Anda di halaman 1dari 24

:: REAKSI KIMIA ::

Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarubahan senyawa kimia.
Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan.
Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan
satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik,
reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan
dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat
diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir.

Reaksi-reaksi kimia yang berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimia untuk menghasilkan
produk senyawa yang diinginkan. Dalam biokimia, sederet reaksi kimia yang dikatalisis oleh
enzim membentuk lintasan metabolisme, di mana sintesis dan dekomposisi yang biasanya tidak
mungkin terjadi di dalam sel dilakukan.

2. REAKSI REDOKS
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya
bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia.

Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan
karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat
berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer
elektron yang rumit.

Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan
mudah sebagai berikut:

Reduksi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
Oksidasi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.

Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah persis
benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer
elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan
sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam
prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak
reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi
tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen).

Oksidator dan reduktor


Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain dikatakan
sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan
elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima"
elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron. Oksidator bisanya adalah senyawa-senyawa
yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti H2O2, MnO4, CrO3,
Cr2O72, OsO4) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif, sehingga dapat mendapatkan
satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya oksigen,
fluorin, klorin, dan bromin).
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain dikatakan sebagai
reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya ke
senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga
disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi.
Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai reduktor.
Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah. Reduktor jenus lainnya adalah
reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan LiAlH4), reagen-reagen ini digunakan dengan luas
dalam kimia organik[1][2], terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol.
Metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis
paladium, platinum, atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada reduksi ikatan
rangkap dua ata tiga karbon-karbon.

Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke
oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator
mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam
sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks.

Contoh reaksi redoks


Salah satu contoh reaksi redoks adalah antara hidrogen dan fluorin:

Kita dapat menulis keseluruhan reaksi ini sebagai dua reaksi setengah: reaksi oksidasi

dan reaksi reduksi

Penganalisaan masing-masing reaksi setengah akan menjadikan keseluruhan proses kimia lebih
jelas. Karena tidak terdapat perbuahan total muatan selama reaksi redoks, jumlah elektron yang
berlebihan pada reaksi oksidasi haruslah sama dengan jumlah yang dikonsumsi pada reaksi
reduksi.

Unsur-unsur, bahkan dalam bentuk molekul, sering kali memiliki bilangan oksidasi nol. Pada
reaksi di atas, hidrogen teroksidasi dari bilangan oksidasi 0 menjadi +1, sedangkan fluorin
tereduksi dari bilangan oksidasi 0 menjadi -1.

Ketika reaksi oksidasi dan reduksi digabungkan, elektron-elektron yang terlibat akan saling
mengurangi:
Dan ion-ion akan bergabung membentuk hidrogen fluorida:

[sunting] Reaksi penggantian

Redoks terjadi pada reaksi penggantian tunggal atau reaksi substitusi. Komponen redoks dalam
tipe reaksi ini ada pada perubahan keadaan oksidasi (muatan) pada atom-atom tertentu, dan
bukanlah pada pergantian atom dalam senyawa.

Sebagai contoh, reaksi antara larutan besi dan tembaga(II) sulfat:

Persamaan ion dari reaksi ini adalah:

Terlihat bahwa besi teroksidasi:

dan tembaga tereduksi:

[sunting] Contoh-contoh lainnya

Besi(II) teroksidasi menjadi besi(III)

hidrogen peroksida tereduksi menjadi hidroksida dengan keberadaan sebuah asam:

H2O2 + 2 e 2 OH

Persamaan keseluruhan reaksi di atas adalah:

2Fe2+ + H2O2 + 2H+ 2Fe3+ + 2H2O

denitrifikasi, nitrat tereduksi menjadi nitrogen dengan keberadaan asam:

2NO3 + 10e + 12 H+ N2 + 6H2O


Besi akan teroksidasi menjadi besi(III) oksida dan oksigen akan tereduksi membentuk
besi(III) oksida (umumnya dikenal sebagai perkaratan):

4Fe + 3O2 2 Fe2O3

Pembakaran hidrokarbon, contohnya pada mesin pembakaran dalam, menghasilkan air,


karbon dioksida, sebagian kecil karbon monoksida, dan energi panas. Oksidasi penuh
bahan-bahan yang mengandung karbon akan menghasilkan karbon dioksida.
Dalam kimia organik, oksidasi seselangkah (stepwise oxidation) hidrokarbon
menghasilkan air, dan berturut-turut alkohol, aldehida atau keton, asam karboksilat, dan
kemudian peroksida

Reaksi redoks dalam industri

Proses utama pereduksi bijih logam untuk menghasilkan logam didiskusikan dalam artikel
peleburan.

Oksidasi digunakan dalam berbagai industri seperti pada produksi produk-produk pembersih.

Reaksi redoks juga merupakan dasar dari sel elektrokimia.

Reaksi redoks dalam biologi

Atas: asam askorbat (bentuk tereduksi Vitamin C)


Bawah: asam dehidroaskorbat (bentuk teroksidasi Vitamin C)

Banyak proses biologi yang melibatkan reaksi redoks. Reaksi ini berlangsung secara simultan
karena sel, sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia, harus melangsungkan semua
fungsi hidup. Agen biokimia yang mendorong terjadinya oksidasi terhadap substansi berguna
dikenal dalam ilmu pangan dan kesehatan sebagai oksidan. Zat yang mencegah aktivitas oksidan
disebut antioksidan.

Pernapasan sel, contohnya, adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan reduksi oksigen
menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:

C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O


Proses pernapasan sel juga sangat bergantung pada reduksi NAD+ menjadi NADH dan
reaksi baliknya (oksidasi NADH menjadu NAD+). Fotosintesis secara esensial
merupakan kebalikan dari reaksi redoks pada pernapasan sel:
6 CO2 + 6 H2O + light energy C6H12O6 + 6 O2

Energi biologi sering disimpan dan dilepaskan dengan menggunakan reaksi redoks. Fotosintesis
melibatkan reduksi karbon dioksida menjadi gula dan oksidasi air menjadi oksigen. Reaksi
baliknya, pernapasan, mengoksidasi gula, menghasilkan karbon dioksida dan air. Sebagai
langkah antara, senyawa karbon yang direduksi digunakan untuk mereduksi nikotinamida
adenina dinukleotida (NAD+), yang kemudian berkontribusi dalam pembentukan gradien proton,
yang akan mendorong sintesis adenosina trifosfat (ATP) dan dijaga oleh reduksi oksigen. Pada
sel-sel hewan, mitokondria menjalankan fungsi yang sama. Lihat pula Potensial membran.

