Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus Kecil

Astigmat Hipermetropia Mixtus

Pembimbing
Dr. Djoko Heru, Sp.M

disusun oleh
Kristali
11 2013 321

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus
Periode 18 agustus 20 september 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH
Nama : Kristali

Tandatangan

Nim : 11-2013-321
............................................
Dr Pembimbing / Penguji : Dr Djoko Heru, sp.M

............................................
.

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Tanggal pemeriksaan
Pemeriksa
Moderator

II.

: Tn. M
: 40 tahun
: Islam
: Buruh PT. Djarum
: 23 Agustus 2014
: Kristali
: Dr Djoko Heru, Sp.M

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Auto anamnesis tanggal pada tanggal 23 Agustus 2014 di Poliklinik Mata RS
Mardi Rahayu pada pukul 14.00 wib.
Keluhan utama
Pandangan kabur pada kedua mata sejak 1 minggu SMRS
Riwayat penyakit sekarang
1 minggu SMRS pasien merasa pandangannya kabur ketika sedang membaca dan
melihat jauh. Pasien harus sedikit menutup matanya agar dapat melihat dengan
jelas. Pada saat membaca pasien mengaku sering sakit kepala. Meta merah, silau
2

terhadap cahaya, gatal pada mata tidak dirasakan. Tidak ada keluhan tanda tanda
radang maupun keluar secret. Pasien memiliki riwayat menggunakan kacamata
sejak 10 tahun yang lalu namun karena merasa sudah membaik, pasien tidak
menggunakannya lagi.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat menggunakan kacamata diakui
- Riwayat trauma pada mata disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat Alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat menggunakan kacamata diakui
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat Alergi disangkal
- Tidak ada keluarga yang menderita sakit yang sama seperti pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Respiration rate
Suhu
Kepala
Telinga
Hidung
Tenggorokkan
Thoraks,
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas

: Tampak sakit ringan


: 130/80 mmHg
: 80x/menit
: 25x/menit
: 36C
: Normocepali, rambut hitam, distribusi merata
: Normotia, serumen (-), secret (-)
: Deviasi septum (-), secret (-)
: Tonsil T1/T2 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
: vesikuler, wheezing -/-, ronki -/: Nyeri tekan (-), bising usus (+) 7x/menit, supel.
: tidak tampak sikatriks, akral hangat, udem -/-.

STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD

OD
20/40
Pinhole : 20/25
S+0.50, C-0.50 aksis 80
20/20
Add S+1.00 ODS
Gerak bola mata normal.
Enopthalmus (-)
Exopthalmus (-)
Strabismus (-)
Edema (-)
Trikiasis (-)
Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-)
Ektropion (-)
Entropion (-)
Tampak hiperemis (-)
Edem (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-)
Kemosis (-)
Sekret (-)
Normal, warna putih
Nyeri tekan (-)
Bulat, jernih
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
Kripta (-)
Warna coklat
Edema (-)
Sinekia (-)
Atrofi (-)
Reguler
Letak sentral, tampak

OS

PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi

Bulbus Oculi

Palpebra

Conjuctiva

Sclera
Kornea

Camera Oculi Anterior

Iris

OS
20/50
Pinhole : 20/25
S+0.50, C-0.50 aksis
160 20/20
Add S+1.00 ODS
Gerak bola mata normal.
Enopthalmus (-)
Exopthalmus (-)
Strabismus (-)
Edema (-)
Trikiasis (-)
Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-)
Ektropion (-)
Entropion (-)
Tampak hiperemis (-)
Edem (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-)
Kemosis (-)
Sekret (-)
Normal, warna putih
Nyeri tekan (-)
Bulat, jernih
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
Kripta (-)
Warna coklat
Edema (-)
Sinekia (-)
Atrofi (-)
Reguler
Letak sentral, tampak
4

jernih
Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/
+)
Jernih
Jernih
Positif
C/D ratio 0,3
Eksudasi
Arteri : vena = 2 : 3
Perdarahan - ,
neovaskularisasi
Eksudasi Normal
Normal
III.

Pupil

Lensa
Vitreus
Fundus Refleks
Retina

Tekanan Intra Okuler


Sistem Lakrimasi

jernih
Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/
+)
Jernih
Jernih
Positif
C/D ratio 0,3
Eksudasi
Arteri : vena = 2 : 3
Perdarahan - ,
neovaskularisasi
Eksudasi Normal
Normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan

IV.

RESUME
Subjektif
- pasien laki laki mengeluh pandangannya kabur ketika sedang membaca dan
-

melihat jauh (+) 1 minggu.


