Pedoman Tata Batas PDF
Pedoman Tata Batas PDF
Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil i
petunjuk teknis
Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan,
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Pengarah:
Sudirman Saad
Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Penaggung Jawab:
Toni Ruchimat
Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
Riyanto Basuki
Kasubdit Konservasi Kawasan
Penyusun:
Tim Subdit Konservasi Kawasan
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
Ucapkan Terimasih dan Penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada Pihak-pihak yang telah
membantu penyediaan data dan informasi, proses penyusunan, dan pembahasan hingga terselesaikannya
petunjuk teknis ini.
ISBN : 978-979-3556-92-5
Diterbitkan oleh:
http://kkji.kp3k.kkp.go.id
ii Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil iii
iv Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil v
KATA PENGANTAR
P
enetapan kawasan konservasi perairan pesisir
dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk memberikan
kepastian hukum serta mendapatkan dukungan dan
pengakuan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-
undangan. Salah satu dukungan penting di dalam rangka
penetapan kawasan adalah adanya data yang memuat batas
dan zonasi kawasan yang tertata sesuai dengan fungsi dan
peruntukannya serta dapat diketahui dengan baik dan mudah
oleh seluruh elemen masyarakat dan stakeholder terkait.
Dalam upaya mendukung penetapan suatu kawasan sebagai kawasan konservasi
perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil, maka diperlukan suatu Petunjuk teknis yang
mengatur tata cara penataan batas kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-
pulau kecil yang secara teknis mudah dipahami dan dilaksanakan di lapangan yang
merupakan terjemahan secara teknis dari mandat dan ketentuan pasal 19 ayat (3)
Peraturan Meteri KP Nomor Per.02/Men 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan
Konservasi Perairan. Petunjuk teknis ini diharapkan menjadi acuan teknis dalam
pengelolaan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dalam menentukan
batas dan zonasi kawasan, baik batas luar kawasan maupun batas masing masing
zona di dalam kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.
Akhirnya, saya mengucapkan Syukur Alhamdulillah atas terselesaikannya
petunjuk teknis ini. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan petunjuk
teknis ini. Semoga Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil ini dapat memberikan informasi yang cukup akomodatif serta
memberikan kemudahan bagi semua pihak dalam melakukan upaya penataan batas
kawasan sebagai tindaklanjut dari penetapan kawasan konservasi perairan, pesisir
dan pulau-pulau kecil yang pada akhirnya mendorong pengelolaan efektif kawasan
konservasi untuk kesejahteraan masyarakat. Semoga buku ini bermanfaat.
Toni Ruchimat
vi Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ vi BAB III TANDA BATAS KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU
KECIL SEBAGAI PERANGKAT PENGELOLAAN . ............................................................. 27
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... viii 3.1 Tanda Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil . ..... 27
3.2 Jenis Tanda Batas ....................................................................................................... 27
BAB 1 PENDAHULUAN . .................................................................................................................. 9 3.3 Tata cara pemasangan tanda batas .......................................................................... 35
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 9
1.2 Landasan Hukum ........................................................................................................ 10 BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 37
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 11
1.4 Ruang Lingkup ............................................................................................................ 11 DAFTAR GAMBAR
1.5 Daftar Istilah ................................................................................................................ 11 Gambar 1. Diagram alir tata laksana penataan batas .................................................................. 17
Gambar 2. Rambu Suar ................................................................................................................... 29
BAB II TATA LAKSANA PENATAAN BATAS ................................................................................... 15 Gambar 3. Alternatif Instalasi Buoy . .............................................................................................. 31
2.1 Pembentukan Panitia Tata Batas .............................................................................. 15 Gambar 4. Contoh Papan Informasi . ............................................................................................. 33
2.2 Perancangan Penataan Batas . .................................................................................. 17 Gambar 5. Pal Batas ......................................................................................................................... 34
2.3 Pemasangan Tanda Batas ........................................................................................... 19
2.4 Pengukuran Batas ........................................................................................................ 21 DAFTAR TABEL
2.5 Pemetaan Batas Kawasan ........................................................................................... 22 Tabel 1: Panduan penentuan skala ................................................................................................. 23
2.6 Sosialisasi Penandaan Batas Kawasan ..................................................................... 24
2.7 Pembuatan Berita Acara Tata Batas ......................................................................... 24
2.8 Pengesahan Batas Kawasan ....................................................................................... 25
viii Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ix
x Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil xi
PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
NOMOR 02/PER-DJKP3K/2013
TENTANG
xii Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 1
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan 15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi
5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Kawasan Konservasi Perairan;
Konservasi Sumber Daya Ikan; 16. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/
6. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang MEN/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan
Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar; dan Perikanan Tahun 2010-2014;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi
Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; 17. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/
8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor Perikanan;
91 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara; MEMUTUSKAN:
9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KELAUTAN, PESISIR,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian DAN PULAU-PULAU KECIL TENTANG PETUNJUK TEKNIS
Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan PENATAAN BATAS KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN
Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua PULAU-PULAU KECIL (KKP3K).
Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Pasal 1
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau
Negara; Kecil (KKP3K) dimaksudkan sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan Penataan
10. Peraturan Presiden Nomor 121 Tahun 2012 tentang Batas di Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K), yang terdiri
Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dari:
11. Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang a. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K);
Reklamasi Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; b. Kawasan Konservasi Maritim (KKM);
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/ c. Kawasan Konservasi Perairan (KKP); dan
MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir d. Sempadan Pantai.
dan Pulau-Pulau Kecil;
13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/ Pasal 2
MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Ketentuan mengenai Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi
Konservasi Perairan; Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak
14. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/ terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kelautan dan Perikanan;
2 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 3
Pasal 3 DAFTAR LAMPIRAN
Pelaksanaan kegiatan Penataan Batas Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Pulau Kecil (KKP3K) ini dilakukan oleh Pemerintah, Kabupaten/Kota yang memiliki KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K). NOMOR 02/PER-DJKP3K/2013
DAFTAR LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
Pasal 4 TENTANG
NOMOR 02/PER-DJKP3K/2013
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
PETUNJUK TEKNIS PENATAAN TENTANG
BATAS KAWASAN KONSERVASI PESISIR
Ditetapkan di Jakarta DAN PULAU-PULAU
PETUNJUK TEKNIS KECIL
PENATAAN BATAS (KKP3K) KONSERVASI
KAWASAN
Pada tanggal 07 Februari 2013 PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (KKP3K)
NOMOR
LAMPIRAN ISI LAMPIRAN
DIREKTUR JENDERAL
KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL, I PETUNJUK TEKNIS PENATAAN BATAS KAWASAN KONSERVASI
ttd. PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (KKP3K)
SUDIRMAN SAAD
II TERDIRI DARI :
A. SUSUNAN RINCI PANITIA TATA BATAS TINGKAT NASIONAL
DAN DAERAH;
B. FORMULIR DESKRIPSI TITIK;
Disalin sesuai dengan aslinya
C. FORMULIR FOTO TITIK; dan
Kabag Hukum, Organisasi dan Humas D. FORMULIR SKETSA TITIK
DIREKTURJENDERAL
DIREKTUR JENDERAL
Achmad Satiri KELAUTAN,
KELAUTAN,PESISIR
PESISIRDAN
DANPULAU-PULAU KECIL,
PULAU-PULAU KECIL,
ttd.
SUDIRMANttd.SAAD
SUDIRMAN SAAD
Disalin sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas
Achmad Satiri
4 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 5
6 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 7
Lampiran I : Peraturan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Nomor 02/PER-DJKP3K/2013
Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K).
BAB I
PENDAHULUAN
8 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 9
adanya rencana pengelolaan dan zonasi, unit organisasi pengeloladan 1.3 Tujuan
berbagai data lainnya. Hal yang tak kalah pentingnya adalah ketersediaan Pedoman Pelaksanaan Penataan Batas Kawasan Konservasi Pesisir dan
data tentang batas batas kawasan, baik batas sebuah kawasan sebagai Pulau-Pulau Kecil disusun dengan tujuan untuk digunakan :
kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dengan kawasan bebas di 1. memberikan acuan bagi pengelola kawasan konservasi dalam rangka
luarnya maupun batas tiap-tiap zona atau area yang jelas di dalam kawasan kegiatan penataan batas kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau
itu sendiri. kecil; dan
Penataan batas dan zonasi dirasakan sangat penting karena merupakan 2. menjamin terselenggaranya dukungan penetapan kawasan konservasi
tahapan proses yang harus dipenuhi terkait penetapan sebuah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil;
sebagai kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, untuk tujuan
tersebut perlu dibuat sebuah pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan 1.4 Ruang Lingkup
teknis pelaksanaan penataan batas kawasan konservasi pesisir dan pulau- Ruang lingkup dalam Pedoman Pelaksanaan Penataan Batas Kawasan
pulau kecil. Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ini meliputi:
Pedoman Penataan Batas Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau Pulau A. Tata Laksana Penataan Batas
Kecil ini dibuat agar dapat dijadikan sebagai acuan teknis dalam pengelolaan 1. Pembentukan Panitia Tata Batas;
kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dalam menentukan batas 2. Perancangan Penataan Batas;
dan zonasi kawasan, baik batas luar kawasan maupun batas masing masing 3. Pemasangan Tanda Batas;
zona di dalam kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. 4. Pengukuran Batas;
5. Pemetaan Batas Kawasan;
1.2 Landasan Hukum 6. Sosialisasi Penandaan Batas Kawasan;
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana 7. Pembuatan Berita Acara Tata Batas;
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang 8. Pengesahan Batas Kawasan;
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang B. Penataan Batas Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Perikanan; sebagai Perangkat Pengelolaan.
