Anda di halaman 1dari 8

BAB 5

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat merencanakan pembangunan PLTS
2. Mahasiswa dapat menjelaskan konsumsi energi PLTS

B. Peta Konsep

C. Uraian Materi

1. Perencanaan PLTS

Perencanaan Kebutuhan Sistem PLTS

Sistem PLTS terdiri dari beberapa blok meliputi: panel surya, solar
charge controller, baterai, dan inverter. Dibawah ini menunjukkan
digram blok keseluruhan sistem.

Gambar Blok Diagram Sistem PLTS

Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan fungsi masing-masing


blok diagram sebagai berikut: (a) panel Surya adalah komponen PLTS
yang fungsinya merubah cahaya matahari menjadi energi listrik, (b)
solar charge controller adalah komponen PLTS yang fungsinya
mengatur pengisian arus ke baterai dan mengatur arus yang diambil
dari baterai ke beban, (c) baterai adalah komponen PLTS yang
fungsinya sebagai penyimpan tenaga listrik arus searah (DC) dari
tenaga surya sebelum dimanfaatkan untuk beban, dan (d) inverter
adalah komponen PLTS yang fungsinya mengkonversikan tegangan
searah (DC) menjadi tegangan bolak balik (AC).

Pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar


matahari, maka diperlukan perencanaan yang baik. Perencanaan
kebutuhan PLTS bisa dihitung dari sisi listrik yang dihasilkan panel
surya atau dari sisi listrik yang akan dipakai oleh beban. Perencanaan
dari sisi panel surya akan menghasilkan listrik yang penggunaannya
pada sisi beban harus menyesuaikan listrik yang dihasilkan panel
surya, sedangkan perencanaan dari sisi beban penyesuaian terjadi
pada panel surya maksudnnya panel surya harus mampu
menghasilkan listrik sesuai dengan beban yang terpasang.

Perencanaan dari sisi beban langkah awalnya adalah menentukan


jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (wattjam).
Karena dengan menghitung besarnya daya yang dibutuhkan, pihak
perencana dapat mempersiapkan PLTS yang ideal sesuai dengan
kebutuhan beban. Setelah mendapat seluruh kebutuhan daya listrik,
selanjutnya perhitungan terhadap jumlah panel surya.

Kemudian adalah menentukan berapa banyak baterai yang digunakan.


Untuk mengetahui berapa daya yang mampu disimpan. Untuk
mengetahui berapa banyak baterai yang digunakan, harus ditentukan
berapa daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari dan
berapa lama PLTS ini digunakan untuk mensuplai beban tanpa
penyinaran matahari. Dengan begitu dapat ditentukan berapa besar
kapasitas dan banyaknya baterai yang dibutuhkan oleh PLTS.
Berikutnya pemilihan Solar Charge Controller (SCC).

Beban pada sistem PLTS mengambil energi dari baterai melalui SCC.
Jadi tegangan kerja SCC harus sama dengan tegangan pada baterai
dan SCC harus dapat dilalui arus maksimal sesuai dengan beban
maksimal yang terpasang. Selanjutnya pemilihan inverter. Spesifikasi
inverter harus sesuai dengan SCC yang digunakan. Berdasarkan
tegangan sistem dan perhitungan SCC, maka tegangan masuk (input)
dari inverter 12 VDC. Tegangan keluaran dari inverter yang
tersambung ke beban adalah 220 VAC. Arus yang mengalir melewati
inverter juga harus sesuai dengan arus yang melalui SCC.

Perencanaan dari sisi panel surya langkah awalnya adalah menentukan


kapasitas panel surya yang akan dipasang, selanjutnya adalah
menentukan beban yang akan dipasang sesuai dengan kapasitas panel
surya yang terpasang, kemudian adalah menentukan berapa banyak
baterai yang digunakan. Untuk mengetahui berapa daya yang mampu
disimpan. Untuk mengetahui berapa banyak baterai yang digunakan,
harus ditentukan berapa daya yang dibutuhkan dalam pemakaian
sehari-hari dan berapa lama PLTS ini digunakan untuk mensuplai
beban tanpa penyinaran matahari. Dengan begitu dapat ditentukan
berapa besar kapasitas dan banyaknya baterai yang dibutuhkan oleh
PLTS.

Berikutnya pemilihan Solar Charge Controller (SCC). Beban pada


sistem PLTS mengambil energi dari baterai melalui SCC. Jadi tegangan
kerja SCC harus sama dengan tegangan pada baterai dan SCC harus
dapat dilalui arus maksimal sesuai dengan beban maksimal yang
terpasang. Selanjutnya pemilihan inverter. Spesifikasi inverter harus
sesuai dengan SCC yang digunakan. Berdasarkan tegangan sistem dan
perhitungan SCC, maka tegangan masuk (input) dari inverter 12 VDC.
Tegangan keluaran dari inverter yang tersambung ke beban adalah
220 VAC. Arus yang mengalir melewati inverter juga harus sesuai
dengan arus yang melalui SCC.

Metodologi Perancangan

Metodologi yang digunakan dalam perancangan PLTS terpusat


berdasarkan data dan kebutuhan lokasi pembangunan PLTS
Terpusat yang diusulkan. Data lokasi berupa kebutuhan/batasan
penggunaan beban listrik, topologi wilayah penempatan jaringan dan
rumah pembangkit, dan intensitas matahari yang diambil data
sekunder untuk wilayah khatulistiwa. Berdasarkan perolehan data dan
perhitungan akan dilakukan pemilihan spesifikasi komponen, perakitan
sistem, dan instalasi sistem. Metodologi perancangan sistem
digambarkan seperti gambarberikut.
Gambar Flow Chart Metodologi Perancangan PLTS Terpusat

Berdasarkan metodologi perancangan seperti gambar di atas sudah


tergambar mekanisme teknis dalam perancangan kapasitas dan
spesifikasi PLTS terpusat. Jika diuraikan maka metodologi ini
dijelaskan sebagai berikut.

1) Pengumpulan data
Data lapangan akan dihimpun langsung ke lokasi rencana
pembangunan PLTS terpusat. Data yang diperlukan berupa data
rencana kebutuhan listrik rumah penduduk dan fasilitas umum
lainnya, pemetaan jalur distribusi listrik dan kondisi radiasi
matahari di lokasi tersebut. Data penggunaan beban diperlukan
berupa jumlah konsumen dan rencana besaran penggunaan listrik
dan waktu pemakaiannya. Data pemetaan mencakup rencana
penempatan rumah pembangkit dan jalan desa jalur distribusi
listrik dan rencana penempatan tiang.

2) Pengolahan data
Berdasar data lapangan yang telah dikumpulkan, maka semua yang
terkait dengan aspek teknis PLTS terpusat akan disajikan sebagai
bahan pertimbangan teknis dalam rancangan peralatan yang akan
digunakan dalam sistem PLTS terpusat di antaranya:
- Data olahan kebutuhan energi siang dan malam rumah
penduduk
- Data olahan kebutuhan fasilitas umum berupa tempat ibadah,
sekolah, lampu jalan dan fasilitas umum lainnya
- Data olahan lokasi penempatan rumah pembangkit dan
penempatan tiang.

3) Pilihan Disain Teknis Umum


Desain teknis umum sudah dapat ditentukan berdasarkan data
olahan rencana peggunaan energi listrik PLTS terpusat. Desain
teknis ini berupa kapasitas PLTS yaitu:
- Total pembangkit PLTS
- Kapasitas penyimpanan energi
- Kapasitas PV modul
- Kapasitas Inverter dan alat pendukung lainnya

4) Pilihan Spesifikasi Teknis


Spesifikasi teknis ditentukan mengikut data pilihan desain umum
dan pertimbangan teknologi agar peralatan yang akan dipilih dapat
memenuhi kualitas dengan mempertimbangkan juga effisensi
biayanya. Pilihan teknis harus mengikut kaidah keilmuan energi
terbarukan khususnya teknologi energi photovoltaic dan kelistrikan.
Spesifikasi teknis dan gambar yang akan diperoleh perancangan ini
adalah spesifikasi semua alat yang diperlukan, lokasi penempatan
PV, baterai, inverter, rumah alat, sistem sambungan, gambar
jaringan, dan lain sebagainya. Pilihan desain teknis ini disajikan
dalam bentuk Detailed Engineering Design(DED).

5) Estimasi Anggaran Biaya


Biaya yang diperlukan untuk membangun PLTS terpusat dapat
dihitung apabila semua alat yang ditetapkan sudah memenuhi
aspek teknis. Estmasi biaya disusun dalam
bentukEngineering Estimate (EE).

2. Konsumsi Energi PLTS

Perhitungan Kebutuhan PLTS

Photovoitaics ( Solar PV) adalah Modul yang mengkonversi langsung


cahaya matahari menjadi arus listrik. Bahan-bahan tertentu, seperti
silikon, secara alami melepaskan elektron ketika mereka terkena
cahaya, dan elektron ini kemudian dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan arus listrik. Panel PV menghasilkan arus listrik searah
(DC), yang harus dikonversi ke arus listrik AC (Alternating Current),
Sebuah inverter digunakan untuk mengubah listrik DC menjadi listrik
AC untuk menjalankan peralatan rumah tangga standar yang
umumnya bertegangan 220 Volt. Jumlah listrik yang dihasilkan
inverter diukur dalam watt (W).

Dengan asumsi efisiensi power inverter 90%; Untuk menentukan


kebutuhan listrik cadangan anda ditentukan oleh dua hal yaitu:

Menentukan type watt inverter dengan cara menjumlah beban watt


dari perangkat yang ingin anda back up. Daya total ini dihitung dalam
Watt/hours, atau total daya yang digunakan bersamaan setiap
jamnya.

Contoh:

Beban listrik yang ingin di back up oleh anda sejumlah 450 W/h maka
anda bisa menggunakan inverter 500watt, boleh lebih tetapi tidak
boleh kurang. Dengan mempertimbangkan faktor efisiensi, sebaiknya
daya watt inverter mendekati daya watt beban.
Menentukan baterai yang digunakan untuk lama waktu back up..
Contoh rumus :

Aki mobil 12Volt 100Ah dan total beban 400 watt/jam Maka rumusnya
adalah,

12 Volt dikali 100Ah =1200watt/jam dibagi Beban 400watt = 3 jam

Contoh daya listrik digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut:

1 unit Kulkas 100 Watt dipakai 24 Jam =2400 Wh

1 unit LCD 32 80 Watt dipakai 5 jam =400 Wh

10 lampu LED 7 Watt dipakai 10 Jam =700 Wh

Total 187 Watt/Hour dan 3500 Wh per hari.

Bisa dilihat di atas, dari total yang digunakan adalah sebesar 187 Watt
per jam. Apabila dijumlah, total pemakaian listrik per hari adalah 3500
Watt Hour.

Gambaran Cara penghitungan sederhana untuk pemakaian Listrik


Tenaga Surya:

3500 Wh : 130 Wp (Bila menggunakan Tipe Panel Surya 130Wp) = 26,


92 .

26,92 unit : 5 jam (Lama pemanasan per hari) = 5.384

5.384 x 1,5 (Minimal daya Otonomi) = 8 Unit (angka Pembulatan)

Listrik yang di hasilkan adalah:

8 unit x 130 Wp = 1040 Watt per satu jam pemanasan pada puncak
pemanasan (peak). Dalam sehari, kurang lebih bisa menghasilkan
listrik sebesar 1040 Wp x 5 jam Pemanasan = 5200 Wh.

Jadi untuk beban listrik terpasang, setara dengan kapasitas 1040 Wp


atau 5200 Wh menggunakan 8 unit panel tipe 130 Wp dan unit
penyimpan daya (baterai) berkapasitas 12V 100 Ah sebanyak 6 unit,
satu unit Battery Charge Control, dan satu unit inverter, bracket, panel
box, box battery, dan peralatan pendukung lainya.
Dari sini bisa diprediksi berapa investasi yang harus dikeluarkan,
Perkiraan hitungan mudahnya, kapasitas sistem dikali USD10 (harga
perkiraan).

Jadi, apabila menggunakan contoh penghitungan daya tersebut, maka


nilai investasi yang harus dikeluarkan saat awal pemasangan adalah
sebesar 1040 Wp x USD10 = USD10.400, atau sekitar Rp96.720.000
dengan Kurs Rp9.300.

Angka tersebut merupakan perkiraan harga, termasuk biaya instalasi,


penyediaan perlengkapan pedukung, dan garansi instalasi sistem
antara satu dampai tiga tahun, tergantung sistem integrator pelaksana
instalasi,. Orientasi pemakaian energi terbarukan, terutama listrik
tenaga matahari adalah untuk jangka panjang. Artinya untuk wilayah
tertentu dengan kondisi kelistrikan yang tercukupi, maka total
investasi tersebut akan terlihat mahal, karena konsumen dibebani
biaya instalasi yang harus dikeluarkan bersamaan.

Tetapi untuk wilayah tertentu dengan kondisi kelistrikan yang belum


terpenuhi secara maksimal atau belum memiliki jaringan listrik sama
sekali, maka listrik tenaga surya akan menjadi pilihan, karena sistem
listrik tenaga surya tidak memerlukan bahan bakar pada saat
pengoperasian, sehingga lebih murah bila dibandingkan dengan biaya
pembelian dan transportasi pembelian BBM.

Anda mungkin juga menyukai