Berbagai macam senyawa aromatik direduksi oleh enzim untuk membentuk senyawa radikal
bebas. Secara umum, penderma elektronnya adalah berbagai jenis flavoenzim dan koenzim-
koenzimnya. Seketika terbentuk, radikal-radikal bebas anion ini akan mereduksi oskigen menjadi
superoksida. Reaksi bersihnya adalah oksidasi koenzim flavoenzim dan reduksi oksigen menjadi
superoksida. Tingkah laku katalitik ini dijelaskan sebagai siklus redoks.

Contoh molekul-molekul yang menginduksi siklus redoks adalah herbisida parakuat, dan
viologen dan kuinon lainnya seperti menadion. [3]PDF (2.76 MiB)

[sunting] Menyeimbangkan reaksi redoks

Untuk menuliskan keseluruhan reaksi elektrokimia sebuah proses redoks, diperlukan


penyeimbangan komponen-komponen dalam reaksi setengah. Untuk reaksi dalam larutan, hal ini
umumnya melibatkan penambahan ion H+, ion OH-, H2O, dan elektron untuk menutupi
perubahan oksidasi.

[sunting] Media asam

Pada media asam, ion H+ dan air ditambahkan pada reaksi setengah untuk menyeimbangkan
keseluruhan reaksi. Sebagai contoh, ketika mangan(II) bereaksi dengan natrium bismutat:
Reaksi ini diseimbangkan dengan mengatur reaksi sedemikian rupa sehingga dua setengah reaksi
tersebut melibatkan jumlah elektron yang sama (yakni mengalikan reaksi oksidasi dengan jumlah
elektron pada langkah reduksi, demikian juga sebaliknya).

Reaksi diseimbangkan:

Hal yang sama juga berlaku untuk sel bahan bakar propana di bawah kondisi asam:

Dengan menyeimbangkan jumlah elektron yang terlibat:

Persamaan diseimbangkan:

[sunting] Media basa

Pada media basa, ion OH- dan air ditambahkan ke reaksi setengah untuk menyeimbangkan
keseluruhan reaksi.Sebagai contoh, reaksi antara kalium permanganat dan natrium sulfit:

Dengan menyeimbangkan jumlah elektron pada kedua reaksi setengah di atas:


Persamaan diseimbangkan:

SEL ELEKTROKIMIA
Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa konsep-konsep dasar ilmu kimia.
(Gambar 3.1 adalah struktur 3-dimensi molekul H2SO4, salah satu contoh zat yang memberi
suasana asam sel elektrokimia).
Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
Bila diberikan satu sistem reaksi redoks maka mahasiswa akan dapat menyusun selnya dan
menulis reaksi yang terjadi baik sebagai sel galvanik maupun elektrolisis.
Studi hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik disebut elektrokimia. Reaksi elektrolisis,
dimana perubahan non-spontan terjadi dengan mengalirkan arus listrik melalui sistem kimia,
adalah termasuk elektrokimia. Reakai spontan reduksi-oksidasi (reaksi redoks) yang dapat
manghasilkan listrik juga termasuk elektrokimia. Perubahan yang terjadi dalam suatu sistem
kimia karena reaksi elektrolisis dan reaksi redoks dibahas dalam reaksi elektrokimia.

Reaksi elektrokimia sangat penting dalam mempelajari ilmu kimia dan juga aktivitas sehari-hari.
Melalui reaksi elektrokimia dapat diperoleh informasi mengenai perubahan energi reaksi kimia
sehingga membantu menganalisa sistem-sistem kimia. Reaksi elektrokimia juga penting dalam
ilmu lain misalnya bidang biologi. Pengaruh reaksi elektrokimia pada masyarakat modern
hampir ditemukan dimana-mana. Industri kimia Al, Cl2 dan NaOH adalah contoh penerapan
reaksi elektrokimia elektrolisis. Dan semua sumber energi listrik kecil (baterai) diperoleh dari
reaksi elektrokimia reduksi-oksidasi.

3.2 Hantaran Logam dan Elektrolitik

Sebelum mengerti sistem elektrokimia perlu mengetahui bagaimana terjadinya hantaran listrik.
Proses hantaran listrik berbeda antara:
1. Logam
2. Sistem kimia: (a) Leburan garam, (b) Larutan (dalam air)

Logam adalah konduktor yang mampu menggerakkan muatan listriknya berpindah dari satu
tempat ke tempat lain bila suatu elektron dilewatkan melalui salah satu ujungnya. Hantaran
listrik karena perpindahan (transport) elektron disebut hantaran logam.

Leburan senyawa ion dan larutan yang disebut elektrolit juga dapat menghantarkan listrik,
walaupun di dalam sistem ini tidak terdapat elektron bebas yang mobil. Dengan demikian timbul
pertanyaan, bagaimana sistem ini dapat menghasilkan hantaran listrik? Jawabannya dapat
diperoleh dengan menguji apa yang terjadi pada larutan dan elektroda dalam susunan alat
percobaan berikut, gambar 3.1.

Gambar 3.1. Percobaan untuk membuktikan larutan dapat manghantarkan arus listrik.
Bila ada aliran listrik dari baterai (sumber arus DC) maka akan terjadi:
1. Elektroda (-) mendapat muatan listrik e (-).
2. Karena kelebihan muatan listrik e (-) maka elektroda (-) manarik ion muatan berbeda dalam
larutan, ion (+).
3. Pada saat yang sama elektroda (+) kekurangan elektron sehingga menarik ion muatan berbeda
dalam larutan yaitu ion (-).
4. Karena adanya hantaran listrik maka terjadi reaksi kimia (reaksi redoks) pada elektroda.
5. Pada elektroda (+), ion (-) disekitarnya melepaskan e- sehingga terjadi oksidasi. Setiap terjadi
oksidasi maka ion (-) ini diganti oleh ion (-) lain disekitarnya sehingga terjadi aliran ion-ion (-)
dari larutan ke elektroda (+).
6. Elektron-elektron yang dilepaskan dari ion-ion (-) mengalir ke sumber arus DC kemudian
diteruskan ke elektroda dimana terdapat ion-ion (+) yang kemudian mengalami reduksi.
7. Akibat reduksi ini, ion (+) lain yang terdapat disekitarnya menggantikannya sehingga terjadi
aliran ion (+) dari larutan ke elektroda (+).

