Anda di halaman 1dari 15

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017

Sanur - Bali, 8 Juli 2017

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

SAMBUTAN ..... iii

KOMITE ILMIAH .... v

DAFTAR ISI ..... vii

KEYNOTE SPEAKER

SUSTAINABLE BUILDING MATERIALS ADALAH KEBUTUHAN KS-1

PERAN ENERGI TERBARUKAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI


INDONESIA KS-11

BIDANG STRUKTUR DAN MATERIAL


PEMANFAATAN STEEL SLAG SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN PADA CAMPURAN BETON
NORMAL SM-1

PERENCANAAN BETON MUTU TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN


SUPERPLASTICIZER SULPHONAT DAN PENAMBAHAN FLY ASH SM-9

ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG SRPMK TERHADAP BEBAN GEMPA


STATIK DAN DINAMIK DENGAN PERATURAN SNI 1726 2012 SM-19

EVALUASI SIMPANGAN STRUKTUR AKIBAT PENAMBAHAN LANTAI DENGAN


METODE ANALISIS STATIK DAN DINAMIK RESPONSE SPECTRUM (STUDI KASUS :
PEMBANGUNAN GEDUNG DEKANAT FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA) SM-27

PENGARUH PENGURANGAN PENAMPANG TERHADAP KERUSAKAN RANGKA


BAJA SM-35

STUDI PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MOMENT RESISTING FRAME


DAN ECCENTRICALLY BRACED FRAME PADA GEDUNG CDAST SM-43

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT DRAMIX DAN PERAWATAN TERHADAP KUAT


TEKAN, KUAT TARIK DAN BIAYA BETON . SM-49

PENINGKATAN KINERJA BETON HIGH VOLUME FLY ASH DENGAN VARIASI UKURAN
BUTIR MAKSIMUM AGREGAT KASAR SM-55

KEKUATAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MENGGUNAKAN SERBUK BATU


BATA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN SM-63

STUDI PEMASANGAN PANEL BETON PRACETAK CORRUGATED SEBAGAI BADAN


REL-KERETA API: KASUS JALUR PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG . SM-71

ANALISIS PEMBEBANAN SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG


DENGAN DAN TANPA INTERAKSI TANAH-STRUKTUR (KASUS GEDUNG 5 LANTAI
SM-87

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON


BERTULANG DENGAN PEMODELAN PONDASI KAKU DAN FLEKSIBEL SM-101

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana vii
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017
Sanur - Bali, 8 Juli 2017

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN


KOLOM KOMPOSIT CONCRETE ENCASED DAN CONCRETE FILLED TUBE, SERTA NON
KOMPOSIT SM-113

EVALUASI POTENSI ABU TERBANG SISA PEMBAKARAN ASPALT MIXING PLAN


(AMP) PT.HARAPAN JAYA BETON BALI SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN
PORTLAND SM-125

STUDI PEMASANGAN PANEL BETON PRACETAK CORRUGATED SEBAGAI BADAN


REL-KERETA API: KASUS JALUR PELABUHAN TANJUNG EMAS
SEMARANG SM-135

ANALISIS PERILAKU HUBUNGAN PELAT-KOLOM TEPI STRUKTUR PELAT DATAR


DENGAN CONCRETE DAMAGE PLASTICITY (CDP) DARI ABAQUS SM-151

PENGARUH VARIASI CAMPURAN DAN FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KUAT


TEKAN BETON NON PASIR DENGAN AGREGAT GRANIT PULAU BANGKA SM-161

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN


DENGAN PENAMBAHAN TINGKAT MENGGUNAKAN SM-169

PERBANDINGAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BREISING KONSENTRIK (SRBK) TIPE


X- SM-179

PENGUJIAN LABORATORIUM BETON SERAT DENGAN AGREGAT RINGAN .... SM-189

BIDANG GEOTEKNIK
ANALISIS KONSOLIDASI PDA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN METODE
GT-1

ANALISIS WAKTU PENURUNAN KONSOLIDASI PADA KASUS PERBAIKAN TANAH


MENGGUNAKAN STONE GT-11

ANALISIS PENGARUH PEMERAMAN TERHADAP TANAH LEMPUNG YANG


GT-25

PEMANFAATAN LIMBAH BATUBARA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH


............................................................................... GT-41

PERBANDINGAN DAYA DUKUNG PONDASI AKIBAT PERBEDAAN METODE


KONSTRUKSI PONDASI DALAM.................................................................................................... GT-57

KAJIAN EFEK PNGEMBANGAN TERHADAP KUAT GESER DAN PERUBAHAN VOLUME


TANAH LEMPUNG BOBONARO...................................................................................................... GT-65

PENGARUH KONSOLIDASI TERHADAP DEFORMASI DAN FAKTOR KEAMANAN


DENGAN MODEL MATERIAL TANAH LUNAK............................................................................ GT-77

DAYA LAYAN PILE SLAB BETON BERTULAN SEBAGAI STRUKTUR PERKERASAN


GT-85

BIDANG MANAJEMEN PROYEK DAN REKAYASA KONSTRUKSI


KENDALA DALAM PENERAPAN METODE TERINTEGRASI PADA PROYEK
KONSTRUKSI MK-1

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana viii
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017
Sanur - Bali, 8 Juli 2017

STUDI KECUKUPAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG SOSIAL EKONOMI DAN


LINGKUNGAN DI BALI MK-9

STANDAR GREEN BUILDING INDONESIA: STUDI KOMPARASI MK-17

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT) DAN


KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI (STUDI
KASUS: PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA) MK-23

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI (TI) TERHADAP TOTAL QUALITY MANAGEMENT


(TQM) DAN SUPPLY CHAINT MANAGEMENT (SCM) PADA INDUSTRI KONSTRUKSI
(STUDI KASUS PADA KONTRAKTOR DI DAERAH DKI JAKARTA) ... MK-31

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR COST OVERRUN DALAM MENINGKATKAN


MK-39

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR PENYEBAB REWORK PROYEK KONSTRUKSI


BANGUNAN GEDUNG APARTEMEN DI PERUSAHAAN X MK-47

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR


DALAM PROYEK KERJA SAMA OPERASI DENGAN PERUSAHAAN ASING DI
INDONESIA . MK-57

PENGARUH TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN


REHABILITASI REKONSTRUKSI DALAM RANGKA PERBAIKAN RUMAH TINGGAL DI
KOTA PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 (STUDI KASUS: KOTO TANGAH
DAN KURANJI) MK-65

EVALUASI TEKNIS DAN SISTEM PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR PELAYANAN


KOTA DENPASAR MK-77

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN


BANGUNAN DI KOTA DENPASAR MK-89

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI REGULASI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DALAM


PENATAAN PEMBANGUNAN DI KOTA DENPASAR MK-95

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KLAIM KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA PADA


PROYEK KONSTRUKSI MK-105

PERSPEKTIF PEMILIK PROYEK TERHADAP PERMASALAHAN DALAM MANAJEMEN


KLAIM KONSTRUKSI MK-113

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)


MENGGUNAKAN OHSAS PADA PROYEK PEMBANGUNAN FAVE HOTEL KARTIKA
MK-121

FAKTOR PENUNJANG MANAJEMEN MUTU TERPADU UNTUK MENINGKATKAN


KINERJA KONTRAKTOR KECIL MK-129

BIDANG TRANSPORTASI
JALAN LAYANG SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PRASARANA TRANSPORTASI
RAMAH LINGKUNGAN TRANS-1

SKENARIO PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM DI KOTA PALANGKA TRANS-9

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana ix


Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017
Sanur - Bali, 8 Juli 2017

RAYA BERBASIS SISTEM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

POLA PERGERAKAN PEJALAN KAKI ANAK SEKOLAH PADA JALUR PEDESTRIAN TRANS-19

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN BIAYA KECELAKAAN DI JALAN TOL TANGERANG


MERAK (KM 31 TRANS-29

TRANS-45

MODEL PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP NILAI KAPASITAS JALAN


DAN BIAYA OPERASI KENDARAAN PADA RUAS JALAN JAWA KABUPATEN
TRANS-57

TRANS-65

ANALISIS KORBAN DAN KECELAKAAN LALU LINTAS FATAL DI KABUPATEN


TABANAN TRANS-73

KARAKTERISTIK VISCO ELASTIC ASPAL AKIBAT PENUAAN DITINJAU DARI NILAI


SUDUT PHASE TRANS-81

DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG


(STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN) TRANS-89

KARAKTERISTIK CAMPURAN AC-WC MODIFIKASI JENIS BNA BLEND PADA NILAI


ABRASI AGREGAT KASAR YANG BERBEDA YANG TERSEDIA DI BALI TRANS-97

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION


INDEX (PCI) UNTUK MENUNJANG PRIORITAS PENANGANAN PERBAIKAN JALAN DI
TRANS-107

KAJIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SIMPANG DENGAN UNDERPASS (STUDI


TRANS-113

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI BANDARA


INTERNASIONALI GUSTI NGURAH RAI- TRANS-121

ANALISIS PERILAKU PEMILIHAN RUTE BERDASARKAN SISTEM INFORMASI LALU


LINTAS REAL TIME (STUDI KASUS: PENGARUH PENGGUNAAN APLIKASI WAZE) TRANS-131

ANALISIS MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH KABUPATEN TABANAN (STUDI


KASUS : KECAMATAN TABANAN DAN KECAMATAN TRANS-141

KAPASITAS LINGKUNGAN JALAN SEBAGAI PENDUKUNG REKOMENDASI


ANDALALIN PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT METRO MEDIKA MATARAM TRANS-149

PENANGANAN JALANDAN PEMASANGAN UTILITASDI WILAYAH KOTA DENPASAR:


KONDISI DAN TRANS-159

ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN RUTE JALAN TOL


TRANS-167

KAJIAN EMISI GAS RUMAH KACA AKIBAT SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA


CILEGON TRANS-179

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN (CAED) DENGAN


EPOXY SEBAGAI BAHAN TAMBAH TRANS-189

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana x


Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017
Sanur - Bali, 8 Juli 2017

BIDANG SUMBER DAYA AIR


KURVA IDF DESAIN KOLAM RETENSI DAN DETENSI SEBAGAI UPAYA KONSERVASI
AIR TANAH SDA-1

ANALISA INDEKS DAN SEBARAN KEKERINGAN MENGGUNAKAN METODE


STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) DAN GEOGRAPHICAL INFORMATION
SYSTEM (GIS) UNTUK PULAU LOMBOK SDA-9

WATER ALLOCATION AND DISTRIBUTION IN JATILUHUR IRRIGATION AREA


INDONESIA : EVALUATION AND CHALLENGES SDA-17

IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA PADA SUBAK PULAGAN SEBAGAI WARISAN


BUDAYA DUNIA DI KECAMATAN TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR SDA-29

SIMULASI OKSIGEN TERLARUT (DO) AKIBAT POLUSI DI ANAK SUNGAI CITARUM


MENGGUNAKAN HEC-RAS SDA-41

PEMODELAN BAK PENGENDAP (SETTLING BASIN) UNTUK MEREDUKSI PENGARUH


SEDIMENTASI SALURAN IRIGASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
MIKROHIDRO (STUDI KASUS PADA SALURAN IRIGASI PROVINSI GORONTALO) SDA-49

EFEKTIVITAS LUBANG RESAPAN BIOPORI DALAM PENGENDALIAN BANJIR DI


KOTA DENPASAR. SDA-57

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA BENDUNGAN PANDANDURI KABUPATEN


LOMBOK TIMUR UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
BAGIAN SELATAN SDA-69

UNJUK KERJA BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG AMBANG RENDAH BLOK BETON


BERKAIT SDA-79

MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN UJI MODEL FISIK DI LABORATORIUM PANTAI


SDA-89

PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI DI PANTAI


SDA-95

BIDANG LINGKUNGAN
PERANAN BAMBU DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN WILAYAH YANG
LK-1

PENGARUH TANAMAN RAMBAT TERHADAP SUHU RUANG BAWAH ATAP


LK-9

ANALISIS TIMBULAN DAN KOMPOSISI LIMBAH PADAT BAHAN BERBAHAYA DAN


LK-15

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR HIJAU DALAM MENGURANGI GENANGAN DI


LK-23

BUCKET SYSTEM AS ALTERNATIVE OF URBAN GROWTH SIMULATION USING


LK-29

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana xi


Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017
Sanur - Bali, 8 Juli 2017

PENANGANAN JALAN
DAN PEMASANGAN UTILITAS
DI WILAYAH KOTA DENPASAR: KONDISI DAN
KENDALA
I.A Widhiyanasari1, A.A. Diah Parami Dewi 2 dan G.A.P Candra Dharmayanti3

1,2,3
Magister Teknik Sipil Universitas Udayana
Email: widyadayu@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penanganan jalan dan pemasangan utilitas di Wilayah Kota Denpasar masih berjalan berdasarkan
program kerja masing-masing instansi dan belum terintegrasi/ terpadu. Pemilik utilitas melakukan perbaikan atau
penambahan jaringan sesuai permintaan konsumen, namun pelaksanaannya tidak bersinergi dengan program
penyelenggara jalan. Akibatnya pengembalian kondisi perkerasan jalan tidak optimal dan berpotensi merusak
jaringan utilitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi existing penanganan jalan dan pemasangan
utilitas, serta kendala penyebab sulitnya melakukan sinergitas program antara penanganan jalan serta
pemasangan utilitas. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei kuesioner kepada responden yang
dipilih berdasarkan purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi sinergitas penanganan jalan
dan pemasangan utilitas selama ini baru sebatas saling berkoordinasi terkait dengan pengurusan ijin pemasangan
jaringan utilitas saja. Kendala yang dihadapi para penyelenggara jalan dan pemilik utilitas untuk melakukan
sinergitas program adalah tidak efektifnya koordinasi dan kolaborasi antara stakeholder yang relevan, belum
efektifnya keterlibatan pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan, belum adanya visi dan misi dari
stakeholders untuk melakukan perubahan, Stakeholders enggan untuk berubah karena sudah merasa berada di
zona nyaman, keterbatasan anggaran untuk membuat program terpadu dalam penanganan jalan di Kota
Denpasar, kurangnya inovasi stakeholders dalam perbaikan dan penanganan infrastruktur jalan, biaya
operasional dan pemeliharaan proyek terpadu relatif besar, belum ada stakeholder yang memprakarsai
pengelolaan proyek terpadu.

Kata kunci: Sinergitas, Stakeholders, Manajemen terpadu

ABSTRACT
The road handling and installation of utilities in Denpasar City is still running based on the work program of
each agency and has not been integrated. The authorities of the utilities repair and improve the network based on
consumer demand, however, the implementation has not been integrated between the utilities installation and
road handling program. Consequently, the reinstatement of pavement conditions is not optimal and can
potentially damage the utility network. This paper aims to analyze existing condition of the road handling and
installation of utilities and barriers to conducting synergy of program between the road handling and installation
of utilities. Data was collected using questionnaire survey to respondents that selected by purposive sampling
method. The result shows that currently, the synergy condition of the road handling and installation of utilities
in Denpasar City is only based on coordination among the stakeholders regarding approval to install the utility
network. The barriers to integrated utility implementation include ineffective implementation of coordination
and collaboration between related stakeholders, ineffective involvement stakeholder in decision making,
unavaibility of vision and mission of stakeholders to alter the program, stakeholder change,
limited budget allocation on road handling lack of stakeholder
maintenance, and unavailability of stakeholders who initiate the integrated program.

Key words: synergy, stakeholders, integrated management

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-159
I.A Widhiyanasari, A.A. Diah Parami Dewi dan G.A.P Candra Dharmayanti

1. PENDAHULUAN

Kota Denpasar secara astronomis terletak diantara 0835"31'-0844"49' lintang selatan dan 11510"23'-
11516"27' bujur timur. Letak Kota Denpasar di sebelah utara, barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten
Badung sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar. Kota Denpasar merupakan Ibukota
Provinsi Bali sekaligus sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan perekonomian. Letak Kota Denpasar yang
strategis menjadi daya tarik terjadinya migrasi penduduk ke Kota Denpasar. Perpindahan penduduk dari luar
Kota Denpasar mengakibatkan terjadinya laju pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar. Laju pertumbuhan
penduduk Kota Denpasar pada tahun 2015 sebesar 0,12 % (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Denpasar, 2015). Laju pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar, harus didukung dengan pemenuhan kebutuhan
terhadap prasarana dan sarana infrastruktur jalan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa serta perumahan
yang layak bagi masyarakatnya. Kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak harus didukung pula dengan
pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana utilitas sebagai penunjang kegiatan masyarakat di Kota Denpasar.
Pemenuhan prasarana dan sarana infrastruktur jalan serta jaringan utilitas merupakan kebutuhan dasar dan
vital bagi masyarakat di daerah perkotaan. Pemenuhan prasarana infrastruktur jalan merupakan tanggung jawab
pemerintah. Pemerintah mempunyai hak dan kewajiban sebagai penyelenggara jalan. Penyelenggara jalan
melakukan kegiatan pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. Penyelenggaraan jalan yang
ada di wilayah Kota Denpasar selama ini menjadi kewenangan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Bali dan
Pemerintah Kota Denpasar. Penyelenggaraan jalan dilaksanakan sesuai dengan kewenangan masing -masing
instansi terhadap aset jalan yang dimiliki. Penyelenggara jalan mengatur pemanfatan ruang -ruang pada bagian
jalan termasuk pemasangan jaringan utilitas.
Penanganan jalan di wilayah Kota Denpasar selama ini dilaksanakan oleh masing-masing instansi sesuai
program dan lokasi yang telah direncanakan. Program perbaikan perkerasan jalan dilakukan tidak saling
bersinergi dengan program lain yang ikut memanfaatkan bagian jalan. Hal ini mengakibatkan perbaikan jalan
yang baru selesai, harus dibongkar kembali karena adanya pemasangan utilitas. Kegiatan perbaikan jalan
merusak utilitas yang sudah tertanam dan terpasang pada bagian jalan. Rekomendasi ijin yang diberikan oleh
pemerintah daerah kepada para pemohon pemasangan utilitas pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDA M),
kabel Perusahaan Listrik Negara (PLN), kabel Telepon dan Komunikasi (Telkom) serta serat optik lainnya tidak
dapat dihindari. Pemasangan utilitas dilakukan dengan membongkar jalan yang ada. Pengembalian kondisi
seperti keadaan semula seringkali tidak dapat dilakukan secara maksimal, sehingga menyebabkan kerusakan
jalan lebih cepat dari umur rencana yang diperhitungkan. Pemasangan jaringan utilitas terkadang dipasang di
dalam saluran drainase yang sudah ada, sehingga mengurangi debit rencana penampang basah saluran, sehingga
mengakibatkan terjadinya genangan atau banjir pada musim hujan, karena saluran tidak mampu menampung
debit air yang ada.
Penanganan jalan serta pemanfaatan bagian-bagian jalan yang tidak dilakukan melalui perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan secara bersama- sama antara beberapa instansi yang memanfaatkan bagian jalan,
berdampak pada pemborosan anggaran serta penilaian masyarakat terhadap kinerja pelayanan pemerintah yang
tidak efisien, tidak andal, tidak memberi rasa nyaman bagi pengguna jalan, tidak berkeselamatan serta tidak
berkelanjutan.
Sinergitas program dalam penanganan jalan dan pemasangan utilitas merupakan keterpaduan program
pemenuhan pelayanan infrastruktur jalan beserta fasilitas pendukung lainnya. Pemerintah daerah dan instansi
pemilik jaringan utilitas seharusnya saling bersinergi dalam menjalankan program secara bersama-sama dimulai
dari perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan, untuk tercapainya tujuan bersama. Penanganan jalan secara
bongkar pasang untuk pemasangan jaringan utilitas, kerusakan jaringan utilitas akibat pelebaran jalan dan
perbaikan drainase tidak akan terjadi apabila pemerintah daerah serta semua pelaku yang memanfaatkan bagian
jalan dapat saling bersinergi dalam melaksanakan program-programnya. Sinergitas program dalam penanganan
jalan dapat menuntaskan permasalahan dalam suatu kawasan. Pemenuhan kebutuhan vital masyarakat dalam
suatu kawasan dapat direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu dengan pelaksanaan perbaikan infrastruktur
jalan, sehingga pemenuhan kebutuhan masyarakat dapat tercapai dengan baik dan terencana. Perbaikan jalan dan
pemasangan jaringan utilitas yang telah terlaksana dapat dipertahankan sesuai umur rencana. Sinergitas program
yang dilakukan dalam pemenuhan prasarana infrastruktur jalan beserta fasilitas penunjang lainnya akan lebih
efektif dirasakan oleh masyarakat, sehingga dapat menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat pada kinerja
pemerintah.
Penanganan jalan pada suatu kawasan di wilayah Kota Denpasar belum dilaksanakan secara tuntas
bersamaan dengan pemasangan jaringan utilitas. Sinergitas program antara pihak pemerintah daerah dan pihak
yang berwenang untuk memasang utilitas belum terlaksana. Peranan dan komitmen para stakeholder dalam
menangani jalan secara tuntas serta bersinergi belum tampak. Permasalahan yang terjadi berdampak pada
penilaian masyarakat terhadap kinerja pemerintah yang kurang terencana dan terintegrasi serta berkesan adanya
pemborosan anggaran. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-160
Penanganan Jalan dan Pemasangan Utilitas di Wilayah Kota Denpasar: Kondisi dan Kendala

penanganan jalan dan pemasangan jaringan utilitas yang ada pada saat ini, serta menganalisis kendala terkait
yang menyebabkan sulitnya realisasi sinergitas program dalam penanganan jalan dan pemasangan jaringan
utilitas di wilayah Kota Denpasar. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi dan sumbangan
gagasan yang dapat dijadikan bahan masukan untuk instansi terkait dalam melaksanakan penanganan jalan dan
pemasangan jaringan utilitas di Kota Denpasar.

2. PENANGANAN JALAN

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang jalan,
mengatur bahwa pemerintah mempunyai hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan jalan. Penguasaan atas
jalan diserahkan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan jalan yang dilakukan
pemerintah meliputi kegiatan mengatur, membina, membangun dan mengawasi jalan. Penyelenggaraan jalan
juga dilakukan pemerintah berdasarkan kewenangannya. Wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten / kota dalam penanganan jalan berdasarkan status jalan. Penanganan jalan -jalan yang ada
di wilayah Kota Denpasar dilaksanakan berdasarkan kewenangan masing-masing instansi. Status jalan nasional
menjadi kewenangan pemerintah pusat melalui Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan Denpasar,
penanganan jalan dengan status jalan provinsi menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Bali dan penanganan jalan dengan status jalan kota menjadi
kewenangan Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Denpasar.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tanggal 31 Oktober 2006 tentang jalan,
menetapkan pelaksanaan beberapa pasal yang telah ditentukan di dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004.
Peraturan Pemerintah ini mengatur lebih rinci tentang penetapan status jalan, bagian -bagian jalan yang meliputi
ruang manfaat jalan (rumaja), ruang milik jalan (rumija) dan ruang pengawasan jalan (ruwasja). Peraturan
Pemerintah ini mengatur bahwa pemanfaatan bagian bagian jalan dapat diperuntukkan meliputi bangunan
utilitas, penanaman pohon dan prasarana moda transportasi lainnya. Bangunan utilitas dapat ditempatkan pada
ruang manfaat jalan atau ruang milik jalan dengan ketentuan bahwa bangunan utilitas yang berada di atas tanah
ditempatkan di tepi paling luar bahu jalan atau trotoar untuk menghindari hambatan samping bagi pengguna
jalan, sedangkan bangunan utilitas yang berada di bawah tanah ditempatkan tertanam di tepi paling luar bahu
jalan atau trotoar untuk menjaga keamanan konstruksi jalan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 20/PRT/M/2010 tanggal 29 Desember
2010 tentang pedoman pemanfaatan dan penggunaan bagian- bagian jalan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia Nomor 20/PRT/M/2010 mengatur lebih rinci tentang pemanfaatan dan penggunaan bagian
jalan baik ruang manfaat jalan, ruang milik jalan maupun ruang pengawasan jalan. Peraturan ini menjelaskan
tentang tata cara dan persyaratan pemasangan, pembangunan, perbaikan, penggantian baru, pemindahan dan
relokasi bangunan utilitas yang berada pada ruang manfaat jalan maupun ruang milik jalan. Bangunan utilitas
yang ditempatkan berpotongan, berhimpit, melintas pada ruang manfaat jalan atau ruang milik jalan diatur secara
bersama-sama antara penyelenggara jalan dengan pemilik bangunan utilitas serta selalu mengutamakan
kepentingan umum. Bangunan utilitas yang dibangun dan ditempatkan di atas atau di bawah ruang ma nfaat jalan
dan ruang milik jalan tidak boleh mengganggu kelancaran dan keselamatan pengguna jalan serta tidak
membahayakan konstruksi jalan.
Sinergitas program adalah merupakan program terpadu atau program gabungan dari beberapa sektor yang
dilaksanakan secara bersama-sama untuk tercapainya tujuan bersama. Sinergitas yang dilakukan antar instansi
merupakan salah satu komponen keberhasilan dalam pembangunan terpadu untuk mencapai hasil yang lebih
baik (Najiyati dan Rahmat, 2011). Berdasarkan pendapat tersebut, sinergi dilakukan oleh beberapa pihak,
beberapa sektor untuk menggabungkan unsur-unsur yang ada. Sinergitas dilaksanakan secara bersama-sama
dengan tujuan mencapai hasil atau output kegiatan yang lebih baik dari pencapaian sebelumnya. Penggabungan
beberapa unsur dalam suatu program kegiatan ini dilakukan untuk saling melengkapi unsur -unsur yang dimiliki
dari masing-masing pihak yang bersinergi. Sinergitas program dilaksanakan bertujuan untuk mengoptimalkan
hasil kegiatan yang disepakati bersama- sama. Sinergitas dilakukan karena adanya pencapaian hasil kegiatan
sebelumnya yang perlu diperbaiki, dan harus dilakukan secara bersama-sama dari para pihak yang
berkepentingan.
Sinergitas program kegiatan mulai dari proses perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan tidak boleh
hanya didominasi oleh satu stakeholder saja. Komunikasi dan koordinasi antar stakeholders harus dibangun dua
arah. Komunikasi dan koordinasi yang mendapat aksi dan reaksi dari stakeholders lainnya menunjukkan bahwa
perlu adanya keterpaduan dalam program kegiatan yang diinginkan. Sinergitas program terlaksana apabila
adanya tujuan bersama. Keberhasilan serta tercapainya tujuan bersama dari suatu program harus dibarengi
dengan adanya sinergitas para stakeholder dalam pelaksanaan suatu program (Rahmawati dkk, 2014).
Pola pelaksanaan sinergitas program kegiatan dapat dilakukan melalui empat tahapan yang saling
bersinergi, yaitu: sinergitas pada tahap identifikasi kebutuhan, sinergitas pada tahap persiapan, sinergitas pada

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-161
I.A Widhiyanasari, A.A. Diah Parami Dewi dan G.A.P Candra Dharmayanti

tahap pelaksanaan dan sinergitas pada tahap evaluasi (Yusriadi, 2016). Sinergitas program kegiatan untuk
pelayanan publik memerlukan dukungan yang kuat dari para stakeholders (Aditya dkk, 2014).
Sinergitas program atau program terpadu dapat diawali dengan lebih meningkatkan koordinasi dan
komunikasi lintas program, lintas sektor serta melibatkan mitra-mitra (stakeholder) yang potensial (Mulyana,
2008). Stakeholder adalah perorangan maupun kelompok- kelompok yang tertarik, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar organisasi, berpengaruh maupun terpengaruh oleh tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan sebuah
tim (West, 1998). Stakeholder dalam birokrasi adalah masyarakat/tokoh masyarakat/tokoh agama/pejabat
organisasi publik/swasta yang berpengaruh ataupun terpengaruh oleh sebuah kebijakan/program/kegiatan
organisasi publik sehingga memberikan added- value kepada masyarakat. Sinergitas program dapat terwujud
melalui komunikasi dan koordinasi secara benar dan tepat antar stakeholder (pihak instansi terkait) dalam
penanganan dan utilitas jalan, Komunikasi merupakan suatu cara untuk menyampaikan maksud serta keinginan
dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang kepada orang lain, dengan tujuan dapat dipahami oleh penerima
informasi (Handoko, 2002 dan Robbins, 2002). Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi,
kepercayaan dan perasaan antar anggotanya untuk mewujudkan rasa saling memahami dan saling percaya demi
terciptanya hubungan yang baik (Azwar, 1996; Wynn dan Guditus,1995). Koordinasi adalah salah suatu bentuk
hubungan kerja yang memiliki integrasi, sinkronisasi, keterpaduan, keharmonisan serta arah yang sama.
Koordinasi merupakan penyerasian, penyelarasan serta penyatuan tindakan dari sekelompok orang, saling
terintegrasi menuju suatu sasaran dan tujuan yang sama (Newman, 2012). Koordinasi membutuhkan strategi,
komitmen serta konsekuensi dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Pemimpin dalam organisasi proyek dapat mengontrol manajemen pengelolaan proyek dari awal proyek
sampai akhir proyek dengan menerapkan tahapan siklus hidup manajemen proyek. Tahapan-tahapan siklus
manajemen proyek tersebut meliputi antara lain: tahap inisiasi, perencanaan, pelaksanan dan evaluasi. Peran
stakeholder dalam siklus manajemen proyek sangat penting untuk menjamin bahwa proyek yang dikerjakan
dapat mencapai tujuannnya. Siklus hidup manajemen proyek dan peran stakeholder sangat terkait dengan
penerapan manajemen proyek terpadu. Menurut Karaatanasov (2015), penerapan manajemen proyek terpadu
akan menciptakan lingkungan organisasi yang efektif dan memiliki kontribusi pemahaman serta pengetahuan
dalam proses organisasi proyek. Dengan melakukan manajemen proyek terpadu maka kolaborasi,
ketergantungan serta koordinasi terhadap suatu masalah yang terjadi dapat tercatat dan dikendalikan dengan
baik. Setiap unsur dalam proyek saling berbagi pengetahuan dan terkoordinir dengan baik untuk mencapai tujuan
bersama.

3. METODE

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif di dukung dengan data kualitatif Pengumpulan data
dilakukan menggunakan kuesioner yang didistribusikan kepada para stakeholder yang berpengaruh dan
dipengaruhi dalam program penanganan jalan dan pemasangan utilitas di wilayah Kota Denpasar . Pemilihan
sample dilakukan berdasarkan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan data yang sudah jelas
tujuan sampelnya. Sampel meliputi para pejabat eselon 2, eselon 3, eselon 4 di lingkungan instansi pemerintah
yang menangani penanganan jalan selama ini, serta pejabat perencanaan, pelaksanaan d an pemeliharaan pada
penyedia utilitas PLN, PDAM ,Telkom. Data dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan fakta- fakta
yang terjadi pada saat ini terkait kondisi existing dan kendala stakeholders untuk melaksanakan sinergitas
program dalam penanganan jalan dan pemasangan utilitas di Kota Denpasar.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Eksisting Penanganan Jalan


Kondisi eksisting penanganan jalan dan pemasangan jaringan utilitas digambarkan berdasarkan data yang
diisi responden pada kuesioner yang ditampilkan pada tabel 1. Pihak penyelenggara jalan dan pemasangan
jaringan utilitas memiliki kesamaan pendapat pada semua indikator, kecuali indikator nomer 17. Menurut
penyelenggara jalan proses ijin untuk pemasangan utilitas sudah memiliki standar operasional dan prosedur
(SOP) sehingga tidak memerlukan waktu yang lama dalam proses pengurusan ijin. Sebaliknya, pemilik utilitas
berpendapat bahwa pengurusan ijin untuk pemasangan jaringan utilitas pada bagian jalan membutuhkan proses
waktu yang relatif lama karena banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi serta prosedur birokrasi yang
diterapkan terlalu panjang.
Berdasarkan indikator 1, 2, 3 kondisi eksisting penanganan jalan dan pemasangan jaringan utilitas pada saat
ini dilaksanakan sesuai kewenangan, dan program masing-masing instansi. Sinergi program telah dilaksanakan
oleh penyelenggara jalan dan pemilik utilitas, dan telah ada peran serta pemangku kepentingan (stakeholders)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-162
Penanganan Jalan dan Pemasangan Utilitas di Wilayah Kota Denpasar: Kondisi dan Kendala

dalam bersinergi menangani infrastruktur jalan dan jaringan utilitas. Pemanfaatan untuk pemasangan jaringan
utilitas diijinkan pada ruang manfaat jalan. Hal ini menunjang data pada pada indikator 4 yang menyatakan
adanya kesamaan pemahaman dari kedua belah pihak terhadap tujuan penyelenggaraan jalan, yaitu untuk
mewujudkan pelayanan yang andal sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) dengan kondisi jalan yang
mantap untuk mewujudkan pelayanan prima dengan sistem jaringan jalan yang terpadu, berdaya guna dan
berhasil guna.
Namun, pada identifikasi yang lebih jauh, yaitu berdasarkan data pada indikator 9, 10 dan 16 terdapat
kondisi yang sebaliknya, yaitu sinergitas program bersama untuk menuntaskan permasalahan infrastruktur jalan
dalam suatu kawasan tertentu belum dilaksanakan. Perbaikan jalan yang dilaksanakan selama ini belum
bersinergi dengan pekerjaan pemasangan utilitas seperti PDAM, PLN, Telkom dan serat optik serta belum ada
program terpadu.
Kondisi ini berdampak terhadap terjadinya tambal sulam perkerasan aspal (indikator 11), tidak maksimalnya
pengembalian kondisi perkerasan jalan seperti semula (12), gangguan terhadap kenyamanan pengguna jalan dan
memperpendek umur rencana jalan (13), muncul masalah sosial dan teknis akibat pekerjaan pemasangan utilitas
(16), serta penambahan biaya untuk pemeliharaan bagian jalan yang terkena pemasangan utilitas.
Temuan pada kondisi eksisting ini menunjukkan bahwa sinergitas yang ada hanya sebatas koordinasi dan
komunikasi. Hal ini didukung oleh indikator 14 dan 15 yang menyatakan bahwa pemasangan utilitas
dilaksanakan lebih pada tujuan untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan konsumen akan penambahan
jaringan (15) ,tanpa memperhatikan program terkait dari pihak penyelenggara jalan, serta adanya perbedaan
realisasi antara alokasi anggaran pada perbaikan jalan dan pemasangan utilitas. Berdasarkan temuan ini,
sinergitas program antara pihak/stakeholders penyelenggara jalan dan pemilik utilitas terkait sepert PDAM,
PLN, Telkom dan serat optik sangat penting untuk dilaksanakan tidak hanya sebatas pada komunikasi dan
koordinasi. Sehingga untuk dapat mendorong terwujudnya program sinergitas tersebut, maka sebagai langkah
awal perlu diidentifikasi kendala-kendala yang terkait dengan sinergitas dari para stakeholders.

Tabel 1 Pendapat penyelenggara jalan dan pemilik utilitas terhadap kondisi eksisting
penanganan jalan dan pemasangan utilitas di wilayah Kota Denpasar.

Penyelenggara Pemilik Utilitas


No Uraian (indikator) Jalan
Ya Tidak Ya Tidak
1. Penyelenggaraan jalan dilakukan pemerintah 13 11
berdasarkan kewenangannya.

2. Penyelenggaraan jalan dilaksanakan 12 1 11


berdasarkan asas manfaat, keamanan,
keselamatan, keserasian, keharmonisan,
kebersamaan, kemitraan dan saling bersinergi
(saling terpadu dengan sektor lain).
3. Adanya peran serta pemangku kepentingan 12 1 11
(stakeholders) dalam bersinergi menangani
infrastruktur jalan dan jaringan utilitas.
4. Tujuan penyelenggaraan jalan adalah 13 11
mewujudkan pelayanan yang andal sesuai
SPM dengan kondisi jalan yang mantap untuk
mewujudkan pelayanan prima dengan sistem
jaringan jalan yang terpadu, berdaya guna dan
berhasil guna.
5. Pemanfaatan bagian-bagian jalan meliputi 11 2 11
bangunan utilitas, penanaman pohon dan
prasarana moda transpotasi lainnya.
6. Bangunan utilitas yang berada di atas tanah 10 10 1
ditempatkan di tepi paling luar bahu jalan atau
trotoar, sedangkan bangunan yang berada di
bawah tanah ditempatkan tertanam di tepi
paling luar bahu jalan atau trotoar untuk
menjaga keamanan konstruksi jalan.
7. Bangunan utilitas yang dibangun diatur secara 12 1 10 1
bersama-sama antara penyelenggara jalan

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-163
I.A Widhiyanasari, A.A. Diah Parami Dewi dan G.A.P Candra Dharmayanti

Penyelenggara Pemilik Utilitas


No Uraian (indikator) Jalan
Ya Tidak Ya Tidak
dengan pemilik bangunan utilitas dengan
selalu mengutamakan kepentingan umum.

8. Bangunan utilitas yang dibangun tidak boleh 13 11


mengganggu kelancaran dan keselamatan
pengguna jalan serta tidak membahayakan
konstruksi jalan.
9. Sinergitas program bersama untuk 8 5 9 2
menuntaskan permasalahan infrastruktur jalan
dalam suatu kawasan tertentu belum
dilaksanakan.
10. Perbaikan jalan yang dilaksanakan selama ini 7 5 10 1
belum bersinergi dengan pekerjaan
pemasangan utilitas seperti PDAM, PLN,
Telkom dan serat optik.
11. Pemasangan utilitas mengakibatkan tambal 11 2 11
sulam perkerasan aspal.
12. Pengembalian kondisi perkerasan jalan seperti 12 1 9 2
semula tidak dapat terlaksana dengan optimal.
13. Kenyamanan pengguna jalan terganggu serta 11 2 10 1
umur rencana jalan tidak tercapai.
14. Pemasangan utilitas dilaksanakan sesuai 10 3 7 3
permintaan dan kebutuhan penambahan
jaringan dari konsumen
15. Alokasi anggaran dan realisasi pelaksanaan 13 11
berbeda dari masing-masing penyedia utilitas
dengan instansi yang menangani perbaikan
jalan.
16. Belum adanya program terpadu untuk 12 1 10 1
melakukan perbaikan dan pemanfaatan ruang
manfaat jalan (rumaja).
17. Perlu proses ijin dan kesepakatan yang relatif 5 8 9 1
lama untuk memanfaatkan bagian jalan
(pemasangan utilitas).

18. Banyaknya masalah sosial dan teknis yang 13 9 2


muncul akibat pemasangan utilitas.
19. Memerlukan biaya tambahan untuk 13 8 3
memelihara bagian jalan yang terkena
pemasangan utilitas

Kendala Penanganan Jalan


Tabel 2 menampilkan identifikasi kendala terhadap pelaksanaan sinergitas program dalam penanganan
infrastruktur jalan dan pemasangan utilitas di wilayah Kota Denpasar, yang meliputi: (1) tidak efektifnya
koordinasi dan kolaborasi antara stakeholder yang relevan, (2) belum efektifnya keterlibatan pemangku
kepentingan dalam mengambil keputusan, (3) belum adanya visi dan misi dari stakeholders untuk melakukan
perubahan, (4) Stakeholders yang enggan untuk berubah karena sudah merasa berada di zona nyaman, (5)
keterbatasan anggaran untuk membuat program terpadu dalam penanganan jalan di Kota Denpasar , (6)
kurangnya inovasi stakeholders dalam perbaikan dan penanganan infrastruktur jalan, (7) biaya operasional dan
pemeliharaan proyek terpadu relatif besar, (8) belum ada stakeholder yang memprakarsai pengelolaan proyek
terpadu. Terdapat perbedaan pendapat pada indikator nomer 6, penyelenggara jalan berpendapat telah melakukan
inovasi dalam perbaikan dan penanganan infrastruktur jalan, namun sebaliknya pemilik utilitas b erpendapat
belum melaksanakan hal tersebut. Perbedaan pendapat ini memperkuat adanya permasalahan belum terjadi
sinergi dalam pelaksanaan penanganan jalan dan utilitas akibat kendala-kendala diatas.

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-164
Penanganan Jalan dan Pemasangan Utilitas di Wilayah Kota Denpasar: Kondisi dan Kendala

Tabel 2 Pendapat penyelenggara jalan dan pemilik utilitas terhadap kendala sinergitas program
penanganan jalan dan pemasangan utilitas di wilayah Kota Denpasar

Penyelenggara Pemilik Utilitas


No Uraian Jalan
Ya Tidak Ya Tidak
1. Tidak efektif koordinasi dan kolaborasi 10 2 6 4
antara stakeholder yang relevan
2. Belum efektifnya keterlibatan pemangku 11 1 6 4
kepentingan dalam mengambil keputusan.
3. Belum adanya visi dan misi dari stakeholders 11 1 10 1
untuk melakukan perubahan.
4. Stakeholders yang enggan untuk berubah 10 2 11
karena sudah merasa berada di zona nyaman.
5. Keterbatasan anggaran untuk membuat 11 1 6 3
program terpadu dalam penanganan jalan di
Kota Denpasar
6. Kurangnya inovasi stakeholders dalam 3 9 7 4
perbaikan dan penanganan infrastruktur jalan

7. Biaya operasional dan pemeliharaan proyek 8 4 9 2


terpadu relatif besar.
8. Belum ada stakeholder yang memprakarsai 5 7 6 5
pengelolaan proyek terpadu

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa


1. Kondisi penanganan jalan dan pemasangan jaringan utilitas yang ada pada saat ini masih berjalan
berdasarkan program kegiatan dan lokasi masing-masing instansi. Sinergitas program bersama antara
penanganan jalan dan pemasangan jaringan utilitas belum terlaksana. Sinergi yang dilakukan saat ini
hanya melaksanakan koordinasi pada saat masing-masing instansi menjalankan program kegiatannya.
2. Kendala yang dapat diidentifikasi sehingga sulit terealisasi sinergitas program dalam penanganan jalan
dan pemasangan jaringan utilitas di wilayah Kota Denpasar adalah: tidak efektifnya koordinasi dan
kolaborasi antara stakeholder yang relevan, belum efektifnya keterlibatan pemangku kepentingan dalam
mengambil keputusan, belum adanya visi dan misi dari stakeholders untuk melakukan perubahan,
Stakeholders yang enggan untuk berubah karena sudah merasa berada di zona nyaman, keterbatasan
anggaran untuk membuat program terpadu dalam penanganan jalan di Kota Denpasar, kurangnya
inovasi stakeholders dalam perbaikan dan penanganan infrastruktur jalan, biaya operasional dan
pemeliharaan proyek terpadu relatif besar, belum ada stakeholder yang memprakarsai pengelolaan
proyek terpadu.

Berdasarkan kesimpulan, pihak Penyelenggara jalan dan pemilik utilitas disarankan untuk merealisasikan
terbentuknya program manajemen terpadu dalam pelaksanaan penanganan jalan dan pemasangan jaringan
utilitas di wilayah Kota Denpasar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tanggal 18 Oktober 2004 Tentang
Jalan, Presiden Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2006, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tanggal 31 Oktober 2006
Tentang Jalan, Presiden Republik Indonesia, Jakarta.

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-165
I.A Widhiyanasari, A.A. Diah Parami Dewi dan G.A.P Candra Dharmayanti

Anonim, 2010, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 20/PRT/M/2010 tanggal 29
Desember 2010 tentang pedoman pemanfaatan dan penggunaan bagian- bagian, Menteri Pekerjaan
Umum, Jakarta.
Anonim, 2013. Tahap Merancang Perubahan dan Membangun Tim. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV. Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Aditya dkk. 2014, Sinergitas Stakeholders Dalam Pengelolaan Sampah Terpadu Yang Demokratis Dalam
Perspektif Teori Governance.
Freeman, R.E. 1984. Strategic Management : A Stakeholder Approach, Boston, MA : Pitman.
Hamid dkk. 2011, Ilmu Komunikasi Sekarang dan Tantangan Masa Depan, Jakarta : Kecana Prenada Media
Group.
Karaatanasov, K.2015. Integrated Project Management IPM (Without IPPD).
Mulyana,Deddy. 2008, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya.
Nazir, M. 1983. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Najiyati dan Rahmat, 2011. Sinergitas Instansi Pemerintah Dalam Pembangunan Kota Terpadu Mandiri. The
Synergy of Goverment Institutions in The Transmigration Urban Development.(Jurnal
Ketransmigrasian),Vol.28, (2 Desember 2011). 113-124. Available from : www.
Academia.edu>SINERGITAS_INS.
PMI Standards Committee,2000, A Guide To The Project Management Body Of Knowledge PMBOK Guide ,
Fifth Edition, Project Management Institute Inc., Pensylvnia, USA.
Rahmawati, dkk. 2014, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No.4, Hal.641-647.
West, M. (1998), Effective Team Work, Kanisius, Yogyakarta.
Yusriadi, 2016, Aktualisasi Sinergitas Komponen Governance Dalam Peningkatan Pelayanan Pendidikan
Kecakapan Hidup di Kota Makassar, Vol.3, N0.1.

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana TRANS-166

Anda mungkin juga menyukai