciptakan keduanya: “Kalian berdua
akan dihuni oleh orang-orang yang taat dan yang benci” Lalu
keudanya berkata: “Berilah kami orang-orang yang menyerahkan
urusanya kepadaMu tanpda ditunda-tunda”. Itu adalah gambaran
betapa Allah SWT dalam mempersiapkan keduanya agar dapat diambil
manfaatnya dan betapa mereka bergegas melaksanakan perintah sang
maha pencipta.

Kabut diceritakan kembali pada surat Ad-Dukhan ayat 10 memiliki arti:

“Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas.”

Surat Ad-Dukhan mengisahkan tentang peringatan akan datangnya akhir zaman

atau akhir peradaban di dunia yang ditandai dengan datangnya kabut.

Kabut yang muncul dan menghilang tidak dapat dirasa atau dilihat jelas

oleh mata. Tetapi keberadaannya setelah muncul dapat dirasakan dan dinikmati.

Kabut dikatakan menghilang, tidak dikatakan lenyap. Menghilang memiliki arti

bahwa sesungguhnya masih ada, tetapi tidak dapat dilihat dijumpai. Kabut selain

sebagai suatu homonim, juga menjadi isyarat benak atas keberadaanya sebagai

tanda pada kehidupan, memunculkan gagasan melalui imajinasi 6. Gagasan

muncul selaras proses perenungan7, menghasilakan handphone sebagai metafor8

dikarenakan mewakili sifat dan fungsi dari kabut.

Makna tersurat Makna tersirat


Kabut - Memilki sifat - Sebagai tanda
6
Imajinasi: Imajinasi adalah daya pikir atau daya khayal untuk menciptakan gambaran sesuatu
kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang (Poerwadarminta 2006, hal. 502).
Sebuah kerja akal dalam mengembangkan pemikiran secara luas dari apa yang direspon indera.
7
Perenungan adalah suatu proses pencarian simbol (Kartika 2016, hal. 52).
8
Metafora atau Metaphor merupakan meta tanda (metasign,) berdasarkan pada kemiripan atau
similaritas diantara objek dari dua tanda simbolis (Budiman 2011, hal. 85). Metafora layaknya
retorika bermata dua, salah satu sisi menyatakan sesuatu, disisi lain mengisyaratkan pengetahuan
tertentu (Pribadi 2014b, web: wordpress).

14
paradigma
sintagma
menyamarkan pandangan munculnya peradaban
- Memiliki sifat menghalang - Sebagai tanda akan
- Memiliki sifat distraksi berakhirnya peradaban
Handphone

Diagram/alur pikir 1.1 Gagasan hanphone sebagai metafor.

Kabut jika ditarik garis paradigma9, segala sifat dan pesan yang dialami dan dirasa

saat melihat kabut, terimajinasikan pada suatu bentuk kemunculan handphone.

Keduanya, jika ditarik garis sintagma10 akan memunculkan makna tersurat dan

tersirat yang memilki suatu kemiripan.

2. Handphone sebagai metafor

Proses perenungan menghasilkan suatu metafor, hasil berupa handphone

sebagai perwakilan kesan dan pesan yang diterima saat melihat kabut. Prioritas

pemilihan handphone sebagai metafor, juga dilandasi kepentingan dan pemikiran

sistematis. Hasil dari kerangka berfikir pada kabut, melalui prinsip, suara hati dan

kepentingan, menjadikan handphone selain sebagai metafor juga sebagai prioritas

pada penciptaan film Kabut.

Prinsip Suara Hati Kepentingan

9
Paradigma adalah satu perangkat tanda (kamus, perbendaharaan kata) yang melaluinya pilihan-
pilihan dibuat, dan hanya satu unit dari pilihan tersebut yang dapat dipilih (Piliang 2003, hal. 259).
10
Sintagma adalah kombinasi tanda denganPerenungan
tanda lainya dari perangkat yang ada berdasarkan
aturan tertentu, sehingga menghasilkan ungkapan bermakna (Piliang 2003, hal.259).

15
Berfikir Melingkar

(Prioritas)
Handphone

Diagram/alur pikir 1.2 Proses perwujudan prioritas.

Handphone dipilih sebagai simbol dari rasa yang muncul pada kabut, juga

menjadi prioritas untuk mewujudkan kreasi artistik melalui proses yang

sistematis. Prinsip akan melahirkan suatu kepentingan, dan begitu pula

kepentingan dapat menghasilkan suatu prinsip. Prinsip pada kabut diwujudkan

untuk memberikan pesan dan kesan yang dirasa, juga menampilkan makna

tersurat dan tersirat melalui karya film. Kepentingan muncul pada proses

sosialisasi ide, sebagai jalan untuk mengorganisir partisipasi penciptaan dalam

mengekspresikan ungkapan artistik, berupa arahan-arahan sebagai manifestasi

diri. Proses perenungan dilandaskan prinsip dan kepentingan, juga dilandaskan

suara hati yang turut adil memberi informasi dalam menentukan prioritas.

Proses-proses komodifikasi11 telah mendorong munculnya sebuah ‘budaya

bersama’ dalam praktik-praktik konsumsi orang muda (Willis 1990: hal. 105).

Handphone pada era digital mengalami perkembangan. Tekhnologi berkembang,

beberapa fitur menjadikan handphone beralih fungsi pada awalanya sebagai alat
11
Komodifikasi: Prosesyang diasosiasikan dengan kapitalisme di mana objek, kualitas, dan tanda-
tanda diubah menjadi komuditas, yaitu sesuatu yang tujuan utamanya adalah terjual di pasar (Chris
2005: hal. 87).

16
komunikasi, sekarang dapat sebagai alat pemesanan transportasi, media infomasi,

dan bisa dijadikan pembayaran atau cashless12. Handphone sudah mengambil

peran penting pada kehidupan saat ini, melalui imajinasi dan penalaran, dijadikan

gagasan bereksperimen13 untuk mencapai bentuk kreasi artistik. Proses penalaran

melalui gagasan-gagasan ditujukan untuk memaksimalkan daya guna penggunaan

handphone sebagai metafora dari kabut.

GAGASAN
Penggunaan
tokoh sebagai kameramen
Multiple –
IDE
Subjective
Handphone
sebagai IMAJINASI GAGASAN Camera
metafor
Penggunaan
handphone

Diagram/alur pikir 1.3 Sosialisasi ide pada pembentukan eksperimen.

Penciptaan karya seni tidak dapat dipisahkan oleh sebuah ungkapan “ex

nihilo nihil fit”, dari ketiadaan tidak terjadi apa-apa (Bagus 2005: hal. 23).

Handphone sebagai penganti titik mata kamera menimbulkan efek aspek teknis

subjective camera, dan setiap tokoh sekaligus sebagai kameramen adalah bentuk

suatu proses multiple – camera. Kedua aspek berkesinambungan menjadi

multiple - subjective camera, sebagai gaya bertutur pada cerita film Kabut.

Definisi multiple-camera adalah proses produksi dengan menggunakan

dua atau lebih kamera yang terhubung dalam satu sistem. Pada awalnya dilakukan

dalam suatu studio produksi program televisi, dengan sistem yang terintegrasi
12
Secara harafiah cashless berarti tidak menggunakan uang tunai. Pada era digital cashless
mengacu pada penggunaan pembayaran digital (Hadijah 2017, web: Cermati).
13
Ekspreimen merupakan suatu alur kegiatan yang dilakukan dalam proses kreasi artistik (Kartika
2016, hal: 34).

17
pada suatu alat yang disebut switcher14. Sistem ini pertama kali digunakan stasiun

televisi BBC pada program “Queen Messenger” tahun 1928 (Teguh 2018, web:

wordpress). Pada produksi film pengelolaan proses penggunaan lebih dari satu

kamera dalam satu kali take action15, adalah bentuk teknik multiple-camera.

Kelebihan multiple – camera pada proses produksi terletak pada efesiensi waktu

pengambilan gambar, dikarenakan tidak mengulang kembali adegan untuk

mendapatkan sudut pandang kamera yang berbeda.

Subjective camera dapat ditemukan pada film Indonesia Keramat, dengan

menggunakan satu kamera yang dibawa salah satu tokoh untuk merekam. Selain

itu, pada film independen Amerika Serikat Paranormal Activiy (Peli 2007, video

dowload: youtube), menjadikan kamera sebagai sudut pandang CCTV 16. Dengan

kata lain, subjective camera atau kamera subjektif adalah penggunaan kamera

yang menggantikan titik pandang suatu subjek ataupun objek yang berada dalam

alur cerita. Kamera subjektif membrikan kesan pada penonton, ditempatkan ke

dalam film baik sebagai peserta aktif atau berganti tempat dengan titik pandang

subjek atau objek dalam cerita (Susanto 2009, web: wordpress).

