Anda di halaman 1dari 8

NAMA: SAFIRA INKEMARIS

NIM : F44130028

PRAKTIKUM 1

DESIGN OF IRRIGATION CHANNEL

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Air salah satu komponen terbesar dalam kehidupan. Air terkadang
memberikan dampak positif bahkan negatif. Kehidupan di dunia ini sangat tergantung
dengan air. Apabila di suatu daerah mengalami kekeringan air maka berdampak pada
kehidupan warga karena kesulitan untuk makan, minum, mandi dan memenuhi
kebutuhan mereka yang lain. Air dalam sektor pertanian sangat diperlukan untuk
menunjang pangan, untuk itu diperlukan saluran yang mengalirkan air ke tanaman
tersebut (Purwanto 2006).
Air dapat dialirkan melalui saluran terbuka maupun tertutup . Konsep
hidrolika dapat diterapkan dalam saluran tersebut. Saluran terbuka ada yang alami
dan buatan. Untuk membuat saluran tentunya harus disesuaikan dengan tujuan dari
pembuatan saluran tersebut seperti untuk irigasi, untuk rumah tangga, atau yang
lainya. Mendesain saluran juga memerhatikan faktor debit aliran. Untuk sector
pertanian diperlukan saluran irigasi. Saluran tersebut membuat lebih ekonomis dan
efektif (Wantalangie 2011)
Sistem irigasi yang baik bertolak ukur dari sebuah perencanaan irigasi
yang baik pula. Perencanaan irigasi Irigasi merupakan usaha untuk mengendalikan
atau memanfaatkan air dengan membuat bangunan-bangunan dan saluran untuk
mengalirkan air yang berguna untuk pertanian, air mandi, dan lain-lain yang berguna
untuk kehidupan manusia (Sudjarwadi 1990).

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mendesain saluran irigasi dengan aliran


yang tidak seragam pada saluran terbuka menggunakan program quick basic.

II. METODOLOGI DAN ANALISIS


Desain saluran irigasi pada saluran terbuka dengan aliran yang tidak seragam
dapat dibuat dengan suatu program lunak (software) computer. Software yang
digunakan yaitu quick basic. Berikut ini skema praktikum

Program Quick Basic dibuka, kodingan dibuat sesuai modul yang


sudah disediakan.

10 PRINT "CHANNEL DESIGN"


20 PRINT
30 PRINT "DESIGN DISCHARGE (CUMEOS) " ;
40 INPUT Q
50 PRINT "CHANNEL ROUGHNESS (M) " ;
60 INPUT K
70 PRINT "CHANNEL SLOPE " ;
80 INPUT S
90 PRINT "TOP WIDTH LIMIT (M) " ;
100 INPUT C
110 PRINT "RATIO BASE/DEPTH " ;
120 INPUT N
130 PRINT
140 PRINT "SIDE-SLOPE ANGLE (DEG)" ;
150 INPUT T
160 B=T*(22/7)/180
170 PRINT "DEPTH (M) " ;
180 INPUT Y
185 PRINT
190 A=Y*Y*(N+1/(SIN(B)/COS(B)))
200 P=Y*(N+2/SIN(B))
210 R=A/P
220 Q1=-A*SQR(32*9.81*R*S)*LOG(K/(14.8*R))/(LOG (10))
225 PRINT "--------------"
230 PRINT "CALCULATED DISCHARGE ", Q1
235 PRINT "--------------"
240 D=Q-Q1
250 PRINT "DIFFERENCE BETWEEN Q AND Q1",D
255 PRINT
260 PRINT "IF D>0 INCREASE Y, IF D<-0,25 DECREASE Y"
265 PRINT
270 IF D>0 THEN 170
280 IF D<-0.25 THEN 170
290 C1=(N*Y)+(2*Y)/(SIN(B)/COS(B))
300 IF C1>C THEN 140
310 W=N*Y
315 PRINT
320 PRINT "THETA","BASE","DEPTH","TOP"
325 PRINT "--------------"
330 PRINT T,W,Y,C1
335 PRINT
340 PRINT "DO YOU WANT TO TRY ANOTHER VALUE OF
THETA? (Y OR N)" ;
350 INPUT A$
355 PRINT
360 IF A$="Y" THEN 140
370 END

Kodingan di simpan

Kodingan dijalankan dengan run kemudian start

Data diinput untuk menghasilkan output

Gambar 2.1 Skema Praktikum


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Quick basic masih bersifat teks program, dan belum bersifat grafik. Quick
basic merupakan suatu aplikasi bahasa pemroograman yang Integrated Development
Environment (IDE) yang terintegrasi dan compiler untuk bahasa pemrograman basic
yang dikembangkan microsoft (Hendrayudi 2009). Program ini dijalankan dengan
perintah mulai dari 10 sampai 370. Perintah 10 sampai 180 merupakan perintah
penting yang sangat berpengaruh terhadap desain saluran karena berisi masukan nilai
dari faktor yang berpengaruh terhadap saluran tersebut. Perintah 10 pada program
tersebut akan menampilkan data desain saluran kemudian output 30 akan meminta
kita untuk memasukkan data debit maksimum (Q) yang diinginkan pada perintah
selanjutnya atau perintah 40. Perintah 50 dan 60 meminta kita untuk memasukkan
data dari kekasaran saluran (K) dalam satuan meter. Perintah 70 dan 80 memasukkan
nilai kemiringan saluran (S). Perintah 90 dan 100 memasukkan nilai batas lebar atas
(C) dalam satuan meter. Perintah 110 dan 120 memasukkan nilai rasio
dasar/kedalaman (N).Perintah 140 dan 150 memasukkan nilai sisi sudut kemiringan
(T) dalam satuan derajat. Perintah 160 hasil dari B yang diperoleh dari cara sisi sudut
kemiringan dikali 22/7 dibagi dengan 180. Perintah 170 dan 180 meminta kita
memasukkan nilai kedalaman (Y) dalam satuan meter.

Pernyataan 190 merupakan perhitungan luas saluran. Perintah 200


menghitung keliling terbasahi. Perintah 210 menghitung jari-jari hidrolik yang
diperoleh dari pembagian dari luas saluran dengan keliling terbasahi. Perintah 230
akan menampilkan data jumlah debit (Q1). Perintah 240 menghitung D yang
diperoleh dari pengurangan debit maksimum (Q) dengan jumlah debit (Q1). Perintah
250 menampilkan data perbedaan antara Q dan Q1. Perintah 260 dan 265 memisalkan
apabila D lebih dari 0 maka meningkatkan kedalaman, jika D kurang dari -0,25 maka
penurunan kedalaman. Perintah 270 misalkan D lebih dari 0 lalu kembali ke perintah
170. Perintah 280 misalkan D kurang dari -0,25 maka kembali ke perintah 170.
Perintah 290 menghitung C1. Perintah 300 jika nilai C1 lebih besar dari C maka
kembali ke perintah 140. Perintah 310 menghitung W dengan cara mengalikan N
dengan Y. Perintah 320 menampilkan data theta, base(batas dasar),
depth(kedalaman), top(batas atas). Perintah 330 menampilkan data T, W, Y, C1.
Perintah 340 menampilkan data do you want to try another value of theta? ( Y OR
N). Perintah 350 memasukkan data A$, tanda $ merupakan pilihan. Perintah 360
jika Y maka kembali ke perintah 140. Perintah 370 program akan berakhir (Demun
2001).

Hasil perhitungan yang dikeluarkan oleh program tersebut jika data masukan
debit maksimum 10, kekasaran saluran 0,015m, kemiringan saluran 0,0012, batas
lebar atas 4,5m, perbandingan dasar dan kedalaman 2, sudut kemiringan sisi 75
derajat, kedalaman 1,5m akan menghasilkan jumlah debit 8,346743. Karena nilai D
adalah 1,653257 lebih besar dari nol maka tinggi kedalaman ditingkatkan. Kedalaman
selanjutnya adalah 1,8m akan menghasilkan jumlah debit 13,524. Nilai D adalah -
3,523995 kurang dari -0,25 makakedalaman diturunkan. Kedalaman 1,62m akan
menghasilkan jumlah debit 10,23354. Nilai D adalah -0,2335367 tidak lebih dari nol
dan tidak kurang dari -0,25 maka nilai C1 dihitung dan dihasilkan nilai C1 sebesar
4,106326. Karena nilai C1 kurang dari C maka lanjut ke perintah selanjutnya
diperoleh nilai T, W, Y dan C1 berturut-turut 75, 3,24, 1,62, 4,106326. Sudut
berikutnya yaitu 66 derajat dengan kedalaman 1,55m diperoleh jumlah debit
10,11648. Nilai D adalah -0,1164846 tidak lebih dari nol dan tidak kurang dari -0,25
maka nilai C1 dihitung dan dihasilkan nilai C1 sebesar 4,478487. Karena C1 kurang
dari C maka lanjut ke perintah selanjutnya diperoleh nilai T, W, Y, dan C1 berturut-
turut 66, 3,1, 1,55, 4,478487. Jika terdapat perbedaan nilai debit nol koma sekian
maka masih dianggap benar dan akurat, kecuali jika kurang dari nol sekian (Qiao
2010).

IV. PENUTUP
4.1 Simpulan
Mendesain suatu saluran seperti saluran irigasi merupakan langkah-
langkah sebelum membangun suatu saluran tersebut. Desain saluran tentunya
memperhatikan factor seperti debit apakah dbit cepat atau lambat. Program quick
basic membantu mempermudah dalam mendesain saluran dengan kemiringan sudut,
besar permukaan dasar, kedalaman, besar permukaan atas. Praktikum mendesain
saluran irigasi dihasilkan data bahwa kemiringan sudut 75, batas dasar 3,24,
kedalaman 1,62 dan besar batas atas 4,106326. Dengan kemiringan sudut 66, batas
dasar 3,1, kedalaman 1,55 dan batas atas 0,478487.
4.2 Saran
Penjelasan praktikum sudah jelas. Penerapan aplikasi di lapangan
sehingga praktikan dapat mengetahui secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Demun AS. 2001. Hidraulik Saluran Terbuka dengan Penggunaan Komputer.


Malaysia (KL): UTM

Hendrayudi. 2009. VB 2008 untuk Berbagai Keperluan Programming. Jakarta(ID):


PT Elex Media Komputindo

Purwanto, Ikhsan J. 2006.Analisis kebutuhan air irigasi pada daerah irigasi bending
mricani. Jurnal Ilmiah Semesta. 9(1): 83-93

Qiao Q, Yang K. 2010. Modeling unsteady open-channel flow for controller design.
Journal Irrigation Drain Eng. 136(6): 383391

Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas
IlmuTeknik, UGM

Wantalangie ROF. 2011. Model perencanaan system irigasi pada daerah sungai
kaligawe semarang. Jurnal Sipil. 1(1):1-12
LAMPIRAN

Gambar 1. Output Quick basic

Gambar 2. Output Quick basic


Gambar 3. Output Quick basic

Anda mungkin juga menyukai