Materi
Pemeriksaan Refraksi Klinis
(Refraction Examination in Clinical Practice)
Pemeriksaan Refraksi Klinis
(Refraction Examination in Clinical Practice)
A. Pendahuluan
Ilmu dalam pendekatannya sering disebut pula sebagai disiplin ilmu. Tersirat dari konsep ini, bahwa :
Teori ilmu merupakan suatu kebenaran yang telah dibuktikan oleh para Pakar ilmu tertentu, akan tetapi
kebenaran dari terapan suatu ilmu baru tercapai bila prosedurnya dilakukan dengan berdisiplin.
Dalam pelayanan refraksi, kita baru bisa meyakini bahwa pemeriksaan refraksi sebagai bagian dari
pelayanan refraksi sudah selesai, atau boleh diakhiri dan hasil dari pemeriksaan dapat diyakini sudah
benar, bila prosedur pemeriksaan refraksi dilakukan dengan benar dan berdisiplin.
1. Fungsi ilmu :
a. Fungsi diskripsi
b. Dimana berbagai fenomena yang merupakan subyek ilmu diteliti sampai dapat dijelaskan
sebab-sebab atau faktor-faktor yang mendasari fenomena tersebut.
c. Fungsi prediksi
d. Dengan mana dibuat ramalan mengenai akibat-akibat atau kelanjutan dari fenomena yang
diteliti, baik bila fenomena itu dibiarkan begitu saja, ataupun bila dilakukan tindakan intervensi.
e. Fungsi kontrol
f. Intervensi kita lakukan agar tercapainya maksud/ tujuan dari terapan yang kita inginkan. Untuk
itu fungsi kontrol dari suatu tindakan/ pemeriksaan sangatlah penting.
2. Ilmu Refraksi
Ilmu Refraksi Teoritis
a. Dalam hal ini yang lebih banyak diperhatikan adalah fungsi deskripsi dan fungsi prediksi,
berupa berbagai penelitian dan pandangan mengenai status refraksi dan berbagai kelainannya.
b. Dalam kesempatan ini kami tidak membahas Refraksi Teoritis, mengingat Refraksi Teoritis
sangatlah luas dan rumit untuk dituangkan dalam tulisan yang sederhana ini.
Refraksi terapan dapat dilihat sebagai rangkaian fase-fase dalam pelayanan refraksi, dan dapat pula
dilihat sebagai modul-modul yang memeriksa unsur-unsur tertentu dari fungsi system penglihatan.
Dalam tulisan ini, kami lebih menintik beratkan pada refraksi Statis atau refraksi jauh, karena semua
modul lainnya baru bisa dilaksanakan dengan benar bila visus jauh sudah dikoreksi dengan benar.
Kesalahan pada koreksi visus jauh akan mempengaruhi koreksi visus dekat, koreksi visus binokuler,
koreksi penglihatan sisa dan koreksi dengan lensa kontak.
B. PELAYANAN REFRAKSI
Pemeriksaan refraksi dapat dilihat berupa tahapan-tahapan yang semakin mendekati titik akhir
pemeriksaaan. Tahapan dalam pemeriksaan refraksi misalnya sebagai berikut, meliputi :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan pendahuluan
a. Pemeriksaan Tajam-penglihatan (Visus)
b. Identifikasi Posisi Bola-mata
Kegiatan ini bertujuan mengidentifikasi posisi bola mata, apakah dalam keadaan lurus atau
menyimpang, dengan cara memperhatikan posisi refleks cahaya pada permukaan kornea,
apabila didepan mata dinyalakan suatu sumber cahaya (Metode Hirschberg)
Posisi bola mata :
1) Lurus (Ortho)
2) Menyimpang yang sifatnya tersembunyi (Latent)
3) Menyimpang dalam keadaan nyata (Manifest)
c. Identifikasi Gerak Bola-mata
Melakukan pemeriksaan pergerakan bola mata
1) Pemeriksaan Duksi adalah suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi otot luar bola mata
sesuai dengan peran masing-masing otot kearah 9 kardinal posisi.
2) Versi adalah suatu pemeriksaan untuk menilai koordinasi gerak kedua mata dengan arah
yang sama, maupun koordinasi gerak kedua mata dengan arah yang berlawanan
(Vergensi)
d. Skrining Lapang-pandang
3. Pemeriksaan mata
a. Identifikasi segmen depan mata
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menditeksi adanya kelainan segmen depan mata dengan
menggunakan lampu senter + Loupe / lampu Burton / Slip lamp Biomikroskop
1) Kelopak mata
2) Konjungtiva Bulbi
3) Sistem Lakrimalis dan Lapisan air mata
4) Kornea
5) Bilik mata depan
6) Iris
7) Pupil
8) Lensa Mata
b. Identifikasi segmen belakang mata
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menditeksi adanya kelainan segmen belakang mata dengan
menggunakan oftalmoskop direk
1) Badan kaca
2) Fondus mata
c. Idntifikasi Tekanan Bola Mata
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperkirakan tekanan bola mata seseorang dengan
menekan bola mata pasien, menggunakan jari tangan
Test Palpasi
C. Anamnesa Refraksi
Anamnesa adalah informasi yang didapat melalui wawancara, baik langsung dari pasien atau dari
orang lain, mengenai riwayat penyakit pasien pada masa dahulu maupun riwayat penyakit pasien pada
saat sekarang
Pengumpulan data riwayat kesehatan (Anamnesa) dapat dilakukan dengan mengunakan macam-
macam metode, akan tetapi yang paling banyak dipakai wawancara yaitu suatu komunikasi lisan yang
formal
Komunikasi meripakan pertukarn pikiran, perasaan, ide dan informasi dalam bentuk lisan, tertulis
ataupun menggunakan tanda- tanda.