Film Kabut menggunakan handphone sebagai metafor kabut tidak

digunakan pada cerita, pokok masalah, ataupun ide cerita, tetapi digunakan dalam

proses produksi untuk merekam dengan metode eksperimen. Eksperimen melalui

14
Switcher atau vision mixer adalah alat yang digunakan menerima dan memilih gambar dari
beberapa sumber video (Teguh 2018, web: wordpress).
15
Take action arti Indonesia: mulai bertindak (Kamuslengkap 2013, web: kamuslengkap). Pada
film kalimat take diucapkan oleh clapperman (orang yang memegang clapperboard) dan action
diucapkan oleh director, sebagai mulainya tidakan merekam adegan. Satu kali take bisa ditandai
awal kamera merekam hingga kamera mematikan tombol rekam atau saat director memberi kode
cut.
16
CCTV (Closed Circuit Television) adalah alat perekam yang menghasilkan data audio visual
dengan mengirimkan sinyal secara tertutup ke sebuah monitor (Wijaya 2019, web: wijaya
elektrik). Biasanya CCTV diletakan disudut ruangan sebagai alat pantau.

18
tokoh sekaligus sebagai operator kamera menggunakan handphomne masing-

masing. Prioritas penggunaan handphone sebagai eksperimen pada perekaman,

dirasa lebih memaksimalkan metafora dari kabut yang ingin disampaikan. Selain

itu, juga sebagai wujud ekspresi artistik film dan storytelling17.

G. Metode Peciptaan Karya

1. Intuisi dan Imajinasi

Intuisi dan imajinasi adalah sesuatu yang tidak bisa dirancang, kedatanganya

secara tiba-tiba yang diterima oleh seorang seniman. Penciptaan film Kabut

berawal dari niat untuk menciptakan film melalui eksperimen. Keinginan dan

kepentingan merangsang individu saat melihat Kabut. Niat awal dari keinginan

untuk menciptakan karya film eksperimen, terbawa oleh alam bawah sadar yang

memicu daya imajinasi saat melihat kabut. Intuisi hadir sesaat melihat kabut yang

lama kelamaan menghilang, menimbulkan imajinasi atas pemikiran bagaimana

bentuk, wujud, dan di mana saat kabut belum muncul, serta bagaimana bentuk,

wujud, dan ke mana kabut menghilang. Kerja kreatif untuk mencapai penciptaan

film Kabut yang dilandaskan intuisi dan imajinasi, proses berikutnya memilki

beberapa tahap (Setiawan 2015: hal.43):

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan kabut didefiniskan sebagai masalah dan tujuan.

Masalah muncul saat individu melihat kabut, yang dirasa memiliki

isyarat pada benak. Isyarat yang dirasa sebagai tanda awal terciptanya
17
Storytelling adalah kemampuan penyaji untuk menyampaikan sebuah cerita. Secara singkat
dapat dipahami bahwa storytelling merupakan teknik cara bertutur.

19
kehidupan dunia dan salah satu tanda peringatan akan datangnya akhir

dai kehidupan dunia. Tujuan yang ingin disampaikan dari penciptaan

film kabut, sebagai pengingat individu bahwa masih ada kehidupan

selain kehidupan di dunia. Kehidupan lain adalah kehidupan akhirat.

Masalah dan tujuan divertifikasi melalui data yang diperoleh.

b. Tahap Inkubasi

Pada tahap inkubasi, dilakukan isolasi diri dari permasalahan. Isolasi

diri dilakukan untuk membiarkan pikiran berkerja di belakang layar.

Hasil isolasi diri mendapati proses perenungan yang menghasilkan

metafor. Metafor dari kabut berupa handphone yang dapat dirasakan

jelas keberadaanya saat ini, dan juga dapat mewakili sifat dari kabut.

c. Tahap Ilumisasi

Pada tahap ilumisasi, ide-ide malai bermunculan. Ide-ide muncul dari

pikiran yang menyediakan dasar untuk respon kreatif. Gagasa-gagasan

muncul pada tahap ini, berupa eksperimen dengan menggunakan tokoh

sekaligus sebagai perekam adegan menggunakan handphoen masing-

masing.

d. Tahap Vertifikasi

Tahap ini merupakan tahapan berupa pengujian. Pengujian dilakukan

melalui diskusi ataupun seminar, untuk mencapai apakah inspirasi

yang diperoleh pada tahapan sebelumnya memenuhi kriteria dan

keinginan yang ditentukan pada tahap persiapan.

20
2. Eksplorasi

Eksplorasi adalah salah satu bentuk riset dengan melakukan penjelajahan

atau pencarian dengan tujuan menemukan sesuatu. Bentuk eksplorasi dilakukan

dengan mendiamkan diri ditempat berkabut, untuk merasakan langsung berada di

dalamnya. Hasil yang dirasa berupa kesepian, tidak tau arah dan ketakutan, yang

berbanding terbalik dengan berada di luar saat melihatnya. Pencapaian dari

eksplorasi untuk memahami bagaimana keberadaan kita jika berada dikehidupan

lain selain di dunia. Segala yang tampak jelas dari kabut menimbulkan rasa

nyaman, sejuk, dingin, ataupun tentram, dibalik itu jika kita berada didalamnya

merenung akan dirasa sepi, sedih, dan ketakutan.

Eksplorasi juga dilakukan dengan penggunaan handphone dengan

bermodalkan perasaan atas eksplorasi kabut. Eksplorasi dengan melakukan

pengamatan bagaimana kondisi, posisi, dan durasi penggunaan handphone pada

keseharian berbagai orang. Hasil pengamatan diolah menjadi sebuah bentuk

karya film dokumenter pendek MyDay, dengan tujuan mendapatkan penghayatan

tentang keberadaan dan fungsi handphone sebagai metafor.

Proses pembuatan film My Day sebagai eksplorasi, dengan menggunakan

dua handphone yang memilki fungsi berbeda. Handphone pertama memiliki

fungsi untuk merekam segala aktivitas, dengan cara dilekatkan dibawah

handphone kedua. Handphone kedua, digunakan untuk aktivtas rutin, untuk

mendiskriminasi otak secara tidak langsung agar tidak mengintervensi sudut

pandang handphone pertama saat merekam.

21
Gambar 1.7 Shot-shot pada film My Day
(Dokumen: Capture screen film My Day.mp4 oleh Nelsa 27/12/2019 )

Gambar yang diambil pada suatu kamera dibatasi oleh frame18. Variable

frame menjadikan sutradara memiliki perlakuan untuk mampu mengukur,

mengkotakan, dan merangkai suatu artistik (Pribadi 2014a, web: wordpress).

Hasil eskplorasi dengan membuat satu karya dokumenter dirasa memiliki

pengaruh pada pendalaman rasa untuk mendapatkan gambaran bagaimana sudut

pandang handphone. Hasil eksplorasi terhadap sudut padang sebuah handphone

pada dokumenter MyDay terhadap frame, didapatkan dimensi-dimensi sudut

pandang pada eksperimen multiple – subjective camera. Dimensi mencakup

beberapa sudut pandang; (1) Sutradara, (2) tokoh, dan (3) handphone.