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; 1.5 Daftar Istilah
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial; Berikut adalah beberapa istilah yang sering dipakai dalam pedoman
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2007 tentang Konservasi pelaksanaan penataan batas kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau
Sumberdaya Ikan; kecil:
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/2008 Garis Dasar adalah Untuk melakukan triangulasi atau saat plane tabling
tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; suatu garis dasar harus diukur di atas tanah di antara dua titik dan
6. Peraturan Menteri Kelatan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2009 digambar dengan menggunakan skala yang menjadi dasar pengukuran
tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan; sudut pemetaan, arah dan perhitungan jarak.
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2010 Garis Bujur adalah Garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan
tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan; jarak yang sudut yang sama dari pusat bumi, yang diukur dalam derajat
timur atau barat Meridian Utama, berada di 0 derajat bujur.
10 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 11
Garis Lintang adalah Garis yang menghubungkan tempat-tempat pada (sepuluh) mil laut yang dapat membantu para navigator adanya bahaya/
jarak sudut yang sama dari pusat bumi pada arah utara selatan. Ekuator rintangan navigasi antara lain karang, air dangkal, gosong dan
berada di 0 derajat lintang, kutub-kutub berada di 90 derajat lintang utara bahaya terpencil serta menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta
dan selatan. dapat dipergunakan sebagai tanda batas kawasan atau kegiatan khusus
Global Positioning System (GPS) adalah sistem yang terdiri atas 24 di perairan.
satelit buatan manusia yang mengorbit di bumi dan mengirimkan sinyal Sistem referensi adalah metode pencatatan letak tempat pada peta
radio yang sangat akurat yang menunjukkan dimana seseorang berada sehingga titik-titik tersebut secara logis berkaitan satu sama lain. Garis
Ketinggian jarak vertikal di atas permukaan laut, atau derajat elevasi lintang dan bujur menghasilkan satu sistem rujukan.
bintang, matahari, atau bulan di atas cakrawala. Skala adalah perbandingan ukuran peta dengan daerah di dunia nyata
Kompas adalah suatu alat yang menunjukkan arah utara magnetis dengan yang diwakilinya.
menggunakan jarum magnetis. Titik referensi adalah dalam pembuatan peta, titik ini dapat berupa titik nol
Koordinat adalah sepasang angka yang menentukan posisi pada grafik yang tetap menjadi dasar penetapan posisi lain.
atau pada peta dengan sistem koordinat (misal lintang dan bujur). Triangulasi adalah metode pengukuran yang hanya menggunakan sudut
Lambang adalah suatu diagram, simbol, huruf atau karakter yang untuk menghitung posisi titik-titik di permukaan bumi.
digunakan pada peta untuk mewakili sifat atau raut tertentu.
Legenda adalah daftar seluruh lambang yang digunakan pada peta
dengan penjelasan arti dari lambang tersebut.
Meridian Utama adalah Garis bujur pada 0 derajat; atas kesepakatan
internasional garis ini adalah garis yang melewati Greenwich, London,
Inggris.
Meridian adalah Garis bujur.
Peta Batimetri adalah peta yang menunjukkan kedalaman samudera, laut
dan danau.
Peta dasar adalah suatu peta yang menunjukkan data dasar, informasi
kartografi utama seperti batas politik dan topografi.
Peta topografi adalah peta yang menunjukkan kenampakan alami
permukaan bumi seperti bukit, sungai dan hutan dan kenampakan buatan
manusia seperti jalan dan gedung.
Proyeksi Mercator adalah proyeksi peta yang diberi nama berdasar
penemunya Gerardus Mercator (1512-1594), yang lazim digunakan pada
peta lautan.
Proyeksi peta adalah metode menampilakn permukaan bumi yang
melengkung pada bidang datar seperti kertas atau layar komputer.
Rambu suar adalah Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran tetap yang
bersuar dan mempunyai jarak tampak sama atau lebih dari 10
12 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 13
BAB II
TATA LAKSANA PENATAAN BATAS
14 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 15
Lembaga yang menangani bidang perhubungan laut; Secararingkas,
Secara ringkas,
tata tata laksana
laksana penataanpenataan batastahapan
batas meliputi meliputi tahapan
kegiatan
Lembaga yang menangani bidang hidro oseanografi; kegiatan sebagaimana
sebagaimana diagram alirdiagram alir sebagai berikut:
sebagai berikut:
Lembaga Pemerintah yang menangani bidang survey dan pemetaan
rupa bumi; Perancangan Penataan
Lembaga pemerintah yang menangani bidang perencanaan Batas
pembangunan daerah provinsi atau kabupaten/kota;
Dinas/satuan kerja perangkat daerah yang terkait di provinsi atau Pemasangan Tanda
kabupaten/kota; dan Batas
Instansi lain yang dianggap perlu;
4. Surat Keputusan Penetapan Panitia Tata Batas dilengkapi lampiran daftar Pengukuran Batas
keanggotaan yang menunjukkan wewenang/jabatan tertentu;
5. Pembiayaan panitia tata batas disesuaikan dengan kewenangan yang
diamanatkan dalam Surat Keputusan Penetapan Panitia Tata Batas Pemetaan Batas
Kawasan
(pembiayaan panitia nasional dibebankan kepada APBN Ditjen KP3K,
sedangkan pembiayaan panitia daerah dibebankan kepada APBD
Provinsi, Kabupaten/Kota yang bersangkutan). Pembiayaan kegiatan Sosialisasi Penandaan
Batas Kawasan
pelaksanaan penataan batas dapat berasal dari sumber lain yang bersifat
tidak mengikat;
Pembuatan Berita
6. Dalam pelaksanaan kegiatan yang bersifat teknis, panitia dapat dibantu
Acara Tata Batas
pihak ke-3.
Batas kawasan konservasi yang tidak jelas dapat mengancam keberadaaan Pengesahan Batas
Kawasan
kawasan konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dalam memenuhi fungsinya serta
membuka peluang terjadinya pelanggaran di kawasan konservasi Pesisir dan Pulau- Gambar 1. Diagram alir tata laksana penataan batas
pulau Kecil. Pemeliharaan dan pengamanan kawasan konservasi Pesisir dan Pulau- Gambar 1. Diagram alir tata laksana penataan batas
pulau Kecil dapat dilakukan dengan optimal apabila di dukung dengan kepastian 2.2 Perancangan Penataan Batas
hukum dan batas kawasan yang jelas. 2.2 Perancangan
Setelah Penataan
panitia tata batas Batasselanjutnya dilakukan perancangan
terbentuk,
Setelah panitia tata batas terbentuk, selanjutnya dilakukan perancangan
penataan batas. Perancangan penataan batas meliputi langkah-langkah
penataan batas. Perancangan penataan batas meliputi langkah-langkah
sebagaisebagai
berikut:
berikut:
1. Pengumpulan dandan
1. Pengumpulan Analisis
AnalisisData
Data
Proses
Proses pengumpulandan
pengumpulan dan analisis
analisis data dilakukan
data oleh panitia
dilakukan oleh tata batas tata
panitia
batasdenganketentuan,
dengan ketentuan,panitia tata batas:
panitia tata batas:
Memiliki data dan informasi batas-batas kawasan terverifikasi sebagai
Memiliki data dan informasi batas-batas kawasan terverifikasi
referensi utama antara lain:
sebagai referensi utama antara lain:
o Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi
16 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil o Dokumen Penetapan
Petunjuk Teknis PenataanKawasan Konservasi,
Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dantermasuk
Pulau-pulau Kecil 17
SK
Penetapan
o Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi 3. Penetapan Jenis Tanda Batas
o Dokumen Penetapan Kawasan Konservasi, termasuk SK Setelah rancangan peta final tata batas hasil proyeksi selesai, panitia
Penetapan tata batas menentukan jenis tanda batas yang akan digunakan di
o Dokumen Laporan Pengumuman dan Sosialisasi Kawasan kawasan konservasi. Penentuan jenis tanda batas disesuaikan dengan
Konservasi peruntukannya sebagai titik referensi atau sebagai tanda batas. Jenis
Mengumpulkan data dan informasi secara langsung dari para tanda batas ini juga ditetapkan dengan mempertimbangkan lokasi
pemangku kepentingan serta mengidentifikasi isu dan permasalahan penempatannya di lapangan nanti, baik berada di daratan, ataupun di atas
terkait tata batas permukaan air. Sebagai acuan, panitia tata batas harus mempertimbangkan
Melakukan analisis data dan informasi yang dikumpulkan dan jarak pandang, kekuatan dan daya tahan tanda batas, serta tidak mudah
membandingkan dengan referensi utama, serta bila diperlukan dapat untuk dipindah-pindahkan. Jika dianggap perlu panitia tata batas dalam
melakukan verifikasi ulang batas kawasan kepada masyarakat di menentukan jenis tanda batas ini dapat meminta bantuan tenaga ahli
sekitar kawasan yang telah ditetapkan. terkait.
18 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 19
Untuk mengetahui keterkaitan/hubungan antara 2 (dua) buah titik yang 2.4 Pengukuran Batas
posisinya berjauhan satu sama lain sekaligus untuk pembuatan peta dengan Pelaksanaan pengukuran batas dilakukan setelah diperoleh peta batas
cakupan areal yang luas, maka diperlukan adanya titik kontrol (control point) kawasan untuk menentukan arah dan jarak antara 2 (dua) titik tanda batas di
dengan kerapatan yang memadai sehingga pelaksanaan pengukuran area lapangan. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang kompleks, selain aspek
dapat lebih mudah. teknis, banyak kepentingan dari berbagai pihak yang terlibat, baik Pemerintah
maupun pihak-pihak yang memanfaatkan area yang berbatasan langsung
Titik Kontrol dengan wilayah kawasan konservasi. Aspek legal mengenai syarat-syarat
Titik Kontrol (dikenal juga dengan istilah Titik Acuan/Titik Ikat/Titik pengukuran dan pematokan batas harus menjadi perhatian.
Referensi). Titik Kontrol direpresentasikan secara permanen di pantai, dengan
ketentuan berupa pilar beton yang kokoh, tidak berubah tempat, diatas Pengukuran batas ini meliputi tahapan pekerjaan sebagai berikut:
tanah yang keras agar tidak ambles (turun). Dalam proses penetapan dan
penegasan batas di perairan laut, hanya titik-titik acuan (reference points) 1. Pengecekan titik
yang direpresentasikan dengan suatu pilar atau tugu. Titik-titik lain seperti titik Prosedur pengecekan titik harus dilaksanakan segera setelah tim tiba di
awal dan titik batas, adalah titik-titik yang digambarkan pada peta batas dan lokasi titik, dengan kegiatan yang harus dilakukan antara lain misalnya
koordinatnya dibaca secara kartometrik dan dicantumkan pada peta batas. komunikasi radio dengan tim lapangan lainnya, dan melakukan kroscek
Karena tidak memungkinkan dilapangan titik-titik ini tidak ditandai dengan pilar nomor titik yang tertera adalah sama dengan yang akan diamati;
atau tugu yang dipasang di pantai. Penentuan koordinat titik kontrol dilakukan
menggunakan sistem satelit navigasi GPS (Global Positioning System) 2. Prosedur sebelum pengamatan
dengan menggunakan metode static deferensial dan menggunakan datum Setelah pengecekan titik selesai dilakukan, peralatan GPS ditempatkan
WGS 84 (World Geodetic System 1984). Spesifikasi dan petunjuk teknis di atas titik sengan memastikan bahwa antena berada tepat di atas tanda
dalam pembuatan titik kontrol mengacu pada SNI Jaring Kontrol Horisontal titik. Selanjutnya receiver GPS disiapkan dalam kondisi siap proses
(SNI 19-6724-2002), SNI Jaring Kontrol Vertikal dengan Sipat Datar (SNI 19- pengamatan. Pada saat yang sama lengkapi bagian pengamatan pada
6988-2004) dan Jaring Kontrol Gaya Berat (SNI 19-7149-2005). Formulir Deskripsi Titik;
Hubungan antara masing-masing titik kontrol diukur dengan ketelitian yang
tinggi. Titik-titik kontrol ini membentuk semacam jaringan yang dinamakan 3. Prosedur saat pengamatan
jaringan titik kontrol primer atau disingkat jaringan primer. Selanjutnya Setelah tim di lapangan siap, tekan tombol tertentu untuk memerintahkan
guna meningkatkan kerapatan titik-titik kontrol dalam jaringan primer, maka receiver GPS memulai pengamatan dengan mengamati hal-hal seperti
diantara titik-titik kontrol jaringan primer tersebut dapat dipasang titik kontrol nomor satelit yang teramati, harga DOP pada layar tampilan receiver
lain yang dikaitkan dengan titik kontrol primer. Titik kontrol lain ini dipasang dan bandingkan harga DOP tersebut dengan harga prediksi pada saat
dengan pengukuran dengan tingkat ketelitian yang lebih rendah, dan disebut perencanaan survei.
sebagai titik-titik kontrol sekunder. Bilamana dibutuhkan, selanjutnyadapat
dibuat titik-titik kontrol dengan kerapatan lebih tinggi lagi yang disebut titik-titik 4. Prosedur setelah pengamatan
kontrol tersier yang dapat dikaitkan baik dengan titik kontrol primer maupun Setelah pengamatan di satu titik diselesaikan, dilanjutkan dengan
sekunder. melakukan kegiatan sebagai berikut:
20 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 21
Memberitahukan tim lainnya bahwa receiver telah selesai melakukan
JUDUL
pengamatan SKALA
JUDUL
Pemetaan batas kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil Skala kecil 1:250.000 125km x 125km Kurang
Skala kecil 1:250.000 125km x 125km Kurang
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. Simbol-simbol yang digunakan mengacu pada Peta No.1/Chart No.1(Int 1) 4. Sistem Koordinat dan Proyeksi Peta
4. Sistem Koordinat dan Proyeksi Peta
4. SistemSistem
Koordinat dan dan
koordinat Proyeksi Peta
proyeksi peta menggunakan ketentuan sebagai berikut :
2. Tata Letak Peta mengacu pada SNI LPI &SNI RBI, dengan tata letak Sistem koordinat dan proyeksi peta menggunakan ketentuan sebagai
Sistem koordinat dan proyeksi peta menggunakan ketentuan sebagai
peta disajikan pada gambar sebagai berikut: berikut :1. Sistem koordinat
berikut :
Sistem koordinat yang dipakai dalam pemetaan memakai satuan
1. Sistem koordinat
1. Sistemderajat. Dalam tata letak peta satuan yang dapat digunakan adalah;
koordinat
a. Derajat menit detik : xxxo xx xx,xx
b. Derajat menit : xxxo xx,xx
c. Derajat : xxx,xxo
22 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 23
2. Sistem proyeksi peta - Lampiran:
Sistem proyeksi peta yang digunakan dalam pemetaan batas kawasan SK Penetapan Kawasan Konservasi.
konservasi pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah datum World Geodetic SK Panitia Penataan Batas.
System 1984 (WGS 1984). Datum adalah sistem koreksi kartografi Berita acara sosialisasi
yang mengkompensasikan irregularitas pada lingkaran bumi. Setiap Dokumen pendukung yang dianggap perlu
seri peta topografi dibuat dengan menggunakan datum spesifik. Format contoh berita acara sebagaimana terlampir
Receiver GPS mempunyai 25.100 datum berbeda untuk dipilih, tetapi
semuanya di dasarkan pada Datum WGS84. Peta harus mempunyai 2.8 Pengesahan Batas Kawasan
judul datum spesifik yang tertulis di dalamnya. Indonesia saat ini sudah Seluruh tahapan penataan batas disusun dan dilaporkan oleh Dirjen
resmi menggunakan datum WGS 84. Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil kepada Menteri Kelautan dan
Perikanan untuk proses pengesahan.
2.6 Sosialisasi Penandaan Batas Kawasan Pengesahaan batas kawasan konservasi pesisir dan Pulau-pulau
Sosialisasi penandaan batas bertujuan untuk menginformasikan dan Kecil ditetapkan dengan keputusan Menteri setelah mempertimbangkan
memberikan pemahaman tentang batas kawasan, jenis tanda batas dan rekomendasi dan berita acara tata batas kawasan konservasi pesisir dan
peruntukannya. Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat dan stakeholder Pulau-pulau Kecil yang ditandatangani oleh semua anggota panitia tata batas.
terkait di daerah yang dilengkapi dengan daftar hadir peserta sosialisasi serta
dokumentasi seperlunya. Daftar hadir dan dokumentasi tersebut dilampirkan Surat Keputusan Pengesahan Batas Kawasan antara lain memuat:
dalam berita acara tata batas. - Jenis kawasan konservasi
Kegiatan sosialisasi juga dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan - Luas kawasan konservasi
penataan batas yang meliputi Perancangan Penataan Batas, Pemasangan - Koordinat geografis titik batas kawasan konservasi
Tanda Batas, Pengukuran Batas, Pemetaan Batas Kawasan, penandaan - Titik referensi
batas, pembuatan berita acara tata batas dan pengesahan tata batas. - Lampiran: Peta tata batas kawasan konservasi yang ditandatangani oleh
seluruh panitia tata batas.
2.7 Pembuatan Berita Acara Tata Batas
Pembuatan berita acara tata batas dilakukan setelah sosialisasi Tindak lanjut pengesahan tata batas kawasan konservasi, Direktorat Jenderal
penandaan batas kawasan, yang memuat hal-hal sebagai berikut: Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, melakukan:
- Deskripsi pelaksanaan penataan batas - mengumumkan/sosialisasi di media massa
- Luas Kawasan - mendaftarkan peta kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil yang
- Koordinat geografis titik batas telah ditata batas ke dishidros TNI AL dan Badan Informasi Geospasial
- Titik referensi untuk selanjutnya dimasukkan dalam peta pelayaran internasional dan
- Deskripsi tanda batas basis data geospasial nasional.
- Disclaimer (sangkalan) - mengusulkan dan mengawal agar kawasan konservasi pesisir dan
- Panitia (pihak) yang menandatangani berita acara pulau-pulau kecil dengan tata batas yang disepakati muncul pada peta
- Berita acara tata batas kawasan ditandatangani oleh semua anggota pelayaran dan berita pelaut Indonesia, serta peta International Maritime
panitia tata batas dan diketahui oleh Dirjen KP3K Organization (IMO)
- melakukan koordinasi dengan pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
Permendagri Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas
Daerah
24 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 25
BAB III
TANDA BATAS KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL SEBAGAI PERANGKAT PENGELOLAAN
26 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 27
A. Tanda Batas Alam
Tanda batas alam adalah tanda batas yang menggunakan bentukan Pemasangan Rambu Suar
alam (yang tidak mudah mengalami perubahan) sebagai patokan batas Pemasangan rambu suar dapat dilakukan pada tempat-tempat berikut:
kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. Selain itu tanda batas 1. pertemuan antara sungai utama dengan anak sungai;
alam dapat juga digunakan sebagai titik referensi. Tanda batas alam 2. tikungan-tikungan sungai dengan tepi yang curam dan berliku-liku;
dapat berupa: 3. alur pelayaran dengan frekuensi lalu lintas yang tinggi;
Alur Sungai 4. lokasi tertentu sesuai dengan perkembangan lalu lintas pelayaran.
Sungai dapat digunakan sebagai tanda batas alam kawasan konservasi
baik sebagian atau keseluruhan bagian sungai, seperti tebing, muara, Titik koordinat penempatan rambu suar setelah dipasang ditentukan dengan
badan sungai dan bagian-bagian sungai lainnya. Global Positioning System (GPS). selanjutnya dijadikan sebagai informasi
Garis Pantai untuk dicantumkan pada peta laut.
Garis pantai dapat digunakan sebagai batas alam kawasan konservasi
dengan mempertimbangkan pasang surut, vegetasi pantai dan
kewenangan pengelola kawasan.
Pulau/gosong
Pulau/gosong dapat digunakan sebagai tanda batas alam kawasan
konservasi baik sebagian atau keseluruhan pulau/gosong.
Tanda batas alam yang sudah ditentukan wajib dilengkapi dengan tanda
batas buatan, dapat berupa patok, papan informasi atau tanda batas buatan
lainnya. Tanda batas alam kawasan konservasi yang sudah ditentukan harus
tercantum dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam Berita Acara
Tata Batas.
1). Rambu
Rambu sebagai penanda batas kawasan konservasi perairan dapat Gambar 2. Rambu Suar
berupa rambu suar atau rambu lainnya yang umum disebut sebagai
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (Peraturan Menteri Perhubungan Rambu suar yang sudah berada dan telah dibangun sebelumnya di dalam
Nomor PM 25 Tahun 2011 Tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran). kawasan konservasi perairan, bisa dijadikan sebagai penanda batas kawasan
28 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 29
konservasi tersebut, melalui koordinasi instansi terkait. Keterangan:
Pemasangan rambu suar untuk kawasan konservasi perairan harus KKP : Nama Kawasan konservasi pesisir dan Pulau-pulau Kecil
berkoordinasi dengan dinas perhubungan setempat dan Direktorat Jenderal 123 45 : titik koordinat Buoy
o
Buoy (pelampung penanda) 6. Penulisan nomor registrasi tersebut harus dilakukan menggunakan cat/
Buoy dapat digunakan digunakan sebagai penanda batas di wilayah bahan yang tidak
6. Penulisan
mudah luntur
nomor registrasi
tersebut harus dilakukan
perairan, apabila penanda batas lainnya tidak memungkinkan untuk 7. Penempatan buoy ditentukan berdasarkan fungsi
menggunakan cat/bahan yang tidak mudah lunturdan kebutuhan
diterapkan. Buoy dapat terbuat dari benda yang dapat terapung di laut, 7. Penempatan buoy ditentukan berdasarkan fungsi dan kebutuhan
seperti pipa PVC, bola pelampung yang dilengkapi dengan pemberat di
bagian bawah agar tidak mudah berpindah. buoy buoy
Pemasangan pelampung penanda dapat diletakkan pada kedalaman
kurang dari 10 (sepuluh) meter dari permukaan laut dan jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Titik koordinat penempatan buoy setelah
tali 10 m rantai 10 m
dipasang ditentukan dengan Global Positioning System (GPS), selanjutnya
dijadikan sebagai informasi untuk dicantumkan pada peta laut.
Kriteria bentuk buoy untuk penanda batas kawasan konservasi pesisir Jangkar Jangkar
32 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 33
dipasang pada daerah-daerah yang berbatasan dengan permukiman dan Keterangan:
rawan pelanggaran. KKP : Nama Kawasan konservasi pesisir dan Pulau-pulau Kecil
123 45 : titik koordinat pal batas
o
Pal batas dibuat dari beton dengan rangka bertulang besi, dengan Zona A, Zona B : Nama fungsi kawasan
Penulisan nomor registrasi tersebut harus dilakukan menggunakan cetakan
ukuran panjang 20 cm x lebar 20 cm x tinggi 100 cm (dihitung dari
huruf dan di cat menggunakan bahan yang tidak mudah luntur
permukaan tanah), ditanam dengan kokoh. Pal batas dipasang pada
batas luar kawasan yang berada di darat serta pada titik-titik yang telah
3.3 Tata cara pemasangan tanda batas
direncanakan sesuai dengan hasil perancangan batas. Jarak antara pal
Persyaratan penempatan lokasi tanda batas adalah sebagai berikut:
batas disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah. Bagian atas
1. pemasangan tanda batas sesuai dengan lokasi perancangan tanda
pal sepanjang 25 cm diberi warna Jingga dan dilengkapi dengan nomor
batas;
registrasi dengan format sebagaimana ilustrasi gambar di bawah.
2. memperhatikan kestabilan lokasi pemasangan tanda batas;
3. memperhatikan kemudahan pelaksanaan monitoring tanda batas;
4. tanda batas diutamakan dipasang pada titik sudut terluar kawasan atau
pada batas zona kawasan.
PP1
1 25 cm
KKP
123o 45
100 cm
20 cm
Zona A
20 cm
Zona B
Muka tanah
Pondasi
Penataan batas perlu dilakukan dalam rangka realisasi legalitas status kawasan
konservasi untuk menegaskan batas definitif di lapangan sehingga diperoleh status
hukum yang pasti. Dengan demikian, kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
pengelolaan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dapat dilakukan
secara efektif.
Petunjuk Penataan Batas Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau pulau Kecil ini
dibuat agar dapat dijadikan sebagai acuan teknis pengelolaan kawasan konservasi
pesisir dan pulau-pulau kecil dalam menentukan batas luar dan zonasi kawasan.
Pedoman ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
000 ..
DIREKTUR JENDERAL
KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL,
ttd.
SUDIRMAN SAAD
Achmad Satiri
36 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 37
8 Badan
Pertanahan - Direktorat Penatagunaan Tanah 1
Nasional
Lampiran II : Peraturan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau- (b) Panitia tata batas daerah terdiri dari:
Pulau Kecil Nomor 10/PER-DJKP3K/2013 tentang No Instansi Jumlah (orang)
Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi 1 Dinas Kelautan dan Perikanan 1
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K). 2 Dinas Pekerjaan Umum 1
3 Bappeda 1
Lampiran II : Peraturan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan 4 Dinas Perhubungan 1
Pulau-Pulau Kecil Nomor 10/PER-DJKP3K/2013
tentang Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan
Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K).
A. SUSUNAN RINCI PANITIA TATA BATAS TINGKAT NASIONAL DAN
DAERAH DIREKTUR JENDERAL
A. SUSUNAN RINCI PANITIA TATA BATAS TINGKAT NASIONAL DAN DAERAH
KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL,
Pengarah:
ttd.
1 Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil
2 Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan SUDIRMAN SAAD
3 Direktur Jenderal Perikanan Tangkap
4 Direktur Jenderal Perhubungan Laut
5 Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah
6 Kepala Dinas Hidro-oseanografi
7 Kepala Pusat Atlas dan Tata Ruang Disalin sesuai dengan aslinya
8 Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
9 Direktur Jenderal Tata Ruang
Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas
10 Kepala Badan Pertanahan Nasional
4 Dinas Hidro-
- - 1
oseanografi
5 Badan
Pusat Atlas dan
Informasi - 1
Tata Ruang
Geospasial
6 Kementerian Direktorat Jenderal
Kehutanan Planologi - 1
Kehutanan
7 Kementerian
Direktorat Jenderal Direktorat Pembinaan Penataan Ruang
Pekerjaan 1
Tata Ruang Daerah Wilayah I dan II
Umum
8 Badan
Pertanahan - Direktorat Penatagunaan Tanah 1
Nasional
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA
Deskripsi Titik GPS
Orde: Foto Titik GPS
Orde:
01. DESA/KEL. : ..
02. KECAMATAN : ..
03. KABUPATEN/KOTAMADYA : .. ARAH PANDANGAN KE UTARA ARAH PANDANGAN KE TIMUR
04. PROPINSI : ..
42 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 43
D. FORMULIR SKETSA TITIK
D. FORMULIR SKETSA TITIK
No. Titik
Achmad Satiri
44 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 45
DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN
DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
46 Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 47