STEP7
STEP7
SISTEM BILANGAN
1.1 Sejarah Bilangan dan Angka
Contoh :
Contoh :
101102 = 1 x 24 + 0 x 23 + 1 x 22 + 1 x 21 + 0 x 20 = 2210
Bit dengan bobot terbesar dinamakan Most Significant Bit (MSB) dan
bit yang paling kanan dengan bobot terkecil dinamakan Least
Significant Bit (LSB). Bobotnya bilangan biner ditunjukkan sebagai
berikut :
Untuk bilangan biner pecahan, bobot bit MSB dimulai dari 2-1.
Contoh bilangan biner 0,1012 memiliki arti :
Contoh :
2158 = 2 x 82 + 1 x 81 + 5 x 80 = 14110
Contoh :
Contoh:
1100102 = 10
0 x 20 = 0
1 x 21 = 2
0 x 22 = 0
0 x 23 = 0
1 x 24 = 16
1 x 25 = 32 +
Nilai decimal = 50
0110101112 = 8
1 x 20 = 1 0 x 20 = 0 1 x 20 = 1
1 x 21 = 2 1 x 21 = 2 1 x 21 = 2
0 x 22 = 0 + 0 x 22 = 0 + 1 x 22 = 4 +
3 2 7
0 x 20 = 0 1 x 20 = 1 1 x 20 = 1
0 x 21 = 0 0 x 21 = 0 1 x 21 = 2
1 x 22 = 4 1 x 22 = 4 1 x 22 = 4
1 x 23 = 8 + 1 x 23 = 8 + 0 x 23 = 0 +
12 = C 13 = D 7
Contoh :
2618 =. 2
28 = 0102
68 = 1102
18 = 0012
458 = 10
4 x 81 = 32
5x 80 = 5 +
37
Contoh:
1458 = 16
6 5
Nilai Heksadesimalnya = 6516
1.6.7 Konversi Desimal ke Biner
Contoh:
1010 = 2
54410 = 8
544/8 = 68 0
68/8 = 8 4
8/8 = 1 0
1/8 = 0 1
Contoh :
425610 =. 16
4256/16 = 266 0
266/16 = 16 10 = A
16/16 = 1 0
1/16 = 0 1
Contoh :
C5416 = 2
C 5 4
Contoh :
C5416 = 10
= 12 x 64 + 5 x 16 + 4 x 1
= 768 + 80 + 4
= 852
Contoh : C5416 = 8
C 5 4
6 1 2 4
3 1 7 Desimal
Contoh : 0101000101110000BCD = 10
Desimal 5 1 7 0
Contoh :
31AF16 = BCH
Bilangan Heksadesimal 3 1 A F
Bilangan Heksadesimal A 6 1 8
INPUT OUTPUT
A B X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
X = A + B atau X = A or B
A
t (s)
t (s)
t (s)
INPUT OUTPUT
A B X
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Persamaan logika untuk gerbang AND 2 input adalah :
X = A.B atau X = A and B
Berikut symbol dari gerbang AND
INPUT A
INPUT B X
A
t (s)
B
t (s)
X
t (s)
2.4 Gerbang Logika NOT
INPUT OUTPUT
A Y
0 1
1 0
Y = not A atau Y = A
A Y
A
t (s)
Y
t (s)
BAB III GERBANG LOGIKA KOMBINASIONAL
Y=A+B
A B A+B Y= A+B
0 0 0 1
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 1 0
Gerbang NOR berupa gelombang kotak
0 t (s)
0 t(s)
0 t (s)
Y = AB
Tabel Kebenaran Gerbang NAND
A B AB Y= AB
0 0 0 1
0 1 0 1
1 0 0 1
1 1 1 0
0 t (s)
0 t (s)
0 t (s)
3.3 Gerbang Logika XOR
Z=X+Y
INPUT OUTPUT
X Y Z
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
3.4 Gerbang Logika EXNOR
Z=X+Y
INPUT OUTPUT
X Y Z
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
BAB IV AL JABAR BOOLE DAN PETA KARNAUGH
Dalam hukum persamaan Boolean hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
A+B=B+A=Y
A+B=Y
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
B+A=Y
B A Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
4.2.1.2 Hukum Komutatif Untuk Gerbang Logika AND
Dalam hukum persamaan Boolean hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
A.B=B.A=Y
A.B=Y
A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
B.A=Y
B A Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
4.2.2 Hukum Asosiatif
A+(B+C)=(A+B)+C
Y=A+B+C
A B C Y
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 1
0 1 1 1
1 0 0 1
1 0 1 1
1 1 0 1
1 1 1 1
A B C Y
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 1
0 1 1 1
1 0 0 1
1 0 1 1
1 1 0 1
1 1 1 1
A.(B.C)=(A.B)C
(A.B).C=Y
A B C Y
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1
4.2.3 Hukum Distributif
A.(B+C)=A.B+A.C
A.(B+C)=Y
A B C Y
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 1
1 1 0 1
1 1 1 1
A.B+A.C=Y
A B C Y
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 1
1 1 0 1
1 1 1 1
- Kaidah Pertama : A + 0 = A
A 0 Y
0 0 0
1 0 1
- Kaidah Kedua : A + 1 = 1
A 1 Y
0 1 1
1 1 1
- Kaidah Ketiga : A + A = A
A A Y
0 0 0
1 1 1
- Kaidah Keempat A + A = 1
A A Y
0 1 1
1 0 1
- Kaidah Pertama : A . 0 = 0
A 0 Y
0 0 0
1 0 0
- Kaidah Kedua : A . 1 = A
A 1 Y
0 1 0
1 1 1
- Kaidah Ketiga : A . A = A
A A Y
0 0 0
1 1 1
- Kaida Keempat : A . A = 0
A A Y
0 1 0
1 0 0
4.3.3 Sifat Absorpsi
A + AB = A + B
Untuk membuktikan sifat atau teorema ini perhatikan persamaan
berikut:
A + AB = A ( B + 1 ) + AB Berdasarkan B + 1 = 1
A + AB = AB + A.1 + AB Lihat sifat A.1 = A
A + AB = A + AB + AB
A + AB = A + B ( A + A ) Lihat sifat A + A = 1
A + AB = A + B.1 = A + B Terbukti !
A A B Y
0 0 0 0
0 0 1 1
1 0 0 1
1 0 1 1
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
- Teorema Pertama
A+B=A.B
Y=A+B A B Y
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
Y=A.B
A.B = A + B
Y = A.B A B Y
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Perhatikan rangkaian yang terdiri dari logika NOT dan gerbang logika
OR berikut :
A B Y
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Rangkaian diatas dapat dituliskan ke dalam
persaman berikut :
Y=A+B
Y = A.B
Y=A+B
A.B = A + B
Penyederhanaan dengan Al Jabar Boole
Contoh 1
X = ( A + B ) BC + A
X = ( A + B )BC + A
X = BC ( A + 1 ) + A perhatika A + 1 = 1
X = BC + A
Contoh 2
Y = AB + AB + BC + C
Penyelesaian
Y = AB + AB + BC + C
Y = ( A + A ) B + BC + C
Y = B + BC + C
Y=B(1+C)+C
Y=B+C
4.5 Peta Karnaugh
A\B 0 1
0 Cell 1 Cell 2
1 Cell 3 Cell 4
Setiap cell dari matrik (bagian tengah) akan diisi dengan hasil
atau result dari tabel kebenaran. Sebagai contoh:
A B Y
0 0 1
A\B 0 1
0 1 1
1 0 1 0 1 1
1 1 0
1 1 0
Tabel Kebenaran Peta Karnaugh
AB\C 0 1
00
01 A\BC 00 01 11 10
11 0
10 1
Yang perlu diperhatikan di sini adalah penyusunan kombinasi
masukan 2 peubah harus mengikuti kaidah "perubahan di satu tempat".
Artinya transisi dari "0" ke "1" hanya di satu tempat saja. Sebagai
contoh, kombinasi masukan dari "01" menjadi "11". Transisi yang
terjadi pada kombinasi ini hanya pada masukan A (dari 0 menjadi 1)
sedangkan masukan B tetap (1 tetap 1). Jadi tidak boleh menulis "01"
kemudian "10" (seperti yang biasa anda lakukan di tabel kebenaran).
Mengapa? karena jika susunan-nya "01" kemudian "10", berarti
perubahan terjadi di 2 masukan, A berubah dari "0" menjadi "1" dan
masukan B berubah dari "1" menjadi "0".
A B C Y
0 0 0 1
0 0 1 0
0 1 0 0
0 1 1 1
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 0
Tabel Kebenaran
AB\C 0 1
00 1 0
A\BC 00 01 11 10 01 0 1
0 1 0 1 0 11 0 0
1 1 0 0 0 10 1 0
Peta Karnaugh
4.5.1.3 Peta Karnaugh 4 Peubah
A B C D Y
0 0 0 0 1
0 0 0 1 0
0 0 1 0 0
0 0 1 1 1
0 1 0 0 1
0 1 0 1 1
0 1 1 0 0
0 1 1 1 0
1 0 0 0 1
1 0 0 1 1
1 0 1 0 0
1 0 1 1 1 AB\C 00 01 11 10
1 1 0 0 1 00 1 0 1 0
1 1 0 1 0 01 1 1 0 0
1 1 1 0 0 11 1 0 1 0
1 1 1 1 1 10 1 1 1 0
Tabel Kebenaran Peta Karnaugh
4.5.2 Daerah Minterm
A A\B 0 1 B A\B 0 1
0 0 0 0 1 0
1 0 1 1 0 1
C A\B 0 1 D A\B 0 1
0 1 1 0 0 1
1 0 1 1 1 0
Keterangan:
(A): Karena nilai "1" hanya ada satu, maka daerah mintermnya juga
hanya 1.
(B): Nilai "1" ada di dua tempat (cell) tetapi mereka bertetangga secara
diagonal, maka angka-angka "1" tersebut tidak bisa menjadi satu
wilayah minterm.
AB\CD 00 01 11 10 AB\CD 00 01 11 10
00 1 1 00
01 01 1 1
11 11 1 1
10 1 1 10
AB\CD 00 01 11 10 AB\CD 00 01 11 10
00 1 1 00 1 1
01 01
11 11
10 1 1 10 1 1
Daerah minterm 1: masukan dari sisi baris adalah A'B dan dari
sisi kolom adalah C'. Nilai akses (') di sini mengacu pada nilai 0 pada
masukan A dan C (sedangkan karena nilai B bernilai "1" maka tidak
diberi aksen atau NOT). Daerah minterm 2: masukan dari sisi baris
adalah AB dan dari sisi kolom adalah C (semua nilai masukan "1" maka
tidak ada aksen).
Sehingga fungsi persamaan dari K-Map tersebut adalah: A'BC
+ ABC. Pembuktian dengan tabel kebenaran:
A B C ABC ABC ABC + ABC
0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0
0 1 0 1 0 1
0 1 1 0 0 0
1 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 0
1 1 0 0 0 0
1 1 1 0 1 1
Untuk daerah minterm yang berisi lebih dari satu, asas
konsistensi bisa kita gunakan. Perhatikan contoh:
AB\CD 00 01 11 10
00
01 1 1
11 1 1
10
Gated SR Latch
Clk S R Q(t+1)
0 X X Q(t)
Tidak berubah
1 0 0 Q(t)
Tidak berubah
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 X
Clk D Q(t+1)
0 X Q(t)
1 0 0
1 1 1
Bentuk symbol grafik dari gated D latch ini adalah sebagai berikut :
Rangkaian :
Positive-Edge-Triggered D Flip-Flop
Positive-Edge-Triggered D Flip-Flop
5.5 T Flip-Flop
T Q(t+1)
0 Q(t)
1 Q(t)
Simbol T Flip-Flop
Sebagai contoh diagram pewaktu yang menunjukkan cara kerja
dari T flip-flop ini adalah sebagai berikut :
D = J Q+J Q
J K Q(t+1)
0 0 Q(t)
0 1 0
1 0 1
1 1 Q(t)
Simbol JK Flip-Flop
Urutan kombinasi keluaran (Q2, Q1, dan Q0) adalah 111, 110,
101, 100, 011, 010, 001, dan 000. Terlihat bahwa kombinasi 3 bit Q2
sampai dengan Q0 bersifat menurun sehingga rangkaian ini dikenal
sebagai down-counter 3 bit.
BAB VI REGISTER
Pada cara ini semua bagian register atau masingmasing flipflop diisi
(dipicu) pada saat yang bersamaan.
Pada cara ini, data dimasukkan bit demi bit mulai dari flipflop yang
paling ujung (dapat dari kiri atau dari kanan), dan digeser sampai
semuanya terisi. Bila data digeser dari kanan kekiri disebut Register
geser kiri (Shift Left Register), sebaliknya bila data digeser dari kiri
kekanan disebut Register geser kanan (Shift Right Register).
