Anda di halaman 1dari 28

RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Keluarga ABORTUS
Jl. Ahmad Yani No.9 RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Selagalas Mataram No. Dokumen No Revisi Halaman :
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Prosedur Direktur RS Harapan Keluarga

Pengertian Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum


janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500
gram.
Jenis dan derajat abortus :
a. Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan, dimana
terjadi perdarahan pervaginam ostium uteri masih tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
b. Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam
dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka,
akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.
c. Abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri masih ada yang tertinggal.
d. Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
Tujuan 1. Staff bidan mampu mengobservasi kebutuhan pasien.
2. Staff bidan mampu melaksanakan intervensi sesuai dengan
diagnosa yang ditegakkan
Kebijakan 1. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
2. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur 1. petugas melakukan anamnesa
2. petugas melakukan pemeriksaan fisik
3. penatalaksanaan :
a. Abortus imminens terdiri atas :
1. Istirahat tirah baring.
2. Tablet penambah darah
3. Vitamin ibu hamil diteruskan
b. Abortus insipiens
1. Observasi tanda vital
2. Bila kondisi stabil rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih lengkap untuk rencana pengeluran hasil konsepsi
3. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret
vakum atau dengan cunam abortus, disusul dengan kerokan
c. Abortus inkomplit
1. Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
2. Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena
perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera berikan
infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul
dengan darah.
3. Setelah syok teratasi rujuk ke fasilitas selnjutnya untuk
dilakukan kerokan (D/C). Pasca tindakan berikan ergometrin
IM.
d.Abortus komplit
Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita
anemia perlu diberikan sulfas ferosus dan dianjurkan supaya
makanannya mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.

Unit Terkait Poli Kebidanan


RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga KURETASE
Jl. Ahmad Yani RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
No.9 No. Dokumen No Revisi Halaman :
Selagalas Mataram
Standar Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Operasional Direktur RS Harapan Keluarga
Prosedur
Pengertian evakuasi kavum uteri secara kuretase adalah cara untuk mengosongkan
kavum uteri dengan menggunakan sendok kuret
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk diagnosis dan therapi
Kebijakan 1. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
2. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur 1. Anamnesa, pemeriksaan umum dan pemeriksaan ginekologik
2. Penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan tindakan dan
komplikasi yang mungkin terjadi
3. Penentuan jenis kontrasepsi yang akan digunakan pasca
tindakan
4. Informed consent dari pasien dan suami [atau keluarga]
5. Bila masih memungkinkan dan dianggap perlu, tindakan untuk
memperlebar kanalis servikalis dilakukan dengan pemasangan
batang laminaria dalam kanalis servikalis dalam waktu
maksimum 12 jam sebelum tindakan kuretase.
6. Dilatasi juga dapat dilakukan dengan dilatator Hegar yang
terbuat dari logam dari berbagai ukuran (antara 0.5 cm sampai
1.0 cm)
7. Setelah persiapan operator dan pasien selesai, pasien diminta
untuk berbaring pada posisi lithotomi setelah sebelumnya
mengosongkan vesica urinaria.
8. Perineum dibersihkan dengan cairan antiseptik
9. Dilakukan pemeriksaan dalam ulangan untuk menentukan
posisi servik, arah dan ukuran uterus serta keadaan adneksa
10. Spekulum dipasang dan bibir depan porsio dijepit dengan 1 atau
2 buah cunam servik.
11. Gagang sonde dipegang antara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan dan kemudian dilakukan sondage untuk menentukan arah
dan kedalaman uterus
12. Bila perlu dilakukan dilatasi dengan dilatator Hegar
13. Jaringan sisa kehamilan yang besar diambil terlebih dulu
dengan cunam abortus
14. Sendok kuret dipegang diantara ujung jari dan jari telunjuk
tangan kanan (hindari cara memegang sendok kuret dengan cara
menggenggam), sendok dimasukkan ke kedalam uterus dalam
posisi mendatar dengan lengkungan yang menghadap atas.
15. Pengerokan uterus dikerjakan secara sistematik ( searah dengan
jarum jam dan kemudian berlawanan arah dengan jarum jam ).
Cavum uteri dianggap bersih bila tidak terdapat jaringan sisa
kehamilan lagi yang keluar dan cairan darah cavum uteri
berbuih.
16. Rongga vagina dibersihkan dari sisa jaringan dan darah.
17. Diberikan doxycycline 200 mg per oral pasca tindakan dan 100
mg sebelum tindakan.

Unit Terkait Poli Kebidanan


RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Jl. Ahmad Yani No.9 RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Selagalas Mataram No. Dokumen No Revisi Halaman :
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Prosedur Direktur RS Harapan Keluarga

Pengertian Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan


sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu
menjadi buruk.
Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Staff bidan mampu melaksanakan terapi sehingga pasien tidak
jatuh dalam dehidrasi berat
Kebijakan 1. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
2. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur 1. Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
2. Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya
Ulkus peptikum, gastritis.
3. Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD,
input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan
bandingkan dengan standar
4. Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan
sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi
karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
5. Laksanakan terapi sesuai advice dokter
Unit Terkait Poli Kebidanan dan Kandungan
RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga MOLA HIDATIDOSA
Jl. Ahmad Yani No.9 RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Selagalas Mataram No. Dokumen No Revisi Halaman :
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Prosedur Direktur RS Harapan Keluarga

Pengertian Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan dengan sel sel Throfoblas
(sel sel pada uri) yang abnormal, dimana terjadi peresapan cairan
berlebihan ke dalam jonjot - jonjot uri, sehingga timbul gelembung-
gelembung berisi cairan sebesar butir kacang hijau sampai sebesar
buah anggur.
Tujuan Staff bidan mampu mengenali dan mengklasifikasikan jenis jenis
perdarahan pada kehamilan TM.1
Kebijakan 1. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
2. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur 1. Perbaiki KU ibu dengan infuse, K/P transfuse
2. Pengeluaran jaringan Mola hidatidosa : dengan curet 2 kali, jarak
curet ke 1 dan ke 2 kurang lebih 7-14 hari
3. Persiapan penderita
puasa sejak 6 jam sebelum curet
bila mulut rahim masih menutup pasang Laminaria stief 12
jam sebelum curet
pemasangan selang air kencing
pemberian infuse dengan oksitosin
sedia darah
Rencana pengobatan
Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi
Dilaksanakan kuretase
Durante kuretase drip oksitosin 20UI/500 cc cairan
4. Pengangkatan Rahim
Usia ibu > 35 tahun dan sering melahirkan/punya anak
banyak
Ada tanda-tanda keganasan

5. Pengobatan Sistostatika
Usia > 35 tahun dan sering melahirkan anak banyak
Selama dirawat :
Ibu tirah baring , kurangi aktifitas agar tidak terjadi
perdarahan
Makanan bergizi, untuk mempertinggi daya tahan tubuh
6. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan kadar Hcg dalam air seni selama 1-2 tahun.
Dimulai 2 mg setelah curet ke II , dengan jarak pemeriksaan 2
mg
Bila 2x pemeriksaan hasil HCG (-) dikatakan sembuh, namun
tetap control:
untuk wanita yang sudah punya anak tetap control selama 2
tahun
untuk wanita yang belum punya tetap control selama 1 tahun
Selama 1-2 tahun penderita tidak boleh hamil
KB kondom, pil atau spiral
Makan dengan porsi banyak yang bergizi tinggi ( TKTP)
Selama hamil, makanan harus bergizi
Sebaiknya tidak hamil di usia < 20 tahun dan > 35 tahun
Periksa hamil sedini mungkin semenjak terlambat haid
Pemeriksaan hamil rutin dan ikuti petunjuk dari dokter dan
petugas

Unit Terkait Poli Kebidanan


Ruang Operasi
Laboratorium
RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga MANAJEMEN AKTIF KALA III
Jl. Ahmad Yani No.9 RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Selagalas Mataram No. Dokumen No Revisi Halaman :
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Prosedur Direktur RS Harapan Keluarga

Pengertian proses pimpinan dalam kala III persalinan yang dilakukan secara
aktif
Tujuan Staff bidan mampu melahirkan plasenta secara efektif dan efisien
Kebijakan 1. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
2. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur A. Persiapan
1. Persiapan alat
Klem tali pusat
Larutan antiseptic
Oksitosin
Dispo 3 cc
Tempat plasenta
2. Persiapan pasien
Beri informasi maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan
Atur posisi
3. Persiapan lingkungan
Ruangan tertutup dan nyaman terlindung dari pemandangan
umum
B. Langkah-langkah
1. Klem tali pusat pada jarak sekitar 5 cm dari umbilikallis
bayi, jepit tali pusat di antara jari tengah dan telunjuk
2. Pasang klem kedua dengan jarak 3 cm dari klem pertama
3. Pegang tali pusat diantara 2 klem dengan satu tangan kiri
kemudian dengan tangan yang lain gunting tali pusat diantara
kedua klem tersebut
4. Serahkan bayi pada asisten untuk perawatn selanjutnya
5. Lakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa ini adalah
kehamilan tunggal
6. Beri oksitosin 10 ui IM
7. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva
8. Letakkan satu tangan di atas simphysis untuk menahan
uterus, tangan lain memegang klem tali pusat untuk
menegangkan dan membuat tarikan
9. Setelah uterus berkontraksi kuat tegangkan tali pusat dan
dorong uterus ke dorso cranial
10. Upayakan tali pusat tetap kencang dan lakukan dorongan
ringan dan melepas pegangan secar bergantian pada korpus
uteri apabila juluran tali pusat bertambah panjang
11. Lakukan gerakan ini berulang kali hingga plasenta berada di
depan vulva
12. Lahirkan plasenta dengan cara memilin
13. Segera setelah plasenta lahir lakukan massase ringan pda
uterus secara sirkuler dengan telapak atau jari-jari tangan
hingga kontrkasi berlangsung baik
14. Periksa kelengkapan plasenta
15. Masukkan plasenta pada wadah plasenta yang telah
disiapkan
16. Lanjutan penanganan kala IV
C. Sikap Bidan
1. Bekerja secara hati-hati
2. Cermat
3. Teliti
4. Sopan dan ramah
Unit Terkait Ruang Nifas
Dokter
RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga KALA II YANG AMAN
Jl. Ahmad Yani No.9 RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Selagalas Mataram No. Dokumen No Revisi Halaman :
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Prosedur Direktur RS Harapan Keluarga

Pengertian Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
pengeluaran hasil konsepsi setelah pembuahan berumur lebih dari 37
minggu dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
Tujuan Membantu persalinan supaya bersih dan aman, serta mencegah
terjadinya komplikasi dalam persalinan.
Kebijakan 1. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
2. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur Persiapan Alat
Bak instrumen berisi partus set (klem 2,gunting tali pusat
1,setengah koher 1, kateter 1)
Sarung tangan steril
Kom berisi kapas dan air DTT
Penghisap lendir atu delee
oksitosin
spuit 3cc
umbilikal klem dan mono aural
kasa steril
kain utk ibu dan bayi
bengkok
tempat placenta
baskom berisi air DTT dan waslap
baskom berisi cairan klorin 0,5%
tempat sampah basah dan kering

MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA DUA


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
Ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran
Ibu merasakan tekanan rektum dan vagina semakin meningkat
Perineum tampak menonjol
Vulva dan sfingter ani membuka

MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan , dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu
dan bayi baru lahir
Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partu set
3. Memakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian
keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam
6. Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik(gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT dan steril), pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik.

MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN


JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa dengan dibasahi air DTT
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama
Buang kasa atau kapas pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
Ganti jika sarung tangan terkontaminasi (dekontaminasi)
lepas dan rendam dalam larutan clorin 0,5%
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk mamastikan pembukaan
lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan clorin
0,5%, kemudian lepaskan dan rendam sarung tangan dalam posisi
terbalik selama 10 menit. Kemudian cuci tangan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
relaksasi uterus untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-
160 x/menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika tidak normal
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam. DJJ dan
semua hasil penilaian serta asuhan pada partograf.

MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU


PROSES BIMBINGAN UNTUK MENERAN
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan
yang sesuai dengan keinginannya.
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat kepada ibu untuk
meneran secara benar
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi untuk
meneran. (bila ada rasa untuk meneran dan terjadi kontraksi yang
kuat, bantu ibu untuk ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
Bimbing ibu untuk meneran secara benar
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (kecuali dalam posisi terlentang dalam
waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat
untuk ibu
Beri cukup asupan cairan per-oral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida)
Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit

PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


14. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm
15. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu
16. Buka tutup partuset dan perhatikan kembali kelengkapan
bahan dan alat
17. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


Lahir Kepala
18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal
19. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan lanjutkan proses
kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit di leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut
18 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
Lahirkan Bahu
20. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegeng secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah
atas dan distal untuk mengeluarkan bahu belakang
Lahirkan Badan dan Tungkai
21. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan, dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelususri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas
22. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jaro-jari lainnya)

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


23. Lakukan penilaian (selintas):
Apabila bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa
kesulitan?
Apabila bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap
lakukan tindakan resusitasi ( langkah 25 ini berlanjut ke
langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan
asfiksia)
24. Keringkan dan posisi tubuh bayi di atas perut ibu
Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(tanpa membersikan verniks) kecuali bagian tangan
Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
Pastikan bayi dalam kondisi yang mantap di atas perut ibu
25. Periksa kondisi perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi kedua
dalam uterus (hamil tunggal)
26. Beri tahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntik oksitosin
(agar uterus berkontraksi baik)
27. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10
unit (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)
28. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah
bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi
luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
29. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut
bayi) diantara 2 klem tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali ke sisi berlawanan dan lakukan
ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
30. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel baik di dinding dada-perut
ibu.Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
31. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi

Unit Terkait Ruang Nifas


Ruang Bayi
RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga PENANGANAN REST PLASENTA
Jl. Ahmad Yani No.9 RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Selagalas Mataram No. Dokumen No Revisi Halaman :
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Prosedur Direktur RS Harapan Keluarga

Pengertian Tertinggalnya sebagian plasenta atau selaput plasenta di dalam


cavum uteri setelah proses persalinan
Tujuan 1. Agar uterus dapat berkontraksi dengan baik
2. Perdarahan dapat teratasi dengan cepat
3. Menurunkan AKI
Kebijakan 1. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
2. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur Alat dan bahan
Handscoon panjang 1 pasang
Kapas DTT dalam tempatnya
Betadine
Obat utero tonika : metergin 1 ampul dan oksitosin 10 ampul
Infus set
Abocat no 18
Standar infus
Cairan infus RL 8 fles
Plester, kasa
Tempat sampah medis,non medis dan benda tajam 1buah
Ember berisi larutan klorin 0,5%
Schort 1 buah, masker 1 buah
Sepatu boot 1 pasang dan kacamata 1 buah
Bengkok 2 buah

pelaksanaan
1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tindakan yang akan di
berikan
2. Informed Consent
3. Cuci tangan
4. Observasi tanda-tanda vital
5. Pasang infus RL di gojrok yang sudah di berikan drip
oksitosin, sesuai dengan intruksi dokter
6. Pakai sarung tangan DTT/steril
7. Bersihkan bekuan dan selaput ketuban dari vagina dan saluran
serviks
8. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong, jika penuh
lakukan kateterisasi menggunakan teknik antiseptik
9. Keluarkan plasenta dengan digital
10. Letakkan tangan kiri berada pada fundus dan dua jari tangan
lainnya di masukkan secara obstetrik ke dalam vagina/cavum
uteri sambil meraba sisa placenta yang tertinggal
11. Lakukan pengikisan dengan perlahan-lahan sampai sisa
plasenta keluar semuanya
12. Letakkan tangan kiri pada fundus dan lakukan masase hingga
kontraksi uterus baik
13. Evaluasi perdarahan
14. Jika perdarahan tetap merembes dan sisa placenta sulit di
keluarkan kolaborasi dengan dokter
15. Dekontaminasi sarung tangan dan alat yang di gunakan
16. Cuci tangan
17. Dokumentasi tindakan

Unit Terkait Dokter Obgyn


RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga PEMANTAUAN KALA IV
Jl. Ahmad Yani No.9 RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Selagalas Mataram No. Dokumen No Revisi Halaman :
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Prosedur Direktur RS Harapan Keluarga

Pengertian Pemantuan dari 1 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
memantau kondisi ibu.
Tujuan Membantu persalinan supaya bersih dan aman, serta mencegah
terjadinya komplikasi dalam persalinan.
Kebijakan 4. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
5. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
6. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur MELAKUKAN ASUHAN PASCAPERSALINAN
1. Pasikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
2. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di
dada ibu paling sedikit 1 jam).
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusui pertama
biasanya berlangsung 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari
satu payudara
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusui
3. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, vitamin K 1mg intramuskular di paha kiri
anterolateral setelah satu jam kontak ibu-bayi
4. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam
pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusunkan
Letakan kembali bayi pada dada ibu biaya belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
Evaluasi
5. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri
6. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
7. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
8. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pascapersalinan
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2 jam pertama
pascapersalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
Memeriksa kembali kodisi bayi untuk memastikan bahwa
bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,6-37,5)

Kebersihan dan Keamanan


9. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah dekontaminasi
10. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampai yang
sesuai
11. Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering
12. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkan
13. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
14. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit
15. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang
kering dan bersih.

Dokumentasi
16. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV

Unit Terkait Ruang Nifas


Ruang Bayi
RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga BLIGHTED OVUM
Jl. Ahmad Yani No.9 RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Selagalas Mataram No. Dokumen No Revisi Halaman :
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Prosedur Direktur RS Harapan Keluarga

Pengertian Blighted ovum atau BO adalah kehamilan tanpa dijumpai adanya


pertumbuhan embrio.
Tujuan Mampu melakukan pengkajian pasien dengan menyeluruh
Kebijakan 1. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
2. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur 1. Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya
adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase).
2. Informed Consent
3. Hasil kuretase akan dianalis untuk memastikan apa penyebab
blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya.
Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi
kejadian berulang.
Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program
imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.

Unit Terkait Poli Kebidanan dan Kandungan


RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga DEAD KONSEPTUS
Jl. Ahmad Yani No.9 RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Selagalas Mataram No. Dokumen No Revisi Halaman :
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Prosedur Direktur RS Harapan Keluarga

Pengertian Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi


sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang
tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah
dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan
tanda-tanda kehidupan,seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau
kontraksi otot. Kematian janin fase awal diartikan sebagai keluarnya
hasil konsepsi pada 16 minggu kehamilan dan didiagnosis pertama
kali pada pemeriksaan USG
Tujuan Staff bidan mampu melakukan pengkajian dan pengumpulkan data
yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa.
Kebijakan 1. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
2. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur 1. Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat
dilakukan dilatasi atau kuretase.
2. Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksi
persalinan dengan oksitosin. Untuk oksitosin diperlukan
pembukaan serviks dengan pemasangan kateter foley intra uterus
selama 24 jam.
Unit Terkait Poli Kebidanan dan Kandungan
RS Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Jl. Ahmad Yani No.9 RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Selagalas Mataram No. Dokumen No Revisi Halaman :
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan Oleh
Prosedur Direktur RS Harapan Keluarga

Pengertian
Tujuan
Kebijakan 1. Semua bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur sesuai dengan dengan S.O.P yang dibuat
oleh Rumah Sakit.
2. S.O.P ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan dan telah terbukti
keabsahaannya secara ilmiah.
Prosedur
Unit Terkait Poli Kebidanan dan Kandungan
RS.Harapan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Keluarga HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Jl. Ahmad Yni RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
No.9 Selagalas NO. Dokumen No. Revisi Halaman
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan oleh Direktur RS Harapan
Prosedur Keluarga
Pengertian Adalah keadaan dimana penderita muntah-muntah yang
berlebihan lebih
dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
mengganggu kesehatan penderita.
Kriteria diagnosa
Muntah-muntah yang sering sekali
Perasaan tenggorokan kering dan halus
Kulit dapat menjadi kering ( tanda dehidrasi)
Berat badan turun dengan cepat
Pada keadaan yang berat timbul ikterus dan gangguan saraf

Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita hipertensi


Kebijakan 1. Semua Bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur keperawatan sesuai dengan S.P.O
yang dibuat oleh Rumah Saki.
2. S.P.O adalah acuan yang menjadi titik tolak pelakanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuiakan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannnya secara ilmiah
Pasien BPJS mempunyai asilitas tersendiri terhadap BMHP
Prosedur 1. Segera penderita dirawat, berikan cairan per infus
(glucose 5 10 % dan NaCL fisiologik)
2. Obat anti emetik, intra muskuler atau per infus.
3. Penderita dipuaskan sampai muntah telah berkurang,
diukur jumlah muntah ( cairan yang dimuntahkan) dan
cairan yang diberikan dan diuresis dalam 24 jam. Ukur
balans cairan setiap hari.