18
Garis batas atas, bawah, kanan, dan kiri sisi paling luar layar..

22
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, L. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Bliss, M. 1929. The Organization of Knowledge and the System of the Sciences.
New York: Henry Holt and Company.
Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas.
Yogyakarta: Jalasutra.
Chris, Barker. 2005. CULTURAL STUDIES Teori dan Praktik. Bentang: PT
Bentang Pusataka.
Febriyanti, Fitri Dwi. 2017. “EKSPLANSI KABUT.” SCRIBD. 9 September
2017. https://www.scribd.com/document/358460317/eksplanasi-kabut.
Hadijah, Siti. 2017. “Plus Minus Cashless di Indonesia dan Upaya Perbaikan yang
perlu Ditingkatkan.” Blog. Cermati.com. 1 November 2017.
https:/www.cermati.com/artikel/plus-dan-minus-cashless-di-indonesia-
dan-upaya-perbaikan-yang-perlu-ditingkatkan.
Hasanah, Annisa Nurul. 2019. “Sabda Nabi tentang Sepuluh Tanda-tanda Hari
Kiamat.” Bincang Syariah. 2019.
https://bincangsyariah.com/khazanah/sabda-nabi-tentang-sepuluh-tanda-
tanda-hari-kiamat/.
Huges, Patrick. 2008. SIGNS. Mp4.
Ikhwan, Nil. 1983. Kabut Tiga. Taman Budaya Padang.
IlmuBahasaInggris. 2013. “Story Telling: Pengertian, Tujuan, dan Generic
Structure dalam Bahasa Inggris Beserta Contohnya.” Blog.
IlmuBahasaInggris.com. 2013. https://www.ilmubahasainggris.com/story-
telling-pengertian-tujuan-dan-generic-structure-dalam-bahasa-inggris-
beserta-contohnya/.
Kamuslengkap. 2013. “Story Telling: Pengertian, Tujuan, dan Generic Structure
dalam Bahasa Inggris Beserta Contohnya.” 2013.
https://www.ilmubahasainggris.com/story-telling-pengertian-tujuan-dan-
generic-structure-dalam-bahasa-inggris-beserta-contohnya/.
Kartika, Dharsono Sony. 2016. KREASI ARTISTIK Perjumpaan tradisi dan
modern dalam paradigma kekaryaan seni. Karanganyar: Citra Sains.
Mudhofir, Ali. 2001. Istilah filsafat dan Ilmu. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Nelsa, Alhadi. 2019. My Day. Mp4.
Peli, Oren. 2007. Paranormal Activity. Mp4. Paranormal Activity 2007.
https://bioskopkeren.vip/nonton-paranormal-activity-1-2-3-4-5-6-subtitle-
indonesia/.
Piliang, Yasraf Amir. 2003. HIPERSEMIOTIKA Tafsir Cultural Studies Atas
Matinya Makna. Jalasutra.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA. Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Pribadi, Arief. 2014a. “3 KAPASITAS UTAMA FILM.” Blog. Wordpress. 18
September 2014. https://cinemaillusion.wordpress.com/.

23
———. 2014b. “METAFORA.” Blog. Wordpress. 18 September 2014.
https://cinemaillusion.wordpress.com/.
Primadi. 1978. Proses Kreasi Appresiasi Belajar. Bandung.
Purijitpanya, Paween. 2007. Seven Something. Mp4. 14. Thailand.
Setiawan, Erie. 2015. SERBA SERBI INTUISI MUSIKAL DAN YANG ALAMIAH
DARI PERISTIWA MUSIK. Yogyakarta.
Sholeh, Awaludin, dan Azyan Liyana Fatin. 2016. “AL-QUR’AN, ANGKASA
DAN SAINSTEK.” 2016, 2.
Sulaiman, Dr. Muhammad. 2019. “SURAT FUSSILAT AYAT 11.” TAFSIR
WEB. 2019. https://tafsirweb.com/8993-sura-fussilat-aya-11.html.
Sunarto, Bambang. 2013. Epistimologi Penciptaan Seni. Yogyakarta: IDEA Press.
Susanto, Fredyu. 2009. “Sudut Pengambilan Gamabr.” Blog. Frendyusanto’s
Blog. 2009. https://fredysusanto.wordpress.com/2009/05/03/sudut-
pengambilan-gambar/amp.
Teguh. 2018. “single camera vs multi camera.” Blog. Wordpress. 32/01 2018.
teguhdepok.wordpress.com/2018/01/31/single-camera-vs-multi-camera/.
Tiwa, Monty. 2009. Keramat. Mp4. indomovies88.id/keramat-2009/.
Wijaya. 2019. “Apa itu CCTV? Apa Manfaatnya?!!” Blog. Wijaya Elektrik. 2019.
https://wijayaelektrik.com/blog/76_Apa-itu-CCTV-Apa-
Manfaatnya---.html.
Willis, P. 1990. Common Culture. Milton. Keynes.
Yudo. 2013. “Apa sih Omnibus Itu.” Blog. 2013.
http://pelitaku.sabda.org/node/872.
Yuliarmaheni, Ni Nyoman. 2014. Kabut 13. Mp4. Studi Geok Singapadu Gianya
Bali.

24

Anda mungkin juga menyukai