Referat Stroke Non Hemoragik
Referat Stroke Non Hemoragik
Disusun oleh:
PUSPO EDI HAPSARI
20050310172
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN REHABILITASI MEDIK
RSUD SALATIGA
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui:
Dokter Pembimbing / Penguji
A. Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan peredaran darah otak non
traumatik.
Stroke adalah penurunan fungsi otak yang terjadi dengan cepat akibat gangguan
peredaran darah otak (GPDO) yang dapat berupa penyumbatan atau kebocoran pembuluh
darah. GPDO dapat terjadi akibat iskemia oleh trombosis atau emboli atau akibat pendarahan.
B. Epidemiologi
Di dunia barat, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah
penyakit jantung dan kanker, serta merupakan 10% kematian di dunia. Sama halnya dengan
di Indonesia, stroke terdapat di urutan ke tiga setelah penyakit jantung dan kanker. Pada
tahun 2004, stroke merupakan penyebab kematian terbanyak di rumah sakit pemerintah di
sepertiga dapat pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan
sampai sedang, dan sepertiga sisanya mengalami gangguan berat hingga mengharuskan
Insidensi stroke cenderung meningkat ketika melewati umur 30 tahun. 95% penderita
stroke di atas umur 45 tahun, dan dua per tiga penderita stroke berumur di atas 65 tahun.
Stroke terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita, namun 60% kematian terjadi pada
wanita. Hal ini terjadi karena wanita hidup lebih lama daripada pria, sehingga kejadian stroke
terjadi pada usia yang sudah tua dan banyak menyebabkan kematian pada wanita.
Otak memperoleh darah melalui dua sistem, yakni sistem karotis dan sistem vertebral.
1. Sistem karotis
dextra dan A. Karotis komunis sinistra. A. Karotis komunis dextra berasal dari
arkus aorta.
Arteri komunis interna setelah memisahkan diri dari a.carotis komunis, naik
dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus
akhirnya bercabang dua : A. serebri anterior dan A. serebri media. Untuk otak sistem
ini memberi aliran darah ke lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian lobus
temporalis.
2. Sistem vertebralis
Sistem vertebral dibentuk oleh A. Vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal
oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi A. basilaris, dan setelah mengeluarkan
sepasang cabang A. serebri posterior, yang melayani daerah lobus oksipital dan
satu dengan yang lainnya. Cabang-cabangnya yang lebih kecil menembus ke dalam
jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-cabang a.serebri lainnya.
1. Sirkulus Willlisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh a.serebri
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang
yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis, dicurahkan
menuju jantung.
D. Klasifikasi
1. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik
hematoma intrakranial yang bukan disebabkan oleh trauma. Stroke jenis ini terjadi
karena pecahnya arteri otak. Hal ini menyebabkan darah bocor ke otak dan menekan
kerusakan sel-sel otak di sekitar genangan darah. Jika jumlah darah yang bocor
meningkat dengan cepat, maka tekanan otak meningkat drastis. Hal ini menyebabkan
intraserebral yang paling sering adalah hipertensi dan aterosklerosis serebral karena
mengalami ruptur dan masuk ke dalam ruangan subarachoid. Hal ini menyebabkan
daerah di antara tulang tengkorak dan otak dengan cepat terisi darah. Seorang dengan
perdarahan dapat mengalami nyeri kepala yang muncul secara tiba-tiba dan berat,
sakit pada leher, serta mual dan muntah. Peningkatan tekanan yang mendadak di luar
a. Trombosis serebri
aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada tunika intima arteri besar. Plak
darah yang mempunyai resiko adalah arteri karotis interna dan arteri vertebralis
bagian atas. Hilangnya tunika intima membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit
akan menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding menjadi
kasar. Trombosit akan melepaskan enzim adenosin difosfat yang mengawali proses
koagulasi.
Adesi trombosit (platelet) dapat dipicu oleh produk toksik yang dilepaskan
makrofag dan kerusakan moderat pada permukaan intima. Trombosit juga melepaskan
growth factors yang menstimulasi migrasi dan proliferasi sel otot polos dan juga
Embolisme serebri biasanya terjadi pada orang yang lebih muda, kebanyakan
emboli serebri berasal dari suatu trombus di jantung sehingga masalah yang dihadapi
sesungguhnya adalah perwujudan penyakit jantung. Selain itu, emboli juga dapat
berasal dari plak ateroma karotikus atau arteri karotis interna. Setiap bagian otak
dapat mengalami emboli, tempat yang paling sering adalah arteri serebri media bagian
atas.
Berdasarkan gejala klinis yang tampak stroke non hemoragik terbagi menjadi :
Defisit neurologi yang bersifat akut yang terjadi kurang dari 24 jam, dapat
hanya beberapa menit saja. Terjadi perbaikan yang reversibel dan penderita pulih
seperti semula dalam waktu kurang dari 24 jam. Etiologi TIA adalah emboli atau
trombosis dan plak pada arteria karotis interna dan arteria vertebrabasalis.