Tujuan membuat anamnesa adalah untuk memperoleh informasi yang relevan sebanyak- banyaknya,
agar kita dapat menentukan suatu tindakan yang tepat atas dasar keluhan tersebut secara rinci, serta
selalu memperhatikan kebutuhan klien/ pasien berdasarkan kebiasaan, pekerjaan maupun hobinya
Sejauh mungkin kata : klien digunakan, mengingat kata tersebut paling informatif karena
menggambarkan pemahaman klien atas situasi, dan maknanya bagi si klien adalah menggambarkan
kemampuan klien untuk mengingt peristiwa, mengorganisir pikiran dan selnjutnya mengkomunkasikan
pengetahuan dan pikirannyan kepada orang lain.
Walaupun kata Pasien lebih dikenal, ia mengandung konotasi penyakit, sedangkan klien lebih luas
artinya dan mencakup semua orang yang menerima jasa/ pelayanan kesehatan.
Klien adalah penerima jasa/ pelayanan. Setiap orang yng menerima jasa/ pelayanan kesehatan tanpa
memandang alasan maupun situasinya, mencakup orang sakit yang dirawat di Rumah sakit maupun
orang ehat yang bermaksud meningkatkan kesehatan ataupun mencegah penyakit di Puskesmas.
Riwayat Kesehatan yang berotientasi pada problema pasien saat sekarang dan masa lampau,
mengenai :
1. Keluhan utama
a. Penglihatan buram
b. Mata lelah
c. Sakit kepala
d. Sakit kepala ( bukan oleh mata )
2. Keluhan gangguan penglihatan
a. Terlihat adanya bintik
b. Terlihat adanya kilatan cahaya
c. Terlihat ada layar penutup penglihatan
d. Terlihat ada lingkaran cahaya (halo)
e. Penglihatan ganda (diplopia)
f. Perubahan bentuk obyek
g. Mata juling (Strabismus)
h. Mata Menonjol
i. Kesulitan membaca/ belajar
j. Buta sementara
3. Keluhan pada mata
a. Gatal dan panas
b. Rasa sakit, tidak terasa ada benda asing dimata
c. Rasa sakit, terasa benda asing dimata
d. Silau
e. Berair
f. Mata kering
4. Riwayat kesehatan umum (pasien dan keluarga), dan obat- obatab yang sedang digunakan
a. Hypertensi
b. Diabetes mellitus
c. Penyakit jantung
d. Arteriosklerosis
e. Multiplescerosis
f. Migrain/ sakit kepala
5. Riwayat kesehatan mata ( pasien dan keluarga )
a. Refraksi anomali
b. Glaukoma
c. Strabismus
Tinjauan Sistem
Tinjauan sistem merupakan penilian secara teratur terhadap keadaan organ mata pada masa lampau
dan masa sekarang. Ini merupakan komponen terakhir riwayat kesehatan, dan dapat digunakan sebgai
verifikasi bahwa semua data yang relevan telah diperoleh. Ia juga mengelompokan gejala- gejala agar
mudah melihat saling hubungan diantaranya. Pertanyan spesifik yang diajukan kpda klien mengenai
tiap sistem tubuh akan menimbulkan kesadarannya, betapa penting tiap sistem itu bagi klien, dan
sekaligus membantunya mengingat- ingat data yang relevan. Hal ini dapat merangsang klien
menambahkan informasi yang lebih memperjelas alasan permintaan jasa atau bisa juga menjadi
petunjuk bahwa klien sebenarnya memerlukan pelayanan kesehatan yang lain coraknya dengan yang
sedang dievaluasi.
Tinjauan sistem jangan dikacaukan dengan pemeriksaan fisik. Bidang penilaiannya sama, akan tetpi
cara memperoleh bata berbeda. Tinjauan sistem memuat jawaban verbal dari informan, yang
disampaikan melalui pengisian formulir kwesioner atau wawancara atas pertanyaan- pertanyaan
tentang tiap bidang penilaian.
1. Pertanyaan pembuka dalam tiap sistem harus bersifat umum, seperti : Apakah anda merasakan
sesuatu kelainan pada mata anda ?
2. Pertanyan serupa ini akan memberi kemunkinan bagi klien untuk mengutarakan masalah yang
dianggapnya paling penting menyangkut matanya.
3. Apabila jawaban klien tidak memberi informasi tentang bidang yang dimaksud, baru diajukan
pertanyaan spesifik, yang kurang lebih berbunyi sebagai berikut :
Apakah anda merasa penglihatan anda kabur/ buram ?
Apakah anda mengalami kesulitan sewaktu membaca huruf- huruf yang kecil ?