Unit terkait Poli kebidanan


RS. Harapan Keluarga STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Jl. Ahmad Yani No.9 KEHAMILAN EKTOPIK
Selagalas RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
NO. Dokumen No. Revisi Halaman
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan oleh Direktur RS Harapan
Prosedur Keluarga
Pengertian Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil
konsepsi berinplantasi dan tumbuh diluar endometrium cavum
uteri, seperti dirongga abdomen tuba fallopi, ovarium, cervix.
Kriteria diagnosis :
a. Terlambat haid
b. Sakit hebat tiba-tiba, kadang-kadang sampai pingsan
(sinkop)
c. Sakit perut bisa di daerah tertentu saja bisa menyeluruh
d. Sakit pada waktu flatus
Tujuan Agar pasien kehamilan ektopik mendapat penanganan yang
Optimal.
Kebijakan 1. Semua Bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur keperawatan sesuai dengan S.P.O yang
dibuat oleh Rumah Saki.
2. S.P.O adalah acuan yang menjadi titik tolak pelakanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuiakan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannnya secara ilmiah
4. Pasien BPJS mempunyai fasilitas tersendiri terhadap BMHP
Prosedur 1. Disesuaikan dengan kondisi penderita, lokasi kehamilan
ektopik dan keinginan penderita akan fungsi reproduksinya.
Pada umumnya dilakukan laparotomi
2. Bila kondisi buruk lakukan salpingektomia
3. Pada KET yang belum pecah lakukan kemoterapi

Unit terkait Poli kebidanan


RS. Harapan Keluarga STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Jl. Ahmad Yani No.9 KETUBAN PECAH DINI
Selagalas RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
NO. Dokumen No. Revisi Halaman
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan oleh Direktur RS Harapan
Prosedur Keluarga
Pengertian Ketuban pecah dini adalah Ketuban pecah sebelum terjadinya
persalinan
Kriteria Diagnosa :
Fistula vesiko vaginal dengan kehamilan
Stress inkontinensia
USG : membantu menentukan usia kehamilan, letak
janin, berat janin, letak plasenta, gradasi plasenta serta
jumlah air ketuban.
Nilai bunyi jantung janin dengan stetoskop Lacnee atau
dengan fetal phone atau dengan CTG.