- IC pembentuk : 74LS74
- Gambar Register SISO yang menggunakan JK FF
- Prinsip kerja: Informasi/data dimasukan melalui word in
dan akan dikeluarkan jika ada denyut lonceng berlalu dari 1
ke 0. Karena jalan keluarnya flip-flop satu dihubungkan
kepada jalan masuk flip-flop berikutnya, maka informasi
didalam register akan digrser ke kanan selama tebing dari
denyut lonceng (Clock).
Clock ke Word In Q1 Q2 Q3 Q4
0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0
2 0 0 1 0 0
3 1 1 0 1 0
4 1 1 1 0 1
Register geser SISO ada dua macam yaitu:
- IC pembentuk : 74LS164
- Gambar rangkaiannya adalah sebagai berikut: (SIPO
menggunakan D-FF)
- Cara kerja: Masukan-masukan data secara deret akan
dikeluarkan oleh D-FF setelah masukan denyut lonceng dari
0 ke 1. Keluaran data/informasi serial akan dapat dibaca
secara paralel setelah diberikan satu komando (Read Out).
Bila dijalan masuk Read Out diberi logik 0, maka semua
keluaran AND adalah 0 dan bila Read Out diberi logik 1,
maka pintu-pintu AND menghubung langsungkan sinyal-
sinyal yang ada di Q masing-masing flip-flop.
TABEL KEBENARAN:
Clock D1 D2 D3 D4 QD QC QB QA
0 1 1 0 1 0 0 0 0
1 1 1 0 1 1 1 0 1
2 1 0 0 1 1 0 0 1
3 0 0 0 1 0 0 0 1
- IC pembentuk : 74LS74,74LS76
- Gambar rangkaian register PISO menggunakan D-FF adalah
sebagai berikut:
7.1 Encoder
Input Y3 Y2 Y1 Y0
X0 0 0 0 0
X1 0 0 0 1
X2 0 0 1 0
X3 0 0 1 1
X4 0 1 0 0
X5 0 1 0 1
X6 0 1 1 0
X7 0 1 1 1
X8 1 0 0 0
X9 1 0 0 1
Persamaan logika output encoder Desimal (10 Line) ke BCD
Y3 = X8 + X9
Y2 = X4 + X5 + X6 + X7
Y1 = X2 + X3 + X6 + X7
Y0 = X1 + X3 + X5 + X7 + X9
Rangkaian implementasi encoder Desimal (10 Line) ke BCD sesuai
tabel kebenaran
7.2 Decoder
Pengertian Decoder adalah alat yang di gunakan untuk dapat
mengembalikan proses encoding sehingga kita dapat melihat atau
menerima informasi aslinya. Pengertian Decoder juga dapat di artikan
sebagai rangkaian logika yang di tugaskan untuk menerima input input
biner dan mengaktifkan salah satu outputnya sesuai dengan urutan biner
tersebut. Kebalikan dari decoder adalah encoder.
Fungsi Decoder adalah untuk memudahkan kita dalam
menyalakan seven segmen. Itu lah sebabnya kita menggunakan decoder
agar dapat dengan cepat menyalakan seven segmen. Output dari
decoder maksimum adalah 2n. Jadi dapat kita bentuk n-to-2n decoder.
Jika kita ingin merangkaian decoder dapat kita buat dengan 3-to-8
decoder menggunakan 2-to-4 decoder. Sehingga kita dapat membuat 4-
to-16 decoder dengan menggunakan dua buah 3-to-8 decoder.
Input Output
S0 S1 Inp O0 O1 O2 O3
0 0 0 0 X X X
0 0 1 1 X X X
0 1 0 X 0 X X
0 1 1 X 1 X X
1 0 0 X X 0 X
1 0 1 X X 1 X
1 1 0 X X X 0
1 1 1 X X X 1
Rangkaian Demultiplexer
INPUT OUTPUT
S0 S1 D0 D1 D2 D3 X Ket
0 0 0 X X X 0 D0
0 0 1 X X X 1
0 1 X 0 X X 0 D1
0 1 X 1 X X 1
1 0 X X 0 X 0 D2
1 0 X X 1 X 1
1 1 X X X 0 0 D3
1 1 X X X 1 1
Rangkaian Multiplexer