Anda di halaman 1dari 9

Barotrauma

Definisi
Barotrauma ialah kerusakan jaringan yang diakibatkan perubahan secara cepat
tekanan udara atau tekanan dalam air, yang dialami selama penerbangan atau pada saat
menyelam dalam air sehingga menyebabkan kegagalan pembukaan tuba eustachius.

Etiologi dan Klasifikasi

Barotrauma dapat terjadi ketika rongga-rongga udara dalam tubuh menjadi ruang
tertutup yang menyebabkan buntunya jaras-jaras ventilasi yang normal. Kelainan ini terjadi
pada keadaan-keadaan :
Saat Menyelam
Saat seseorang menyelam, ada beberapa tekanan yang berpengaruh yaitu
tekanan atmosfer dan tekanan hidrostatik. Tekanan atmosfer yaitu tekanan yang ada di
atas air. Tekanan hidrostatik yaitu tekanan yang dihasilkan oleh air yang berada di
atas penyelam. Barotrauma dapat terjadi baik pada saat penyelam turun ataupun naik.
Divers depth gauges digunakan hanya untuk mengetahui tekanan hidrostatik
(kedalaman air) dan berada pada angka nol pada permukaan laut.
Saat Penerbangan
Seseorang dalam suatu penerbangan akan mengalami perubahan ketinggian
yang mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan udara sekitar. Tekanan udara akan
menurun pada saat lepas landas (naik/ascend) dan meninggi saat pendaratan (turun/
descend). Tekanan Lingkungan yang menurun, menyebabkan udara dalam telinga
tengah mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustachius. Jika
perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan teralu besar, maka
tuba eutachius akan menciut. Untuk memenuhi regulasi tekanan yang adekuat, terjadi
perbedaan tekanan telinga tengah dengan tekanan atmosfer yang besar selama lepas
landas dan mendarat, menyebabkan ekstensi maksimal membran tympani. Keadaan
ini dapat mengakibatkan pendarahan. Pada ekstensi submaksimal, akan timbul
perasaan penuh dalam telinga dan pada ekstensi maksimal berubah menjadi nyeri.
Berdasarkan letak anatomisnya, barotrauma dapat dibagi menjadi :
1. Barotrauma Telinga
Barotrauma telinga luar
Barotraumas telinga tengah
Barotraumas telinga dalam
2. Barotrauma Sinus Paranasalis
3. Barotrauma Pulmonal
4. Barotrauma Odontalgia

Epidemiologi
Self-Contained Underwater Breathing Apparatus (SCUBA) telah dikembangkan
sejak tahun 1943 oleh Jacques Cousteau dan Emile Gagnon di Perancis. Penggunaan SCUBA
sampai saat ini mengalami pertumbuhan yang eksplosif dalam popularitas recreational
diving. Amerika Serikat sendiri memiliki lebih dari 3 juta penyelam aktif, dan lebih dari
250.000 penyelam terlatih dan bersertifikat setiap tahun. Namun, pertumbuhan ini disertai
dengan peningkatan cedera yang berhubungan dengan diving, cedera yang umumnya
melibatkan telinga dan sinus. Barotrauma pada telinga tengah umumnya yang paling sering
ditemukan pada penyelam di Amerika Serikat tetapi biasanya sembuh secara spontan dan
tanpa gejala sisa. Barotrauma pada telinga dalam lebih jarang terjadi tetapi berpotensi lebih
serius dan dapat menjadi permanen dan menyebabkan disabilitas.
Barotrauma merupakan permasalahan medis yang paling umum yang terkait dengan
perjalanan menggunakan pesawat dan telah menjadi faktor penyebab kecelakaan
penerbangan. Ketika ditanyakan terkait permasalahan pada telinga selama penerbangan
sebelumnya, 28 dari 43 (65%) anak-anak dan 166 dari 363 (46%) dewasa dilaporkan
mengeluhkan rasa nyeri dan tidak nyaman. Untuk penerbangan tunggal, insidensi otalgia
diantara seluruh penumpang ialah 26-55 persen pada anak dan 20% pada dewasa. Pada suatu
studi, 13 dari 50 anak-anak yang dilaporkan mengeluhan rasa tidak nyaman pada telinga saat
penerbangan tunggal, 31% mengalaminya pada saat proses takeoff atau ascent, dibandingkan
dengan 85% yang dialami pada saat descent atau landing.

Patofisiologi
Penyakit yang disebabkan oleh perubahan tekanan secara umum ditemukan oleh
hukum fisika Boyle dan Henry. Hukum boyle menyatakan suatu penurunan atau
peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan)
suatu volume gas dalam ruang tertutup atau P1 x V1 = P2 x V2, dimana P adalah tekanan dan
V adalah volume.
Normalnya, tekanan udara di luar dan di dalam telinga sama. Tuba eustachius
berfungsi sebagai penyeimbang kedua sisi tersebut dengan mengeluarkan atau memasukkan
udara ke telinga tengah. Barotrauma dapat terjadi ketika ruang-ruang berisi gas dalam tubuh
(telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras
ventilasi normal. Bila gas tersebut terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut
dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma sering terjadi pada telinga tengah,
hal ini terutama karena rumitnya fungsi tuba eustachius. Tuba eustachius secara normal selalu
tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan
manuver Valsava.
Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal aktivitasnya
tidak mampu membuka tuba. Jika perbedaan tekanan antaara rongga telinga tengah dan
lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 sampai 100 mmHg), maka bagian
kartilaginosa dari tuba eustachius akan menciut. Jika udara tidak dapat masuk melalui tuba
eustachius untuk memulihkan volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga
tengah dan jaringan didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan tekanan.
Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah. Pada awalnya membran
timpani tertarik ke dalam menyebabkan membran teregang dan pecahnya pembuluh-
pembuluh darah kecil sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan
kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan
rongga mastoid tercampur darah dan tampak sebagai gambaran injeksi dan bula hemoragik
pada gendang telinga. Dengan makin meningkatnya tekanan, pembuluh-pembuluh darah
kecil pada mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi dan pecah, menimbulkan
hemotimpanum. Kadang-kadang tekanan dapat menyebabkan ruptur membran timpani.
Terdapat dua mekanisme yang dapat menyebabkan barotrauma pada telinga dalam.
Ketika penyelam menyelam ke bawah dan mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan
tekanan dan terus melanjutkan menyelam lebih dalam, dalam usaha menyeimbangkan
tekanan, dapat terjadi terbukanya tuba eustachius secara tiba-tiba sehingga udara masuk ke
telinga tengah. Hal ini akan menyebabkan rupturnya salah satu tingkap antara telinga tengah
dan telinga dalam entah fenestra rotundum ataupun fenestra ovalis ke telinga dalam.
Kebalikannya, jika penyelam menyelam lebih dalam dengan kesulitan untuk
menyeimbangkan tekanan dan tuba eustachius tidak terbuka, maka tekanan diteruskan
melalui cairan spinal, menuju ke saluran koklear ke ruang perlimfatik pada telinga dalam.
tingkap bundar atau lonjong dapat ruptur.
Pasien dengan barotrauma pada penerbangan, gangguan yang terjadi adalah saat
penumpang pesawat mengalami infeksi pernafasan dan pembengkakan mukosa tuba
eustachius. Saat lepas landas, tekanan udara di lingkungan turun dan tekanan pada telinga
tengah sangat tinggi. Akan tetapi, tekanan akan turun oleh tuba eustachius ketika menelan,
dan gejala menjadi tidak terlalu berat. Sayangnya, mukosa tuba bertindak sebagai keran satu
arah, dan masalah yang sebenarnya terjadi ketika pesawat mendarat. Pada saat pesawat
hendak mendarat, tekanan atmosfer di lingkungan meningkat secara cepat dan tuba
eustachius yang bengkak pada nasofaring mencegah aerasi telinga tengah. Hal ini
menyebabkan kolapsnya gendang telinga ke dalam, dan pembuluh darah pada telinga tengah
dapat ruptur dan mengalami perdarahan kemudian menyebabkan hemotimpanum. Hal ini
dapat berlangsung hingga berhari-hari.
Hukum henry menyatakan bahwa daya larut udara pada cairan secara langsung
sebanding dengan tekanan pada udara dan cairan. Sehingga, ketika tutup botol soda dibuka,
terbentuk gelembung pada saat udara dilepaskan dari cairan. Sebagai tambahan, ketika
nitrogen pada tank udara penyelam larut pada jaringan lemak atau cairan sinovial penyelam
saat menyelam, nitrogen akan dilepaskan dari jaringan tersebut ketika penyelam naik menuju
lingkungan dengan tekanan yang lebih rendah. Hal ini akan terjadi secara perlahan dan
bertahap jika penyelam naik secara perlahan dan bertahap, dan nitrogen akan memasuki
pembuluh darah dan menuju ke paru-paru dan dikeluarkan saat bernafas. Akan tetapi, jika
penyelam naik secara cepat, nitrogen akan keluar dari jaringan secara cepat dan membentuk
gelembung udara. Gelembung yang terbentuk akan mempengaruhi jaringan dalam banyak
cara. Gelembung dapat membentuk obstruksi pada pembuluh darah yang dapat mengarah ke
cedera iskemik. Hal ini dapat berakibat fatal bila terjadi pada area tertentu pada otak.
Kehilangan pendengaran (tuli mendadak) dapat terjadi bila gelembung udara membentuk
oklusi pada pembuluh darah arteri labirin yang kemudian meyebabkan iskemik pada koklea.
Gelembung juga dapat membentuk suatu permukaan dimana protein dari pembuluh darah
dapat melekat, terurai, dan membentuk gumpalan atau sel-sel radang. Sel-sel radang ini dapat
menyebabkan kerusakan endotel dan kerusakan jaringan yang permanen.

Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis umumnya didapatkan adanya riwayat menyelam atau penerbangan
dimana terdapat perubahan cepat pada tekanan lingkungan. Secara spesifik, barotrauma juga
dapat ditemukan riwayat ventilasi tekanan positif yang mengakibatkan peningkatan tekanan
paru sehingga menyebabkan terjadinya pulmonary barotrauma. Pasien dengan barodontalgia
biasanya memiliki satu atau lebih keadaan sebagai berikut yaitu karies, inflamasi periapikal
akut maupun kronik, kista gigi residual, sinusitis, maupun riwayat operasi gigi dalam waktu
dekat. Riwayat infeksi telinga tengah maupun luar juga dapat menjadi penanda barotrauma
telinga tengah maupun luar. Pada sinus barotrauma biasanya pasien memiliki riwayat rhinitis
dan polip nasi.
Tiga gejala klinis yang terdapat pada barotrauma secara umum adalah: efek pada
sinus atau telinga tengah, penyakit dekompresi, dan emboli gas arteri. Barotrauma yang
terjadi pada saat penurunan disebut squeeze, sedangkan barotrauma yang terjadi pada saat
penyelam naik dari kedalaman secara cepat disebut reverse squeeze atau overpressure.
Manifestasi klinis pada barotrauma bergantung pada daerah yang mengalami gangguan yang
dijabarkan pada Tabel berikut.

Barotrauma Gejala Tanda


Penurunan (Squeeze) (Symptom) (Sign)
Telinga Luar Ear Discomfort Swelling dan perdarahan
Nyeri pada Membran Timpani
Hematom pada MAE
Retraksi Membran Timpani
ke Lateral
Telinga Tengah Nyeri (Sebelum Retraksi Membran Timpani
Ruptur Membran ke Medial
Timpani) Dapat Terjadi Perforasi
Vertigo Membran Timpani
Tinnitus
Telinga Dalam Tinnitus Ruptur Fenestra Ovale dan
Vertigo Persisten Rotundum
Tuli Sensorineural
Sinus Paranasalis Nyeri pada regio sinus Transluminasi redup
yang terkena Ditemukannya sekret pada
Nyeri pada gigi atas meatus nasi media
Perdarahan minimal
dari hidung
Tabel 3.1 Tanda dan Gejala Klinis pada Squeeze Barotrauma.
Barotrauma Saat Naik Gejala Tanda
(Overpressure) (Symptom) (Sign)
Telinga Tengah Nyeri Parese Nervus Fasialis
Sinus Paranasalis Nyeri pada regio sinus Transluminasi redup
yang terkena Ditemukannya sekret pada
Nyeri pada gigi atas meatus nasi media
Perdarahan minimal
dari hidung
Tabel Tanda dan Gejala Klinis pada Overpressure Barotrauma.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus disesuaikan dengan riwayat pasien. Pemeriksaan fisis secara
umum harus dilakukan dengan menekankan pada telinga, sinus, dan leher serta paru-paru,
kardiovaskular, dan sistem neurologi. Pada sinus, inspeksi mukosa nasal untuk polip,
perdarahan atau lesi. Palpasi dan transluminasi sinus untuk memeriksa adanya perdarahan.
Perkusi gigi atas dengan spatel untuk melihat adanya nyeri tekan pada sinus. Pada telinga
inspeksi secara hati-hati membran timpani, lihat apakah ada tanda-tanda: kongesti di sekitar
umbo, berapa persen membran timpani yang rusak, jumlah perdarahan di belakang gendang
telinga, bukti ruptur membran timpani. Pemeriksaan fisis dapat ditemukan retraksi, eritema,
dan injeksi atau perdarahan pada membran timpani. Gejala yang lebih berat berupa otitis,
hemotimpanum, dan perforasi membran timpani. Selama inspeksi pada telinga, dapat
ditemukan penonjolan ringan ke arah luar atau ke dalam dari gendang telinga. Jika kondisi
memberat, mungkin didapatkan darah atau memar di belakang gendang telinga. Palpasi untuk
mencari nyeri tekan pada tuba eustachius.
Kelainan membran timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan otoskopi. Membran
timpani tampak mengalami injeksi dengan pembentukan bleb hemoragic atau adanya darah
di belakang gendang telinga. Kadang-kadang membran timpani akan mengalami perforasi.
Bila gejala menetap setelah perjalanan udara tersebut, biasanya tes garputala audiometrik
akan menunjukkan tuli konduktif ringan di telinga yang terkena. Periksa keseimbangan dan
pendengaran pasien, serta mengevaluasi membran timpani berdasarkan skala Teed yaitu :
Teed 0 tidak ada kerusakan yang terlihat, telinga normal
Teed 1 kongesti sekitar pars flaksida, umbo dan vascular strip
Teed 2 kongesti menyeluruh pada membran timpani
Teed 3 perdarahan pada telinga tengah
Teed 4 perdarahan luas pada telinga tengah disertai gelembung darah yang terlihat
di belakang membran timpani; membran timpani mungkin ruptur
Teed 5 seluruh telinga tengah diisi oleh darah yang berwarna gelap (deoksigenasi).

Gambar Derajat Kerusakan Membran Timpani Berdasarkan Skala Ted.


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita barotrauma yaitu :
Darah Lengkap
Pasien yang memiliki hematokrit lebih dari 48% memiliki sekuele neurologis yang
persisten selama 1 bulan setelah perlukaan.
Kadar Serum Creatinin Phosphokinase
Peningkatan kadar serum kreatin fosfokinase menandakan peningkatan kerusakan
jaringan karena mikroemboli.
Foto Thoraks dan CT Scan
Foto x-ray thorax jika pasien mengeluh adanya kesulitan bernafas. Pemeriksaan
penunjang lainnya berupa CT-Scan kepala untuk melihat apakah terdapat embolisme
udara pada otak.
PTA
PTA dilakukan untuk menentukan apakah terjadi tuli konduktif atau tuli
sensorineural.
Timpanometri
Timpanometri dilakukan untuk melihat apakah ada cairan di dalam cavum timpani
serta untuk melihat fungsi dari tuba.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat ditentukan berdasarkan letak anatomis terjadinya barotrauma yaitu :
Barotrauma Telinga Luar
Pengobatan barotrauma pada meatus akustikus eksternus adalah simtomatik dan
dapat termasuk analgesik topikal (drops) atau dengan steroid topikal (misalnya asam
asetat yang diencerkan dengan hidrokortison). Menyelam dapat dilanjutkan setelah
kerusakan jaringan teratasi.
Barotrauma Telinga Tengah
Pengobatan barotrauma telinga tengah umumnya simtomatik. Berdasarkan beberapa
studi, penggunaan rutin agen antibiotik dan dekongestan nasal oral atau topikal
belum terbukti berguna. Kebanyakan perforasi telinga sembuh secara spontan.
Diving dapat dilanjutkan setelah kontusio telinga tengah atau perforasi membran
timpani telah sembuh dan setelah kondisi predisposisi (misalnya, septum deviasi
atau alergi hidung) dikendalikan.
Barotrauma Telinga Dalam
Pengobatan barotrauma telinga dalam terdiri dari istirahat (dengan sedasi, jika perlu)
selama 7 sampai 10 hari. Aktivitas berat dihindari selama 6 minggu. Nose blowing
tidak diperbolehkan, dan bersin dilakukan melalui mulut terbuka. Untuk
meminimalkan efek valsava pada telinga bagian dalam saat buang air besar,
penggunaan pencahar dianjurkan. Pada kasus ini terapi awal yang diberikan ialah
kortikosteroid oral, memulai terapi prednison dengan dosis 60 mg / hari dan
meruncing terapi ini untuk 0 mg dalam waktu 2 minggu. Penggunaan carbogen
inhalasi atau histamin sublingual belum terbukti berguna. Jika pasien asimtomatik
dan memiliki pendengaran normal di frekuensi berbicara setelah pengobatan,
sebaiknya menyelam dapat dilanjutkan setelah 6 bulan
Barotrauma Sinus Paranasalis
Agen antibiotik atau dekongestan oral atau nasal tidak secara rutin digunakan,
tergantung pada sejauh mana barotrauma. Penyelam biasanya dapat kembali
menyelam dalam waktu 6 minggu, jika film X-ray menunjukkan bahwa sinus telah
bersih (jika radiografi awalnya dilakukan) dan jika ada kondisi predisposisi yang
mendasari telah diperbaiki (yaitu dengan pengobatan pada coexistent infection,
alergi, deviasi septum, atau polip).

Tindakan Preventif
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah
permen karet atau melakukan perasat Valsava, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun
untuk mendarat.
Barotrauma dapat dicegah dengan menghindari terbang ataupun menyelam pada
waktu pilek dan menggunakan teknik pembersihan yang tepat. Jika terasa nyeri, agaknya tuba
eustachius telah menciut. Yang harus dikerjakan jika ini terjadi pada saat menyelam adalah
hentikan menyelam atau naiklah beberapa kaki dan mencoba menyeimbangkan tekanan
kembali. Hal ini tidak dapat dilakukan jika sedang terbang dalam pesawat komersial, maka
perlu untuk mencegah penciutan tuba eustachius. Metode terbaik adalah dengan mulai
melakukan manuver-manuver pembersihan dengan hati-hati beberapa menit sebelum pesawat
mendarat. Jika pasien harus terbang dalam keadaan pilek, maka sebaiknya menggunakan
dekongestan semprot hidung atau oral.. Tindakan prefentif terdiri atas nasal spray
vasokonstriktor 12 jam sebelum penerbangan, dekongestan oral dan mengunyah permen karet
ketika mendarat.

Komplikasi
Barotrauma tclinga lcngah tidak jarang menimbulkan kerusakan telinga dalam.
Kerusakan telinga dalarn merupakan tnasalah yang serius dan mungkin memerlukan
pembedahan untuk mencegah kehilangan pcndengaran yang menetap. Tinitus yang rnenetap,
vertigo dan tuli sensorineural adalah gejala-gejala kerusakan telinga dalam.

Prognosis
Pada kasus-kasus Barotrauma yang berat (misalnya pada barotrauma telinga dalam),
diperlukan waktu 4-6 minggu untuk proses penyembuhan. Barotrauma umumnya dapat
sembuh tanpa pengobatan (self-limiting).

Anda mungkin juga menyukai