4. Baik jawaban yang negatif maupun positif dicatat agar nantinya tidak timbul keraguan ada tidaknya
gejala tertentu. Kalau ada jawaban positif, ajukan lagi pertanyaan tentang gejala lain yang ada
kaitannya. Corak pertanyaannya sama dengan pertanyaan yang diajukan dalam komponen
keadaan kesehatan sekarang, dan apabila klien sudah memberikan informasi tentang hal itu,
jangan ditanyakan ulang
D. Pemeriksaan visus
Dalam kehidupan sehari-hari, boleh dikatakan hampir seluruh waktu kita dalam melakukan aktifitas,
memerlukan penglihatan. Ternyata untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, membutuhkan kwalitas
penglihatan yang baik.
Untuk mendapatkan penglihatan yang baik diperlukan beberapa penilaian, antara lain pemeriksaan
Tajam Penglihatan.
1. Tajam Penglihatan
a. Tajam Penglihatan (Acies Visus) adalah kemampuan seseorang untuk mengenal/
menterjemahkan suatu obyek sekecil mungkin, yang diletakan pada jarak baku.
b. Tajam Penglihatan untuk mata kanan tidak selalu sama dengan Tajam Penglihatan untuk mata
kiri. Oleh karena itu pemeriksaan Tajam Penglihatan dilakukan satu persatu, secara bergantian
(Monokuler).
c. Tajam Penglihatan Mata Kanan kita nyatakan sebagai : A.V.O.D. = Acies Visus Oculo Dextra.
d. Tajam Penglihatan Mata Kiri kita nyatakan sebagai : A.V.O.S. = Acies Visus Oculo Sinestra.
e. Tajam Penglihatan kedua mata kita nyatakan sebagai : A.V.O.U. = Acies Visus Oculo Uterique
Untuk menentukan Tajam Penglihatan jauh diperlukan tes obyek berupa Optotype adalah obyek
yang digunakan untuk menentukan/ mengukur Tajam Penglihatan
a. Macam optotype jauh
1) Berupa symbol
2) Huruf
3) Angka
4) Gambar
b. Notasi penulisan
Snellen visual acuity
1) Metrik
2) Feet
3) Decimal
4) Kategori pmeriksaan/ pengukuran visus :
5) Visus tanpa Koreksi ( Visus sine Correctio )
Pengukuran visus tanpa koreksi ( Visus SC ) bertujuan untuk memperkirakan besaran koreksi yang
akan kita berikan pada seseorang yang :
a. Belum atau tidak memakai kacamata ukuran
b. Kacamatanya hilang/ rusak, sehingga kita tidak dapat mengukur visus habitual ( (Habitual V )
c. Tidak menggunakan/ memakai kacamata untuk tujuan/ jarak penglihatan tertentu (hal tersebut
perlu dinyatakan dalam anamnesa refraksi)
d. Memerlukan surat Keterangan Penglihatan
e. Visus Habitual ( Habitual VA ) dengan menggunakan kacamatanya
f. Visus Optimal ( Optimal VA ) visus dengan koreksi ( Visus Cc ) terbaik hasil pemeriksaan
Refraksi Subyektif
Tebel Konfirasi tajam Penglihatan jauh
1) Pada jarak 0,5 meter, maka visus dinyatakan = 0,5/60 atau = 0,01
2) Pada jarak 1 meter, maka visus dinyatakan = 1/60 atau = 0,02
3) Pada jarak 2 meter, maka visus dinyatakan = 2/60 atau = 0,03
4) Pada jarak 3 meter, maka visus dinyatakan = 3/60 atau = 0,05
5) Pada jarak 4 meter, maka visus dinyatakan = 4/60 atau = 0,07
6) Pada jarak 5 meter, maka visus dinyatakan = 5/60 atau = 0,08
7) Pada jarak 6 meter, maka visus dinyatakan = 6/60 atau = 0,10
1) Apabila responden tidak mampu menghitung jari tangan walau dengan jarak
yang sangat dekat ( < 0,5 meter ), maka untuk menentukan visus, kita gunakan gerakan/
lambaian tangan ( hand movement 0 dengan D = 300. Kepada responden diminta untuk
mengenali gerakan tangan pemeriksa yang diperlihatkan kepadanya, dimulai dengan jarak
dekat ( 1 meter )
a) Apabila responden mampu mengenali adanya gerakan tangan dan mampu
menyatakan arah gerakan tangan dengan baik dan benar, maka visus dinyatakan =
1/300 pb (proyeksi benar)
b) Apabila responden hanya mampu mengenali adanya gerakan, tanpa dapat
menyatakan arah gerakan tangan, maka visus dinyatakan = 1/300 proyeksi salah
2) Apabila responden tidak mampu mengenali adanya sumber cahaya dari lampu senter
dan mampu danya gerakan tangan, walau dengan jarak paling dekat, maka untuk
menentukan visus kita gunakan cahaya lampu senter
e. Uji proyeksi sinar
Apabila responden mampu mengenali adanya sumber cahaya dari lampu menyatakan posisi
dari sumber cahaya tadi dengan baik dan benar, maka visus dinyatakan = 1/ proyeksi benar
1) Apabila responden hanya mampu mengenali adanya sumber cahaya dari lampu senter,
akan tetapi tidak mampu menyatakan posisi dari sumber cahaya tadi, maka visus
dinyatakan = 1/ ~
2) Apabila responden tidak mampu mengenali cahaya adanya sumber cahaya dari lampu
senter, maka visus dinyatakan = 0
Untuk memeriksa/ menentukan visus CC dengan kacamata lama, terlebih dulu harus dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :
Pengukuran power/ dioptri lensa kacamata
Penentuan pusat optik (Optik Centre) lensa kacamata
Pengukuran jarak pusat optik (Distantia Vitrior)
Pengukuran jarak pupil (Pupil Distance)
Pengukuran visus dengan kacamata lama
A. Definisi / Pengertian
Adalah suatu pemeriksaan Refraksi, dimana hasil pemeriksaan ditentukan oleh respons pasien
terhadap pemeriksaan/ tindakan yang dilakukan oleh pemeriksa.
Interaktif positif antara pasien dan pemeriksa merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang baik dan benar, disamping prosedur/ tehnik pemeriksaan yang baik harus dikuasai
oleh pemeriksa
Dalam pmeriksaan Refraksi dengan metode Subyektif, kita mengenal tahapan-tahapan berikut:
1. Tahap Tentative
Dalam tahap ini, kita dapat memperkirakan status Refraksi seseorang dan besarnya lensa koreksi
yang diperlukan (derajad kelainan Refraksi-nya).
Sebag i contoh : seseorang datang dengan keluhan rabun jauh, maka kita akan dengan segara
berfikir kelainan refraksinya adalah myopia
Selanjutnya apabila tajam penglihatan tanpa korreksi (Visus S.C.) = 6/12 (20/40) maka tentative
atau perkiraan derajat kelainannya adalah = S 0,75 (lihat tabel Bennet & Rabbetts)
Nilai-nilai tenttive tersebut hanya merupakan pegangan untuk pemeriksaan selanjutnya, dan belum
dapat diberikan sebagai koreksi definitif.
Hubungan Visus (Sine Correctio) dengan derajad Refraksi Anomali.
2. Pengukuran
Dalam tahap ini kita mencari ukuran koreksi yang memberikan visus terbaik berdasarkan respons
pasien terhadap lensa-lensa koreksi yang kita berikan, sesuai dengan kriteria tertentu.
Untuk myiopia diberikan koreksi lensa minus terlemah/ terkecil da untuk hipermetropia diberikan
koreksi lensa plus terkuat/ terbesar. Sedangkan untuk presbiopia Addisi baca dengan lensa plus
trlemah/ terkecil
Status Refraksi
a. Emmetropia
b. Ametropia
1) Sperical Ametropia
Hipermetropia
Miopia
2) Astigmatisma
Astigmatisma Hipermetropikus Simpleks
Astigmatisma Hipermetropikus Kompositus
Astigmatisma Mikstus
Astigmatisma Miopikus Simplek
Astigmatisma Miopikus Kompositus
B. Penentuan Status Refraksi Emmetropia
Emmetropia berasal dari kata Yunani : Emmetros adalah ukuran normal atau dalam keseimbangan
yang wajar. Opsis adalah behubungan dengan penglihatan.
Seseorang dikatakan berpenglihatan normal (Emmetropia) apabila sinar-sinar sejajar sumbu utama
mata, tanpa akomodasi dibias tepat pada retina
Dasar pemeriksaan
1. Diklinik, apabila sesorang mampu mengenal/ menterjemahkan obyek kartu Snellen/ Optotype
dengan D = 6 (20) pada jarak baku 6 meter (20 feet) dalam keadaan tanpa Akomodasi, maka orang
tersebut dikatakan berpenglihatan normal.
2. Walaupun Visus = 6/6 belum tentu Status Refraksinya = Emmetropia, masih perlu dilakukan uji
beban akomodasi, untuk memastikan apakah pasien tersebut melihat dengan rileks atau dengan
ekstra Akomodasi.
Emmetropia
Visus S.C = 6/6
Hipermetropia + Akomodasi
Status Refraksi
1. Emmetropia
2. Ametropia
a. Spherical Ametropia
1) Hipermetropia
2) Miopia
b. Astigmatisma
Spheris berasal dari kata Yunani; Sphaira = bola, dimana bola ini selalu bundar. Jadi kalau mata itu
bundar, berarti mempunyai radius dan sifat/ daya bias yang sama bagi semua meridiannya
Diklinik, apabila seseorang tidak mampu mengenal/ menterjemahkan obyek pada Kartu Snellen dengan
D = 6 (20/20) pada jarak baku 6 meter (20 feet) dalam keadaan tanpa Akomodasi, maka orang tersebut
dikatakan berpenglihatan tidak normal
1. Hipermetropia
Status Refraksi seseorang dikatakan Hipermetropia, apabila sinar-sinar sejajar sumbu utama mata
masuk kedalam mata tanpa Akomodasi, dibiaskan pada satu titik bias, yang terletak dibelakang
retina.
Disebut juga sebagai rabun Dekat
a. Penyebab Hipermetropia
1) Daya bias mata terlalu lemah (Hipermetropia Refraktif)
Pada seseorang yang lensa matanya sudah diangkat karena katarak, daya refraksinya
sangat lemah. Aphakia memerlukan lensa koreksi Spheris Plus yang cukup kuat, sekitar
+ 10.00 hingga + 13.00
Lenkung kornea lebih datar dari normal, sehingga daya bias kornea lebih lemah dari
normal (Hipermetropia Kurvatura)
2) Sumbu bola mata terlalu pendek (Hipermetropia Aksial)
Hipermetropia type ini paling banyak dijumpai
Merupakan disposisi akan terjadinya srangan glaukoma dikemudian hari
o Bilik mata depan : dangkal
o Sudut bilik mata depan : sempit
o Lensa Okuli : relative besar
o Hipertropi Otot Siliaris
b. Gejala Hipermetropia
1) Mata lelah
2) Astenopia, terutama sewaktu melihat dekat (astenopia akomodativa)
3) Sakit kepala, biasaya dibagian frontal, yang dipicu oleh kegiatan melihat dekat yang
berkepanjangan. Jarang terjadi di pagi hari, cenderung timbul keluhan di siang hari.
Keluhan bisa hilang secara spontan setelah kegiatan melihat dekat dihentikan
4) Sensitif terhadap cahaya (fotopobia)
Metode coba-coba
a. Metode coba-coba (Trial and Error) pada Hipermetropia dengan V SC <6/6
1) Acuan
a)Anamnese
b)Memperhatikan tanda-tanda/ keadaan fisik mata pasien
c)Out of Fokus Vision Table (Bannet & Rabbetts)
2) Teknik pemeriksaan
a)Kepada pasien diperlihatkan Kartu Snellen dengan jarak pemeriksaan baku
b)Pemeriksaan dilakukan secara monokuler
Hypermetropia
c)Visus S.C. < 6/6 Miopia
Astigmatisma
2) Teknik pemeriksaan
a)Kepada pasien diperlihatkan Kartu Snellen dengan jarak pemeriksaan baku
b)Pemeriksaan dilakukan secara monokuler
Hypermetropia
c)Visus S.C =. < 6/6 (20/20) Miopia
Astigmatisma
2. Miopia
Status Refraksi seseorang dikatakan Miopia, fokus sistem optik mata terletak didepan retina,
sehingga apabila sinar-sinar sejajar sumbu utama mata masuk kedalam mata tanpa Akomodasi,
akan dibiaskan pada satu titik bias, yang terletak didepan retina.
Disebut juga sebagai rabun Jauh
a. Penyebab Miopia
1) Daya bias mata terlalu kuat/ lebih dari normal (Miopia Refraktif)
Miopia type ini cukup langka
Perubahan indeks bias lensa mata karena bertambahnya usia, akan mengakibatkan
mata menjadi miopia.
Apabila lensa okuli mengikat banyak air, akan menyebabkan miopia
Kurvatura kornea lebih pendek / cembung dari normal, sehingga daya bias korne
menjadi berlebih (Miopia Kurvatura)
2) Sumbu bola mata terlalu pendek (Miopia Aksial)
Hipermetropia type ini paling banyak dijumpai
Mata biasanya lebih besar dari normal
b. Gejala Miopia
1) Rabun sewaktu melihat jauh
2) Sakit Kepala
3) Keluhan Astheno Vergensi
4) Kecenderungan terjadinya juling keluar sewaktu melihat jauh/ melamun
Metode coba-coba
a. Metode coba-coba (Trial and Error) pada Miopia
1) Acuan
a) Anamnese
b) Memperhatikan tanda-tanda/ keadaan fisik mata pasien
c) Out of Fokus Vision Table (Bannet & Rabbetts)
2) Teknik pemeriksaan
a) Kepada pasien diperlihatkan Kartu Snellen dengan jarak pemeriksaan baku
b) Pemeriksaan dilakukan secara monokuler
Hypermetropia
c) Visus S.C. < 6/6 Miopia
Astigmatisma
b. Teknik pemeriksaan
1) Kepada pasien diperlihatkan Kartu Snellen dengan jarak pemeriksaan baku
2) Pemeriksaan dilakukan secara monokuler
Hypermetropia
3) Visus S.C =. < 6/6 (20/20) Miopia
Astigmatisma
3. Astigmatisma
A = tidak, Stigmat = titik ; jadi Astigmatisma berarti tidak mempunyai/ membentuk titik.
Status Refraksi seseorang dikatakan Astigmatisma, apabila sinar-sinar sejajar sumbu utama mata
masuk kedalam mata, akan dibiaskan pada lebih dari satu titik bias. Jadi Astigmatisma adalah
keadaan dari mata dimana tidak terbentuknya titik fokus (melainkan garis-garis Fokus) dikarenakan
perbedaan daya bias pada meridian utama media refrakta mata.
Astigmatisma biasanya keturunan (Hereditair)
a. Jenis-jenis Astigmatisma
1) Astigmatisma ditinjau dari bentuknya ;
a) Reguler
Apabila sinar-sinar sejajar sumbu utama mata, dibiaskan pada dua titik bias, dengan
meridian utama yang saling tegak lurus.
b) Irreguler
Apabila sinar-sinar sejajar sumbu utama mata, dibiaskan pada banyak titik bias.
b. Gejala Astigmatisma
1) Sakit Kepala
2) Pasien cenderung menyempitkan celah kelopak mata
3) Penglihatan jauh dan dekat buram, tidak terfokus.
4) Mempunyai kesan adanya peubahan bentuk benda-benda yang dilihat.
Hubungan Visus Cum Corretion Spheris terbaik dengan derajat Astigmatisma dan besar lensa
pengabur yang diperlukan
Visus Cum Correctio Speris terbaik Koreksi lensa Cylinder Lensa Pengabur
Minimal
6/6 20/20 1.00 C 0.50 S + 0.25
6/9 20/30 0.66 C 1.00 S + 0.50
6/12 20/40 0.50 C 1.50 S + 0.75
6/18 20/60 0.33 C 2.00 S + 1.00
6/24 20/80 0.25 C 3.00 S + 1.50
6/36 20/120 0.17 C 4.00 S + 2.00
6/60 20/200 0.10 > C 4.00 > S + 2.00
Bennet & Rabbetts, 1984
Metode Pengaburan(Fogging Technic) pada Visus SC = < 6/6 (20/20)
a. Acuan
1) Anamnese
2) Memperhatikan tanda-tanda/ keadaan fisik mata pasien
3) Red+Green Test
4) Out of Fokus Vision Table (Bannet & Rabbetts)
b. Teknik pemeriksaan
1) Kepada pasien diperlihatkan Kartu Snellen dengan jarak pemeriksaan baku
2) Pemeriksaan dilakukan secara monokuler
3) Tentukan Visus SC
Emmetropia
4) Visus S.C =. < 6/6 (20/20) Hipermetropia Ringan
Astigmatisma Ringan
b. Teknik pemeriksaan
1) Kepada pasien diperlihatkan Kartu Snellen dengan jarak pemeriksaan baku
2) Pemeriksaan dilakukan secara monokuler
3) Tentukan Visus SC
Hipermetropia
4) Visus S.C =. < 6/6 (20/20) Miopia
Astigmatisma
5) Visus SC = 6/12 (20/60) masih mengadung beberapa kemungkinan :
a) Apabila dicoba dengan lensa koreksi S + 0.75 penglihatan bertambah baik, Status
Refraksi = Hipermetropia
b) Apabila dicoba dengan lensa koreksi S - 0.75 penglihatan bertambah baik, Visus = 6/6,
Status Refraksi = Miopia
c) Apabila dicoba dengan lensa koreksi S - 0.75 Visus 6/6 6/9, kemungkinan Status
Refraksinya ;
Fogging Lens yang diperlukan = s + 0.50
Diperkirakan koreksi lensa Cylinder = C 1.00
b. Teknik pemeriksaan
1) Kepada pasien diperlihatkan Kartu Snellen dengan jarak pemeriksaan baku
2) Pemeriksaan dilakukan secara monokuler
3) Tentukan Visus SC
Hipermetropia
4) S.C =. < 6/6 (20/20) Visus Miopia
Astigmatisma
D. Penutup
1. Dengan ditentukannya Titik akhir Sferis Binokuler, maka pemeriksaan Refraksi Statis atau koreksi
Visus untuk jauhnya sudah selesai.
2. Untuk menentukan berapa besar lensa koreksi yang akan diberikan dan dalam bentuk apa
sebaiknya, masih diperlukan fase Analisa Refraksi.
3. Untuk pasien yang berusia diatas 40 tahun, pemeriksaan Refraksi tentunya masih harus dilnjutkan
dengan pemeeriksaan Refraksi Dinamis, dimana faktor Akomodasi ikut berperan, karena jarak
pemeriksaan yang biasa dipakai berkisar antara 35 Cm 40 Cm, dan tergantung pula pada jarak
baca kebiasaan pasien dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tajam-penglihat dekat beserta koreksinya baru dapat dilakukan setelah Tajam-penglihatan jauhnya
ditentukan dan dikoreksi dengan baik dan benar terlebih dulu. Kesalahan pada koreksi Visus jauh
akan mempengaruhi koreksi Visus dekatnya., koreksi penglihatan Binokuler dan koreksi
penglihatan sisa.
5. Pemberian koreksi/ addisi baca Binokuler baru dapat diberikan dengan mengacu pada Tabel umur,
apabila koreksi Tajam-penglihatan jauhnya menghasilkan Visus C.C. yang sama/ mendekati sama
antara mata kanan dan mata kiri.
Refraksi Obyektif
Hipermetropia Refraksi Subyektif
yang belum dikoreksi R Km SV Plus
5) Walaupun Visus SC = 6/6, masih perlu dilakukan uji beban Akomodasi untuk memastikan apakah
orang tersebut dalam keadaan tanpa Akomodasi dengan cara :
Methoda Trial & Errror ( Methoda Coba-coba) yaitu dengan menambahkan lensa
koreksi berupa S + 025, maka Visus CC akan semakin buruk/ buram
Pemeriksaan Duo-Chrome / Red-Green Test/ Test Bichromatis
Pada pemeriksaan ini, obyek pada warna dasar Merah akan terlihat sama hitamnya/
jelasnya dengan obyek pada warna dasar Hijau.
Apabila setelah kita lakukan Uji beban Akomodasi ternyata orang yang dengan Visus =
6/6 tadi dalam keadaan tanpa Akomodasi, maka kita baru dapat menyatakan Visus =
6/6E (Emmetropia).
Tehnik pemeriksaan
11) Pemeriksaan dilakukan secara Monokuler
12) Tentukan Visus Sine Correctio
13) Apabila Visus S.C. = 6/6 , tentukan status Refraksi-nya dengan memberikan lensa koreksi S + 0.25
(lihat Out of Focus Vision Table) didepan mata yang diperiksa.
14) Apabila dengan lensa koreksi S + 0.25 Visus C.C. = 6/6 atau tetap, ini berarti status Refraksi mata
yang diperiksa adalah Hipermetrop.
15) Untuk Hipermetropia, berikan koreksi lensa Plus terkuat/ terbesar hingga mencapai Visus CC
terbaik.
Sarana
16) Kamar periksa
Jarak pemeriksaan yang diperlukan minimal = 5 Meter. Sebaiknya menggunakan jarak
pemeriksaan = 6 Meter
Apabila ukuran kamar periksa < 5 Meter, gunakan cermin.
Penerangan kamar periksa
Penerangan = normal bila menggunakan kartu Snellen
Penerangan = redup bila menggunakan Chart Projector
17) Optotype
Kartu Snellen
Chart Projector
18) Trial Lens Set
19) Trial Frame atau Vision Tester/ Phoropter
7. Pemeriksaan Simple Hipermetropia & derajad kelainan Refraksinya, apabila Visus S.C. < 6/6
dengan methoda Trial & Error
Dasar pemeriksaan
Hypermetropia
20) Visus S.C. < 6/6 Miopia
Astigmatismus
Tehnik pemeriksaan
21) Pemeriksaan dilakukan secara Monokuler
22) Tentukan Visus Sine Correctio
23) Apabila Visus S.C. = 6/9 , tentukan status Refraksi-nya dengan memberikan lensa koreksi Sph
0.50 (lihat Out of Focus Vision Table) didepan mata yang diperiksa.
24) Apabila dengan lensa koreksi S + 0.50 Visus C.C. menjadi lebih baik ( = 6/6 ), ini berarti status
Refraksi mata yang diperiksa adalah Hipermetrop.
25) Untuk Hipermetropia, berikan koreksi lensa Plus terkuat/ terbesar hingga mencapai Visus CC
terbaik.
Sarana
26) Kamar periksa
Jarak pemeriksaan yang diperlukan minimal = 5 Meter. Sebaiknya menggunakan jarak
pemeriksaan = 6 Meter
Apabila ukuran kamar periksa < 5 Meter, gunakan cermin.
Penerangan kamar periksa
Penerangan = normal bila menggunakan kartu Snellen
Penerangan = redup bila menggunakan Chart Projector
27) Optotype
Kartu Snellen
Chart Projector
28) Trial Lens Set
29) Trial Frame atau Vision Tester/Phoropter
8. Pemeriksaan Simple Miopia & derajad kelainan Refraksinya, apabila Visus S.C. < 6/6 dengan
methoda Trial & Error
Dasar pemeriksaan
Hypermetropia
30) Visus S.C. < 6/6 Miopia
Astigmatismus
9. Penentuan status Refraksi Astigmatismus & derajad kelainan Refraksinya, apabila Visus S.C. = 6/6
Dasar pemeriksaan
44) Menurut Out of Focus Vision Table dari Bennet & Rabbetts, Visus = 6/6 memiliki 3 kemungkinan :
Emmetropia
Hipermetropia
Astigmatismus rendah ( 050 D )
Pada Astigmatismus Mixtus dengan derajad Astigmat sebesar 050 D berpeluang
memiliki Visus SC = 6/6.
10. Pemeriksaan Hipermetropia Astigmat & derajad kelaianan Refraksinya, apabila Visus S.C. < 6/6
dengan tehnik pengaburan (Fogging Technique).
Dasar Pemeriksaan
Hypermetropia
45) Visus S.C. < 6/6 Miopia
Astigmatismus
46) Lensa pengabur (Fogging Lens) selalu berupa lensa Sferis Plus
47) Besar lensa pengabur koreksi lensa Silinder yang akan diberikan, dimana hal tersebut
tergantung pada Visus CC lensa Spheris terbaik
48) Lihat Out of Focus Vision Table diatas
S + 100 C 050 X 180 C 025 X 180 Clock Dials terlihat belum sama
hitam/sama jelasnya
S + 100 C 075 X 180 C 025 X 180 Clock Dials sudah terlihat sama
hitam/sama jelasnya Power
koreksi lensa Cyl sudah memadai.
6/12 S + 100 C 100 X 180 --- 6/6 Pasien diminta baca Optotype
S + 100 C 100 X 180 = hasil
pengukuran Refraksi yang masih
harus diuji ketepatannya
11. Pemeriksaan Miopia Astigmat & derajad kelaianan Refraksinya, apabila Visus S.C. < 6/6 dengan
tehnik pengaburan (Fogging Technique).
Dasar Pemeriksaan
Hypermetropia
49) Visus S.C. < 6/6 Miopia
Astigmatismus
50) Lensa pengabur (Fogging Lens) selalu berupa lensa Sferis Plus
51) Besar lensa pengabur koreksi lensa Silinder yang akan diberikan, dimana hal tersebut
tergantung pada Visus CC lensa Sferis terbaik
52) Lihat Out of Focus Vision Table diatas
Penutup
_____________
Emmetropia
Seseorang disebut berpenglihatan normal (Emmetropia), apabila sinar-sinar sejajar sumbu
utama mata, tanpa Akomodasi dibiaskan pada satu titik bias yang terletak tepat pada Retina.
Ametropia
Seseorang disebut berpenglihatan tidak normal (Ametropia), apabila sinar-sinar sejajar sumbu
utama mata, tanpa Akomodasi dibiaskan pada satu titik bias, akan tetapi titik bias tersebut
tidak terletak pada Retina.atau dibiaskan pada lebih dari satu titik bias,
62) Hipermetropia
Tanpa Astigmat (Simple Hipermetropia)
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar sejajar sumbu
utama mata, tanpa Akomodasi dibiaskan pada satu titik bias yang terletak dibelakang
Retina.
Koreksi kelainan Refraksi Hipermetropia tanpa Astigmat dengan metoda Trial &
Error
Dikoreksi dengan lensa Sferis Plus terkuat (terbesar),
mencapai Visus terbaik
Dengan Astigmat (Astigmatismus Hypermetropicus)
Astigmatismus Reguler (Astigmat yang beraturan)
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar- sinar sejajar
sumbu utama mata, dibiaskan pada dua buah titik bias. Hal tersebut dikarenakan
perbedaan daya bias dari dua buah Meridian utama mata yang saling tegak-lurus
sesamanya.
Klasifikasi :
Astigmatismus Hypermetropicus Simplex
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar
sejajar sumbu utama mata, tanpa Akomodasi dibiaskan pada dua buah titik
bias, dimana salah satu titik bias berada tepat pada Retina, sedangkan titik
bias lainnya berada dibelakang Retina.
Astigmatismus Hypermetropicus Compositus
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar
sejajar sumbu utama mata, tanpa Akomodasi dibiaskan pada dua buah titik
bias, dimana kedua titik bias tersebut terletak dibelakang Retina.
Astigmatismus Mixtus
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar
sejajar sumbu utama mata, tanpa Akomodasi dibiaskan pada dua buah titik
bias, dimana salah satu titik bias terletak dibelakang Retina dan titik bias
lainnya terletak didepan Retina.
Astigmatismus Irreguler (Astigmat yang tidak beraturan)
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar sejajar
sumbu utama mata, dibiaskan pada lebih dari dua/ banyak titik bias.
Astigmatismus Irreguler dapat dideteksi dengan menggunakan Placidoscope.
Kelainan Refraksi Hipermetropia Astigmat, dikoreksi dengan menggunakan lensa
Silinder/ Sfero-Silinder.
Tehnik Pengaburan (Fogging Tehnique)
Tehnik Silinder Silang Primer (Cross Cylinder Primer Tehnique)
63) Miopia
Tanpa Astigmat (Simple Miopia)
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar sejajar sumbu
utama mata, tanpa Akomodasi dibiaskan pada satu titik bias yang terletak didepan
Retina.
Koreksi kelainan Refraksi Miopia tanpa Astigmat dengan metoda Trial & Error
Dikoreksi dengan lensa Sferis Minus terlemah/ terkecil,
mencapai Visus terbaik.
Dengan Astigmat (Astigmatismus Myopicus)
Astigmatismus Reguler (Astigmat yang beraturan)
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar sejajar
sumbu utama mata, dibiaskan pada dua buah titik bias. Hal tersebut dikarenakan
perbedaan daya bias dari dua buah Meridian Utama Mata yang saling tegak-lurus
sesamanya.
Klasifikasi :
Astigmatismus Myopicus Simplex
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar
sejajar sumbu utama mata, tanpa Akomodasi dibiaskan pada dua buah titik
bias, dimana salah satu titik bias berada tepat pada Retina, sedangkan titik
bias lainnya berada didepan Retina.
Astigmatismus Myopicus Compositus
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar
sejajar sumbu utama mata, tanpa Akomodasi dibiaskan pada dua buah titik
bias, dimana kedua titik bias tersebut terletak didepan Retina.
Astigmatismus Mixtus
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar
sejajar sumbu utama mata, tanpa Akomodasi dibiaskan pada dua buah titik
bias, dimana salah satu titik bias terletak didepan Retina dan titik bias lainnya
terletak dibelakang Retina.
Astigmatismus Irreguler (Astigmat yang tidak beraturan)
Adalah keadaan pembiasan/ Refraksi dari mata kita, dimana sinar-sinar sejajar
sumbu utama mata, dibiaskan pada lebih dari dua/ banyak titik bias
Astigmatismus Irreguler dapat dideteksi dengan menggunakan Placidoscope.
Kelainan Refraksi Miopia Astigmat dikoreksi dengan lensa Silinder/ Sfero-Silinder.
Tehnik Pengaburan (Fogging Tehnique)
Tehnik Silinder Silang Primer (Cross Cylinder Primer Tehnique)
Emmetropia
Visus S.C = 6/6
Hipermetropia + Akomodasi
64) Visus 6/6 belum tentu = Emmetropia, masih perlu untuk diuji lebih lanjut.
65) Hipermetropia ringan masih ada kemungkinan memiliki Visus 6/6, akan tetapi mata dalam keadaan
extra ber-Akomodasi.
.
Hipermetropia
Visus S.C. 6/6 Miopia
Astigmatismus
66) Bila penderita kelainan Refraksi datang dengan keluhan rabun jauh, maka kita akan dengan segera
berpikir kelainannya adalah Miopia. Selanjutnya bila Tajam-penglihatan (Visus) tanpa koreksinya =
6/12, maka tentatif atau perkiraan derajad kelainannya adalah = - 0.75
6. Hubungan Visus (Cum Correctio Spheris terbaik) dengan koreksi lensa Silinder yang diperlukan