Jadi, jika terjadi reaksi redoks maka elektron bergerak melalui kabel circuit (arus DC) dan ion
bergerak di dalam cairan. Aliran ion dalam cairan disebut hantaran elektrolit. Pada hantaran
elektrolit, terjadinya migrasi ion terutama karena perbedaan jumlah antara ion (+) dan ion (-)
dalam kumpulan ion (+) atau (-) sehingga tidak stabil, sehingga dalam cairan ada kecenderungan
untuk mempertahankan muatan listrik yang netral dan ini dilakukan dengan aliran ion, gambar
3.2.

Gambar 3.2. Proses mempertahankan kenetralan muatan dalam larutan

3.3 Elektrolisa

Reaksi kimia yang terjadi pada elektroda selama ada hantaran elektrolitik disebut elektrolisis.
Tempat terjadinya reaksi disebut sel elektrolisis atau sel elektrolitik.
Dalam leburan (cairan) NaCl dapat terjadi elektrolisis, gambar 3.3. Pada sistem ini terjadi reaksi
pada elektroda:
Elektroda (+) 2Cl-(l) Cl2(g) + 2e oksidasi
Elektroda (-) Na+(l) + e Na(l) reduksi

Gambar 3.3. Proses elektrolisis leburan NaCl

Pada elektrokimia, elektroda tempat terjadinya reaksi kimia disebut katoda dan anoda. Pada
katoda terjadi reaksi reduksi dan pada anoda reaksi oksidasi. Perubahan kimia total yang terjadi
pada sel elektrokimia disebut reaksi sel, dan ini diperoleh dengan menjumlahkan reaksi di
katoda dan reaksi di anoda melalui penyamaan jumlah elektron yang dibebaskan dan diterima,
yaitu:
2Cl-(l) Cl2(g) + 2e
2Na+(l) + 2e 2Na(l)
2Na+(l) + 2Cl-(l) Cl2(g) + 2Na(l)

Jadi pada sel elektrolisis, Na terbentuk di katoda dan Cl2 di anoda. Elektrolisis larutan elektrolit
lebih kompleks dari pada leburannya karena air pada larutan juga dapat teroksidasi dan
tereduksi:
2H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e oksidasi
2H2O(l) + 2e H2(g) + OH-(aq) reduksi
Pada larutan asam dapat terjadi reaksi reduksi H+,
2H+(aq) + 2e H2(g)

Bila elektrolisis dilakukan pada larutan maka reaksi reduksi dan oksidasi dapat terjadi pada air
sama seperti pada zat terlarut. Jadi pada elektroda terjadi persaingan reaksi antara air dan zat
terlarut. Pada anoda dapat terjadi oksidasi air atau anion dan pada katoda reduksi air atau kation.
Dalam persaingan reaksi ini maka salah satu lebih mungkin terjadi dan tidak mudah
meramalkannya. Tetapi dapat ditentukan melalui eksperimen. Faktor-faktor yang mempengaruhi
persaingan reaksi ini adalah: (a) sifat termodinamika reaksi dan (b) sifat materi bahan elektroda.

3.3.1 Elektrolisis larutan NaBr

Pada elektrolisis larutan NaBr maka 2 kemungkinan reaksi pada anoda:


2Br-(aq) Br2(aq) + 2e
2H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e
dan pada katoda,
Na+(aq) + e Na(s)
2H2O(l) + 2e H2(g) + 2OH-(aq)

Melalui eksperimen ditentukan hasil reaksi pada kedua elektroda. Pada katoda ditemukan
gelembung H2, dan larutan sekitar anoda berwarna merah karena pembentukan Br2. Dari hasil
ini dapat disimpulkan bahwa pada elektrolisis NaBr terjadi reaksi,
2Br-(aq) Br2(aq) + 2e (Anoda)
2H2O(l) + 2e H2(g) + 2OH-(aq) (Katoda)
2Br-(aq) + 2H2O(l) Br2(aq) + H2(g) + 2OH-(aq) (Reaksi sel)

Hasil percobaan menjelaskan bahwa H2O lebih mungkin mengalami reduksi daripada Na+, dan
Br- lebih mungkin mengalami oksidasi daripada H2O.

3.3.2 Elektrolisis larutan CuSO4

Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi pada anoda,


2SO42-(aq) S2O82-(aq) + 2e
2H2O(l) O2(g) + 4H+ + 4e
dan pada katoda,
Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
2H2O(1) + 2e H2(g) + 2OH-(aq)

Dari hasil percobaan diperoleh gelembung gas O2 pada anoda dan pelapisan logam Cu pada
katoda. Jadi pada elektrolisis larutan CuSO2 terjadi reaksi,
2H2O(l) O2(g) + 4H+ + 4e (Anoda)
Cu2+(aq) + 2e Cu(s) (Katoda)
2H2O(l) + 2Cu2+(aq) O2(g) + 4H+ + 2Cu(s) (Reaksi sel)
Berdasarkan hasil-hasil reaksi yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pada elektrolisis
CuSO4, Cu2+ lebih mudah tereduksi daripada H2O dan H2O lebih mudah teroksidasi daripada
SO42-.

3.3.3 Elektrolisis larutan CuBr2

Dua percobaan pertama menggunakan NaBr dan CuSO4, sedangkan percobaan ketiga ini
mencoba mengamati apa yang terjadi bila Cu2+ dari CuSO4 dikombinasikan dengan Br- dari
NaBr. Dari kedua hasil perccbaan diatas diperoleh kesimpulan bahwa Cu2+ dan Br- lebih mudah
tereduksi dan teroksidasi daripada air. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa pada larutan
CuBr2 akan terjadi reaksi,
2Br-(aq) Br2(aq) + 2e (Anoda)
Cu2+(aq) + 2e Cu(s) (Katoda)
Cu2+(aq) + 2Br-(aq) Cu(s) + Br2(aq) (Reaksi sel)
Perkiraan ini ternyata sesuai dengan hasil percobaan.