Meta merah (-), silau (-), gatal pada mata ( - ), tanda tanda radang (-), keluar

secret (-).
riwayat menggunakan kacamata (+) sejak 10 tahun.

Objektif
Pada pemeriksaan ophthalmologi didapati;
VOD
: 20/40 pinhole 20/25
Koreksi : S+0.5, C-0.5 aksis 80 20/20
VOS
: 20/50 pinhole 20/25
Koreksi : S+0.5, C-0.5 aksis 160 20/20
Add S+1.00 ODS
V.

DIAGNOSIS BANDING
1. ODS Astigmat Hipermetropia Mixtus + Presbiop
2. ODS Astigmat Hipermetropia Simplek + Presbiop
3. ODS Astigmat Miopia Mixtus + Presbiop

VI.

DIAGNOSIS KERJA
ODS Astigmat Hipermetropia Mixtus + Presbiop
Dasar Diagnosis:
Anamnesis:
5

pasien laki laki mengeluh pandangannya kabur ketika sedang membaca dan

melihat jauh (+) 1 minggu.


Meta merah (-), silau (-), gatal pada mata ( - ), tanda tanda radang (-), keluar

secret (-).
riwayat menggunakan kacamata (+).

Pada pemeriksaan ophthalmologi didapati;


VOD
Koreksi

: 20/40 pinhole 20/25


: S+0.5, C-0.5 aksis 80 20/20

VOS
Koreksi

: 20/50 pinhole 20/25


: S+0.5, C-0.5 aksis 80 20/20

Add S+1.00 ODS


VII.

PENATALAKSANAAN
Non-medika Mentosa
1. Menggunakan kacamata :
VOD S+ 0.5, C -0.5 aksis 80 20/20
VOS S+ 0.5, C -0.5 aksis 160 20/20
Add S+1.00 ODS
Medica Mentosa
1. Cendo augentonic 3x1 tetes ODS

VIII. PROGNOSIS
Ad Functionam
Ad Sanationam
Ad Cosmetikum
Ad Vitam
IX.

OD
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Ad bonam
Ad bonam

OS
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Ad bonam
Ad bonam

SARAN
- Memeriksa visus setiap 6 bulan
- Selalu menggunakan kacamata yang diresepkan
- Menjaga hygiene mata

Astigmatism

Astigmatism adalah keadaan dimana sinar sinar tidak sama dibiaskan di setiap meridian.
Mata astigmatism dianggap memiliki dua meridian utama yang umumnya saling tegak lurus.
Kata astigmatism berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti tanpa titik.

Jenis - jenis Astigmatism


Ada banyak jenis astigmatism, berdasarkan pada kondisi optika yang ada:
Astigmatism hypermetropia simplek: salah satu meridian utama emetropia, yang lain
hypermetropia.
Astigmatism myoia simplek: salah satu meridian utama emetropia, yang lain myopia
Astigmatism hypermetropia kompositus: kedua meridian utama hypermetropia dengan
derajat berbeda.
Astigmatism myopia kompositus: kedua meridian utama myoia dengan derajat berbeda.
Astigmatism mixtus: salah satu meridian hypermetropia yang lain myopia.
Bentuk bentuk Astigmatism
Regular: meridian meridian utama saling tegak lurus. Keadaan ini dapat dikoreksi dengan
cylinder.
Irregular: meridian meridian utama tidak saling tegak lurus, biasanya karena
ketidakteraturan kelengkungan kornea.
Oblik/ miring: meridian utama lebih dari 20 dari meridian horizontal atau vertikal.
Simetris: meridian utama tiap tiap mata mempunyai deviasi yang simetris dari garis
meridian. Bila axis meridian masing masing mata dikoreksi oleh cylinder yang sama
tandanya ditambahkan berjumlah 180, astigmatism ini simetris variasi yang maksimum
ditoleransi 15.

5. Asimetris: tidak ada hubungan yang simetris dari meridian utama terhadap garis
meridian. Kepala miring menyudut karena astigmatism asimetris atau oblik. Ini adalah salah
satu jenis kekurangan mata, dimana lebih membuat jelas dengan terapi yang tepat.
Astigmatism asimetris jauh lebih jarang daripada simetris.
Contoh astigmatism asimetris
O.D. ; - C x 120

O.D. ; - C x 130

O.S. ; - C x 180

O.S. ; - C x 20

6. Astigmatism with the rule: kelengkungan meridian vertikal mata terkuat. Keadaan ini
dikoreksi dengan C x 180 atau + C x 90.
7. Astigmatism against the rule: kelengkungan terkuat pada meridian horizontal. Keadaan
ini dikoreksi dengan C x 90 atau + C x 180 ini lebih jarang daripada with the rule.

Gejala gejala Astigmatism


Umumnya pasien mengaku menderita astigmatism dengan gejala gejala tertentu.
Astigmatism tinggi menyebabkan gejala gejala sebagai berikut:
Semakin tinggi kelainan astigmatism, lebih mungkin ketidakjelasan penglihatan hanya
merupakan keluhannya. Gejala sakit kepala dan astenopia sangat sedikit atau tidak ada, tapi
dapat terjadi setelah resep lensa yang kurang lebih atau mendekati koreksi astigmatism
tingginya.
Memiringkan kepala pada astigmatism oblik yang tinggi.
Memutar mutar kepala agar melihat jelas
Menyipitkan mata seperti myopia, hal ini dilakukan untuk medapatkan efek pinhole atau
stenopic. Tidak seperti myopia astigmatism juga menyipitkan pada saat bekerja dekat seperti
membaca.
Pasien memegang bacaan mendekati mata, seperti pada myopia. Ini dilakukan untuk
memperbesar meskipun bayangan di retina buram.

Astigmatism rendah ditandai dengan gejala gejala:


Meskipun visus dapat dikatakan baik namun pasien sering mengeluh mata lelah, teritama
pada saat pasien melakukan kerja yang teliti pada jarak fiksasi.
Ada pengaburan sementara pada penglihatan dekat, dikurangi dengan menutup mata atau
mengucek ngucek mata seperti pada hypermetropia, gejala ini mungkin terjadi pada
kelainan kelainan yang lebih rendah daripada hypermetropia, contoh: kelainan astigmat 0.5
D untuk hal atau gejala yang sama. Astigmat tidak selalu menyadari ketidakjelasan inim
karena perubhan bertahap dari satu focus ke yang lain. Ia mendapat gambaran yang majemuk
yang membutuhkan tiap tiap komponen jelas,. Bagaimana pun ialah keletihan ini
membutuhkan usaha yang terus menerus untuk berakomodasi dan bila akomodasi letih,
penglihatan buram sampai pada pasien memejamkan matanya. Orang orang dengan
kelainan astigmatism rendah biasanya tidak ada gejala jika mereka tidak bekerja dengan
keletihan tinggi.Sakit kepala bagian frontal.

Anisometropia
Anisometropia adalah keadaan dimana ada perbedaan kelainan refraksi dua mata. Perbedaan
kelainan ini paling sedikit 1 D. Jika terdapat perbedaan 2.5 3 D maka akan dirasakan
terjadinya perbedaan besar bayangan sebesar 5 % yang mengakibatkan fusi terganggu. Pada
keadaan ini maka penglihatan binokuler menjadi lemah. Anisometropia umumnya kongenital.
Selagi anak anak beranjak dewasa, dua mata berkembang tidak sama pada penambahan dan
pengurangan kelainan refraksi. Bisa juga didapat mengikuti traumatika katarak atau
kerusakan kornea, melalui penyakit atau luka yang menghasilkan astigmatism kornea.
Keadaan berikut yang diketahui pada anisometropia:
1. Perbedaan tajam penglihatan tiap mata.
2. Aniseikonia atau perbedaan ukuran bayangan tiap mata.
3. Anisophoria atau perbedaan derajat heterophoria di berbagai arah pandangan.
Gejala umum anisometropia:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penglihatan buram
Sakit kepala
Diplopia
Astenopia
Fotofobia
Juling

Jarak baca lebih dekat


Karena anisometropia adalah faktor yang mempengaruhi ke arah amblyopia dan supresi,
maka strabismus bisa berkembang pada pasien muda. Keadaan tersebut mungkin ada tanpa
lensa koreksi atau agak berkurang dengan koreksi refraktif yang tepat atau dipersulit oileh
fiksasi mata.
Penanggulangan anisometropia pada anak anak lebih akan memberikan hasil. Koreksi
maksimal anisometropia dan fusi training dapat mencegah strabismus, di lain pihak
strabismus dapat berkembang mengikuti koreksi maksimal anisometropia dikarenakan
penghambatan fusi seperti aisophoria dan aniseikonia
Pada orang dewasa, koreksi maksimal tidak terlalu memberikan hasil yang menggembirakan.
Jika pasien hanya memakai satu mata untuk jauh dan satunya untuk dekat, koreksi yang lebih
disukai seperti kebiasaan sebaiknya diberikan. Untuk mata yang lebih buruk sebaiknya
diberikan lensa under koreksi.

Anda mungkin juga menyukai