Gejala yang muncul bertahap, akan hilang dalam waktu lebih dari 24 jam
tetapi tidak lebih dari 3 minggu, tetapi pasien dapat mengalami pemulihan sempurna.
- Keadaan pembuluh darah, bila menyempit akibat stenosis atau ateroma atau tersumbat
(polisitemia) menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat; anemia yang berat
- Tekanan darah yang sistemik memegang tekanan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik dari pembuluh darah otak agar aliran darah otak tetap konstan
- Kelainan jantung; menyebabkan menurunnya curah jantung antara lain fibrilasi dan
E. Faktor Resiko
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orang tua atau dewasa muda.
b. Diabetes Mellitus
c. Penyakit Jantung.
a. TIA
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Peningkatan hematokrit
e. Hiperlipidemia
f. Hiperuricemia
g. Kenaikan fibrinogen
h. Obesitas
i. Merokok
j. Kontrasepsi
k. Stress
l. Faktor genetik
F. Gambaran Klinis
Gejala neurologi yang timbul tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler
Gangguan motorik
Gangguan sensorik
Koordinasi
Gangguan kesadaran
G. Diagnosis
1. Anamnesa, dapat memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
Keterangan : - Derajat kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1), koma (2)
Dengan
Penurunan kesadaran +, sakit kepala +, refleks Babinski + YA stroke perdarahan
TIDAK
Penurunan kesadaran +, sakit kepala +, refleks Babinski - YA stroke perdarahan
TIDAK
Penurunan kesadaran +, sakit kepala -, refleks Babinski - YA stroke perdarahan
TIDAK
Penurunan kesadaran +, sakit kepala -, refleks Babinski + YA stroke perdarahan
TIDAK
Penurunan kesadaran -, sakit kepala +, refleks Babinski + YA stroke perdarahan
TIDAK
Penurunan kesadaran -, sakit kepala +, refleks Babinski - YA stroke perdarahan
TIDAK
SH
Gejala Klinis SNH
PIS PSA
H. Pemeriksaan Penunjang
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tidak
jelas.
3. Laboratorium : Bila curiga perdarahan tes koagulasi ( HT, HB, PTT, Protrombin
I. Prognosis
Sebanyak 75% penderita stroke tidak dapat bekerja kembali akibat ketidakmampuan
tubuhnya. 30-50% penderita stoke mengalami depresi post-stroke yang ditandai oleh letargi,
Emosi yang labil dapat terjadi sebanyak 20% pada penderita stroke.
J. Penatalaksanaan
a) Terapi Umum
Dengan 5 B
serebri.
b) Terapi Khusus
- Stroke Hemoragik
Neurotropik : Neurodex
Presentasi Kasus
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 78 tahun
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : Tamat SD
No.CM : 167694
ANAMNESA (autoanamnesa)
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan :
Pada tanggal 18 Mei 2010, pasien merasa anggota gerak kiri susah digerakkan. Keluhan ini
terjadi saat pasien hendak memanaskan lauk kira-kira satu bulan yang lalu. Tiba-tiba pasien
jatuh, namun masih bisa berpegangan pada pagar. Setelah itu, pasien merasa anggota gerak
kirinya susah untuk digerakkan. Pasien tidak pusing, tidak muntah, tidak hilang kesadaran
dan tidak perot. Namun sulit untuk bicara. Pasien pernah berobat ke mantri selama 10 hari.
Pasien tidak mengeluh sesak, BAK dan BAB (+) normal. Pasien sering mengkonsumsi
makanan asin. Pasien merokok 6 batang sehari. Setelah diberitahu mantri bahwa pasien darah
tinggi, pasien langsung berhenti merokok. Bagi pasien ini merupakan serangan yang pertama
kali.
Menurut keluarganya, setelah jatuh pasien lebih sering emosi daripada sebelumnya. Pasien
Riwayat HT (+), riwayat DM (-), riwayat penyakit jantung (-), penyakit ginjal (-), liver(-),
Riwayat HT (+), riwayat DM (-), riwayat penyakit jantung (-), penyakit ginjal (-), liver(-),
Faktor Resiko
Merokok (+), Obesitas (-), penyakit darah tinggi (+), kencing manis (-), riwayat stroke (-)
Suka makan berlemak (-), suka makan tinggi garam (+).
Anamnesis Sistem
Sistem Serebrospinal : Compos mentis, GCS : E4V5M6
Sistem Kardiovaskular : Hipertensi (186/128 mmHg saat di UGD)
Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan.
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada keluhan.
Sistem Urinaria : Tidak ada keluhan.
Sistem Muskuloskeletal : Tangan dan kaki sebelah kiri sulit digerakkan, sedikit
bengkak.