3.3.4 Elektrolisis larutan Na2SO4

Pada percobaan elektrolisis CuBr2 (percobaan 3) dikombinasikan antara Cu2+ dan Br-, apa yang
terjadi bila Na+ dikombinasikan dengan SO42-. Molekul H2O lebih mudah teroksidasi dan
tereduksi dari pada Na+ dan SO4, sehingga diharapkan akan terbentuk O2 pada anoda dan H2
pada katoda dengan reaksi,
2H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e (Anoda)
4H2O(l) + 4e 2H2(g) + 4OH-(aq) (Katoda)
6H2O(l) O2(g) + 2H2(g) + 4OH-(aq) + 4H+(aq) (Reaksi sel)

Selama reaksi elektrolisis juga terbentuk H+ pada anoda dan OH- pada katoda, sehingga larutan
disekitar anoda adalah asam dan sekitar katoda adalah basa. Hal ini dibuktikan dengan indikator
asam-basa. Jika selama proses elektrolisis larutan diaduk maka ion H+ bereaksi dengan OH-
membentuk H2O sehingga larutan netral kembali, dengan reaksi,
4OH- + 4H+ 4H2O

Jadi, reaksi elektrolisis larutan NaSO4 bila sambil diaduk adalah,


2H2O(l) O2(g) + 2H2(g)
Artinya, yang mengalami elektrolisis adalah H2O dan bukan Na2SO4. Apa peran Na2SO4?
Na2SO4 diperlukan untuk mempertahankan kenetralan larutan.

3.4 Penggunaan Elektrolisis

Kehidupan kita banyak disentuh secara langsung atau tidak langsung oleh hasil-hasil reaksi
elektrolisis. Contohnya, penambahan C12 pada air minum untuk membunuh bakteri,
panambahan C12 pada pestisida untuk melindungi hasil panen, dan mereaksikan C12 untuk
membuat plastik seperti poli(vinil klorida). Unsur C12 tidak terdapat di alam secara bebas tetapi
dapat diperoleh dari senyawanya, dan paling ekonomis dengan cara elektrolisis.

3.4.6 Elektroplating
Jika pada pembuatan Cu murni, katoda diganti dangan Fe, maka akan tetap terbentuk endapan
Cu pada katoda Fe. Proses pelapisan katoda dangan logam lain dengan elektrolisis disebut
elektroplating. Proses ini banyak digunakan secara komersial seperti pada pelapisan bemper
mobil dengan Cr dengan tujuan: (a) mencegah korosi, dan (b) agar penampilan menarik.

3.5 Aspek Kuantitatif Elektrolisis

Michael Faraday telah menjelaskan adanya hubungan kuantitatif antara jumlah perubahan
kimia yang terjadi dengan jumlah arus. Jumlah perubahan kimia sebanding dengan jumlah mol
elektron yang digunakan pada reaksi oksidasi-reduksi. Contoh reaksi,
Ag+(aq) + e Ag(s)
Bila katoda mensuplai 1 mol elektron maka dihasilkan 1 mol endapan Ag. Pada sistem SI,
1 mol e 96.494 Coulomb (C)
dan biasanya digunakan,
1 mol e 96.500 C
Coloumb adalah jumlah muatan listrik yang melawati satu titik circuit listrik bila arus 1 Ampere
(A) mengalir selama 1 detik atau 1 sekon (S). Jadi,
1C=1A.1S
Dengan mengukur kuat arus dan lamanya arus dapat ditentukan jumlah Coulomb, dan dari
jumlah Coulomb dapat ditentukan jumlah mol elektron, sehingga memperoleh jumlah mol
zatnya.

3.6 Sel Galvanik

Pada sel elektrolisis, perubahan kimia atau reaksi redoks non-spontan terjadi dengan
memberikan tegangan listrik diantara dua elektroda yang dicelupkan pada sistem. Bila proses
dibalik dimana reaksi redoks spontan digunakan untuk menghasilkan tegangan listrik atau
aliran listrik melalui circuit (jaringan) maka sistem kimia demikian disebut sel galvanik atau sel
volta. Contoh reaksi redoks spontan adalah dengan mencelupkan logam Zn ke dalam larutan
CuSO4. Setelah lama, maka pada sistem terlihat lapisan coklat gelap dari Cu pada Zn dan warna
larutan CuSO4 memudar serta larutan mengandung ion Zn2+. Reaksi yang terjadi adalah,
Cu2+(aq) + Zn(s) Cu(s) + Zn2+(aq)
dengan setengah reaksi,
2e + Cu2+(aq) Cu(s)
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e

Pada reaksi diatas ion Cu2+ secara spontan berkurang dari larutan karena reduksi dan digantikan
oleh ion Zn2+ tak berwarna hasil oksidasi, sehingga warna larutan berangsur-angsur hilang,
gambar 3.5.

Gambar 3.5. Proses oksidasi Zn dan reduksi Cu2+

Bila reaksi terjadi pada permukaan Zn dimana e dari Zn langsung mereduksi Cu2+ tanpa melalui
kawat maka kita tidak memperoleh aliran listrik yang dapat dimanfaatkan. Bila -reaksi oksidasi
dan -reaksi reduksi terjadi pada bagian (kompartment) terpisah dalam sel galvanik maka dapat
diperoleh arus listrik kecil dari transfer elektron spontan. Tiap bagian sel galvanik disebut -sel,
dan bila dihubungkan dengan kawat dapat mengalirkan elektron hasil oksidasi Zn ke elektroda
yang berada dalam larutan CuSO4 dan terjadi reduksi pada ion Cu2+, gambar 3.6. Karena
elektron mengalir melalui kawat maka dihasilkan arus listrik, sehingga sel galvanik merupakan
sumber elektrisitas.

Gambar 3.6. Proses oksidasi Zn dan reduksi Cu2+

Walaupun Zn dan Cu telah terpisah untuk memperoleh aliran elektron penghasil listrik, tetapi
isolasi total kedua sistem akan menyebabkan ketidakseimbangan elektrik pada kedua elektroda
dan aliran elektron akan segera berhenti. Kenapa berhenti? Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut. Bila reaksi oksidasi-reduksi terus berlangsung pada dua -sel yang terisolasi maka pada
bagian sistem Zn-ZnSO4, ion Zn2+ bertambah, sehingga larutan lebih bermuatan positif dan
akhirnya mencegah pembentukan Zn2+. Ini berarti penyetopan aliran elektron, dan pada bagian
sistem Cu-CuSO4, ion SO42- akan berlebih karena ion Cu2+ berkurang setelah mengalami
reduksi, sehingga reaksi reduksi berhenti. Dari uraian diatas bahwa aliran listik terjadi jika
larutan disekitar masing-masing elektroda adalah netral. Agar muatan netral maka harus
terjadi aliran ion keluar dari bagian (kompartment) -sel. Jadi pada - sel Zn, ion Zn2+ harus
keluar atau sebaliknya anion harus masuk. Dan pada -sel Cu, kation masuk atau SO42- yang
keluar.

Meskipun ion harus berdifusi dari bagian -sel yang satu ke bagian -sel yang lain, tetapi kedua
larutan tidak boleh bercampur bebas. Agar ion dapat berdifusi, dapat dilakukan dengan: (a)
jembatan garam, atau (b) dinding berpori. Jembatan garam biasanya terbuat dari tabung yang
diisi dengan elektrolit seperti KNO3 atau KCl dalam gelatin. Gambar 3.7 berikut adalah contoh
sel galvanik.

Gambar 3.7. Sel Galvanik ZnZn2+Cu2+Cu

3.6.1 Tanda elektroda sel galvanik

Pada sel elektrokimia, anoda dan katoda masing-masing adalah tempat terjadinya oksidasi dan
reduksi. Ini berlaku pada sel elektrolisis ataupun galvanik. Pada sel galvanik dengan e1ektroda-
elektroda Zn dan Cu, oksidasi terjadi pada elektroda Zn sehingga batang Zn adalah anoda dan
elektroda Cu adalah katoda. Ion Zn2+ meninggalkan anoda masuk ke larutan dan elektron
meninggalkan anoda, sehingga elektroda Zn bertanda negatip. Pada katoda Cu, ion Cu2+ terikat
pada elektroda dan tereduksi, sehingga elektroda Cu bertanda positip. Jadi, pada sel galvanik
anoda adalah negatip dan katoda adalah positip, berbeda dengan sel elektrolisis.

3.6.2 Potensial sel

Pada sel galvanik, aliran listrik yang diperoleh adalah hasil aliran elektron, karena dorongan
suatu gaya, dari elektroda negatip melalui kabel luar ke elektroda positip. Gaya yang
menyebabkan perpindahan elektron disebut gaya gerak listrik (ggl) dan terukur dalam satuan
volt.
Jadi 1 volt adalah muatan 1 C yang dapat menghasilkan energi 1 J. Ggl yang dihasilkan sel
galvanik disebut potensial sel, Esel, dan besarnya tergantung pada: (a) konsentrasi ion dalam sel,
(b) temperatur, dan (c) tekanan parsial gas yang mungkin terlibat dalam reaksi

Bila konsentrasi ion 1 M, tekanan parsial 1 atm dan temperatur 25C maka ggl-nya disebut
potensial sel standar, Eosel. (Kondisi standar ini sama seperti pada besaran termodinamika).
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur ggl sel disebut potensiometer.

3.6.3 Diagram sel

Untuk menggambarkan sel galvanik secara lengkap maka perlu diketahui: (a) sifat elektroda, (b)
sifat larutan tempat elektroda, termasuk konsentrasi ion dalam larutan, (c) mengetahui -sel
yang menjadi anoda dan katoda, dan (d) pereaksi dan hasil reaksi setiap -sel.

Ahli elektrokimia atau Elektrochemist telah mengembangkan notasi standar untuk memberi
informasi tentang ke empat hal diatas yang disebut diagram sel. Pada diagram sel, urutan
susunannya adalah sebagai berikut:
1. Sebelah kiri: -sel menyatakan anoda.
2. Sebelah kanan: -sel menyatakan katoda.

Kedua -sel ini dibatasi oleh pasangan garis vertikal sejajar yang menyatakan jembatan garam
diantara kedua hasil reaksi. Garis vertikal tunggal menyatakan batas fasa antara larutan dan
e1ektroda. Untuk larutan maka konsentrasinya ditempatkan dalam tanda kurung. Contoh susunan
diagram sel untuk sel Zn-Cu adalah,
Zn(s)Zn2+ (1,00 M)Cu2+(1,00 M)Cu(s)
Anoda Katoda
(oksidasi) (reduksi)

3.7 Potensial Reduksi

Darimana asal-usul potensial sel? Pertanyaan ini menjadi sumber inspirasi untuk
mengembangkan konsep penting dan berguna tentang potensial. Untuk menjawab pertanyaan di
atas akan digunakan contoh sel Zn-Cu. Masing-masing elektroda Zn dan Cu tercelup pada
larutan Zn2+ dan Cu2+, sehingga kedua ion cenderung menerima elektron dari elektroda dan
mengalami reduksi,
Zn2+(aq) + 2e Zn(s)
Cu2+(aq) + 2e Cu(s)

Kecenderungan intrinsik dari kiri ke kanan digambarkan dengan potensial reduksinya. Bila
potensial reduksinya lebih besar maka kecenderungan mengalami reduksi lebih besar. Bila
terjadi reaksi sel, maka yang teramati adalah persaingan kedua reaksi reduksi ini. Karena pada
sel, yang mengalami reduksi adalah Cu2+, maka Cu mempunyai potensial reduksi lebih besar
dari Zn. Potensial yang terukur pada sel ada1ah perbedaan kecenderungan terjadinya reduksi
ion,
sehingga pada sel Zn-Cu,
Eosel = EoCu2+|Cu EoZn2+ |Zn
dengan EoCu2+|Cu dan EoZn2+|Zn masing-masing adalah potensial reduksi untuk Cu dan Zn.
Karena EoCu2+|Cu > EoZn2+|Zn maka,
Ese1 > O.

Potensial hanya dapat diukur me1a1ui percobaan. Jadi data yang dapat diperolah ada1ah
perbedaan antara potensial reduksi untuk setiap dua pasang -reaksi. Pertanyaannya adalah,
bagaimana memperolah potensial yang spesifik untuk -reaksi. Bila diketahui potensial E salah
satu -reaksi, maka potensial E -reaksi yang lain dapat dihitung. Potensial yang spesifik
untuk -reaksi dapat dilakukan dengan memilih satu -reaksi standar dengan potensial
standar E=0. Semua potensial -reaksi dibandingkan terhadap standar sehingga dapat
diperoleh potensial E spesifik relatif.

Elektroda yang digunakan sebagai standar adalah elektroda hidrogen yang terdiri dari
kawat Pt pada gelas berongga dimana ke dalamnya dilewatkan gas H2 dengan tekanan 1 atm.
Elektroda dimasukkan kedalam larutan asam dengan kensentrasi H+ l,00 M. Kawat Pt diikatkan
pada lembaran kecil Pt yang dilapisi dengan velvery hitam, yang berfungsi sebagai katalis untuk
reaksi,
2H+(aq) + 2e H2(g)

Didefinisikan bahwa potensial reduksi elektroda hidrogen standar, EH2+|H2=0 Volt. Setiap zat
yang lebih mudah tereduksi dibandingkan dengan H+ mempunyai E > 0, dan yang lebih sukar
tereduksi mempunyal E < 0. Bila elektroda hidrogen dipasangkan dengan -sel yang lain dalam
sel galvanik maka elektroda hidrogen dapat mengalami oksidasi atau reduksi tergantung pada
potensial -sel yang lain.

Pengukuran potensial reduksi -sel dengan menggunakan elektroda hidrogen dan untuk
mendapat pembaan yang tepat, tanda + dan potensiometer harus dihubungkan masing-masing
dengan elektroda positip dan negatip. Hasil percobaan dengan potensiemeter untuk:
1. -sel Cu adalah 0,34 Volt dengan elektroda Cu pada terminal (+) potensiometer. Berdasarkan
hasil ini berarti Cu sebagai katoda. Jadi reaksi spontan -reaksi:
Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
H2(g) 2H+(aq) + 2e
Potensial 0,34 volt diperoleh dari,
Eosel = EoCu2+|Cu - EoH2+ |H2
Atau: EoCu2+|Cu = 0,34 Volt

2. -sel Zn adalah 0,76 Volt dengan elektroda Zn pada terminal (-) potensiometer. Berdasarkan
hasil ini berarti Cu sebagai anoda. Jadi reaksi spontan -reaksi,
2H+(aq) + 2e H2(g)
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e
Potensial 0,76 volt diperoleh dari,
Eosel = EoH2+|H2 - EoZn2+ |Zn
Atau: EoCu2+|Cu = - 0,76 Volt
Dengan mengetahui potensial reduksi elektroda Zn dan Cu maka dapat diperkirakan potensial sel
reaksi sel spontan untuk sel Zn-Cu. Dari potensial reduksi,
Cu2+(aq) + 2e Cu(s), ECu2+|Cu = 0,34 Volt
Zn2+(aq) + Ze Zn(s), EZn2+|Zn = -0,76 Volt
maka Cu2+ lebih mudah tereduksi daripada Zn2+, sehingga reaksi sel adalah,
Zn(s) + Cu2+(aq) Cu(s) + Zn2+(aq)
dengan
Ese1 = ECu2+|Cu - EZn2+|Zn
= + 1,10 Volt .
Potensial sebesar 1,10 Vo1t juga diperoleh dengan percobaan. Potensial Ese1> 0 menunjukkan
bahwa reaksi sel adalah spontan. Tabel 3.1 berikut adalah data potensial reduksi standar (catatan:
tanda pada tabel menunjukkan bahwa reaksi adalah reversibal dan bukan setimbang).

Tabe1 3.1. Potensial reduksi standar pada 25C

Tabel dapat memberikan informasi yang sangat berguna tentang:


1. Zat pengoksidasi yang baik adalah zat sebe1ah kiri reaksi pada bagian atas tabe1. Contoh
adalah F2.
2. Semua zat pada sebe1ah kanan reaksi dapat dipakai sebagai zat pereduksi dan yang paling
baik adalan bagian bawah tabel seperti Li.
3. Dapat diketahui dengan cepat kombinasi pereaksi yang memberikan reaksi oksidasi-reduksi
spontan (bila konsentrasi 1 M dan tekanan 1 atm).
4. Dengan membandingkan pereaksi dan hasil reaksi maka zat sebe1ah kiri suatu -reaksi akan
bereaksi spontan dengan zat sebe1ah kanan -reaksi yang 1ain. Contoh adalah Br2 bereaksi
spontan dengan I- menghasilkan Br- dan I2
5. Dengan mengetahui beberapa -reaksi dan potensia1 reduksinya dapat diperkirakan jumlah
reaksi kimia yang dapat dilakukan. Dari 36 -reaksi pada tabel dapat menghasilkan 630 reaksi
kimia berbeda.
6. Dari potensial reduksi standar dapat diperkirakan reaksi elektrolisis yang terjadi. Contohnya,
dari hasil percobaan telah diketahui bahwa Cu dapat dihasilkan dengan elektrolisis tetapi Al
tidak. Hal ini dapat dijelaskan dari harga potensial reduksi standar, dimana ECu2+|Cu= 0,34
volt dan FH2O|H2 = 0,83 sedangkan EAl3+|Al = -1,66 volt.

3.8 Kespontanan Reaksi Oksidasi-Reduksi

Berdasarkan aspek termodinamika, suatu reaksi kimia pada temperatur dan tekanan konstan akan
spontan bila,
G < O
Besarnya G juga menyatakan kerja maksimum yang dapat diperoleh dari reaksi kimia sehingga
dapat ditulis,
AG= -wmaks (3.2)
Kerja yang dapat dilakukan oleh sel elektrokimia dapat dijelaskan dengan kerja kincir-air.
Jumlah kerja yang diperoleh tergantung pada 2 faktor: (a) volume air, dan (b) energi yang
diperoleh per satuan volume air. Jadi kerja, w, adalah:
(3.3)
Seperti pada kerja kincir-air, kerja yang dapat dilakukan oleh sel elektrokimia tergantung pada:
(a) jumlah muatan (Coulomb) yang mengalir, dan (b) energi yang diperoleh per Coulomb. Jadi
kerja, w, adalah:
(3.4)
Jumlah Coulomb yang mengalir sama dengan mol elektron yang dipertukarkan pada reaksi
redoks, n, dikalikan dengan Jumlah Coulomb per mol elektron (=96.500 C/mol e) dan angka ini
dikenal sebagai satu Faraday dengan simbol F, sehingga Jumlah Coulomb = nF. Energi yang
diperoleh per Coulomb disebut ggl sel, karena Volt sama dengan energi per coulomb. Ggl
maksimum adalah potensial sel, Esel. Jadi,
(3.5)
atau,
(3.6)

3.9 Hubungan Konstanta Kesetimbangan dengan Potensial Sel Standar

Pada reaksi setimbang dalam larutan berlaku,


(3.7)
Kombinasi persamaan 3.7 dengan potensial standar Eo adalah:
, atau,
(3.8)
Jika terjadi reaksi pada 25 oC, maka:
dalam Volt, atau, (3.9)
(3.10)

3.10 Pengaruh Konsentrasi pada Potensial Sel: Persamaan Nernst

Konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi kimia dapat mempengaruhi: (a) ggl sel, dan (b) arah
reaksi sel. Hubungan antara perubahan energi bebas dengan temperatur dan konsentrasi
pereaksi serta hasil reaksi adalah:
(3.11)
dengan Q didefinisikan sebagai konstanta kesetimbangan K pada keadaan belum setimbang.
Dari hubungan persamaan 3.6, dapat ditulis,
(3.12)
Persamaan 3.12 disebut persamaan Nernst (Walter Nernst, 1889, juga penemu hukum ke-3
termodinamika).

Bila sel galvanik telah mencapai kesetimbangan maka potensial sel menjadi nol, E=0 (baterai
mati), dan Q=Kc, sehingga pada 25C diperoleh lagi persamaan
3.9. Untuk sel Zn-Cu yang belum setimbang (belum mati), pada 25C maka,
(3.13)

3.12 Penggunaan Sel Galvanik

Penggunaan umum sel galvanik adalah pembuatan alat penghasil tenaga listrik ukuran kecil.

3.12.1 Sel kering Zn-Karbon


Jenis sel ini dikenal sebagai sel Leclanche, digunakan pada lampu senter, radio kecil (portable),
mainan (toy) dan sejenisnya. Lapisan luar berfungsi sebagai penutup. Bagian dalam dari
lapisan terluar adalah lengkungan Zn(Zn cup) yang berfungsi sebagai anoda. Zn-cup diisi
dengan pasta basah (moist paste) yang terdiri atas NH4Cl, MnO2 dan karbon bubuk. Batang
karbon dicelupkan ke dalam pasta dan berfungsi sebagai katoda. Reaksi kimia yang terjadi
dalam sel adalah kompleks, dan tidak sepenuhnya dimengerti, tetapi merupakan perkiraan. Pada
anoda terjadi,
Zn(s) Zn2+ (aq) + 2e
sedangkan pada katoda karbon, campuran MnO2-NH4Cl mengalami reduksi dengan hasil
merupakan campuran. Salah satu reaksi adalah,
2MnO2(s) + 2NH4+ (aq) + 2e Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)

Sel kering tidak dapat diperbaharui atau diisi kembali (recharge) sehingga waktu hidupnya atau
lama pakainya (lifetime) relatif pendek jika dibandingkan dengan aki (lead storage) atau sel Ni-
Cd (Nicad).

3.12.2 Baterai A1ka1in (basa)

Sel kering 1ain yang menggunakan Zn dan MnO2 sebagai pereaksi adalah sel kering a1ka1in
dimana Zn sebagai anoda dan MnO2 sebagai katoda. E1ektro1itnya mengandung KOH
sehingga bersifat basa (alkalin). Anoda Zn agak berpori sehingga 1uas efektifnya 1ebih besar.
Hal ini menyebabkan sel mrnghasi1kan arus 1ebih besar dari se1 Zn. Se1 alkalin menghasi1kan
gg1 1,5 vo1t. Baterai 1ebih baik daripada Se1 Leclance bi1a dipakai untuk alat berat dan waktu
hidupnya 1ebih 1ama. Reaksi pada baterai alkalin adalah,
Zn(s) + 2OH-(aq) Zn(OH)2(s) + 2e
2MnO2(s) + 2H2O + 2e 2MnO(OH)(s) + 2OH-(aq)

3.12.3 Baterai Merkuri

Baterai ini merupakan baterai kecil pertama yang dikembangkan secara komersial. Terdiri dari
Zn sebagai anoda dan HgO sebagai katoda yang kontak dengan larutan KOH pekat (elektrolit).
Larutan KOH terserap pada blok-blok adsorben (penyerap) yang memisahkan elektroda. Reaksi
yang terjadi pada elektroda adalah,
Zn(s) + 2OH-(aq) ZnO(s) + H2O + 2e
HgO(s) + H2O + 2e Hg(1) + 2OH-(aq)
Zn(s) + H2O(S) ZnO(s) + Hg(1)
Sel merkuri ini mempunyai potensial 1,35 vo1t dan hampir tetap se1ama waktu pemakaiannya.
Inilah keuntungan sel ini dibandingkan sel kering lainnya dimana potensialnya berangsur-
angsur turun.

3.12.4 Baterai Perak Oksida

Baterai ini sangat kecil, agak mahal dan banyak digunakan pada alat-alat jam tangan, kamera
otomatis dan kalkulator. Anoda dan katoda masing-masing adalah Zn dan AgO, dengan reaksi
dalam elektrolit basa adalah:
Zn(s) + 2OH-(aq) Zn(OH)2(s) + 2e
Ag2O(s) + H2O + 2e 2Ag(s) + 2OH-(aq)
dan ggl baterai ini adalah 1,5 volt.

3.12.5 Aki (Lead Storage Battery)

Baterai yang biasa digunakan pada mobil adalah aki. Baterai ini biasanya menghasilkan 6 atau
12 volt, tergantung pada jumlah sel yang digabungkan. Arus ini cukup besar untuk
menghidupkan mobil, Bagian dalam baterai terdiri dari sejumlah sel galvanik yang dihubungkan
seri satu sama lain.

Untuk meningkatkan arus yang dihasilkan maka setiap sel tunggal mempunyai satu anoda Pb
dan satu katoda PbO2 yang dihubungkan satu sama lain. Elektroda dicelupkan ke dalam larutan
elektrolit asam sulfat encer (biasanya 30% berat dan sel diisi penuh). Satu sel menghasilkan 2
volt sehingga bila menghasilkan 12 volt terdapat 6 sel tersusun seri.
Bila aki beroperasi maka reaksi yang terjadi adalah,
Pb(s) + SO42-(aq) PbSO4(s) + 2e
PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) + 2e PbSO4(s) + 2H2O
Pb(s) + PbO2(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) 2PbSO4(s) + 2H2O

Baterai ini mempunyai keuntungan karena reaksi pada elektroda dapat dibalik dengan
melewatkan arus dari luar dengan tegangan lebih besar daripada yang dapat dihasilkan oleh
baterai. Pengisian kembali (recharging) dilakukan dengan menghubungkan tegangan luar
bertanda (+) dan (-) masing-masing ke kutub (+) dan kutub (-) baterai. Dengan pengisian
kembali maka H2SO4 yang sudah terpakai diperolah kembali. Dalam mobil, pengisian kembali
dapat dilakukan dengan generator.

Keberhasilan pengisian kembali perlu diperiksa, dan cara tarbaik adalah melalui pengujian
rapat jenis elektrolit. Bila baterai telah lemah maka rapat jenis mendekati 1 g/mL. Jika baterai
masih baik maka rapat jenis lebih besar dari 1 g/mL (Ingat, rapat jenis asam sulfat pekat
adalah 1,8 g/mL). Pengukuran rapat jenis dapat dilakukan dengan hidrometer.
Sel galvani
Sel Galvani atau disebut juga dengan sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat menyebabkan
terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. reaksi redoks spontan yang dapat
mengakibatkan terjadinya energi listrik ini ditemukan oleh Luigi Galvani dan Alessandro
Guiseppe Volta.
Rangkaian Sel Galvani
Contoh rangkaian sel galvani.

sel galvani terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

1. voltmeter, untuk menentukan besarnya potensial sel.


2. jembatan garam (salt bridge), untuk menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan.
3. anode, elektrode negatif, tempat terjadinya reaksi oksidasi. pada gambar, yang bertindak
sebagai anode adalah elektrode Zn/seng (zink electrode).
4. katode, elektrode positif, tempat terjadinya reaksi reduksi. pada gambar, yang bertindak
sebagai katode adalah elektrode Cu/tembaga.

Proses dalam Sel Galvani

Pada anode, logam Zn melepaskan elektron dan menjadi Zn2+ yang larut.

Zn(s) Zn2+(aq) + 2e-

Pada katode, ion Cu2+ menangkap elektron dan mengendap menjadi logam Cu.

Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)

hal ini dapat diketahui dari berkurangnya massa logam Zn setelah reksi, sedangkan massa logam
Cu bertambah. Reaksi total yang terjadi pada sel galvani adalah:

Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s).

SEL VOLTA
KONSEP-KONSEP SEL VOLTA

Sel Volta
1. Deret Volta/Nerst

a. Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn


Fe Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au

b. Makin ke kanan, mudah direduksi sukar dioksidasi

Makin ke kiri, mudah dioksidasi sukar direduksi

2. Prinsip

1. Anoda terjadi reaksi oksidasi ; Katoda terjadi reaksi reduksi

2. Arus elektron : anoda katoda ; Arus listrik : katoda anoda

3. Jembatan garam: menyetimbangkan ion-ion dalam larutan

MACAM SEL VOLTA

1. Sel Kering atau Sel Leclance

= Katoda : Karbon
= Anoda :Zn
= Elektrolit : Campuran berupa pasta : MnO2 + NH4Cl + sedikit Air

2. Sel Aki

= Katoda: PbO2
= Anoda : Pb
= Elektrolit: Larutan H2SO4
= Sel sekunder

3. Sel Bahan Bakar

= Elektroda : Ni
= Elektrolit : Larutan KOH
= Bahan Bakar : H2 dan O2
4. Baterai Ni - Cd

= Katoda : NiO2 dengan sedikit air


= Anoda : Cd

Termokimia
Termokimia ialah cabang kimia yang berhubungan dengan hubungan timbal balik panas dengan
reaksi kimia atau dengan perubahan keadaan fisika. Secara umum, termokimia ialah penerapan
termodinamika untuk kimia. Termokimia ialah sinonim dari termodinamika kimia.

Sistem koloid
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem
dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,
namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan
contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan
sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingannya.

Macam-macam koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Beberapa jenis koloid:

Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi
cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat
terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai,
sol sabun, sol detergen dan tinta).
Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat
cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan
bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).

Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).

Sifat-sifat Koloid

Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal
ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh
John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek
tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati
disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi
hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita
akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan
zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan
tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan
pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan
medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan
dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.
Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel
sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula,
semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel
fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem
koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii)
Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara
fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan
elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses
koagulasi.

Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis.
Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi
permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan
tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan
arus listrik.

Hidrokarbon
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur atom karbon
(C) dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen
yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari
hidrokarbon alifatik.

Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom
hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua
atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon:
C2H6. Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2n+2).

SENYAWA HIDROKARBON senyawa ini merupakan senyawa karbon paling sederhana yang
terdiri dari atom karbon (C) dan atom hidrogen (H), sampai saat ini terdapat lebih kurang 2 juta
senyawa hidrokarbon. Sifat senyawa-senyawa hidrokarbon ditentukan oleh struktur dan jenis
ikatan koevalen antar atom karbon, oleh karena itu untuk memudahkan mempelajari senyawa
hidrokarbon yang begitu banyak, para ahli melakukan penggolongan hidrokarbon berdasarkan
strukturnya dan jenis ikatan kovalen antar atom kabon.

berdasarkan bentuk rantai karbon, hidrokarbon digolongkan menjadi tiga, yakni:

A.hidrokarbon alifatik
- alkana
- alkena
- alkuna
B.hidrokarbon alisiklik
C.hidrokarbon aroma

berdasarkan jenis ikatan antar atom

A.hidrokarbon jenuh
B.hidrokarbon tak jenuh.

Anda mungkin juga menyukai