Anda di halaman 1dari 3

A.

ANTAGONIS KOLINERGIK
Istilah antagonis dalam hal ini adalah melawan, sehingga kalau antaginis kolinergek
berarti melawan aksi asetilkolin atau syaraf kolinergik. Secara definitif, istilah antagonis
kolinergik berarti obat yang menghabat atau mengurangi efek asetilkolin atau persyrafan
kolinergik. Istilah tersebut dinamakan kolinolitik. Obat ini mempunyai sasaran: menurunkan
konsentrasi atau mengurangi aksi asetilkolin pada celah sinaptik. Obat ini beraksi dengan cara,
1) Sebagai antagonis kompetitif pada reseptor muskarinik
2) Antagonis kompetitif pada respon nikonik.
3) Mengeblok kanal ion yang terhubung dengan reseptor nikotinik.
Oleh karna itu, secara garis besar dibedakan menjadi tiga golongan utama:
1) Antagonis reseptor muskarinik
2) Ganglion blocker
3) Neuromuscular blocker

B. SISTEM SYARAF PUSAT


Sistem syaraf pusat (SSP) merupakan bagian dari system syaraf, yang terdiri dari tak dan
susm sum tulang belakang. SSP mempunyai fungsi mengkoordinasi segala aktivitas bagian tubuh
manusia. Dalam menjalankan fungsinya, SSP dibantu oleh system syaraf prifer yang merupakan
penghubung impuls dari SSP yaitu sel syaraf (neuron) dan sel penyokong (sel gila).
C. OBAT ANTIANSIETAS DAN HIPNOTIK
Ansietas merupakan perasaan keprihatinan, ketidakpastian, dan ketakutan tanpa stimuli
yang jelas, dikaitkan dengan perubahan fisiologi misalnya takikardi, berkeringat, tremor.
Ringkasannya, ansietas adalah perasaan cemas, dan anti-ansietas (ansiolitik) adalah obat anti
kecemasan. Sedangkan hipnotik merupakan obat psikoaktif yang dapat menginduksi tidur
(ketidaksadaran), dan secara klinik digunakan dalam penanganan insomnia. Istilah lain sedasi,
anastesi, koma. Kalau kita perhatikan efek-efek diatas, semuanya terkait dengan penurunan
eksitabilitas sel syaraf pusat.
KLASIFIKASI OBAT
Terdapat dua golongan obat yang sering dipakai sebagai agen anti-ansietas dan hipnotik yaitu
berbiturat dan benzodiazepine. Kedua obat ini bereaksi pada reseptor GABA. Syaraf
GABAnergik sendiri merupakan syaraf penghambat transmisi utama diotak. Obat golongan
tersebut mempunyai sisi aktif pad reseptor GABA sehingga frekuensi terbukannya kanal ion
klorida meningkat, menghasikan peningkatan hiperpolarisasi sel syaraf.
D. OBAT ANTIPSIKOTIK
Obat ini juga dinamakan neuroleptika, anti-skizofrenia, atau transquilizer. Pemberian
obat jenis ini tidak bersifat kuratif karena sebenarnya tidak menyembuhkan penyakit namun
mengupayakan penderita untuk bias menjalankan aktivitas normal. Obat ini paling sering
digunakan pada pasien skizofrenia, yang merupakan penyakit mental yang ditandai dengan
adanya kekacauan (disintegrasi) proses berfikir, emosi dan kontak realitas. Penyakit ini
dipengaruhi factor lingkungan dan 75% penderitanya adalah usia remaja atau dewasa muda.
E. OBAT ANTIEPILEPSI
Epilepsy merpakan suatu gangguan fungsional kronik pada otak yang ditandai oleh
aktivitas serangan berulang, bias berupa kejang,. Dilain pihak, otak berperan dalam
mengkoordinasi aktivitas tubuh antara lain pergerakan otot, berfikir, pengelihatan,
perasaan.apabila terjadi trauma kepala, stroke, konsumsi alcohol, hipertermia, bias
mengakibatkan picuan pada daerah otak bias bersifat local atau menyeluruh sehingga
menimbulkan epilepsy. Epilepsy dibedakan menjadi dua:
1) Epilepsy parsial, serangan awal terlokalisasi, pasien masih dalam kondisi sadar.
2) Epilepsy umum, yang melibatkan bagian otak yang lebih luas, dan menyebabkan pasien
tidak sadar.

a) Epilepsy parsial dibagi menjadi tiga:


1) Epilepsy parsial sederhana, epilepsy ini merupakan jenis yang paling sederhana.
Penderita mengalami sentakan klonik (kedutan) pada jari atau wajah, yang
kemudian bias menyebar ke bagian tubuh lainnya. Penderita sadar atas serangan
tersebut.
2) Epilepsy parsial kompleks, serangan awal terlokalisasi namun letupannya meluas,
bersifat bilateral. Epilepsy ini ditandai gangguan mental sementara dan gerakan
otomatis yang tidak bertujuan (bertepuk tangan, menjilat bibir). Penderita sadar
atas serangan atau kejang tersebut, namun tidak dapat mengingat kejadian yang
dialami.
3) Epilepsy parsial dengan serangan umum sekunder. Epilepsy parsial yang secara
mendadak mendahului epilepsy tonik-klonik.
b) Epilepsy umum dibagi menjadi dua:
1) Epilepsy tonik-klonik (grand mal). Epilepsy dengan serangan klasik, bisanya
didahului dengan perubahan aura, diikuti dengan hilangnya kesadaran dan kejang
tonik-klonik (gerakan tersentak-sentak). Lidah mungkin bias tergigit. Pada balita,
kondisi demam bisa memacu kejang tonik-klonik. Epilepsy dipicicu oleh awitan
hipertemia akibat infeksi virus atau bakteri.
2) Epilepsy absence (petil mal) epilepsy yang ditandai dengan serangan mendadak
mengakibatkan kesadaran penderita hilang dalam beberapa detik, dan berhenti
secara tiba-tiba.

Anda mungkin juga menyukai