Sistem Hormonal : Tidak ada keluhan
Sistem Integumentum : Tidak ada keluhan
DATA OBJEKTIF
Status pasien
Tanggal : 19 Mei 2010
KU : Baik, Composmentis, GCS E4 V5M6
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 56x /menit
Respirasi : 19x /menit
Suhu : 36,2 C
STATUS INTERNUS
Kepala : Mesocepal, simetris, nyeri tekan (-)
Mata, conjunctiva tidak anemis, sklera terdapat pterigium, pupil isokor
2mm.
Hidung, simetris, sekret (-).
Telinga , simetris, nyeri tekan (-), sekret (-).
Leher : simetris, limfonodi tidak teraba, kaku kuduk (-), range of motion (+);
Kaku kuduk (-).
Thorax :
Paru : Inspeksi : tidak ketinggalan gerak, simetris, retraksi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-), nyeri tekan(-), vokal fremitus(+/+) N
Perkusi : sonor pada seluruh lapang pandang paru
Auskultasi : SD: vesikular, ST (-), ronkhi basah (-), wheezing (-).
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak kuat angkat
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC 5 kaudolateral dari LMC sinistra
Perkusi : suara redup
Auskultasi : irama jantung teratur, suara tambahan (-)
Abdomen : Inspeksi : simetris, perut lebih rendah dari dada, jejas(-), sikatrik(-),
caput medusa (-).
Auskultasi : peristaltik normal
perkusi : hipertimpani, pekak beralih (-).
palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Pemeriksaan ekstremitas:
Anggota Gerak
Ekstremitas Ekstremitas
Pemeriksaan
Superior (D/S) Inferior (D/S)
Gerakan Bebas/Sulit Bebas/ Bebas
Sensibilitas + N / +N +N / +N
Kekuatan 5/4 5/4
Tonus N/ N/
Klonus -/- -/-
Trofi Atrofi Eutrofi
Reflek fisiologis
Refleks Dextra/Sinistra
Biseps + N / +N
Triseps + N / +N
Brachioradialis + N / +N
Patella + N / +N
Achiles + N / +N
Reflek Patologis
Syaraf Kranialis
N. VII ( Facialis )
Kerutan kulit dahi N N
N N
Kedipan mata
N N
Lipatan nasolabial
Sudut mulut N N
Mengerutkan dahi N N
Mengangkat alis N N
N N
Menutup mata
N N
Meringis N N
Menggembungkan pipi
N. VIII ( Akustikus )
Tes bisik N N
Dengan detik arloji N N
N. IX ( Glosofaringeus )
Sengau (-) (-)
Tersedak (-) (-)
N. X ( Vagus )
Denyut Nadi 56x/menit
Bersuara N
N
Menelan
N. XI ( Assesorius )
Memalingkan muka N N
Sikap Bahu N N
N N
Mengangkat Bahu
(-) (-)
Trofi otot bahu
N. XII ( Hipoglossus )
Artikulasio N N
Sikap Lidah N N
(-) (-)
Tremor Lidah
N N
Menjulurkan Lidah Eutrofi Eutrofi
Trofi otot lidah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal 19-05-2010
AL : 6,1. 103/ L
AE : 4,4 . 106 / L
HB : 13,1 g/dl
HT : 39,0 %
AT : 292.103/ L
GDS : 93 mg/dL
Golongan darah :B
DIAGNOSIS
Skor Siriraj ={ (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala)
Penurunan kesadaran (-), Nyeri Kepala (-), Refleks Babinski (-) = Stroke Iskemik
CT- SCAN :
DIAGNOSIS
a. Farmakologi
1. Terapi Umum
- Dengan 5 B
2. Terapi Khusus
200mcg
Problem :
- Kesulitan AKS/ADL
Assessment :
- Hemiparesis sinistra
Fisioterapi :
Problem : kelemahan sistem muskuloskeletal pada ekstremitas atas dan bawah tubuh
bagian kiri.
Assesment: kekuatan otot extremitas superio 5/4 ; extremitas inferior 5/4, tonus
Program : Infra Red, ROM (range of motion) dan meningkatkan kekuatan otot
Terapi Okupasi
Program :
a. Melatih pasien untuk latihan bekerja, seperti apa yang biasanya dilakukan
Social Worker
Problem : Pasien sebagai petani sayur-sayuran. Pasien tinggal dengan istri dan
cucu angkat beserta suaminya. Pasien memiliki 4 anak kandung namun sudah
meninggal semua.
Program :
a. Motivasi penderita untuk tetap rajin krontrol hipertensi dan DM serta latihan
c. Motivasi keluarga pasien agar selalu memberi dukungan dan semangat kepada
pasien serta membantu program latihan pasien bila sudah dirumah nanti.
Psikologi
penderita dan keluarga tentang penyakitnya dan hal yang boleh atau tidak boleh
dilakukan.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam