AUDIT KLINIK Puskesmas
AUDIT KLINIK Puskesmas
Audit klinik adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan
kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.
Mutu/Kualitas dapat ditinjau dari berbagai perspektif baik itu dari perspekstif pasien dan penyandang dana,
manajer dan profesi dari pemberi jasa rumah sakit maupun pembuat dan pelaksana kebijakan layanan
kesehatan di tingkat regional, nasional dan institusi. Perkembangan evolusi mengenai bidang mutu
(Quality), kaidah teknik mekanisme pengambilan keputusan untuk profesi seperti Evidence-based
(Medicine, Nursing, Healthcare, Health Technology Asssessment), dan Sistem Layanan Kesehatan di
rumah sakit sangat perlu dan penting untuk diketahui terlebih dahulu sebelum menetapkan arah
pengembangan suatu sarana layanan kesehatan (rumah sakit) sehingga akan lebih mudah dalam menilai
progresivitas dan kinerja (performance) dalam bentuk indikator-indikator yang mencerminkan keadaan
yang sesungguhnya.
Pengorganisasian audit klinik
-Komite Medik (Sub-Komite Audit Medik)
-Tim Ad-hoc Audit Klinik (Tim Kerja)
-Asisten Audit Klinik (Rekam Medik)
4. Pengumpulan data
Retrospektif bila data yang anda kehendaki secara rutin telah dikumpulkan misal pada suatu sistem
komputer atau di dalam buku catatan
Prospektif diambil pada pasien-pasien yang baru seperti dan saat mereka masuk
5. Variabel
-Varibel diperlukan untuk melihat apakah ada pola dalam mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien
-Varibel diperlukan untuk melihat apakah ada hal-hal tertentu (dari aspek RS, dokter, perawat, pasien) yang
mempengaruhi mutu pelayanan, misalnya:
Dokter
Kelas perawatan
Asal bangsal
Umur pasien, dsb
7. Analisis data
1. Re-check: analisa penyimpangan
Memastikan apakah hasil audit menurut asisten audit sudah benar (yang disebut menyimpang benar-benar
menyimpang)
2. Identifikasi karakteristik sampel audit, apakah dapat mewakili seluruh populasi
3. Menghitung tingkat kepatuhan secara umum
4. Mengidentifikasi pola penyimpangan
5. Mengidentifikasi penyebab penyimpangan
9. Re-audit
Referensi :Materi kuliah mengenai Audit Klinik yang disampaikan oleh dr. Adi Utarini
Audit Medis / Klinis
Taufik Santoso
Definisi
Suatu proses peningkatan mutu yang mencoba memperbaiki pelayanan pasien dan hasilnya melalui
aktifitas tinjauan pelayanan sistimatis dibandingkan dengan kriteria yang jelas dan penerapan perubahan.
(Principles for Best Practice in Clinical Audit, NICE 2002)
Contoh:
Hasil survey kepuasan pelanggan: pasien rawat inap banyak mengeluhkan bahwa dokter jarang visit.
b. Memilih Topik
Apakah topik berkaitan dengan biaya, volume, atau risiko yang tinggi bagi staf atau pasien?
Apakah terdapat bukti adanya masalah mutu yang serius, misalnya keluhan pasien atau angka
komplikasi yang tinggi?
Apakah terdapat standar untuk topik tersebut (misal: panduan pelayanan klinis)?
Apakah masalah tersebut memiliki peluang untuk dapat dirubah?
Apakah topik tersebut merupakan prioritas organisasi?
Contoh:
Dari hasil survey kepuasan pelanggan, topik yang dipilih adalah visit dokter spesialis ke pasien rawat
inap.
c. Menentukan Tujuan
Untuk Memperbaiki
Untuk Meningkatkan
Untuk Memastikan
Untuk Merubah
Contoh:
Tujuan: Untuk Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui visit dokter yang sesuai dengan standar.
d. Membentuk Struktur
Program audit terstruktur (struktur organisasi, uraian tugas, program kerja, dll)
Tim dengan staf auditor yang berkualifikasi baik
Tidak adanya komitmen dan keterlibatan staf akan mempengaruhi keberhasilan audit
a. Menetapkan Kriteria
Struktur (Apa yang Anda Butuhkan): fasilitas fisik, peralatan, jumlah staf, keterampilan staf,
struktur organisasi, dll.
Proses (Apa yang Anda Lakukan): komunikasi, asesmen, terapi, pembedahan, dokumentasi, dll.
Hasil (Apa yang Anda harapkan): kesembuhan, kepuasan pasien, efektifitas biaya, dll.
Berdasarkan Bukti
Berhubungan dengan Aspek Penting Pelayanan
Dapat Diukur
Contoh Kriteria:
Dokter mengases ulang pasien setidaknya setiap hari termasuk selama akhir pekan selama tahap
perawatan dan pengobatan yang akut.
Kriteria ini memenuhi syarat karena: berdasarkan bukti (standar akreditasi), penting untuk pelayanan,
dan dapat diukur.
Tingkat Kinerja (Standar) adalah kriteria ditambah target yang harus dicapai. Standar yang baik
adalah yang berdasarkan pada praktek yang berbasis bukti.
Contoh Standar:
100% Asesmen ulang dilakukan setiap hari termasuk akhir pekan selama tahap perawatan dan
pengobatan yang akut.
Agar data yang dikumpulkan tepat dan hanya yang diperlukan, diperlukan beberapa detail berikut ini:
Contoh:
Untuk melakukan audit asesmen ulang pasien rawat inap, diperlukan data catatan medis seluruh pasien
yang masuk rawat inap dalam jangka waktu empat bulan terakhir.
Contoh:
Penentuan besar sampel cara JCI:
Jika jumlah pasien / kasus yang diaudit per bulan 58, maka seluruhnya dipakai.
Jika jumlah pasien / kasus yang diaudit per bulan 59, maka jumlah sampelnya adalah 58.
Cara mengambil sampel: menggunakan systematic random sampling. Contoh: jumlah pasien
sebulan ada 180. Maka, sampel diambil dengan cara 180/58=3. Jadi, satu sampel diambil setiap
kelipatan 3 sampai didapatkan 58 sampel.
Jika dikehendaki, jumlah sampel dapat diperbesar
c. Penanganan Data
Pengolahan Data
Analisa Data
Aspek Legal dan Etis
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisa, dengan membandingkan antara data yang
berhasil dikumpulkan dibandingkan dengan standar yang telah dibuat.
Contoh:
Dari hasil analisa data, didapatkan informasi bahwa 30% pasien tidak dilakukan asesmen ulang setiap
hari.
Takut
Pemahaman yang kurang
Moral yang rendah
Komunikasi yang buruk
Budaya
Mendorong terlalu keras
Konsensus tidak diperoleh
b. Menerapkan Perbaikan
Pendekatan sistimatis
b. Re-audit
Sumber: