Anda di halaman 1dari 4

PROSEDUR FITTING LENSA KONTAK LUNAK SPHERIS

1. Dialog awal
Tujuannya untuk menentukan ada tidaknya kontraindikasi pada calon pemakai lensa kontak
Yang harus diketahui dan dijelaskan antara lain :
◦ Motivasi pasien
▪ masalah kacamata seperti lensa tebal, berat, berkabut, anisometropia, dan antimetropia
▪ kebutuhan olahraga dan aktifitas gerak seperti senam, sepakbola, dll
▪ kosmetik seperti penari, model, artis, dll
▪ pekerjaaan seperti myopia yang memasuki usia presbiopia
◦ Efek samping pemakaian lensa kontak
Akan terjadi komplikasi bila tidak mematuhi instruksi yang sudah diajarkan.
Untuk mencegah komplikasi antara lain :
▪ jangan mencampuradukkan larutan perawatan lensa kontak
▪ disiplin dalam perawatan dan pemakaian
▪ tidak memakai lensa kontak disaat tidur
◦ Riwayat kesehatan yang tidak diindikasikan, yang perlu dipertimbangkan antara lain
masalah kesehatan secara umum, kesehatan mata, dan kondisi lingkungan
◦ Penjelasan masa adaptasi pemakaian lensa kontak
◦ Produk – produk yang tersedia.

2. Cek kondisi bagian mata depan


Menggunakan slitlamp atau hand magnifier
◦ Kelopak mata
▪ Tepi kelopak mata : blepharitis, sumbatan kelenjar meibom, kemerahan
▪ Bulu mata : kotoran, arah bulu mata normal atau trichiasis
▪ Punctum : normal atau tersumbat
◦ Konjungtiva
▪ Palpebra – kelopak mata bagian dalam : kemerahan, kekasaran
▪ Bulbi – bola mata : kemerahan, pinguecula, pterigium, penebalan daging
◦ Kornea
▪ Dengan slitlamp dibagi menjadi 3 area ( atas, tengah, bawah ), gunakan slit parallel pipe
Amati tiga area kornea dengan menggeser sudut pencahayaan dan posisi slit :
kemerahan limbus, kekeruhan kornea, neovaskularisasi
▪ Dengan hand magnifier, pastikan kornea tampak jernih dan cek kemerahan limbus

3. Cek ukuran mata dengan komputer autorefraktometer


◦ Untuk menentukan hasil ukuran autorefraksi, autokeratometri, dan HVID
◦ Pengukuran HVID secara manual dengan alat pupilometer atau minimal dengan PD ruler
Tujuann pengukuran HVID untuk menentukan diameter lensa kontak yang dipakai
Rumus yang dipakai → HVID = PD – A
` PD : jarak antara kedua pupil mata kanan dan kiri
A : jarak antara limbus bagian dalam mata kanan dan kiri
◦ Pengukuran kelengkungan kornea secara manual dengan alat keratometer untuk
menentukan BC lensa kontak yang akan dipakai. Pemeriksaan dilakukan secara monokuler,
Prosedurnya sebagai berikut :
▪ Perhatikan kebersihan alat, posisi power on, tanda + dalam alat harus terfokus jelas, atur
posisi alat untuk kenyamanan pasien
▪ Instruksikan pasien meletakkan dahi dan dagu pada tempantya, posisi alat sejajar dengan
kantus. Instruksikan untuk melihat lurus ke depan
▪ Pastikan melihat dari samping refleksi mires di kornea pasien
▪ Pastikan melihat 3 lingkaran dalam alat sampai jelas dengan mengatur joystick maju
mundur
▪ Pastikan lingkaran kanan bawah berada tepat pada tanda + besar dalam alat dan pastikan
3 lingkaran tetap terlihat jelas
▪ Instruksikan pasien untuk tidak berkedip beberapa detik saat pengukuran
▪ Satukan tanda + dan – pada mires
▪ Baca skala dengan teliti dan benar, dimulai dengan skala dioptri lalu penentuan radius
mm menggunakan tabel konversi

4. Pemeriksaan refraksi
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam refraksi :
◦ Refraksi akurat tanpa modifikasi
◦ Periksa ulang bagi pasien yang membawa resep dari luar
◦ Bila visus terbaik hanya sampai 0.4, harus dirujuk ke dokter terutama bagi pasien yang
belum pernah menggunakan alat bantu penglihatan
◦ Refraksi ulang bagi pasien yang sudah pernah memakai lensa kontak
▪ mata harus diistirahatkan minimal 1 jam lebih baik semalaman jika ingin mendapatkan
kacamata
▪ jika ingin mengganti lensa kontak saja, dapat dilakukan over refraksi dengan trial lens
yang sesuai jika semua data yang dibutuhkan tersedia.
5. Seleksi trial
◦ Memilih BC
▪ Rumus Flat K + 10% Flat K atau Flat K + 0.8 mm
Contoh :
Kerato 7.80/7.71 @ 180, maka BC = 7.80 + 0.78 = 8.580 mm
▪ Cara aktual
kerato > 7.90 = BC Flat
kerato 7.50 s/d 7.90 = BC Median
kerato < 7.50 = BC Steep
◦ Memilih diameter
Diameter = HVID + 2 mm
◦ Power trial lensa kontak selalu -3.00 atau -5.00
◦ Untuk mendapatkan nilai fitting yang sama, dengan mengubah diameter maka paling tidak
mendekati ketentuan :
“Setiap menambah diameter 0.5 mm, maka BC ditambah 0.3 mm”
◦ Sesuaikan trial dengan data pemeriksaan, kondisi mata dan gaya hidup
6. Pemasangan trial
◦ Lakukan dengan cara profesional
◦ cek kondisi fisik trial dan bersihkan
◦ Komunikasikan setiap kegiatan yang dilakukan
◦ Citra kebersihan harus selalu dijaga
◦ Pasangkan trial lensa kontak secara perlahan dan hati-hati
7. Penilaian fitting dan penentuan ukuran
Stabilisasi lensa kontak setelah terpasang tunggu minimal 10 menit kemudian lakukan evaluasi
fitting
◦ Coverage ( lensa menutupi kornea )
◦ Sentrasi ( posisi lensa di kornea )
Pastikan posisi lensa tetap ditengah pada saat tidak berkedip
Optimum Superior Inferior Nasal Temporal

◦ Movement ( Gerakan lensa saat berkedip )


Movement yang direkomendasikan :
▪ Untuk lensa kontak tipis ( CT 0.035 – 0.050 ) dan pembuatan dengan metode spin
casting movement yang disarankan pada pandangan primer 0.25 – 0.75 mm
▪ Untuk lensa kontak sedang ( CT 0.06 – 0.10 ) dan pembuatan dengan metode spin
casting minimal movement 0.50 mm
▪ untuk lensa kontak tebal ( CT diatas 0.10 ) dan pembuatan dengan metode lathe cut
minimal movement 0.75 mm
◦ Keketatan ( greakan lensa dengan push up test ). Sangat ditentukan oleh desain teknik
pembuatan lensa kontak
▪ fitting ideal : 50%, 60% sedikit ketat tapi masih bisa diterima, 70% termasuk ketat
▪ fitting ketat : movement kurang dari ½ limbus, jelas setelah berkedip, push up lebih dari
m60%, gerakan sedikit, awalnya nyaman lama kelamaan merah
▪ Fitting Longgar : movement lebih dari ½ limbus, buram setelah berkedip, push up
kurang dari 40% , gerakan berlebihan, awalnya terasa mengganjal.
Jika fitting tidak ideal, pola fitting diubah :
▪ Ketat : perbesar BC diameter tetap atau perkecil diameter BC tetap
▪ Longgar : perbesar diameter BC tetap, perkecil BC diameter tetap
◦ Penilaian kenyamanan pemakai, sifatnya subyektif
Jika hasil evaluasi fitting tidak merekomendasikan ( hasil tight atau loose ), maka parameter
trial lensa kontak lunak harus diganti.
◦ Over refraksi ( Trial lens + refraksi )
▪ Ditentukan dengan hasil visual terbaik
▪ Hasil over refraksi spheris pilih Visus Acuity terbaik
▪ Hasil over refraksi disertai dengan cylinder, pilih hasil spheris dengan VA terbaik,
syaratnya :
Cyl refraksi < -100D perimbangannya 3 : 1
Cyl refraksi > -100D perimbangannya 4 : 1
Astigmat yang direkomendasikan :
 ATR = -0.50 s/d -0.75 x 90
 WTR = -0.50 s/d -1.25 x 180
▪ Hasil over refraksi harus ditambah dengan trial yang diberikan, contoh :
Over refraksi = +0.75
Trial lens = -3.00
Yang diorder = -2.25
▪ jika hasil over refraksi ada cylinder, konversi dulu dengan rumus BVS ( ½ Cyl + Sph ),
Contohnya :
Over refraksi = +1.00 – 1.00 x 180
BVS = +0.50
Trial lens = -3.00
Yang diorder = -2.50
▪ Jika over refraksi -4.00 ke atas harus di vertex dulu, contohnya :
Over refraksi = -6.50 divertex menjadi -6.00
Trial lens = -3.00
Yang diorder = -9.00
8. Konsultasi akhir
◦ Cara pemasangan dan pelepasan lensa kontak
◦ Prosedur perawatan lensa kontak
◦ Informasi tentang masa pakai dan jadwal pemakaian
◦ Penjelaasan adaptasi normal
◦ Tanda – tanda awal terjadi masalah
◦ Memberitahu yang harus ( do ) dan yang jangan ( don't ) saat penanganan lensa kontak
◦ Anjuran untuk Follow Up
9. Follow up
Tujuannya antara lain :
◦ Mencegah atau meminimalkan terjadinya komplikasi
◦ Rutinitas pemeriksaan mata dan lensa kontak ( interaksinya )
◦ Review intruksi yang sudah diajarkan ( jika ada masalah )
Kegiatan yang dilakukan :
◦ Cek visus dengan lensa kontak
◦ Refraksi dengan lensa kontak
◦ Cek kondisi fisik lensa kontak
◦ Cek interaksi lensa kontak dengan mata ( evaluasi fittingnya )
◦ Pasien Myopia selalu cek untuk baca dekatnya
Masa / waktu follow up
◦ Pasien baru = 2 minggu, 2 bulan, dan per 6 bulan rutin
◦ pasien lama = rutin per 6 bulan

Anda mungkin juga menyukai