Tujuan Untuk mencegah terjadinya infeksi intra uterin


Kebijakan 1. Semua Bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur keperawatan sesuai dengan S.P.O yang
dibuat oleh Rumah Saki.
2. S.P.O adalah acuan yang menjadi titik tolak pelakanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuiakan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannnya secara ilmiah
4. Pasien BPJS mempunyai asilitas tersendiri terhadap BMHP
Prosedur 1. Istirahat baring / bedrest 3 x 24 jam atau sampai
ketuban tidak mengalir lagi
2. Tokolitil melalui cairan infus
3. Mengawasi suhu dan cek leukosit
4. Memberikan progesteron
5. Jika tanda tanda positif laukakn secsio caesaria (SC)
6. Bila umur kehamian aterm tunggu sampai 6 jam
diharapkan muncul kontraksi (His)
7. Tetapi bila 6 jam his negatif lakukan induksi
8. Memberikan antibiotik
9. Jika ada tanda tanda infeksi motivasi untuk SC
Unit terkait Poli kebidanan
RS. Harapan Keluarga STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Jl. Ahmad Yani No.9 RUPTUR PERINEUM
Selagalas RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
NO. Dokumen No. Revisi Halaman
Standar Operasional Tanggal Terbit Diterbitkan oleh Direktur RS Harapan
Prosedur Keluarga
Pengertian Ruptur perineum adalah suatu kondisi robeknya perineum
yang terjadi pada saat persalinan pervaginam.
Tujuan Meningktkan pelayanan dan penanganan ruptur perineum
derajat 1-3
Kebijakan 1. Semua Bidan Rumah Sakit Harapan Keluarga berkewajiban
melaksanakan prosedur keperawatan sesuai dengan S.P.O
yang dibuat oleh Rumah Saki.
2. S.P.O adalah acuan yang menjadi titik tolak pelakanaan
pelayanan kebidanan
3. S.O.P ini dapat disesuiakan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannnya secara ilmiah
4. Pasien BPJS mempunyai asilitas tersendiri terhadap BMHP
Prosedur Hasil anamnesis :
1. Perdarahan pervaginam
2. etiologi dan faktor risiko
3. ruptur perineum umumnya terjadi pada persalinan
dimana:
a. Kepala janin terlalu cepat lahir
b. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan
paruts
c. Pada persalinan dengan distosia bahu
d. Partus pervaginam dengan tindakan
Hasil Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya:
a. Robekan pada perineum
b. Perdarahan yang bersifat arteria atau yang bersifat merembes
c. Pemeriksaan colok dubur untuk menilai derajat robekan
perineum
JENIS/TINGKAT
Robelan perineum dapat dibagi atas 3 tingkat :
Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
Tingkat Il : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain
mengenai selanput lendir vagina juga mengenai muskulus
perinei transversalis, tapi tidak mengenai sphinter ani.
Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh
perineum sampai mengenai otot-otot sphinferani.
Teknik menjahit robekan perineum :
Tingkat I : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat
dilakukan hanya dengan memakai catgut yang dijahit secara
jelujur (continouse suture) atau dengan cara angka delapan
(figure of eight).
Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan
perineum tingkat lt maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir
robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang
bergerigi tersebut yang diratakan terlebih dahulu, kemudian
digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan
penjahitan luka robekan.
Mula mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir
vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau
jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak
robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan benang
sutera secara terputus putus.

Unit terkait Poli kebidanan


RS HARAPAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
KELUARGA PERAWATAN LUKA PERINEUM
Jl. Ahmad Yani No 9 No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
Selagalas Mataram
Tanggal ditetapkan : Ditetapkan oleh,
STANDAR
Direktur RS Harapan Keluarga
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk


menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada
ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
TUJUAN 1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum
maupun uterus
2. Untuk penyembuhan luka perineum / jahitan pada perineum
3. Untuk kebersihan perineum dan vulva
4. Untuk memberikan rasa nyaman pasien
KEBIJAKAN 1. Semua bidan/perawat Rumah Sakit Harapan Keluarga
berkewajiban melaksanakan prosedur keperawatan atau
kebidanan sesuai dengan S.P.O yang dibuat oleh Rumah Sakit.
2. S.P.O ini adalah acuan yang menjadi titik tolak pelaksanaan
pelayanan keperawatan atau kebidanan.
3. S.P.O ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan atau kebidanan dan
telah terbukti keabsahannya secara ilmiah.
PROSEDUR Peralatan:
1. Bak instrument berisi: Kassa dan pinset anatomis
2. Perlak dan pengalas
3. Selimut mandi
4. Hand schoen 1 pasang
5. Bengkok 2 buah
6. Tas plastik 2 buah
7. Kom berisi kapas basah (air dan kapas direbus bersama)
8. Celana dalam dan pembalut wanita
9. Pispot
10. Botol cebok berisi air hangat
11. Obat luka perineum

Pelaksanaan:
1. Memasang sampiran/menjaga privacy
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Memasang alas dan perlak dibawah pantat
5. Melepas celana dan pembalut kemudian memasang pispot,
sambil memperhatikan lochea. Celana dan pembalut
dimasukkan dalam tas plastic yang berbeda
6. Mempersilahkan pasien untuk BAK/BAB bila ingin
7. Perawat memakai sarung tangan kiri
8. Mengguyur vulva dengan air matang
9. Mengambil pispot
10. Meletakkan bengkok ke dekat vulva
11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian mengambil kapas
basah.
12. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri
13. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia mayora
kanan, labia minora kiri, labia minora kanan, vestibulum,
perineum. Arah dari atas ke bawah dengan kapas basah (1
kapas, 1 kali usap)
14. Mengobati luka dan menutup luka dengan kassa steril
15. Memasang celana dalam dan pembalut wanita
16. Mengambil alas, perlak dan bengkok
17. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi
UNIT TERKAIT 1. Ruang nifas
2. Poli Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai